Hukum Islam adalah hukum yang berwatak dan mempunyai Rifa’I, Moh. Ilmu Fikih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha
ciri-ciri khas. Hukum Islam mempunyai tiga spesifikasi yang Putra, 1978.
merupakan ketentuan-ketentuan yang tidak berubah, yaitu:
1. Takamul, yakni sempurna bulat dan tuntas serta komprehensif. Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: Lembaga
Hukum Islam membentuk umat dalam suatu kesatuan yang Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1992.
bulat walaupun umat Islam itu berbeda-beda bangsa dan suku. Dalam
menghadapi asas-asas yang umum, umat Islam bersatu padu, meskipun Sholihin, Ahmad, Ifham.2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah.
dalam segi-segi kebudayaan berbeda-beda. Hukum-hukum Islam, Jakarta:PT Gramedia
walaupun masa berganti masa, ia tetap mempunyai ciri khas.
2. Wasathiyah (moderat) Sjahdeni, Sutan Remy. Perbankan Islam. Materi Kuliah
Hukum Islam memenuhi jalan tengah, jalan wasathan, jalan yang Pascasarjana Hukum UI. Jakarta, 1999.
seimbang, tidak terlalu berat ke kanan mementingkan kejiwaan dan
tidak berat pula ke kiri mementingkan kebendaan. Inilah yang
diistilahkan dengan teori wasathiyah, menyelaraskan antara kenyataan
kelima, pergi berziarah ke tanah suci di Mekah dan sekitarnya Bagian Kesembilan
yang disebut menunaikan hajji, satu kali dalam hidup seorang muslim, Pembinaan dan Pengawasan
yaitu orang yang telah memeluk agama Islam dan mampu dalam Pasal 670
persyaratannya. (1) Pembinaan dan pengawasan atas Dana Pensiun Pemberi Kerja Syari'ah dan Dana
Pensiun Lembaga Keuangan Syari'ah dilakukan oleh pejabat yang berwenang.
Islam juga mengajarkan konsep-konsep mengenai hidup (2) Pembinaan dan pengawasan meliputi : pengelolaan kekayaan Dana Pensiun Syari'ah
kemasyarakatan, kenegaraan, dan sebagainya, yang tertuang dalam dan penyelenggaraan program pensiun, baik dalam segi keuangan maupun teknis
operasional.
pengertian ikhsan dan mu'amalah, yang biasa juga dikenal sebagai (3) Ketentuan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
ibadah sosial. Islam tidak hanya menekankan pada formalitas dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
peribadatan ritual maupun sosial sebagai bagian dari aspek Pasal 671
epistemologis ajaran Islam. Islam juga amat menghargai aspek
yang berlaku bagi kelompok. Ini berarti bila sebagian dari warga Bagian Ketujuh
kelompok telah menunaikan kewajiban itu, maka warga yang lain Pembubaran dan Penyelesaian Dana Pensiun
sudah terbebas dari kewajiban tersebut. Misalnya, fardu dalam Pasal 657
mengelola jenazah. Begitu kebanyakan para ulama menjelaskan (1) Pembubaran Dana Pensiun Syari'ah dapat dilakukan berdasarkan permintaan pendiri
arti fardhu kifayah. Arti lain yang lebih mendasar adalah, bahwa kepada pejabat yang berwenang.
(2) Dana Pensiun Syari'ah dapat dibubarkan apabila pejabat yang berwenang
kewajiban itu bukan hanya dibebankan pada perorangan, berpendapat bahwa Dana Pensiun Syari'ah tidak dapat memenuhi kewajibannya
melainkan semua orang mempunyai kewajiban dan tanggung kepada peserta, pensiunan dan pihak lain yang berhak, atau dalam hal terhentinya
iuran dinilai dapat membahayakan keadaan keuangan Dana Pensiun Syari'ah
jawab yang sama. Misalnya pembangunan sarana sosial, seperti dimaksud.
jembatan, sekolah, maupun perbankan. (3) Apabila pendiri dari Dana Pensiun Syari'ah bubar, maka Dana Pensiun Syari'ah bubar.
(2) sunnah atau dianjurkan. Ini berarti yang melakukan akan
Pasal 658
memperoleh pahala, dan sebaliknya kalau tidak melakukannya (1) Pembubaran Dana Pensiun Syari'ah ditetapkan dengan pejabat yang berwenang
tidak berdosa, sehingga tidak mendapat siksa. yang sekaligus menunjuk likuidator, untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang
diperlukan dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
(3) Zaij atau mubah, yaitu perbuatan yang tidak mengakibatkan siksa (2) Pengurus Dana Pensiun Syari'ah dapat ditunjuk sebagai likuidator.
maupun pahala jika dilakukan ataupun tidak dilakukan. (3) Biaya yang timbul dalam rangka pembubaran Dana Pensiun Syari'ah dibebankan
pada Dana Pensiun Syari'ah.
Pasal 636
Pokok-pokok isi Al-Qur-an ada lima:
Untuk melaksanakan peraturan dana pensiun syari'ah, pengelolaan dana pensiun syari'ah,
pengelolaan investasi syari'ah dan menjamin keamanan kekayaan dana pensiun syari'ah, 1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
pengurus dapat mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga.
Kitab-kitabNya, para RasulNya, hari kemudian, Qadla dan
Pasal 637 Qadar yang baik dan buruk.
(1) Keanggotaan dewan pengawas syari'ah terdiri dari wakil-wakil pemberi kerja syari'ah
dan peserta dengan jumlah yang sama.
2. Tuntunan ibadat sebagai perbuatan yang menghidupkan jiwa
(2) Anggota dewan pengawas syari'ah diangkat oleh pendiri. tauhid.
(3) Anggota dewan pengawas syari'ah tidak dapat merangkap sebagai pengurus. 3. Janji dan ancaman ; Al-Quran menjanjikan pahala bagi orang
Pasal 638 yang mau menerima dan mengamalkan isi Al-Quran dan
(1) Tugas dan wewenang dewan pengawas syari'ah adalah: mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa.
1) melakukan pengawasan atas pengelolaan dana pensiun syari'ah oleh pengurus;
dan
4. Hukum yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk
2) menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil pengawasannya kebahagiaan dunia dan akhirat.
kepada pendiri, dan salinannya diumumkan agar peserta mengetahuinya. 5. Inti sejarah orang-orang yang tunduk kepada Allah, yaitu
(2) Tugas dan wewenang dewan pengawas syari'ah diatur lebih lanjut oleh Dewan
Syari'ah Nasional. orang-orang yang shaleh seperti Nabi-nabi dan Rasul-rasul,
juga sejarah mereka yang mengingkari agama Allah dan
Pasal 639
Laporan keuangan dana pensiun syari'ah dilakukan setiap tahun dan harus diaudit oleh hukum-hukumNya. Maksud sejarah ini ialah sebagai tuntunan
akuntan publik yang ditunjuk oleh dewan pengawas syari'ah. dan tauladan bagi orang-orang yang hendak mencari
kebahagiaan dan meliputi tuntunan akhlaq.
Bagian Keempat
Iuran Dana Pensiun Syari'ah
Al-Quran sebagal Dasar Hukum
Pasal 640
(1) Iuran dana pensiun pemberi kerja syari'ah berupa: Allah SWT menurunkan Al-Quran itu, gunanya untuk
a) iuran pemberi kerja syari'ah dan peserta syari'ah; atau dijadikan dasar hukum, dan disampaikan kepada umat manusia untuk
b) iuran pemberi kerja syari'ah.
(2) Seluruh iuran pemberi kerja syari'ah dan peserta syari'ah serta setiap hasil investasi diamalkan segala perintahNya dan ditinggalkan segala laranganNya.
syari'ah yang diperoleh harus disetor kepada dana pensiun syari'ah.
Pasal 634
Mengetahui sebab-sebab turunnya Al-Quran adalah sangat Perubahan ketentuan Dana Pensiun Syari'ah tidak boleh mengurangi manfaat pensiun yang
penting sekali bagi orang yang ingin mengetahui hukum-hukum atau menjadi hak peserta yang diperoleh selama kepesertaannya.
Pasal 616
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat
yang telah disepakati dan pemberi pinjaman Lembaga Keuangan Syari’ah telah
Sunnah menurut istilah syara’ ialah perkataan Nabi Muhammad SAW., memastikan ketidakmampuannya dapat:
perbuatannya dan keterangannya yaitu sesuatu yang dikatakan atau a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan oleh Nabi, tidak ditegurnya b. menghapus/write off sebagian atau seluruh kewajibannya.
sebagai bukti bahwa perbuatan itu tidak terlarang hukumnya. Bagian Kedua
Sumber Dana Qardh
Pembagian Sunnah Pasal 617
Sunnah itu dibagi menjadi tiga : Sumber dana al-qardh berasal dari:
(1). Sunnah Qauliyah a. bagian modal Lembaga Keuangan Syari’ah;
b. keuntungan Lembaga Keuangan Syari’ah yang disisihkan; dan/atau
(2). Sunnah Fi’liyah c. lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaknya kepada
(3) Sunnah Taqririyah Lembaga Keuangan Syari’ah.
BAB XXVIII
(1) Sunnah Qauliyah PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI'AH
Sunnah Qauliyah yaitu perkataan Nabi SAW. yang
Pasal 618
menerangkan hukum-hukum agama dan maksud isi Al-Quran serta Pembiayaan rekening koran syari'ah dilakukan dengan perjanjian untuk perwakilan.
berisi peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan dan juga menganjurkan
Pasal 619
akhlak yang mulia. Sunnah qauliyah (ucapan) ini dinamakan juga Pembiayaan rekening koran syari'ah berlaku dalam pembelian barang yang diperlukan
Hadist Nabi SAW. oleh nasabah dan menjualnya secara murabahah kepada nasabah tersebut.
Pasal 620
(2) Sunnah Fi’liyah Pembiayaan rekening koran syariah juga berlaku dalam ijarah/mengupah barang/jasa
Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan Nabi SAW yang menerangkan yang diperlukan oleh nasabah dan menyewakannya lagi kepada nasabah tersebut.
cara melaksanakan ibadat, misalnya cara berwudlu’, shalat dan Pasal 621
sebagainya. Besar keuntungan yang dimintai oleh Lembaga Kuangan Syari'ah harus disepakati ketika
perjanjian dilakukan.
Pasal 611
Besar imbalan harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan
dalam bentuk prosentase.
(b). Mutawatir ma’nawi, ialah yang di dalam kata dan artinya berbeda- BAB XXIV
beda, tetapi dapat diambil dan kumpulannya satu ma’na yang SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARI’AH
(SBI SYARI’AH)
umum, yakni satu ma’na dan tujuan.
Seperti shalat maghrib tiga raka’at, sebagaimana diterangkan Pasal 600
sebagai berikut : Bank Sentral dapat menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syari’ah yang
berupa Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah untuk mengatasi kelebihan likuiditas bank syari’ah.
a. Satu riwayat menerangkan, bahwa Nabi SAW shalat maghrib tiga
rakaat di rumah/dalam hadlar (di negeri sendiri). Pasal 601
(1) Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah berjangka waktu
b. Satu riwayat menunjukkan, bahwa dalam safar Nabi shalat paling kurang satu bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.
maghrib tiga rakaat. (2) Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah diterbitkan tanpa warkat/scripless.
c. Satu riwayat menerangkan, bahwa Nabi SAW shalat maghrib tiga Pasal 602
rakaat di Makkah. (1) Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.
(2) Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Pasal 583
Pasal 579
ashal) diadakan sesudah hijrah bila qiyas tersebut dibenarkan, Pasal 557
berarti menetapkan hukum sebelum ada ‘illat, karena wudlu itu Akad wakalah bil ujrah harus mencantumkan, antara lain:
a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan;
berlaku sebelum tayammum. b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee dari premi;
2). ‘Illat, hendaknya menyamai ‘illatnya ashal; c. syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis ta’min yang ditransaksikan.
3). Hukum yang ada pada far’i itu menyamai hukum ashal.
Pasal 558
Kedudukan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah:
Syarat-syarat Illat: a. perusahaan bertindak sebagai wakil yang mendapat kuasa untuk mengelola dana;
b. peserta/pemegang polis sebagai individu, dalam produk tabungan dan non tabungan
bertindak sebagai pemberi kuasa untuk mengelola dana;
1). Hendaknya ‘ilat itu berturut-turut, artinya jika ‘illat itu ada, c. peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun non tabungan, bertindak
maka dengan sendirinya hukumpun ada. sebagai pemberi kuasa untuk mengelola dana;
d. wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali
2). Dan sebaliknya apabila hukum ada, ‘illatpun ada. atas izin pemberi kuasa /pemegang polis;
3). ‘Illat jangan menyalahi nash, karena ‘illat itu tidak dapat e. akad wakalah bersifat amanah dan bukan tanggungan sehingga wakil tidak
menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi imbalan yang
mengalahkannya, maka dengan demikian tentu nash lebih telah diterima oleh perusahaan ta’min, kecuali karena kecerobohan, wanprestasi, dan
dahulu mengalahkan ‘illat. perbuatan melawan hukum, di samping sifat akad pada umumnya.
f. perusahaan ta’min sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi
apabila transaksi yang digunakan adalah pelaksanaan akad wakalah.
Pasal 560
Ketentuan hukum dari akad mudharabah musytarakah pada ta’min dan i’adah ta’min:
(cabang) lebih utama daripada ‘Illat yang terdapat pada asal Pasal 539
pokok. Misalnya, mengqiyaskan hukum haram memukul Jika seseorang melaksanakan suatu perdamaian tentang suatu utang yang harus dibayar
kembali dengan sesuatu barang, bisa dibayar dengan barang lain yang sama nilainya,
kedua orang tua kepada hukum haram mengatakan “Ah” yang maka orang itu dianggap telah menunaikan kewajibannya.
terdapat dalam ayat 23 Surat al-Isra : “ Maka janganlah kalian
Pasal 540
katakan : “ Ah”, kepada keduanya “, karena alasan (‘Illat) (1) Apabila suatu proses perdamaian telah diselesaikan, maka tidak satu pun dari kedua
sama-sama menyakiti orang tua. Namun, tindakan memukul pihak berhak mempermasalahkannya lagi.
yang dalam hal ini adalah cabang lebih menyakiti orang tua (2) Dengan disetujuinya perdamaian itu, maka penggugat berhak atas penggantian
perdamaian yang tercantum dalam transaksi perdamaian itu.
sehingga hukumnya lebih berat dibandingkan dengan haram
mengatakan “Ah” yang ada pada asal. Pasal 541
Jika salah satu pihak yang melakukan transaksi perdamaian meninggal dunia, maka ahli
warisnya tidak berhak membatalkan perdamaian itu.
1. Qiyas Musawi, yaitu qiyas di mana ‘Illat yang terdapat pada Pasal 542
cabang sama bobotnya ‘Illat yang terdapat pada asal (pokok). Jika perdamaian itu dibuat dalam bentuk pertukaran barang, maka kedua pihak boleh
menghapuskan dan menggugurkan perdamaian itu atas kehendak mereka sendiri.
Misalnya, ‘Illat hukum haram membakar harta anak yatim yang
dalam hal ini adalah cabang sama bobot ‘Illat haramnya dengan Pasal 543
tindakan memakan harta anak yatim yang diharamkan dalam Jika suatu transaksi perdamaian yang dibuat berisi suatu pembayaran yang dilakukan agar
dapat menghindari pengucapan sumpah, maka penggugat dianggap telah dapat
ayat 10 Surat an-Nisa, karena sama-sama melenyapkan harta memaksa tergugat untuk bersumpah.
anak yatim.
Pasal 544
(1) Jika objek pengganti dalam perdamaian rusak sebagian atau seluruhnya sebelum
2. Qiyas al-Adna, yaitu qiyas dimana ‘Illat yang terdapat pada diserahkan kepada penggugat, dan pengganti kerugian itu berupa barang tertentu,
cabang lebih rendah bobotnya dibandingkan dengan ‘Illat yang maka ini dianggap sama halnya dengan suatu barang yang diambil seseorang yang
berhak atas barang itu.
terdapat dalam asal. Misalnya, sifat memabukan yang terdapat (2) Jika suatu perdamaian dibuat dengan cara pengakuan, maka penggugat berhak
dalam minuman keras bir umpamanya lebih rendah dari sifat menuntut seluruh atau sebagian barang yang dituntutnya dari perdamaian tersebut
dari tergugat.
memabukan yang terdapat pada minuman keras khamar yang (3) Jika pengganti kerugian dalam perdamaian berupa suatu piutang atau berupa
diharamkan dalam ayat 90 Surat Al-Maidah, meskipun pada barang yang tidak tertentu, maka perdamaian itu tidak akan terpengaruh oleh hal
asal dan cabang sama-sama terdapat sifat memabukkan tersebut, dan penggugat berhak untuk menerima sejumlah yang sama dengan
kerugiannya, dari tergugat.
sehingga dapat diberlakukan Qiyas.
BAB XIX
PELEPASAN HAK
Pasal 545
Pelepasan hak yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum
adalah tidak sah.
Pasal 524 b. Sabda Rasullullah : “ Apa yang dianggap baik oleh orang-orang
(1) Penerima kuasa yang menyalahgunakan kekuasaan dapat dikenai sanksi.
(2) Pengadilan dapat memutuskan sanksi denda atau ta’zir dalam bentuk lain kepada
Islam, adalah juga baik di sisi Allah (H.R.Ahma bin Hambali).
pihak penerima kuasa yang menyalahgunakan kekuasaannya atas gugatan pihak Hadis ini menurut pandangan mereka menganjurkan untuk
pemberi kuasa. mengikuti apa yang dianggap bak bagi orang-orang Islam karena
(3) Pengadilan dapat menetapkan pihak penerima kuasa yang menyalahgunakan
kekuasaanya ke dalam daftar orang tercela. merupakan sesuatu yang baik di sisi Allah.
Pasal 525
(1) Pihak pemberi kuasa yang membatalkan kuasanya
Imam Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (w. 204 H), pendiri
secara sepihak kepada pihak penerima kuasa sehingga menimbulkan kerugian pada mazhab Syafi’i, tidak menerima istihsan sebagai landasan hukum.
pihak penerima kuasa dapat dikenai sanksi. Menurutnya alasannya antara lain :
menjadi rujukan menetapkan hukum sehingga tidak lagi memerlukan Pasal 512
istihsan yang merupakan kesimpulan pribadi. Dan ayat ketiga (1) Jika seseorang memberikan sejumlah uang kepada orang lain, untuk dibayarkan
kepada orang yang meminjaminya dengan suatu perintah bahwa uang itu tidak
tersebut, menurut Imam Syafi’i, memerintahkan umat manusia untuk boleh diserahkan, kecuali tanda penerimaan ditandatangani pada kwitansi atau
mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya dan larangan mengikuti tanda penerimaan yang disiapkan untuk itu, dan orang yang diperintah itu
menyerahkan uang itu tanpa mendapat tanda bukti penerimaan uang, kemudian
kesimpulan hawa nafsu. Hukum yang dibentuk istihsan adalah yang berpiutang itu menyangkal bahwa ia telah menerima uang itu, sedangkan yang
kesimpulan hawa nafsu, oleh karena itu tidak sah dijadikan landasan berutang tidak dapat membuktikan pembayaran tersebut, maka yang berutang wajib
hukum. membayar utang untuk kedua kalinya.
(2) Seseorang yang berutang dapat menuntut orang yang pernah diserahi uang untuk
mengganti kerugiannya.
2. Maslahah Mursalah.
Bagian Keenam
Pemberian Kuasa untuk Gugatan
Kata maslahah menurut bahasa berarti manfaat, dan kata
mursalah berarti lepas. Gabungan dari dua kata tersebut yaitu Pasal 513
Baik penggugat maupun tergugat boleh menguasakan kepada orang lain yang mereka
masalhah mursalah menurut istilah, seperti dikemukakan Abdul- pilih untuk bertindak sebagai penerima kuasa dalam perkara gugatan.
Wahab Khallaf, berarti sesuatu yang dianggap maslahat namun tidak
Pasal 514
ada ketegasan hukum untuk merealisirnya dan tidak pula ada dalil (1) Seseorang yang menunjuk orang lain sebagai penerima kuasanya untuk perkara
yang mendukung maupun yang menolaknya, sehingga oleh karena itu gugatan, secara sah boleh melarangnya untuk membuat suatu pengakuan
disebut maslahah mursalah (maslahah yang lepas dari dalil secara terhadapnya, maka suatu pengakuan yang dibuat oleh penerima kuasa terhadap
kliennya adalah tidak sah.
khusus). (2) Jika penerima kuasa membuat pengakuan di Pengadilan, dan ia tidak diberi
Selanjutnya, dalam rangka memperjelas pengertian maslahah wewenang (kuasa) untuk hal itu, maka kekuasaan penerima kuasa tersebut dapat
dicabut.
mursalah itu, Abdul-Karim Zaidan menjelaskan macam-macam
maslahah : Pasal 515
a. maslahah al-mu’tabarah, yaitu maslahah yang secara tegas diakui Pemberian kuasa untuk gugatan tidak termasuk pemberian kuasa untuk menerima barang
kecuali dinyatakan lain secara khusus dalam surat kuasa.
syari’at dan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan hukum untuk
Pasal 499
a. Syari’at Islam diturunkan, seperti disimpulkan para ulama Penerima kuasa boleh menjual harta jaminan dari pembayaran cicilan yang macet setelah
mendapat izin dari pemberi kuasa.
berdasarkan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah, bertujuan
untuk merealisir kemaslahatn dan kebutuhan umat manusia. Pasal 500
Penerima kuasa tidak bertanggung jawab atas pe mbiayaan yang macet yang terjadi
Kebutuhan umat manusia itu selalu berkembang, dan tidak mungkin bukan karena kelalaiannya.
semuanya dirinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah.
Namun secara umum syari’at Islam telah memberi petunjuk bahwa Pasal 501
Pemberi kuasa dibolehkan menerima pembayaran secara langsung dari benda yang dijual
tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Oleh oleh penerima kuasa dengan sepengetahuan penerima kuasa.
sebab itu, apa-apa yang dianggap maslahah, selama tidak
Pasal 502
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah, sah (1) Penerima kuasa penjualan berhak menerima imbalan dari prestasinya be rdasarkan
dijadikan landasan hukum. kesepakatan dalam akad.
(2) Jika dakam akad tidak ditentukan mengenai imbalan bagi penerima kuasa, maka
penerima kuasa tidak berhak menuntut imbalan.
(3) Pihak penerima kuasa secara pro fesional berhak mendapatkan imbalan be rdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kesepakatan.
Pasal 484
Khattab, ‘Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin sabit, Abdullah bin Umar bin Pasal 463
Khattab, ‘Aisyah, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka semua ini adalah di (1) Seorang penerima kuasa harus sehat akal pikirannya dan mempunyai pemahaman
yang sempurna serta cakap melakukan perbuatan hukum, meski tidak perlu harus
antara sahabat yang banyak berfatwa tentang hukum Islam. sudah dewasa.
(2) Seorang anak yang sudah mempunyai pemahaman yang sempurna serta cakap
melakukan perbuatan hukum sah menjadi seorang penerima kuasa.
6. Istishab (3) Seorang anak penerima kuasa seperti disebut pada ayat (2) di atas, tidak memiliki hak
dan kewajiban dalam transaksi yang dilakukannya.
Secara etimologi memiliki arti meminta ikut serta secara terus- (4) Hak dan kewajiban dalam transaksi seperti disebut pada ayat (3) di atAs dimiliki oleh
pemberi kuasa.
menerus .Pengertiannya menurut istilah adalah menganggap tetapnya
status sesuatu seperti keadaannya semula selama belum terbukti ada Pasal 464
sesuatu yang merubahnya. Seseorang dan atau badan usaha berhak menunjuk
pihak lain sebagai penerima kuasanya untuk melaksanakan suatu tindakan yang dapat
dilakukannya sendiri, memenuhi suatu kewajiban, dan atau untuk mendapatkan suatu hak
7. Sadd al – Zari’ah. dalam kaitannya dengan suatu transaksi yang menjadi hak dan tanggung jawabnya.
Bagian Ketiga
Secara bahasa berarti menutup jalan kepada suatu tujuan. Ketentuan Umum tentang Wakalah
Menurut istilah Usul Fikih, seperti dikemukakan ‘Abdul-Karim Pasal 465
Zaidan, sadd al-zari’ah berarti menutup jalan yang membawa kepada (1) Suatu transaksi yang dilakukan oleh seorang penerima kuasa dalam hal hibah,
kebinasaan atau kejahatan. Perbuatan-perbuatan yang menjadi wasilah pinjaman, gadai, titipan, peminjaman, kerjasama, dan kerjasama dalam modal/usaha,
harus disandarkan kepada kehendak pemberi kuasa.
kepada kebinasaan, terbagi kepada dua macam : (2) Jika transaksi tersebut seperti disebut pada ayat (1) di atas tidak merujuk untuk
Pertama, perbuatan yang keharamannya bukan saja karena ia diatasnamakan kepada pemberi kuasa, maka transaksi itu tidak sah.
sebagai wasilah bagi sesuatu yang diharamkan, tetapi esensi perbuatan Pasal 466
itu sendiri adalah haram. Oleh karena itu keharaman perbuatan seperti Transaksi pemberian kuasa sah jika kekuasaannya dilaksanakan oleh penerima kuasa dan
itu bukan termasuk kajian sadd al-zari’ah. hasilnya diteruskan kepada pemberi kuasa.
Pasal 467
Pasal 452
Hak milik bersama yang dapat diukur dipisahkan berdasarkan ukuran.
Pasal 453
Hak milik bersama yang tidak dapat diukur dipisahkan berdasarkan nilainya.
Pasal 454
Jika salah satu pihak dari pemilik menggunakan hak milik bersama, maka ia wajib
mengganti kerugian untuk diserahkan kepada para pemilik lainnya sesuai dengan
sahamnya, jika penggunaan tersebut menimbulkan kerugian.
Pasal 455
Jika salah satu pemilik merusak hak milik bersama, maka ia wajib mengganti kerugian untuk
diserahkan kepada para pemilik lainnya sesuai dengan sahamnya.
Pasal 456
Jika salah satu pihak pemilik menerima pembayaran dari piutang bersama kemudian
menghilangkannya, maka pemilik lainnya dapat menuntut ganti rugi.
BAB XVII
WAKALAH
Bagian Pertama
Rukun dan Macam Wakalah
Pasal 457
(1) Rukun wakalah terdiri atas :
a. wakil;
b. muwakkil;
c. akad.
(2) Akad pemberian kuasa terjadi apabila ada ijab dan kabul.
(3) Penerimaan diri sebagai penerima kuasa bisa dilakukan dengan lisan, tertulis, isyarat,
dan atau perbuatan.
(4) Akad pemberian kuasa batal jika pihak penerima kuasa menolak untuk menjadi
penerima kuasa.
Pasal 458
Izin dan persetujuan sama dengan pemberian kuasa untuk bertindak sebagai penerima
kuasa.
Pasal 459
Persetujuan yang terjadi kemudian, hukumnya sama dengan hukum pemberian kuasa yang
terdahulu untuk bertindak sebagai penerima kuasa.
Pasal 460
(1) Suruhan tidak sama dengan pemberian kuasa;
(2) Suatu perintah dapat bersifat pemberian kuasa, dan atau bersifat suruhan.
Pasal 442
BAB III (1) Pemisahan dengan cara pembagian dilakukan pada harta yang sama jenisnya atau
HUKUM KELUARGA ISLAM (2)
yang dapat dijumpai di pasar.
Setiap pemilik bersama dari harta-harta milik bersama yang sama jenisnya bisa
mengambil bagiannya dengan memberitahukan pemilik lainnya.
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang- (3) Pembagian pada ayat (2) di atas belum sempurna sampai bagian saham milik pemilik
yang tidak ada di tempat diserahkan kepadanya.
pasangan, dan untuk mewujudkan keinginannya tersebut maka setiap (4) Jika bagian pemilik lain yang tidak ada di tempat itu rusak sebelum diserahkan
manusia harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. kepadanya, maka bagian yang telah diterima oleh pemilik yang telah menerima
menjadi milik bersama.
Di dalam hukum Islam ketentuan yang mengatur tentang hal ini diatur
dalam ketentuan hukum perkawinan Islam dan ini wajib diikuti oleh Pasal 443
setiap pemeluk agama Islam dalam upaya untuk mewujudkan (1) Dalam hal harta yang jenisnya tidak dapat dijumpai di pasar, maka pemisahan
dilakukan dengan cara pertukaran dan bisa dilangsungkan melalui kesepakatan di
keinginannya untuk hidup bersama dengan pasangannya dalam ikatan antara para pihak.
yang sah yaitu membentuk sebuah keluarga Islam. (2) Untuk pertukaran yang disebutkan pada ayat (1) di atas, salah satu pihak dari para
pemilik bersama tidak berhak mengambil bagiannya bila emilik lainnya tidak ada di
Dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya “Dan tempat atau tidak ada izin.
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa Pasal 444
Pemisahan dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan atau ketetapan pengadilan.
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat Bagian Kelima
Syarat-Syarat Pemisahan
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum: 21)
Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang Pasal 445
terdiri dari ayah, ibu dan anak, sedangkan yang dimaksud dengan Pemisahan hak milik bersama hanya dapat dilakukan pada harta yang berwujud dengan
status kepemilikan sempurna.
keluarga Islam adalah sebuah keluarga yang dibentuk atas dasar
perkawinan yang sah menurut hukum Islam. Setiap manusia terutama Pasal 446
Pemisahan harus dilakukan setelah bagian sahamnya diidentifikasi dan bisa dibedakan.
seorang muslim yang memasuki kehidupan perkawinan, selain
mengikuti sunnah Rasul juga tidak terlepas dari tujuannya untuk Pasal 447
mendapatkan keturunan dan kebahagiaan. Perkawinan itu diharapkan Pemisahan harus dilakukan sesuai dengan saham yang dimiliki masing-masing pemilik.
Nikah atau biasa disebut kawin menurut arti aslinya adalah Pasal 428
hubungan intim antara seorang pria dan wanita, tetapi menurut majazi Jika seseorang dari sejumlah ahli waris, tanpa seizin yang lainnya, mengambil dan
menggunakan sejumlah uang dari harta yang belum dibagikan, maka ia harus
(methaporic) atau arti hukum ialah akad perjanjian atau biasa disebut menanggung segala kerugian akibat perbuatannya itu.
perikatan antara kedua mempelai untuk jangka waktu yang tak terbatas Bagian Ketiga
dan yang menjadikan halal hubungan intim sebagai suami isteri Hak Atas Piutang Bersama
sebagai bibi atau kemenakan dari istri atau istri-istrinya. Pasal 374
9. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin dari pengadilan (1) Akad wadi’ah terdiri atas akad wadi’ah amanah dan akad wadi’ah dhamanah.
(2) Dalam akad wadi’ah amanah, mustaudi’ tidak dapat menggunakan wadi’ah bih,
agama. kecuali atas izin muwaddi’.
10. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih (3) Dalam akad wadi’ah dhamanah, mustaudi’ dapat menggunakan wadi’ah bih tanpa
seizin muwaddi’.
menjadi istri pria lain yang mafqud.
11. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami Pasal 375
lain. (1) Mustaudi’ dalam akad wadi’ah dhamanah dapat memberikan imbalan kepada
muwaddi’ atas dasar sukarela.
(2) Imbalan yang diberikan sebagaimana pada ayat (1) tidak boleh dipersyaratkan di
awal akad.
Pasal 342
Perwalian dalam Perkawinan
(1) Seseorang boleh menggadaikan harta pinjaman dengan seizin pihak yang
meminjamkannya. Wali nikah adalah orang laki-laki yang dalam suatu akad
(2) Apabila pemilik harta tersebut di atas memberi izin tanpa syarat apapun, maka
peminjam boleh menggadaikannya dengan cara apapun. perkawinan berwenang mengijabkan pernikahan calon mempelai
(3) Apabila pemilik harta tersebut di atas memberi izin dengan syarat, maka peminjam wanita. Sebagai dasar hukumnya yaitu surat An Nisa ayat 32. Adapun
tidak boleh menggadaikan harta tersebut kecuali sesuai dengan persyaratan yang
telah disepakati.
yang dinamakan wali itu tidak terbatas pada wali nasab saja. Wali
disini ada 4 macam:
Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban dalam Rahn
1. Wali nashab yaitu wali karena ada pertalian darah dengan calon
Pasal 343 mempelai wanita. Macam-macam wali nashab ada 15 macam:
(1) Penerima gadai mempunyai hak menahan harta gadai sampai utang pemberi gadai
dibayar lunas.
a. ayah/bapak
(2) Jika pemberi gadai meninggal, maka penerima gadai mempunyai hak istimewa dari b. kakek/ayahnya ayah
pihak-pihak yang lain dan boleh mendapat pembayaran utang dari harta gadai itu.
c. buyut/ayahnya kakek
Pasal 344 d. saudara laki-laki sekandung (seayah-seibu) dari calon wanita
Adanya harta gadai tidak menghilangkan hak penerima gadai untuk menuntut e. saudara laki-laki seayah
pembayaran utang.
f. anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
Pasal 345 g. anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah seayah-seibu
Pemberi gadai dapat menuntut salah satu harta gadainya jika ia telah membayar lunas
utang pada salah satu harta gadainya.
dengan ayah)
h. paman seayah (saudara laki-laki dari ayah yang hanya seayah
Pasal 346 dengan ayah)
Pemilik harta yang dipinjamkan dan telah digadaikan, mempunyai hak untuk meminta
kepada pemberi gadai guna menebus harta gadai serta mengembalikannya kepadanya. i. anak laki-laki paman sekandung
j. anak laki-laki dari paman seayah
Pasal 347
Akad gadai tidak batal karena pemberi gadai atau penerima gadai meninggal.
k. saudara laki-laki kakek yang sekandung (saudara laki-laki
kakek yang seayah-seibu dengan kakek)
Pasal 348
Bagian Pertama
3. wali hakim yaitu wali nikah yang dilakukan oleh penguasa bagi Rukun dan Syarat Rahn
seorang wanita yang wali nasabnya karena sesuatu hal tidak ada,
Pasal 329
baik karena telah meninggal dunia maupun menolak menjadi wali (1) Akad gadai terdiri dari unsur: penerima gadai, pemberi gadai, harta gadai, utang, dan
nikah atau karena sebab-sebab lainnya. akad.
(2) Akad yang dimaksud dalam ayat (1) di atas harus dinyatakan oleh para pihak dengan
cara lisan, tulisan, atau isyarat.
4. wali muhakkam yaitu wali nikah yang terdiri dari seorang laki-laki
yang diangkat oleh kedua calon suami isteri untuk menikahkan Pasal 330
Para pihak yang melakukan akad gadai harus memiliki kecakapan hukum.
mereka dikarenakan tidak adanya wali nasab, wali mu’tiq dan wali
hakim. Pasal 331
Akad gadai sempurna bila harta gadai telah dikuasai oleh penerima gadai.
Pasal 332
Perkawinan Dapat Dilihat Dari Tiga Aspek (1) Harta gadai harus bernilai dan dapat diserahkan-terimakan.
(2) Harta gadai harus ada ketika akad dibuat.
1. Dari Aspek Hukum Bagian Kedua
Penambahan dan Penggantian Harta Rahn
Dari Aspek hukum perkawinan merupakan suatu perjanjian.
Pasal 333
Didalam QS IV : 21 dinyatakan “ Perkawinan adalah perjanjian yang Segala sesuatu yang termasuk dalam harta gadai, maka turut digadaikan pula.
kuat “, disebut dengan kata-kata mitsaaqaan ghaliidhaan. Dan dapat Pasal 334
Harta gadai dapat diganti dengan harta gadai yang lain berdasarkan kesepakatan kedua
dikemukakan sebagai alasan untuk mengatakan perkawinan tersebut belah pihak.
merupakan suatu perjanjian ialah karena adanya :
a. Cara mengatakan ikatan perkawinan telah diatur terlebih dahulu Pasal 335
Utang yang dijamin oleh harta gadai bisa ditambah secara sah dengan jaminan harta
yaitu dengan akad nikah dan dengan rukun dan syarat tertentu. gadai yang sama.
b. Cara menguraikan atau memutuskan ikatan perkawinan juga telah
Pasal 336
diatur sebelumnya yaitu dengan prosedur talak, fasakh, syiqaq dan Setiap tambahan dari harta gadai merupakan bagian dari harta gadai asal.
sebagainya.
Perjanjian dalam perkawinan mempunyai tiga karakter yang Bagian Ketiga
Pembatalan Akad Rahn
khusus yaitu :
a. Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa unsur sukarela dari kedua Pasal 337
Akad gadai dapat dibatalkan bila harta gadai belum dikuasai oleh penerima gadai.
belah pihak.
Pasal 338
Pasal 316
Adapun kewajiban pihak isteri adalah sebagai berikut: Jika penjamin memindahkan tanggung jawabannya kepada pihak lain dengan
1. Mengikuti tempat tinggal suami dimanapun suami berada (QS At persetujuan pihak pemberi pinjaman dan peminjam, maka penjamin dibebaskan dari
tanggung jawab.
Talaq ayat 6)
2. Memegang teguh rahasia suami dan rumah tangganya Pasal 317
3. Kewajiban bersama (1) Penjamin wajib bertanggung jawab untuk membayar utang peminjam jika peminjam
tidak melunasi utangnya.
Mengenai kewajiban bersama antara suami dan isteri ini UU (2) Penjamin wajib mengganti kerugian untuk barang yang hilang atau rusak karena
Nomor 1 Tahun 74 tentang Perkawinan Pasal 33 menyebutkan bahwa kelalaiannya.
suami isteri wajib saling mencintai saling menghormati, tolong BAB XII
menolong lahir maupun batin serta mempunyai kewajiban mendidik HAWALAH
anak.
Bagian Pertama
Rukun dan Syarat Hawalah
B. HUKUM PERCERAIAN ISLAM
Pasal 318
(1) Rukun Hawalah/pemindahan utang terdiri atas:
Mengenai hukum perceraian menurut Islam, dalam Alquran a. muhil/peminjam;
tidak terdapat ayat-ayat yang menyuruh atau melarang perceraian, b. muhal/pemberi pinjaman;
c. muhal ‘alaih/penerima hawalah;
sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat yang menyuruh d. muhal bihi/utang; dan
untuk melakukannya. Dalam Alquran hanya terdapat banyak ayat yang e. akad.
hukum perceraian menurut hukum Islam. Kompilasi Hukum Islam Pasal 297
khususnya mengenai perceraian hanya mengatur tentang putusnya Barang yang sedang digadaikan atau berada di luar tanggung jawab kafil/penjamin tidak
dapat dijadikan makful bihi.
perkawinan serta akibat-akibatnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa Bagian Kedua
hukum perceraian menurut Islam tidak diatur secara jelas dalam Al Kafalah Muthlaqah dan Muqayyadah
Quran, dan Hadist. Tidak terdapat ayat-ayat yang menyuruh atau Pasal 298
melarang perceraian. Al Quran hanya mengatur tentang thalaq, isinya Kafalah dapat dilakukan dengan cara muthlaqah/tidak dengan syarat atau
muaqayyadah/dengan syarat.
hanya sekedar mengatur bila thalaq mesti terjadi. Hal ini mengandung
arti hukumnya perceraian adalah “mubah atau boleh”. Namun karena Pasal 299
perceraian itu adalah perbuatan yang tercela dan dibenci oleh Allah Dalam akad kafalah yang tidak terikat persyaratan, kafalah dapat segera dituntut jika
utang itu harus segera dibayar oleh debitor.
SWT, maka perceraian itu mengandung arti hukumnya “makruh atau
tercela”. Pasal 300
Dalam akad kafalah yang terikat persyaratan, penjamin tidak dapat dituntut untuk
Walaupun hukum asal dari perceraian atau thalaq itu membayar sampai syarat itu dipenuhi.
“makruh atau tercela”, namun pada situasi dan kondisi tertentu hukum
perceraian dapat berubah-ubah. Kadang hukum perceraian bisa nadab Pasal 301
Dalam hal kafalah dengan jangka waktu terbatas, tuntutan hanya dapat diajukan kepada
atau sunnah, Kadang bisa mubah atau boleh saja, Kadang bisa wajib, penjamin selama jangka waktu kafalah.
kubra. (Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, 2004: 209) Pasal 257
Berikut ini adalah uraian mengenai sebab-sebab berakhirnya Untuk menyelesaikan suatu proses akad ijarah, pihak-pihak yang melakukan akad
harus mempunyai
suatu perkawinan (perceraian) dikarenakan cerai hidup, yaitu : kecakapan melakukan perbuatan hukum.
a. Atas kehendak suami
Berakhirnya perkawinan atas kehendak suami dapat dilakukan 4 cara Pasal 258
Akad ijarah dapat dilakukan dengan tatap muka maupun jarak jauh.
yaitu :
1. Talaq Pasal 259
Pihak yang menyewakan benda haruslah pemilik, wakilnya, atau pengampunya.
Menurut hukum Islam talaq adalah menghilangkan ikatan
perkawinan atau mengurangi keterikatan perkawinan dengan Pasal 260
menggunakan ucapan tertentu yaitu ucapan yang sharih (tegas) dan (1) Penggunaan benda ijarah-an harus dicantumkan dalam akad ijarah.
(2) Jika penggunaan benda ijarah-an tidak dinyatakan secara pasti dalam akad, maka
dengan ucapan sindiran (kinayah). benda ijarah-an digunakan berdasarkan aturan umum dan kebiasaan.
2. Illa’
Pasal 261
Pengertian Illa’ menurut bahasa adalah sumpah. Illa’ menurut Jika salah satu syarat dalam akad ijarah tidak ada, maka akad itu batal.
istilah adalah sumpahnya seorang suami untuk tidak melakukan
hubungan intim dengan isterinya baik dengan menyebut nama Allah Pasal 262
(1) Uang ijarah tidak harus dibayar apabila akad ijarahnya batal.
baik tanpa batas waktu maupun dengan batas waktu untuk selama- (2) Harga ijarah yang wajar/ujrah al-mitsli adalah harga ijarah yang ditentukan oleh ahli
lamanya empat bulan (4) bulan. Dasar hukumnya adalah QS. al- yang berpengalaman dan jujur.
Baqarah: 226 & 227 dan QS. al-Maidah: 89. Bagian Ketiga
3. Li’an Uang Ijarah dan Cara Pembayarannya
Akar kata li’an adalah la’nun yang berarti kutukan, dapat juga
Pasal 263
berarti jauh. Menurut hukum Islam li’an adalah sumpah suami yang (1) Jasa penyewaan dapat berupa uang, surat berharga, dan atau benda lain
menuduh isterinya berbuat zinah dengan disertai empat (4) kali berdasarkan kesepakatan.
(2) Jasa penyewaan dapat dibayar dengan atau tanpa uang muka, pembayaran
kesaksian bahwa suami benar dalam tuduhannya dan pada didahulukan, pembayaran setelah obyek ijarah selesai digunakan, atau diutang
kesaksian yang kelima disertai kesediannya untuk menerima laknat berdasarkan kesepakatan.
Allah jika ternyata dia berbohong dalam tuduhannya. Begitu juga
Pasal 264
sebaliknya sumpah seorang isteri yang menolak tuduhan suaminya (1) Uang muka ijarah yang sudah dibayar tidak dapat dikembalikan kecuali ditentukan
tersebut disertai kesediaannya untuk menerima laknat Allah apabila lain dalam akad.
(2) Uang muka ijarah harus dikembalikan oleh pihak yang menyewakan jika pembatalan
ia berbohong atas penolakan tuduhan tersebut. Dasar hukumnya ijarah dilakukan oleh pihak yang menyewakan.
ialah QS. an-Nur: 6-9. (3) Uang muka ijarah tidak harus dikembalikan oleh pihak yang menyewakan jika
pembatalan ijarah dilakukan oleh pihak yang akan menyewa.
Bagian Keempat
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan Pasal 245
akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri; (1) Hak pilih karena salah memberi keterangan sebagai ditetapkan pada ayat (1) dapat
diwariskan.
f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan (2) Pembeli kehilangan hak pilihnya sebagaimana ditetapkan pada ayat (1) dan (2), jika ia
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam telah memanfaatkan benda yang dibelinya secara sempurna.
rumah tangga; Pasal 246
menular atau bersama orang yang suka marah kepada anak-anak, BAB VIII
sekalipun kerabat anak kecil itu sendiri, sehingga akibat MUZARA’AH DAN MUSAQAH
kemarahannya itu tidak bisa memperhatikan kepentingan si anak Bagian Pertama
secara sempurna dan dapat menciptakan suasana yang tidak baik. Rukun dan Syarat Muzara’ah
4. Amanah dan berbudi, sebab orang yang curang tidak aman bagi anak
Pasal 211
kecil dan tidak dapat dipercaya akan dapat menunaikan Rukun muzara’ah adalah :
Bagian Keempat
Suami istri yang hendak rujuk bersama-sama ke PPN (Pegawai Syirkah Mufawadhah
Pencatat Nikah) yang membawahi wilayah tempat tinggal mereka
dengan membawa surat-surat yang diperlukan, yaitu surat talak. P3N Pasal 165
memeriksa dan menyelidiki apakah suami istri yang akan merujuk itu Kerjasama untuk melakukan usaha boleh dilakukan dengan jumlah modal yang sama dan
keuntungan dan atau kerugian dibagi sama.
memenuhi syarat-syarat untuk merujuk.dilihat apakah rujuk yang akan
dilakukan dalam masa iddah atau bukan. Setelah syarat-syarat tersebut Pasal 166
dipenuhi, maka suami mengucapkan rujuknya dan masing-masing Pihak dan atau para pihak yang melakukan akad kerjasama mufawwadhah terikat dengan
perbuatan hukum anggota syirkah lainnya.
pihak yang berkaitan (suami, istri dan saksi) menandatangani buku
pendaftaran rujuk. Setelah itu P3N memberikan petunjuk tentang hak Pasal 167
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan akad kerjasama-
dan kewajiban mereka sehubungan dengan rujuknya. mufawwadhah dapat berupa pengakuan utang, melakukan penjualan, pembelian, dan
atau penyewaan.
IDDAH
Pasal 168
Benda yang rusak yang telah dijual oleh salah satu pihak anggota akad kerjasama-
Iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang ditalak mufawwadhah kepada pihak lain, dapat dikembalikan oleh pihak pembeli kepada salah
suaminya dalam kurun waktu tertentu sampai ia dapat menikah satu pihak anggota syirkah.
kembali dengan lai-laki lain. Lamanya iddah bagi seorang wanita Pasal 169
berbeda-beda sesuai keadaannya yaitu: (1) Suatu benda yang rusak yang sudah dibeli oleh salah satu pihak anggota akad
kerjasama-mufawwadhah, dapat dikembalikan oleh pihak anggota yang lain kepada
a. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal maka pihak penjual.
iddahnya tiga kali suci sebagaimana firman Allah dalam QS 2 (2) Pihak penjual dan atau pembeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dapat
ayat228 yang artinya: Wanita-wanita yang dithalak suaminya menuntut harga barang itu dari anggota syirkah yang lain berdasarkan jaminan.
hendaklah menahan diri(menunggu) tiga kali quru. Pasal 170
b. Perempuan yang tidak lagi mengalami haid (menopause) atau Kerjasama-mufawwadhah disyaratkan bahwa bagian dari tiap anggota syirkah harus sama,
baik dalam modal maupun keuntungan.
belum mengalami sama sekali maka iddahnya adalah tiga bulan
sesuai firman Allah QS At Talaq ayat 4 yang artinya: Dan Pasal 171
perempuan yang putus asa diantara perempuan- perempuanmu jika Setiap anggota dalam akad kerjasama-mufawwadhah dilarang menambah harta dalam
bentuk modal (uang tunai atau harta tunai) yang melebihi dari modal kerjasama.
kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka iddah mereka
adalah tiga bulan dan begitu pula perempuan yang tidak haid Pasal 172
c. Perempuan yang ditinggal mati suaminya maka iddahnya empat Jika syarat dalam akad syirkah mufawadhah tidak terpenuhi, maka kerjasama tersebut
dapat diubah berdasarkan kesepakatan para pihak menjadi syirkah al-‘inan.
bulan sepuluh hari sesuai firman Allah dalam QS Al Baqarah ayat
234 yang artinya: Dan orang yang meninggal dunia diantaramu Bagian Kelima
Syirkah 'inan
Pasal 155
(1) Bila pemesan mensyaratkan agar salah satu pihak dalam akad kerjasama-pekerjaan
melakukan sesuatu pekerjaan, maka pihak yang bersangkutan harus mengerjakannya.
(2) Pihak yang akan mengerjakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dapat
melaksanakan pekerjaan setelah mendapat izin dari anggota syirkah yang lain.
(3) Pihak yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas,
berhak mendapatkan imbalan-tambahan dari pekerjaannya.
Pasal 156
(1) Pembagian keuntungan dalam akad kerjasama-pekerjaan dibolehkan berbeda
dengan pertimbangan salah satu pihak lebih ahli.
(2) Apabila pembagian keuntungan yang diterima oleh para pihak tidak ditentukan
dalam akad, maka keuntungan dibagikan berimbang sesuai dengan modal.
Pasal 157
Kesepakatan pembagian keuntungan dalam akad kerjasama-pekerjaan didasarkan atas
modal dan atau kerja.
Pasal 158
Para pihak yang melakukan akad kerjasama-pekerjaan boleh menerima uang muka.
Pasal 159
Karyawan yang bekerja dalam akad kerjasama-pekerjaan dibolehkan menerima sebagian
upah sebelum pekerjaannya selesai.
Pasal 160
Penjamin dalam akad kerjasama-pekerjaan dibolehkan menerima sebagian imbalan
sebelum pekerjaannya selesai.
Pasal 161
Para pihak yang tidak menjalankan pekerjaan sesuai dengan kesepakatan dalam akad
kerjasama-pekerjaan, harus mengembalikan uang muka yang telah diterimanya.
Pasal 162
Hasil pekerjaan dalam transaksi kerjasama-pekerjaan yang tidak sama persis dengan
spesifikasi yang telah disepakati, diselesaikan secara musyawarah.
untuk melakukan suatu perjanjian, baik tentang objek perjanjian Bagian Ketiga
maupun syarat-syaratnya, termasuk merupakan cara-cara penyelesaian Syirkah Abdan
sengketa apabila terjadi di kemudian hari. Tujuan dari asas ini adalah Pasal 148
untuk menjaga agar tidak terjadi saling menzalimi antara sesama (1) Suatu pekerjaan mempunyai nilai apabila dapat dihitung dan diukur.
manusia melaui perikatan yang dibuatnya. Asas ini juga dimaksudkan (2) Suatu pekerjaan dapat dihargai dan atau dinilai berdasarkan jasa dan atau hasil.
juga untuk menghindari semua bentuk pemaksaan (ikrah), tekanan, Pasal 149
penipuan dari pihak manapun. (1) Jaminan boleh dilakukan terhadap akad kerjasama-pekerjaan.
(2) Penjamin akad kerjasama-pekerjaan berhak mendapatkan imbalan sesuai
Landasan asas ini didasarkan pada Al-Qur’an surat al-Baqarah (2) kesepakatan.
ayat 256, yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
Pasal 150
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan (1) Suatu akad kerjasama-pekerjaan dapat dilakukan dengan syarat masing-masing pihak
yang sesat. Karena itu barangsiapa yang telah ingkar kepada mempunyai keterampilan untuk bekerja.
Thanghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah (2) Pembagian tugas dalam akad kerjasama-pekerjaan, dilakukan berdasarkan
kesepakatan.
berpegang kepada bahul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Pasal 151
Juga dalam surat al-Maidah (5) ayat 1, yang artinya: “Hai orang-orang (1) Para pihak yang melakukan akad kerjasama-pekerjaan dapat menyertakan akad
yang beriman, penuhi akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ijarah tempat dan atau upah karyawan berdasarkan kesepakatan.
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) (2) Dalam akad kerjasama-pekerjaan dapat berlaku ketentuan yang mengikat para pihak
dan modal yang disertakan.
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendakinya.