Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ANTROPOLOGI HUKUM

DISUSUN OLEH ;

TIANSI OKTARIMA ( B10017041 )

ANGGELA DIANTARI ( B10017093 )

SILFADILLA ( B10017151 )

ZONA FITMA YUNI ( B10016325 )

DINDA FICA YULIFANY ( RRB10017003 )

AMELIA YUHENDRITA ( RRB10017021 )

NUR HOLIDAH ( RRB10017002 )

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas ujian akhir
antropologi hukum. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak yang telah
membimbing kami.
Makalah Ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang antropologi
hukum khususnya hukum sebagai aspek kebudayaan . Makalah ini di susun oleh kami Baik
itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah kami Dapat bermanfaat bagi banyak orang , Dan Mudah mudahan
Juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca . Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih

Jambi , 22 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memahami Hukum Adat dimulai dari pengetian dan istilah hukum


adat itu sendiri,menurut Snouck Hurgronje Adat Recht atau Hukum Adat
adalah adat-adat yang mempunyaiakibat hukum, atau dengan kata lain disebut
dengan hukum adat jika adat tersebut memepunyaia k i b a t h u k u m . D i a n t a r a
manfaat mempelajari hukum adat adalah untuk memahami
b u d a ya hukum Indonesia, dengan ini kita akan lebih mengetahui hukum adat yang
mana yang tidak lagisesuai dengan perkembangan aman dan hukum adat
mana yang dapat mendekati keseragaman yang berlaku sebagai hukum
nasional."ebih jauh membahas tentang Hukum Adat, suatu adat dikatakan
sebagai hukum adatatau seingkatnya yang merupakan karakteristik hukum adat
adalah hukum yang umumnya tidak d i t u l i s , p e r a t u r a n - p e r a t u r a n y a n g
ada kebanyakan merupakan petuah yang memuat
a s a s perikehidupan dalam bermasyarakat serta kepatuhan seseorang terhadap hukum
adat akan lebihdidasarkan pada rasa harga diri setiap anggota masyarakat. "alu
bagaimana dengan hukum adatyang selanjutnya ada dan dikatakan sebagai Aspek
kebudayaan, serta letaknya dalam kerangka kebudayaan itu, jawaban dari beberapa
pertanyaan ini akan kami bahas di bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hukum adat ditempatkan sebagai aspek kebudayaan ?

2. Bagaimana cara berpikir masyarakat Indonesia dan bagaimana proses


terbentuknya hukum adat ?

1.3 Manfaat

Mengetahui bagaimana hukum adat ditempatkan sebagai aspek kebudayaaan ,


dan mengetahui bagaimana cara berpikir masyarakat Indonesia dan bagaimana proses
terbentuknya hukum adat .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum adat sebagai aspek kebudayaan

Sebelum menginjak lebih jauh mengenai pembahasan Hukum Adat


sebagai Aspek k e b u d a ya a n , b u d a ya s e n d i r i m e n u r u t k a m u s b a h a s a
I n d o n e s i a a d a l a h p i k i r a n a k a l b u d i hasil. Lalu disini akan lebih
dikhususkan lagi dengan pengertian kebudayaan itu sendiri.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun


dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas e p p i n k , k e b u d a y a a n m e n g a n d u n g k e s e l u r u h a n
p e n g e r t i a n n i l a i s o s i a l , n o r m a s o s i a l , i l m u pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut
edward burnett tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnyaterkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral ,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjandan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari uraian diatas maka dapat diambil pengertian bahwa Hukum Adat sebagai
Aspek k e b u d a y a a n a d a l a h H u k u m A d a t y a n g d i l i h a t d a r i s u d u t p a n d a n g
n i l a i , n o r m a s o s i a l , i l m u pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious
yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat.

Jika hukum adat dilihat dari segi wujud kebudayaan maka hukum adat
termasuk dalamkebudayaan yang berwujud sebagai kompleks dari ide yang
fungsinya untuk mengarahkan danmengatur tingkah laku manusia dalam
berkehidupan di masyarakat, dengan demikian hukum adat merupakan aspek
dalam kehidupan masyarakat sebagai kebudayaan bangsa Indonesia.

Hukum Adat merupakan hukum tradisional masyarakat yang merupakan


perwujudandari suatu kebutuhan hidup yang nyata serta merupakan salah
satu cara pandangan hidup yangsecara keseluruhannya merupakan kebudayaan
masyarakat tempat hukum adat tersebut berlaku. Apabila kita melakukan studi tentang
hukum adat maka kita harus berusaha memahamicara hidup dan pandangan hidup
bangsa I ndonesia yang merupakan refleksi dari cara berpikir dan struktur
kejiwaan bangsa Indonesia .

Maka jelas dikatakan bahwa memang hukum adat adalah sebagai aspek
kehidupan dan budaya bangsa Indonesia karena struktur kejiwaan dan cara berfikir
bangsa Indonesia tercermin lewat hukum adat itu sendiri.

2.1 Cara berpikir masyarakat Indonesia


Menurut Prof. Soepomo dilihat dari aspek struktur
k e j i w a a n d a n c a r a b e r p i k i r masyarakat Indonesia mewujudkan corak-
corak atau pola tertentu dalam hukum adat yaitu :

a. Mempuyai Sifat kebersamaan ( communal )


Manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan
kemasyarakatanyang erat, rasa kebersamaan, meliputi segala lapangan hukum
adat.
b. Mempunyai corak Magis-Religius
corak Magis-Religius yang berhubungan dengan aspek
k e h i d u p a n d i d a l a m masyarakat Indonesia.
c. Sistem Hukum Adat diliputi oleh pikiran penataan Serba konkret
Misalnya / perhubungan perkawinan antara dua suku yang eksogam,
perhubungan jual pemindahan pada perjanjian tentang tanah dan sebagainya.
d. Hukum Adat mempunyai Sifat yang Sangat visual
Hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dalam
suatu ikatanyang dapat dilihat.

2.2 Sifat-sifat umum hukum adat

D r . H o l l e m a n , d a l a m p i d a t o i n a u g u r a s i n ya y a n g b e r j u d u l D e
1 o m m u n e t r e k i n Indonesische rechtsieven, menyimpulkan adanya empat sifat
umum hukum adat Indonesia, yanghendaknya dipandang juga sebagai suatu
kesatuan. yaitu sifat religio -magis., sifat komun, sifatcontant dan sifat
konkret. ” Religio-magis” itu sebenarnya adalah pembulatan atau perpaduan katayang
mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogis, animisme,
pantangan,ilmu gaib, dan lain-lain. Koentjaraningrat dalam tesisnya menulis
bahwa alam pikiran religio-magis itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.

a. terhadap makhluk-makhluk halus, roh-roh dan hantu-hantu


y a n g m e n e m p a t i seluruh alam semesta dan khusus.
b. gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda- benda
c. kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam
semesta dan khususterdapat dalam peristiwa-peristiwa yang luar biasa, binatang
yang luar biasa, tumbuh-tumbuhanyang luar biasa, tubuh manusia yang luar
biasa, benda-benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa.
d. Anggapan bah$a kekuatan sakti yang pasif itu dipergun akan sebagai
magische kracht dalam berbagai perbuatan-perbuatan ilmu gaib untuk
mencapai kemauan manusia atau untuk menolak bahaya gaib.
e. Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam
m e n y e b a b k a n k e a d a a n k r i s i s , menyebabkan timhulnya berbagai
macam bahaya yang hanya dapat dihindari dengan berbagai macam
pantangan.

F. D. Hollemen juga memberikan uraian yang menjelaskan tentang sifat-sifat


HukumAdat yaitu :
a. S i f a t Commune, kepentingan individu dalam hukum selalu diimbangi
dengan kepentinganumum.
b. Sifat Concreet, yang menjadi objek dalam hukum adat itu harus konkret atau harus
jelas
c. Sifat Constant , penyerahan masalah transaksi harus dilakukan dengan konstan
d. S i f a t M a g i s c h , h u k u m a d a t m e n g a n d u n g h a l - h a l ya n g g a i b ya n g
a p a b i l a d i l a n g g a r a k a n menimbulkan bencana terhadap masyarakat.

2.3 Proses terbentuknya hukum


2.3.1 Hukum Adat adalah Hukum Non Statuir

Hukum adat pada umumnya memang belum tidak tertulis. Oleh karena
itu dilihat darim a t a s e o r a n g a h l i h u k u m m e m p e r d a l a m
p e n g e t a h u a n h u k u m a d a t n ya d e n g a n p i k i r a n j u g a d e n g a n
perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut maka akan
d i t e m u k a n p e r a t u r a n - peraturan dalam hukum adat yang mempunyai
sanksi dimana ada kaidah yang tidak bolehdilanggar dan apabila dilanggar maka
akan dapat dituntut dan kemudian dihukum.

2.3.2 Hukum adat tidak statis

Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena dia menjelmakan
perasaan hukumyang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum
adat terus menerus dalam keadaantumbuh dan berkembang seperti hidup itu
sendiri. Van Vollen Hoven juga mengungkapkan dalam bukunya “ Adatrecht “
sebagai berikut : H u k u m a d a t p a d a $ a k t u y a n g t e l a h
l a m p a u a g a k b e d a i s i n y a , h u k u m a d a t menunjukkan
perkembangan; selanjutnya dia menambahkan “ Hukum adat
berkembang danmaju terus, keputusan-keputusan adat menimbulkan hukum
adat ”

2.4 Unsur-unsur hukum adat

a. Unsur kenyataan Adat dalam keadaan yang sama selalu diindahkan oleh
rakyat dan secara berulang-ulang serta berkesinambungan dan rakyat
mentaati serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Unsur psikologis Setelah hukum adat ini ajeg atau berulang-ulang yang dilakukan
selanjutnya terdapat keyakinan pada masyarakat bahwa adat yang dimaksud
mempunyai kekuatan hukum, dan menimbulkan kewajiban hukum ( opinion yuris
necessitatis )

2.5 Timbulnya hukum adat

Hukum adat lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para $arga masyarakat
hukumterutama keputusan kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan
hukum itu atau dalamhal bertentangan keperntingan dan keputusan para
hakim mengadili sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan
hukum rakyat, senafas, seirama, dengan kesadaran tersebutditerima atau
ditoleransi. Ajaran ini dikemukakan oleh ter Haar yang dikenal sebagai
teori keputusan.

2.6 Sumber pengenalan hukum adat


2.6.1 Corak hukum adat
1. Corak dalam hukum adat.
2. Tradisional
3. Keagamaan.
4. Kebersamaan.
5. Konkret dan visual.
6. Terbuka dan Sederhana.
7. Dapat berubah dan menyesuaikan
8. Tidak dikodifikasi
9. Musyawarah Mufakat

2.7 kekuatan materiil hukum adat

Menurut Soepomo kekuatan materiil Hukum Adat bergantung pada beberapa factor,
antara lain :
1. Lebih atau kurang banyaknya penetapan yang serupa yang memberikan stabilitas
pada peraturanhukum yang diwujudkan oleh penetapan itu.
2. Seberapa jauh keadaan sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan mengalami
perubahan .
3. Seberapa jauh peraturan yang diwujudkan itu selaras dengan sistem hukum adat
yang berlaku.
4. Seberapa jauh peraturan itu selaras dengan syarat-syarat kemanusiaan dan rasa
keadilan .
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Hukum Adat sebagai aspek kebudayaan


Hukum Adat sebagai Aspek kebudayaan adalah Hukum Adat yang
dilihat dari sudut pandangnilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur sosial religious yang didapat seseorang dengan
eksistensinya sebagai anggota masyarakat. Hukum adat adalah sebagai
aspek k e h i d u p a n d a n b u d a ya b a n g s a I n d o n e s i a k a r e n a s t r u k t u r
k e j i w a a n d a n c a r a b e r f i k i r b a n g s a Indonesia tercermin lewat hukum
adat itu sendiri.

 Cara berpikir masyarakat Indonesia


1. Mempuyai Sifat kebersamaan communal.
2. Mempunyai 1orak Magis-Religius
3. Sistem Hukum Adat diliputi oleh pikiran penataan Serba konkret.
4. Hukum Adat mempunyai Sifat yang Sangat visual

 Proses terbentuknya hukum


Hukum Adat adalah Hukum Con Statuir , hukum adat juga sebagai hukum
yang berkembang danhidup di masyarakat, sehingga unsure-unsur yang
ada dalam hukum adat dapat menjadi asumsi atas eksistensi hukum adat ,
hukum adat tersebut lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para w a r g a
m a s ya r a k a t h u k u m t e r u t a m a k e p u t u s a n k e p a l a r a k y a t ya n g
m e m b a n t u p e l a k s a n a a n perbuatan hukum itu atau dalam hal bertentangan
keperntingan dan keputusan para hakimmengadili sengketa sepanjang tidak
bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, senafas, seirama, dengan
kesadaran tersebut diterima atau ditoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Bahasa Indonesia.2008.(Departemen Pendidikan Nasional ; Jakarta)


Soepomo.1989.Hukum Adat. (Jakarta : PT Pradnya Paramita)
Soepomo. 1996. Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia II. (Jakarta : Pradnya
Paramita)
Warjiyati, Sri. 2006. Memahami Hukum Adat. (Surabaya IAIN Surabaya)
Wulansari, Dewi. 2010. Hukum Adat di Indonesia. (Bandung : PT Refika Aditama)
Deis Na dalam “Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan”
http/88tata-hkm.blogspot.com/2010/07/hukum-adat-sebagai-segi-aspek.html
(http/88duniabaca.com8definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html

Anda mungkin juga menyukai