Anda di halaman 1dari 16

Nama : Nandini Aulia Faradilla

Nim : B011181028
MK : H. Lingkungan

TUGAS
Pembahasan
UU PPLH ( perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup )
Pertanyaan
Uraikan dan jelaskan Kelembagaan dan kewenangan dalam PPLH !

Kelembagaan Dalam Penataan Lingkungan Hidup Di Indonesia

Kelembagaan dapat dilihat dari instansi pemerintah dan LSM. Termasuk kelembagaan dalam
penataan lingkungan hidup antara lain, Menteri Lingkungan Hidup, Badan Pengawas Pengendalian
Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Bappeda dan Biro BKLH/LH, PSL dan LSM.

1. Menteri Negara Lingkungan Hidup/PPLH/KLH

Keterpaduan pengelolaan Lingkungan Hidup secara sektoral dengan kebijakan nasional dapat
dipandang sebagai kebijakan horisontal, sedang keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup di daerah
denagn kebijakan nasional merupakan keterpaduan vertikal. Yang dalam hal ini merupakan ciri utama
dari pengelolaan lingkungan hidup.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyelenggarakan beberapa fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak
lingkungan hidup.

b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian


dampak lingkungan

c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya

d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada
Presiden.
Dalam pasal 18 UULH menunjuk adanya perangkat kelembagaan yang melaksanakan pengelolaannya
pada tingkat nasional yang dipimpin oleh seorang menteri.

Dengan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tanggal 31 Januari 2005 telah ditetapkan Kedudukan,
tugas dan fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Republik Indonesia. Dalam bagian
keempat kementerian Negara Direktorat Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan, dan evaluasi
perencanaan pembangunan nasional di bidang lingkungan hidup, serta pemantauan dan penilaian atas
pelaksanaannya.

Sebagai tindak lanjut Perpres No. 9 tahun 2005, telah diterbitkan Perpres Kementerian Lingkungan
Hidup (KLH) tidak dapat berbuat banyak karena lemahnya kelembagaan institusi pemerintah dan
kecilnya kewenangan yang dimilikinya. Menurut Perpres no. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Lingkungan Hidup
ini terdiri dari :

a. Sekretariat kementerian negara

b. Deputi Tata Lingkungan

c. Deputi bidang pengendalian pencemaran lingkungan

d. Deputi bidang peningkatan konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan

e. Deputi bidang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun.

f. Deputi bidang penataan lingkungan

g. Deputi bidang komunikasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat

h. Deputi bidang peminaan sarana teknis dan peningkatan kapasitas

i. Staf ahli.

Menurut pengamatan Dr H Suparto Wijoyo dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga-dalam diskusi
"Peran Kelembagaan Lingkungan Hidup di Masa Mendatang" di Jakarta,[1] lemahnya KLH
disebabkan kewenangannya yang hanya bersifat koordinatif dan tidak integratif. Ini menyimpang dari
prinsip integrated approach, seperti yang ditetapkan dalam Agenda Agenda ini sebagai kesepakatan
internasional, menekankan kepada negara anggota PBB, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan
kelembagaan lingkungan hidup di pusat dan daerah.
2. Badan Pengawas Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL)

Pengendalian dampak lingkungan hidup sebagai alat pengawasan dilakukan oleh suatu lembaga yang
dibentuk khusus untuk itu oleh Pemerintah (pasal 22 UU No. 23 tahun 1997). BAPEDAL ini adalah
lembaga pemerintah non departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. BAPEDAL mempunyai tugas pokok yaitu membantu Presiden dalam
mengendalikan dampak lingkungan hidup yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta pemulihan kualitas lingkungan, sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Bappeda dan Biro BKLH/LH

Bappeda ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1974 yang kemudian ditinjau
kembali dengan keputusan Presiden No. 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah pada tanggal 29 Maret 1980. Kedudukan Bappeda ada dalam dua tingkat, yaitu
Bappeda tingkat I yang berkedudukan di Provinsi Daerah tingkat I yang bertanggung jawab kepada
gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan bertugas membantu kepala daerah tingkat I untuk menentukan
kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan daerah tingkat I serta menilai atas
pelaksanaannya.

Bappeda tingkat II yang berkedudukan di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang bertanggung


jawab kepada Bupati/Walikotamadya Kepala daerah Tingkat II dan bertugas membantu kepala daerah
tingkat II dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan daerah tingkat II
serta menilai atas pelaksanaannya

Sedangkan Biro BKLH dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 240 Tahun 1980
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat wilayah/Daerah Tingkat II dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat Daerah Tingkat I. Kemudian Biro BKLH diganti namanya Biro
Bina lingkungan Hidup (BLH) oleh SK Mendagri no. 1 Tahun 1992. Adapun fungsi dari biro BLH
adalah pertama, mempersiapkan bahan pembinaan dan petunjuk teknis di bidang pelestarian dan
pembinaan lingkungan dan kedua, melakukan koordinasi serta menyiapkan bahan pembinaan
petunjuk teknis pembangunan berwawasan lingkungan

4. Pusat Studi Lingkungan

Pusat studi lingkungan ini merupakan penunjang dalam pengembangan di bidang ilmu teknologi
lingkungan hidup dan meningkatkan penyertaan aktif masyarakat luas dalam pembinaan lingkungan
hidup yang baik. Dalam pelaksanaan studi lingkungan ini, Kementerian Negara lingkungan hidup
bekerja sama dengan para akademisi dari universitas/institut.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat

Kerjasama juga dijalin juga dengan LSM-LSM yang peduli akan masalah lingkungan dan tidak
berafiliasi politik. Secara nasional, lembaga-lembaga ini diwadahi dalam forum yang disebut WALHI
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia). WALHI adalah forum komunikasi lembaga-lembaga
swadaya masyarakat yang berminat dan bergerak di bidang lingkungan hidup, tidak berafiliasi polotik
dan tidak mencari keuntungan (nirlaba).

WALHI didirikan di Jakarta pada tanggal 15 Oktober 1980, sebagai salah satu hasil keputusan
pertemuan nasional pertama lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dilingkungan hidup,
WALHI didirikan untuk meningkatkan perann serta lembaga-lembaga masyarakat dalam usaha
pengembangan lingkungan hidup, serta menyalurkan aspirasi mereka dalam lingkup nasional.

Lembaga swadaya masyarakat mencakup antara lain:

a) kelompok profesi, contoh himpunan ahli air, ahli biologi, arsitek, ahli tanah, dan lain-lain

b) Kelompok hoby, contohnya himpunan pecinta alam, penjelajah gua, penyelam laut, penyelamat
burung, pecinta tanaman langka. Dsb

c) Kelompok minat, contoh pelindungan konsumen, pengembangan koprasi atau usaha bersama,
bantuan hukum dan serta kelompok pengembangan swadaya masyarakat.

Pelayanan WALHI meliputi 4 bidang :

a. komunikasi dan informasi timbal balik diantara sesama lembaga swadaya masyarakat, diantara
lembaga swadaya masyarakat dengan khalayak ramai,. Dan LSM dengan pemerintah.

b. Pendidikan dan latihan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna LSM dalam kegiatan
pengembangan lingkungan hidup.

c. Pengembangan program LSM yang dibarengi dengan penggalian partisipasi pihak swasta, instansi
pemerintah, serta anggota masyarakat lainnya dalam usaha konservasi dan perbaiakan lingkungan
hidup.

d. Penelitian atau pengamatan masalah lingkungan yang berguna untuk menunjang kegiatan advokasi
dari masalah yang bersangkutan.

Sebuah LSM yang bergerak di bidang hukum lingkungan adalah Yayasan Lembaga Pengembangan
Hukum Lingkungna Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Indonesian Center for Enviromental
Law disingkat ICEL. Yang berdiri sejak 19 Juli 19 Juli 1993.
ICEL memberikan bantuan hukum secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan
kepada kelompok masyarakat yang dirugikan dan LSM yang melakukan advokasi lingkungan.

Berbagai hasil yang telah diperoleh ICEL adalah sebagai berikut :

Di bidang penelitian

1. Penelitian dan makalah penegasan sikap tentang tiga pilar (yaitu kemudahan informasi, partisipasi
masyarakat, dan kemudahan untuk mendapatkan keadilan), serta mengembangkan kemitraan dalam
jaringan Internasional mengenai akses kepada masalah prakarsa melalui kerjasama antara World
Resorce Institute dan ICEL.

2. Bahan-bahan aajran lingkungan hidup bagi seluruh Unversitas di Indonesia khususnya untuk
fakukltas-fakultas hukum.

3. Menyiapkan makalah-makalah penegakan sikap dari LSM-LSM Indonesia untuk Rapat Tingkat
Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan melobi delegasi pemerintah Indonesia pada
poertemuan tersebut.

4. Penelitian dan mengajukan rekomendasi tentang pencegahan kebakaran hutan dan penegakan
hukumnya didukung oleh CIDA, Kanada

5. Penelitian bekerjasama dengan lembaga dari Belanda seperti Kementerian Lingkungan Hidup,
Universitas Leiden

Di bidang produk hukum

1. Peraturan mahkamah Agung No. 1 tahun 2002 tentang Penetapan Prosedur Gugatan Perwakilan
Kelompok melalui kerjasama antara MA dan ICEL.

2. RUU tentang Kebebasan Atas Informasi

3. RUU tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam

4. Secara aktif terlibat dalam perumusan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23
tahun

5. Merumuskan peraturan pemerintah tentang penyedia jasa bagi penyelesaian sengketa Lingkungan
Hidup No. 54 tahun 2000 melalui kerja sama antara badan perlindungan Lingkungan Hidup dan ICEL

6. Studi dan menyiapkan rancangan naskah akademis untuk rancangan Undang-Undang tentang
Pengelolaan Laut dan Kawasan pantai
Di bidang advokasi :

1. Memberikan bantuan hukum dalam perkara-perkara lingkungan hidup (baik di dalam maupun di
luar penngadilan)

2. Gugatan pendapat hukum yang diajukan oleh 7 LSM, ttermasuk ICEL pada Pengendalian Ttata
Usaha Negara

3. ICEL bersama dengan LSM lain mengajukan judicial review UU Sumber Daya Air pada
Mahkamah Konstitusi.

Di bidang pelatihan

1. Environmental Law & Enforcement Training

2. Training & Workshop of Course on Environmental law & Administration (CELA)

3. Penyusunan Pedoman Penegakan da Penataan Lingkungan

4. Pelatihan paralegal lingkungan di 6 kota di Indonesia

5. Training Penegakan Hukum Lingkungan terpadu bagi hakim dan jaksa

6. Training mediasi di 6 kota

7. Dan lain lain

LSM yang membantu kegiatan pengembangan dan pelestarian lingkungan hidup contohnya adalah
DANA MITRA LINGKUNGAN, suatu yayasan nirlaba (nonprofit) yang bertujuan menggalakkan
minat masyarakat terhadap pelestarian lingkungan hidup dan menghimpun dana dari masyarakat
untuk disalurkan kepada LSM yang memerlukannya. Dan LSM penyandang dana lainnya adalah
Yayasan Keanekaragaman Hayati.

KEWENANGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Wewenang pengelolaan lingkungan berkaitan langsung dengan tujuan pengelolaan lingkungan


hidup yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yaitu:

1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan kesinambungan antara manusia dengan lingkungan hidup

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak
melindungi dan membina lingkungan hidup
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan, tercapainya kelestarian
fungsi lingkungan hidup

4. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana

5. Terkendalinya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau kegiatan di
luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Lingkungan hidup memiliki arti kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, temasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki kewenangan terhadap pengelolaan lingkungan
hidup. Pemerintah pusat dapat melimpahkan, mengikutsertakan, dan menyerahkan sebagian
wewenang tertentu mengenai pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintah daerah sebagai urusan
rumah tangganya. Pelimpahan, pengikutsertaan, dan penyerahan urusan harus diatur dengan peraturan
perundanng-undanganKewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup diatur
dalam pasal 12 dan pasal 13 UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dasar Hukum Dan Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dasar hukum pengelolaan lingkungan hidup :

UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Penelolaan Lingkungan Hidup

UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya.

UU Nomor 51 Tahun 1993 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

AMDAL adalah cara mengidentifikasi, memprediksi dan mengomunikasikan pengaruh dari kegiatan
manusia terutama pembangunan fisik lingkungan.

Prinsip pengelolaan lingkungan hidup :

a. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sehingga dapat membangun
manusia seutuhnya.

b. Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat dipisahkan.
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan diolah secara optimal semata demi
kesejahteraan masyarakat.

d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi yang akan datang.

Kewenangan Pemerintah Pusat & Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Wewenang pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup tercantum dalam Bab IV UU Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

Pasal 8

(1) Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah.

(2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud maka pemerintah mengatur mengatur
beberapa langkah diantaranya:

a. mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.

b. mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan


kembali sumber daya alam termasuk sumber daya alam genetika

c. mengatur system dan hubungan hukum antara perseorangan dan atau subyek hukum lainnya. Serta
perbuatan hukum terhadap sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya genetika.

d. mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak social.

e. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 9

(1) Pemerintah menetapkan kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup dan penataan
ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.

(2) Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintahan sesuai
dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lain
dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional
pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang,
perlindungan sumber daya alam non hayati, perlindungan sumber daya alam buatan, konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan
iklim.

Pasal 10

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban:

mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab para


pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban


masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat, dunia


usaha dan pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup

mengembangkan dan menerapkan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin
terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup.

menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang lingkungan hidup.

menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan kepada masyarakat.

memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup.

wewenang pemerintah daerah dalam mengolah sumber daya alam

Pasal 12

(1) untuk mewujudkan keselarasan dan keterpaduan pelaksanaan kebijakan nasional tentang
lingkungan hidup pemerintah melimpahkan wewenang tertentu kepada perangkat di wilayah.

(2) mengikut sertakan peran pemerintah daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam pelaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup di daerah.

Pasal 13

(1) dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah dapat menyerahkan
sebagian urusan kepada pemerintah daerah menjadi urusan rumah tangga.
(2) penyerahan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di tetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 25

Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap


penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran,
serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan
penyelamatan, penanggulangan, dan/atau pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-undang.

Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diserahkan kepada Bupati/ Walikotamadya/
Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I.

Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang
untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), didahului dengan surat
perintah dari pejabat yang berwenang.

Tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uang tertentu

Peran Serta Masyarakat & Institusi Pendidikan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Peran yang dimiliki masyarakat

Selain pemerintah pusat dan daerah, masyarakat juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup secara maksimal. Masyarakat berhak untuk
membantu kinerja pemerintah dalam mewujudkan lingkungan yang seimbang dan selaras. Masyarakat
di harapkan mampu bekerja sama dengan lingkungan untuk membentuk alam yang stabil. Mampu
mengolah sumber daya yang ada dengan sebaik mungkin dan tidak mencemari alam.

2. Peran institusi pendidikan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Institusi pendidikan memiliki beberapa fungsi dalam membentuk generasi yang peduli dengan alam
dan juga mempunyai peran dalam pengelolaan lingkungan antara lain:

1. Menerapkan pendidikan lingkungan hidup

2. Menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar

3. mendidik cara pelestarian lingkungan hidup secara teori dan praktik.


Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Daerah Dlam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah pada mulanya diatur dalam UU No 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang dapat dicermati dalam pasal 7 yang menyatakan:

Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintah, kecuali kewenangan
dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.

Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat(1), meliputi kebijakan tentang
perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan
keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan
pemberdayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi
nasional.

Dengan terbitnya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka UU Nomor 22
Tahun 2009 tidak berlaku lagi.

Pasal 14

(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan
urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan;

f. penyelenggaraan pendidikan;

g. penanggulangan masalah sosial;

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

j. pengendalian lingkungan hidup;


k. pelayanan pertanahan;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

l. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

m. pelayanan administrasi penanaman modal;

n. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

o. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5)
meliputi:

a. kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya, dan


pelestarian;

b. bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya;

c. penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.

(2) Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antarpemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5) meliputi:

a. pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang menjadi kewenangan
daerah

b. kerja sama dan bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antarpemerintahan daerah

c. pengelolaan perizinan bersama dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

(3) Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Wewenang daerah dalam pengelolaan wilayah laut yang dimiliki

Pasal 18
(1) Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di
wilayah laut.

(2) Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber daya alam di bawah dasar dan/atau di
dasar laut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:

a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut

b.pengaturan administrative

c. pengaturan tata ruang

d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan
kewenangannya oleh Pemerintah;

e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan

f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.

(4) Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota.

(5) Apabila wilayah laut antara 2 (dua) provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, kewenangan
untuk mengelola sumber daya di wilayah laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis
tengah dari wilayah antar 2 (dua) provinsi tersebut, dan untuk kabupaten/kota memperoleh 1/3
(sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi dimaksud.

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tidak berlaku terhadap penangkapan
ikan oleh nelayan kecil.

(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur
lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan

Secara umum, kewenangan pengelolaan lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi :

· Kewenangan Pusat
· Kewenangan Propinsi

· Kewenangan Kabupaten/Kota.

Kewenangan Pusat terdiri dari kebijakan tentang :

· Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro;

· Dana perimbangan keuangan seperti menetapkan dan alokasi khusus untuk mengelola lingkungan
hidup;

· Sistem administrasi negara seperti menetapkan sistem informasi dan peraturan perundang-undangan
di bidang pengelolaan lingkungan hidup;

· Lembaga perekonomian negara seperti menetapkan kebijakan usaha di bidang lingkungan hidup;

· Pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia;

· Teknologi tinggi strategi menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan teknologi tinggi yang
menimbulkan dampak;

· Konservasi seperti menetapkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup kawasan konservasi antar
propinsi dan antar negara;

· Standarisasi nasional;

· Pelaksanaan kewenangan tertentu seperti pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya
alam lintas batas propinsi dan negara, rekomendasi laboratorium lingkungan.

Kewenangan Propinsi terdiri dari :

· Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota;

· Kewenangan dalam bidang tertentu, seperti perencanaan pengendalian pembangunan regional secara
makro, penentuan baku mutu lingkungan propinsi, yang harus sama atau lebih ketat dari baku mutu
lingkungan nasional, menetapkan pedoman teknis untuk menjamin keseimbangan lingkungan yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang propinsi dan sebagainya.

· Kewenangan dekonsentrasi seperti pembinaan AMDAL untuk usaha atau dan kegiatan di luar
kewenangan pusat.

Kewenangan Kabupaten/Kota terdiri dari :


· Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup;

· Pengendalian pengelolaan lingkungan hidup;

· Pemantauan dan evaluasi kualitas lingkungan;

· Konservasi seperti pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung dan konservasi, rehabilitasi lahan dsb.

· Penegakan hukum lingkungan hidup

· Pengembangan SDM pengelolaan lingkungan hidup.

Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah dalam melakukan pengelolaan lingkungan
hidup.

Pemerintah Pusat dalam melakukan kewenangannya di bidang pengelolaan lingkungan hidup harus
mengikuti kebijakan yang telah diterapkan oleh Menko Wasbangpan dan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Jangan sampai pengurangan kewenangan pemerintah Pusat di bidang lingkungan hidup tidak
bisa mencegah kesalahan pengelolaan lingkungan hidup demi mengejar Pemasukan APBD khususnya
dalam pos Pendapatan Asli Daerah.

Pelaksanaan kewenangan pemerintah pusat dan daerah dilakukan berdaarkan prinsip desentralisasi.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam penerapan desentralisasi harus tercakup pemeliharaan lingkungan hidup sehingga
kualitas ekosistem tetap terjaga.

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah sekarang adalah Pemerintahan daerah harus
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah mereka untuk memenuhi target APBD (Anggaran Penerimaan
dan Belanja Daerah) sehingga jalan termudah untuk memenuhi itu semua adalah mengeksploitasi
kembali lingkungan hidup karena cara tersebut adalah cara yang biasa dilakukan pemerintah pusat
untuk memenuhi APBN, dan cara ini akan terus dilakukan oleh Pemerintah daerah dengan baik.

Sehingga jika waktu yang lalu pemusatan eksploitasi lingkungan hidup hanya di daerah-daerah
tertentu seperti Daerah Istimewa Aceh, Riau, Irian Jaya/ Papua, Kalimantan dan sebagian Proponsi di
Pulau Jawa maka sekarang semua Pemerintah daerah di Indonesia akan mengekspoitasi lingkungan
hidup sebesar-besarnya untuk memenuhi target APBD untuk daerah-daerah yang mempunyai sumber
kekayaan lingkungan hidup yang besar, sehingga akan dapat terbayang semua daerah kota dan
kabupaten di Indonesia akan melakukan eksploitasi lingkungan hidup secara besar-besaran.
Kewenangan pemerintah pusat dalam melaksanakan otonomi daerah sangatlah penting dalam
lingkungan hidup. Sehingga jika terjadi berbagai permaslahan yang timbul pemerintahan pusat harus
menanganinya secara baik karena pemrintah pusat masih mempunyai kewenangan untuk mengadakan
berbagi evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah dapat
menjalankan kewenanganya secara proporsional dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai