ANTROPOLOGI HUKUM
DISUSUN OLEH ;
SILFADILLA ( B10017151 )
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas ujian akhir
antropologi hukum. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak yang telah
membimbing kami.
Makalah Ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang antropologi
hukum khususnya hukum sebagai aspek kebudayaan . Makalah ini di susun oleh kami Baik
itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah kami Dapat bermanfaat bagi banyak orang , Dan Mudah mudahan
Juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca . Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
Dari uraian diatas maka dapat diambil pengertian bahwa Hukum Adat sebagai
Aspek k e b u d a y a a n a d a l a h H u k u m A d a t y a n g d i l i h a t d a r i s u d u t p a n d a n g
n i l a i , n o r m a s o s i a l , i l m u pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious
yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat.
Jika hukum adat dilihat dari segi wujud kebudayaan maka hukum adat
termasuk dalamkebudayaan yang berwujud sebagai kompleks dari ide yang
fungsinya untuk mengarahkan danmengatur tingkah laku manusia dalam
berkehidupan di masyarakat, dengan demikian hukum adat merupakan aspek
dalam kehidupan masyarakat sebagai kebudayaan bangsa Indonesia.
Maka jelas dikatakan bahwa memang hukum adat adalah sebagai aspek
kehidupan dan budaya bangsa Indonesia karena struktur kejiwaan dan cara berfikir
bangsa Indonesia tercermin lewat hukum adat itu sendiri.
D r . H o l l e m a n , d a l a m p i d a t o i n a u g u r a s i n ya y a n g b e r j u d u l D e
1 o m m u n e t r e k i n Indonesische rechtsieven, menyimpulkan adanya empat sifat
umum hukum adat Indonesia, yanghendaknya dipandang juga sebagai suatu
kesatuan. yaitu sifat religio -magis., sifat komun, sifatcontant dan sifat
konkret. ” Religio-magis” itu sebenarnya adalah pembulatan atau perpaduan katayang
mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogis, animisme,
pantangan,ilmu gaib, dan lain-lain. Koentjaraningrat dalam tesisnya menulis
bahwa alam pikiran religio-magis itu mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.
Hukum adat pada umumnya memang belum tidak tertulis. Oleh karena
itu dilihat darim a t a s e o r a n g a h l i h u k u m m e m p e r d a l a m
p e n g e t a h u a n h u k u m a d a t n ya d e n g a n p i k i r a n j u g a d e n g a n
perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut maka akan
d i t e m u k a n p e r a t u r a n - peraturan dalam hukum adat yang mempunyai
sanksi dimana ada kaidah yang tidak bolehdilanggar dan apabila dilanggar maka
akan dapat dituntut dan kemudian dihukum.
Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena dia menjelmakan
perasaan hukumyang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum
adat terus menerus dalam keadaantumbuh dan berkembang seperti hidup itu
sendiri. Van Vollen Hoven juga mengungkapkan dalam bukunya “ Adatrecht “
sebagai berikut : H u k u m a d a t p a d a $ a k t u y a n g t e l a h
l a m p a u a g a k b e d a i s i n y a , h u k u m a d a t menunjukkan
perkembangan; selanjutnya dia menambahkan “ Hukum adat
berkembang danmaju terus, keputusan-keputusan adat menimbulkan hukum
adat ”
a. Unsur kenyataan Adat dalam keadaan yang sama selalu diindahkan oleh
rakyat dan secara berulang-ulang serta berkesinambungan dan rakyat
mentaati serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Unsur psikologis Setelah hukum adat ini ajeg atau berulang-ulang yang dilakukan
selanjutnya terdapat keyakinan pada masyarakat bahwa adat yang dimaksud
mempunyai kekuatan hukum, dan menimbulkan kewajiban hukum ( opinion yuris
necessitatis )
Hukum adat lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para $arga masyarakat
hukumterutama keputusan kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan
hukum itu atau dalamhal bertentangan keperntingan dan keputusan para
hakim mengadili sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan
hukum rakyat, senafas, seirama, dengan kesadaran tersebutditerima atau
ditoleransi. Ajaran ini dikemukakan oleh ter Haar yang dikenal sebagai
teori keputusan.
Menurut Soepomo kekuatan materiil Hukum Adat bergantung pada beberapa factor,
antara lain :
1. Lebih atau kurang banyaknya penetapan yang serupa yang memberikan stabilitas
pada peraturanhukum yang diwujudkan oleh penetapan itu.
2. Seberapa jauh keadaan sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan mengalami
perubahan .
3. Seberapa jauh peraturan yang diwujudkan itu selaras dengan sistem hukum adat
yang berlaku.
4. Seberapa jauh peraturan itu selaras dengan syarat-syarat kemanusiaan dan rasa
keadilan .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan