BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Alfina Gita Azhari ; I1021151024 ; 2015
Hikayat Hartika ; I1021151015 ; 2015
Givien Yangwa Krismoni ; I1021161019 ; 2016
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
I.4 Urgensi ................................................................................................ 2
I.5 Luaran Yang Diharapkan .................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tanaman Lidah Buaya ........................................................................ 3
II.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................................. 3
II.1.2 Kandungan Senyawa ................................................................ 3
II.2 Jamur .................................................................................................. 4
II.3 Antijamur ............................................................................................ 4
II.4 Sediaan Spray/Aerosol ....................................................................... 4
II.5 Metode Infusa ..................................................................................... 4
BAB III. METODE PENELITIAN
III.1 Alat ..................................................................................................... 5
III.2 Bahan.................................................................................................. 5
III.3 Pengolahan Sampel ............................................................................ 5
III.4 Pembuatan Variasi Kadar Infusa ........................................................ 6
III.5 Uji Daya Antijamur Infusa ................................................................. 6
III.6 Pembuatan Sediaan Spray .................................................................. 6
III.7 Evaluasi Fisik Sediaan Spray ............................................................. 7
iii
III.8 Uji Daya Antijamur Sediaan Spray .................................................... 7
II.9 Analisis Data ...................................................................................... 7
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN
IV.1 Anggaran Biaya ................................................................................ 8
IV.2 Jadwal Kegiatan ................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing ........................... 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .......................................................... 18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim ................................................................... 20
Lampiran 4. Surat Pernyataan ............................................................................... 21
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera L.) ................................................. 3
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula Spray Lidah Buaya (Aloe vera L.) ............................................ 6
vi
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki iklim yang tropis dengan suhu dan kelembaban
yang tinggi, dimana lingkungan yang seperti ini merupakan suasana yang baik bagi
pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat
(Hidayati et al, 2009). Penyakit karena bakteri patogen dan jamur merupakan
masalah penting bagi kesehatan manusia dan merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (WHO, 1998). Penyakit infeksi
merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat pada saat ini.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur. Selain suhu dan
kelembaban yang tinggi, kebersihan kulit yang tidak terjaga juga menjadi faktor
penyebab penyakit pada kulit akibat jamur (Huslina, 2017).
Salah satu penyakit infeksi jamur ialah dermatofitosis. Prevalensi penyakit
dermatofitosis di Asia mencapai 35,6% (Kumar et al, 2011). Di Indonesia sendiri
pada tahun 2000-2004 prevalensinya mengalami peningkatan 14,4% (Hidayati,
2009). Dari keseluruhan insidensi berhubungan dengan pekerjaan, sehingga sering
disebut dermatofitosis akibat kerja antara lain Tinea pedis (Kumar et al, 2011).
Jamur infeksi penyakit ini termasuk dalam genus Trichophyton, salah satunya
adalah Trichophyton mentagrophytes (Wahdini et al, 2015). Trichophyton
merupakan jamur yang sering menginfeksi rambut, kulit dan kuku (Sintowatia et
al, 2008). Pengobatan infeksi jamur dapat dilakukan dengan menggunaan obat-obat kimia
seperti ketokonazol, nistatin dan amfoterisin. Namun, penggunaan obat tersebut dalam
jangka panjang dapat menimbulkan efek samping dan beberapa kendala diantaranya
adanya resistensi jamur terhadap obat tersebut, harga yang relatif mahal, serta cara
penggunaan obat yang sulit.
Tanaman lidah buaya telah digunakan oleh masyarakat di Pontianak
(Kalimantan Barat) menjadi berbagai olahan baik makanan, minuman maupun
obat-obatan tetapi bagian kulit daunnya menjadi limbah. (Rafika et al, 2017).
Menurut Azizah dan Sri (2000), daun lidah buaya mengandung saponin dan
flavonoid yang diketahui mempunyai efek sebagai antimikroba dan menghambat
jamur. Sehingga pengolahan kulit daun lidah buaya dapat digunakan untuk
pengobatan antijamur dan alternatif yang dapat dilakukan dalam mengurangi
jumlah limbah kulit daun lidah buaya. Berdasarkan hal tersebut, limbah kulit buaya
dimanfaatkan sebagai alternatif lain yang lebih murah dan aman sebagai
pengobatan infeksi jamur (Huslina, 2017).
Produk antijamur dapat diolah dalam berbagai bentuk sediaan salah satunya
adalah spray. Teknik semprot atau spray memiliki keuntungan dalam dosis dimana
dengan teknik ini memungkinkan zat aktif yang akan dihantarkan ke kulit secara
langsung, daya sebar yang luas, dan dapat diberikan secara merata, tidak mudah
terkontaminasi dan juga mengurangi iritasi yang biasanya disebabkan secara
mekanik seperti penggunaan ujung jari (Jafar, 2017). Kemampuan lidah buaya
2
untuk mengobati infeksi jamur perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sediaan spray daun lidah
buaya terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes Bentuk spray dipilih
atas dasar sifat spray yang dapat memberikan suatu kandungan yang konsentrat,
namun di saat yang bersamaan memiliki profil yang cepat kering sehingga
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan mudah dipakai untuk pengguna
(pasien) (Iswandana, 2017).
I.4 Urgensi
Sediaan anti dermatofitosis mengandung antijamur dan bahan kimia yang
mengiritasi kulit sehingga memiliki efek yang merugikan bagi pemakainya. Selain
itu, tidak di rekomendasikan karena memiliki efek resisten, sehingga diperlukan
alternatif antijamur dari bahan herbal yang lebih alami dan menekan efek samping
yang diakibatkan oleh antijamur sintetik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera L.)
II.1.1 Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi dari tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut
(Tjitrosoepomo, 1998):
Kingdom Plantae
Ordo Asparagales
Famili Asphodelaceae
Genus Aloe
II.2 Jamur
Jamur atau kapang adalah nama lain dari fungi merupakan tanaman benang
(Thallophyta) yang diketahui tidak berklorofil. Dalam kehidupannya jamur
mengadakan metabolisme yang menghasilkan bermacam-macam metabolit. Hasil
metabolit jamur ada yang tidak berbahaya dan dimanfaatkan manusia serta ada pula
yang dipandang merugikan dan berbahaya dikenal sebagai mikotoksin. Mikotoksin
yaitu zat toksik atau toksin yang dihasilkan oleh jamur (Muchtar, 2011).
Salah satu penyakit infeksi jamur ialah dermatofitosis (Kumar et al, 2011).
Dermatofitosis merupakan infeksi pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan
golongan jamur dermatofita. Patogenesis dermatofitosis tergantung pada faktor
lingkungan, antara lain iklim yang panas, higiene perseorangan, sumber
penularan, penggunaan obat steroid, antibiotik, sitostatika, imunogenitas,
kemampuan invasi organisme, lokasi infeksi, dan respons imun dari pasien.
Jamur infeksi penyakit ini termasuk dalam genus Trichophyton, salah satunya
adalah Trichophyton mentagrophytes (Wahdini et al, 2015). Trichophyton
merupakan jamur yang sering menginfeksi rambut, kulit dan kuku (Sintowatia et
al, 2008).
II.3 Antijamur
Obat antijamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur. Obat-obat antijamur berdasarkan target kerja
dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu antijamur yang bekerja pada ontrol
sel jamur, asam nukleat jamur dan dinding sel jamur serta ada satu antijamur yang
tidak termasuk dalam ketiga kelompok besar di atas yaitu griseofulvin yang bekerja
pada mikrotubulus jamur (Apsari, 2013).
II.4 Sediaan Spray/Aerosol
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat
dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang
cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar
atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cukup (Depkes, III)
II.5 Metode Infusa
Infusa adalah cara penyarian simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC
selama 15 menit. Infus dibuat dengan cara simplisia dengan derajat halus yang
cocok dicampur dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan dalam tangas air
selama 15 menit dihitung mulai suhu di dalam panci sampai 90oC, sambil sekali-
kali diaduk. Infus diserkai sekali lagi panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi
kekurangan air, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh
volume yang dikehendaki (Anonim, 1986).
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas ukur, pipet tetes,
pipet volumetrik, vortex, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung, cawan petri,
termometer, inkubator, hot plate, timbangan analitik, blender, batang pengaduk,
bunsen, autoklaf, lemari pendingin, oven, penangas air, handscun, masker, lidi
kapas steril, penjepit tabung reaksi, stopwatch, spuit, gelas beker, label, ayakan 40
mesh, kertas saring, dan water bath.
III.2 Bahan
Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah serbuk daun lidah buaya (Aloe
vera L.) dan aquadest. Bahan tambahan lainnya yang diperlukan ialah media
Potatoes Dextrose Agar (PDA), asam askorbat, gliserin, isopropil alkohol, mentol,
propilen glikol, Tween 80, jamur Trichophyton mentagrophytes, NaCl 0.9%, kertas
cakram, plastik wrapping, plat silika 60 GF254, etil asetat.
III.3 Pengolahan Sampel
III.3.1 Pembuatan Simplisia
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun lidah buaya (Aloe
vera L.). Daun lidah buaya (Aloe vera L.) yang telah dikumpulkan, disortasi basah,
alumunium foil kemudian dicuci menggunakan air yang mengalir sampai bersih,
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di dalam ruangan tanpa terkena sinar
matahari langsung, disortasi kering. Setelah kering, sampel dihaluskan
menggunakan blender. Kemudian sampel diayak menggunakan ayakan 40 mesh
hingga diperoleh serbuk daun lidah buaya (Dyanti,2016).
III.3.2 Pembuatan Infusa
Simplisia daun lidah buaya ditimbang sebanyak 10 gram, ditambahkan
aquades 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu elenmeyer. Harus dipastikan
simplisisa kering terendam sepenuhnya. Kemudian dipanaskan di atas penangas air
selama 15 menit, terhitung mulai suhu 90°C sambil sekali-kali diaduk.. Selanjutnya
larutan infusa daun lidah buaya dalam keadaan panas tersebut disaring
menggunakan corong kaca yang dilapisi kertas saring. Hasil dari proses tersebut
merupakan infusa daun lidah buaya konsentrasi 100%. Konsentrasi infusa daun
lidah buaya 20, 40, dan 60% didapat melalui pengenceran dan selanjutnya
digunakan pada penelitian ini (Dyanti,2016).
III.3.3 Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaaan organoleptis terhadap infusa daun lidah buaya meliputi bentuk,
warna, bau dan rasa (Dyanti,2016).
III.3.5 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia terhadap infusa daun lidah buaya (Aloe vera L.) meliputi
analisis kualitatif terhadap senyawa flavonoid dan saponin yang dicurigai memiliki
kemampuan sebagai anti-jamur. Identifikasi senyawa dilakukan terhadap
6
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
3. Perjalanan -
4. Lain-lain 3.260.000
Jumlah 11.890.700
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Apsari A S dan Made S A. Resistensi Antijamur Dan Strategi Untuk Mengatasi. MDVI.
2013;40(2): 90
Dyanti WD, Siti K, Delima FL Pemanfaatan Infusa Lidah Buaya (Aloe vera L) sebagai
Antiseptik Pembersih Tangan terhadap Jumlah Koloni Kuman. Jurnal Cerebellum.
2(3): 2016; 581-584.
Hidayati AN, Suroso S, Hinda D, Sandra E, 2009. Superficial mycosis in mycology
division out patient clinic of dermatovenereology. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga 21(1).
Huslina F. 2017. Pengaruh ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans secara in vitro. J Biotik 5(1): 72-77
Iswanda A, Astari L. 2017. Profil dan evaluasi pasien dermatofitosis. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. 29(2): 135-141
Iswandana R, Sihombing LKM. 2017. Formulasi, uji stabilitas fisik, dan uji aktivitas
secara in vitro sediaan spray antibau kaki yang mengandung ekstrak etanol daun
sirih (Piper betle L.). J Pharm Sci Res 4(3): 121-131
Jafar G, Adiyati I, Kartanegara RFF. 2017. Pengembangan dan karakterisasi nanoemulsi
ekstrak kombinasi daun teh dan mangkokan yang diinkorporasikan ke dalam spray
sebagai penumbuh rambut. J Pharmascience 4(2): 155-166
Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C. 2011. Tinea pedis- an update. Asian Journal of
Medical Sciences 2(1): 134-8
Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C. 2011. Tinea pedis- an update. Asian Journal of
Medical Sciences 2(1): 134-8
Muchtar H, Kamsina, dan Indah T A. Pengaruh Kondisi Penyimpanan Terhadap
Pertumbuhan Jamur Pada Gambir. Jurnal Dinamika Penelitian Industri.
2011;22(1):38
Nunung Sulistyani, Eni Kurniati, Yakup, dan Risa Ayu Cempaka . Aktivitas Antibakteri
Infusa Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller). Jurnal Penelitian Saintek, Vol.
21, Nomor 2, 2016. 121
Raditya I, Lidya KMS. Formulasi, Uji Stabilitas Fisik, dan Uji Aktivitas Secara In Vitro
Sediaan Spray Antibau Kaki yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper
betle L.). Pharm Sci. 4(3): 2017; 122-124.
Rafika S, Ade Ferdinan. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak Kulit
Daun Lidah Buaya. J Pharm Sci. 4 (3): 2017; 111-112.
Sintowatia R, Ambarwatib, Kusumawati Y. 2008. Efektivitas zat antifungi biji mimba
(Azadirachta indica) terhadap Trichophyton mentagrophytes. J Kesehatan 1(2): 97-
102
10
Sulistyani N, Kurniati E, Yakup, Cempaka RA. 2016. Aktivitas antibakteri infusa daun
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller). J Penelitian Saintek 21(2): 120-128
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum: Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 150-154
Wahdini M, Ramli LM, Miliawati RNH. 2015. Karakteristik pasien dan spesies
dermatofita penyebab tinea kruris di rumah sakit umum daerah gunung jati Cirebon
Jawa Barat. Global Medical and Health Communication 3(2): 71-77
World Health Organization. 1998. The role of the pharmacist in self-care and
selfmedication, Hangue: World Health Organization, 17p
11
1
2
12
13
14
15
16
17
18
1
Lampiran 2. Justifikasi
9 Anggaran Kegiatan
1. Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
Rp Rp 270.000
Jangka Sorong 1 buah
270.000/buah
Kain Serbet 2 buah Rp 6.000/buah Rp 12.000
Rp27.000/
Plastik wrapping 1 gulung gulung Rp 27.000
Rp90.000/100
Asam askorbat 150 gram gram Rp 180.000
Rp 180.000/ Rp 18.000
Etil Asetat 100 ml
Liter
Rp
10 x 10 Rp 70.000
Plat silika 60GF254 1.750.000.000/
cm
25 pcs
Gliserin 1 kg Rp 27.000/gram Rp 270.000
19
2
Rp 1
Rp 125.500
Isopropil alkohol 500 mL
125.500/Liter
Rp 55.400/ Rp 166.200
Mentol 25 g
10 gram
Rp 31.500/ 10 Rp 157.500
Propilen glikol 50 mL
mL
Rp 92.000/ 100 Rp 92.000
Karbopol 940 10 g
gram
NaOH 150 g Rp 65.000/1 Kg Rp 65.000
Rp53.000/50 Rp 53.000
Tween 80 50 g
gram
10 Rp10.000/ Rp 100.000
Kertas Saring
lembar lembar
Kertas Label 2 pak Rp7.000/pak Rp 14.000
- - - -
2
Lampiran 3. Susunan
32 Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas