Oleh :
TRI MADU
NIM : D1A200069
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr. wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Sarjana Farmasi yang berjudul
“FORMULASI SUSPENSI EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA
CATECHU L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI SUSPENDING AGENT
(CMC-Na) DAN UJI AKTIVITAS ANTI ANTELMINTIKSECARA IN
VITRO”. Proposal Sarjana Farmasi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika
dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Apt.
Kusdi Hartono, S.Si.,M.M.Kes selaku dosen pembimbing 1 dan kepada Ibu Apt.
Tita Khosimah Hidayati, M.Farm selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan dalam Proposal ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada:
1. Orang tua tercinta atas seluruh dukungan baik moril maupun materil.
2. Dr. H. Didin Muhafidin, S.IP, M.Si selaku Rektor Universitas Al-Ghifari.
3. Bapak dan Ibu dosen Universitas Al-Ghifari.
4. Seluruh staf Universitas Al-Ghifari..
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
iiiii
Akhir kata semoga Proposal ini bermanfaat bagi semua pihak dan keterbatasan
dalam Proposal dapat ditingkatkan peneliti selanjutnya pada masa yang akan
datang.
Wassalamualaikum, wr. wb
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
5
DAFTAR TABEL
Tabel 1.10 Rancangan Rancangan Formula Suspensi Ekstrak Biji Pinang (Areca
catechu L) ............................................................................................ 7
v6
PROPOSAL USULAN PENELITIAN
Oleh:
TRI MADU
D1A200069
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang dikenal kaya akan
keanekaragaman hayati, termasuk didalamnya tumbuhan obat. Obat tradisional
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
alternatif pengobatan. Salah satu contoh tanaman obat adalah biji pinang. Penelitian
yang pernah dilakukan ternyata biji pinang memiliki efek antioksidan dan
antimutagenik, astringent, dan anthekmintik (Febriani.Y., 2014).
17
Infeksi cacingan merupakan salah satu penyakit yang paling umum
tersebar, khususnya anak-anak. WHO menyatakan pada tahun 2018, lebih dari 1,5
miliar orang atau 24 % populasi di dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminth
(STH) atau infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah (WHO, 2018).
Pengendalian penyakit cacing terutama ascariasis dapat dilakukan dengan
menggunakan obat kimia maupun obat tradisional. Penggunaan obat kimia
dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping. Piperazin sitrat 75 mg/kgBB
(maksimum 3,5 g/hari), pemberian selama dua hari. Efek sampingnya kadang-
kadang menyebabkan urtikaria, gangguan gastrointestinal, pusing (Ideham dan
Pusarawati,2017).
Penggunaan obat dari bahan alam mempunyai kelebihan yaitu mudah
didapatkan dan efek samping yang ditimbulkan relatif lebih kecil bagi kesehatan.
Biji pinang ini dipilih karena belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di
Indonesia. Secara tradisional biji pinang digunakan sebagai obat pendarahan antara
lain untuk menghentikan pendarahan, haid banyak mengeluarkan darah, dan sebagai
obat luka bakar, obat cacingan dan kudis (Eka.Y.A.N, 2020).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yessi Febriani 2014 menunjukkan
bahwa ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) mengandung metabolit
sekunder yaitu alkaloid seperti arkolidine, arekain, guvalokin, guvasine dan
isoguvasine yang menunjukkan bahwa biji pinang (Areca catechu L.) memiliki
aktivitas sebagai Antelmintik pada konsentrasi 4%.
Penelitian ini menggunakan spesies cacing gelang yang menyerang unggas
(ayam), yaitu Ascaridia galli yang memiliki familia yang sama dengan Ascaris
lumbricoides, bereaksi terhadap piperazin. Dan hospesnya terinfeksi dengan cara
menelan telur cacing yang infektif (Widodo,2013). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui aktifitas Suspensi Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.)
sebagai antelmintik terhadap kematian cacing Ascaridia galli secara in vitro dan
mengetahui formulasi suspensi mana yang terbaik.
28
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan
disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990). Beberapa suspensi resmi
diperdagangkan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam cairan
pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya
(Ansel, 1989).
Bahan pensuspensi atau Suspending agent yang sering digunakan adalah
Natrii Carboxymethylcellulosum (CMC Na). Dikarenakan CMC Na sifatnya yang
kering dan mudah terdispersi serta mengembang dengan pengocokan secara
manual (Syamsuni, 2006). CMC Na akan membentuk sistem dispersi koloid dan
meningkatkan viskositas. Ketika terdispersi ke dalam air, butir-butir CMC Na yang
bersifat hidrofilik akan menyerap air dan meningkatkan kestabilannya. Rentang
konsentrasi pensuspensi CMC Na antara 0,1%-1%. Konsentrasi tersebut adalah
kadar yang di anjurkan pemakaian untuk sediaan suspense (Wade and Waller,
1994). Dengan alasan tersebut peneliti ingin mengetahui perbedaan antar
konsentrasi apakah berpengaruh terhadap stabilitas fisik dari masing-masing
konsentrasi.
Pembuatan sediaan suspensi dengan bahan aktif tanaman herbal saat ini
masih jarang dilakukan apa lagi dimodifikasi sehingga memiliki efek sebagai
Antelmintik. Banyak sisi pertimbangan yang digunakan oleh masyarakat sebagai
landasan berpikir untuk penggunaan bahan alam antara lain bahan bakunya yang
relatif murah dan mudah didapat sejak jaman nenek moyang kita telah digunakan
untuk penyakit yang disampaikan secara turun-temurun hingga sekarang. Di sisi
lain banyaknya dampak negatif penggunaan bahan-bahan sintetik menyebabkan
kecenderungan masyarakat untuk kembali ke bahan alam sebagai alternatif dalam
kesembuhan, pemeliharaan, dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat.
3
9
Berdasarkan latar belakang diatas perlu dikembangkan formulasi suspensi
ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) dengan variasi konsentrasi Na-CMC
untuk mengetahui efektivitas ekstrak biji pinang dengan konsentrasi manakah lebih
efektif sebagai antelmintik secara In Vitro dalam bentuk sediaan suspensi.
10
4
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Februari-Agustus
tahun 2022. Pengujian anthelmintik ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.)
terhadap cacing gelang Ascaridia galli bertempat di Laboratorium Farmasi Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al-
Ghifari Bandung.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Alat Penelitian
5
11
1.7 Pembuatan Simplisia
Sampel buah pinang yang digunakan di kumpulkan dan selanjutnya dilakukan
sortasi basah lalu dicuci dengan air mengalir. Buah pinang yang telah di bersihkan di
belah dan bagian biji di potong kecil-kecil kemudian di kering anginkan. Simplisia
yang telah kering dengan dihitung persen kadar airnya yaitu harus <10% tujuannya
agar simplisia tidak mudah rusak oleh jamur atau kapang yang diakibatkan tingkat
kelembapan yang dimiliki oleh simplisia yang masih tinggi, lalu kemudian di buat
serbuk dengan cara di tumbuk dan di ayak. Serbuk simplisia disimpan dalam wadah
yang bersih dan tertutup rapat (Vonna, 2015).
1.8 Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Pinang
Serbuk simplisia biji pinang di ektraksi dengan pelarut etanol 70% menggunakan
metode maserasi. Serbuk dimasukan kedalam bejana kemudian dituangi dengan
pelarut etanol 70%. Ditutup dan setiap 24 jam di perbarui pelarutnya. Maserasi
dilakukan selama 3 hari. Setelah 3 hari ekstrak di saring. Ekstrak yang di peroleh
dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator untuk memisahkan
pelarut dengan zat aktif (Dewi, 2011).
kemudian disaring dan filtrat yang diperoleh dimasukkan dalam tabung reaksi
M. Lapisan asam yang terbentuk kemudian diteteskan pada lempeng tetes lalu
126
b. Uji Flavonoid
c. Uji Saponin
hingga kering. Residu yang tersisa dilarutkan dengan eter lalu ditambah 3 tetes
asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat. Hasil steroid positif ditunjukkan
e. Uji Tanin
Sampel ditambah 100 ml air panas dan dididihkan selama 5 menit kemudian
disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah larutan FeCl3 1%. Hasil positif
13 7
1.10.Rancangan Formula Suspensi
Dalam 100 ml Suspensi Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catethcu L.) mengandung :
Tabel 1. Rancangan Formulasi Suspensi Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca
catechu L.
Bahan Formula I Formula II Formula III Range (%) Fungsi
148
1.11. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi
Suspensi ekstrak etanol biji pinang (Arecha catecu L.) dievaluasi
stabilitasnya dengan dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik pada suspensi meliputi penilaian perubahan
warna, bau, rasa dan tekstur. (Sana,dkk.,2012).
2. Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi. Suspensi dimasukkan dalam beker gelas kemudian pH
meter dicelupkan ke dalam suspensi. Nilai pH suspensi diketahui
dengan melihat angka yang tertera pada pH meter (Nursida
et.al.,2016). Standar pH larutan adalah 5,3-6,5 (Ansel, 1989).
3. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan terhadap suspensi yang telah dibuat
sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pengukuran
viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield
nomor spindel 61 kecepatan 6 rpm nilai viskositas suspensi menurut
SNI adalah 37 cP-396 cP (Nursida et.al.,2016).
4. Pengukuran Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi
Pengukuran volume sedimentasi terhadap suspensi yang telah dibuat
sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pengukuran
volume sedimentasi dilakukan dengan membandingkan antara volume
akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo) sebelum terjadi
pengendapan. Kemampuan redispersi baik, apabila suspensi
terdispersi sempurna jika dikocok dengan tangan maksimum selama
30 detik (Nursida et.al.,2016). Pengujian sedimentasi yang baik pada
suspensi yang baik memiliki harga <1 atau >1 (Wahyuni, 2017).
159
1.12 Uji Aktivitas Anti Anthelmintik Ekstrak Etanol Biji Pinang
1. Uji Kelangsungan Hidup
75 ekor cacing dimasukkan dalam beker glass yang telah berisi NaCl
fisiologis, kemudian diinkubasi selama 3 jam lalu diamati apakah cacing
mati atau tidak. Cacing diperkirakan mati apabila lumpuh tidak bergerak
dibagian dasar beker glass dan berwarna pucat. Bila tidak bergerak cacing
dimasukkan dalam air panas 50oC, bila cacing tetap diam, cacing dianggap
sudah mati, tetapi bila masih bergerak berarti cacing masih hidup (Umboro
R.O, 2019).
2. Pembuatan Larutan Pirantel Pamoat
Suspensi pirantel pamoat 10 ml konsentrasi 2,5% ( dengan takaran 1
sendok 5ml) disiapkan dan diencerkan dengan NaCl 0,9% add 25 ml.
Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
3. Penyiapan Hewan Uji
Ayam kampung yang baru dipotong dari tempat pemotongan ayam di pasar
tradisional di Kota Bandung, dibelah satu persatu ususnya. Bila ayam
tersebut terinfeksi cacing, maka akan ditemukan cacing gelang Ascaridia
galli. Cacing kemudian diambil dengan menggunakan pinset dan
dibersihkan menggunakan larutan NaCl 0,9%. Cacing yang dipilih adalah
cacing yang mempunyai ukuran tubuh dan panjang tubuh sama tanpa
dibedakan jenis kelaminnya (Suherti et al,2010), kemudian dimasukkan
dalam wadah yang berisi larutan NaCl 0,9% yang telah disiapkan.
4. Uji Daya Anti Anthelmintik
Pengujian aktivitas antelmintik menggunakanAscaridia galli sebanyak 75
ekor. Kemudian di kelompokkan menjadi 5 kelompok dan setiap kelompok
dilakukan 3 kali replikasi. Adapun perlakuan pada tiap kelompok
dilakukan sebagai berikut :
16
10
a) Kelompok perlakuan I: Ascaridia galli + Kontrol negatif dengan NaCl
0,9%
b) Kelompok perlakuan II: Ascaridia galli + Kontrol positif dengan
pirantel pamoat 2,5%
c) Kelompok perlakuan III: Ascaridia galli + Suspensi ekstrak biji pinang
Na-CMC 0,5%
d) Kelompok perlakuan IV: Ascaridia galli + Suspensi ekstrak biji pinang
Na-CMC 1%
e) Kelompok perlakuan V: Ascaridia galli + Suspensi ekstrak biji pinang
Na-CMC 1,5%
11
17
a. LC50 (Lethal Consentration)
LC50 adalah suatu nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang
dapat mengakibatkan kematian organisme sampai 50% yang dapat
diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada waktu pengamatan tertentu.
Nilai kematian 50% per hari (LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan
menggunakan persamaan regresi antara log konsentrasi dan mortalitas (%)
(Ismail,dkk.,2017).
Data mortalitas yang diperoleh dihitung persentase mortalitas kematian
cacing dengan rumus berikut (Sudarmika, 2014) :
𝑎
% Mortalitas = × 100%
𝑏
Keterangan :
a = Jumlah cacing yang mati
b = Total cacing yang diujikan
yang didapat dari jumlah cacing yang lisis/mati dan jumlah cacing yang
paralisis tiap jam pada tiap kelompok uji. Selanjutnya analisis dilanjutkan
95%.
18
12
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke IV. Universitas
Indonesia Press; Jakarta.
Febriani.Y., Hidayat.S., Srftiana.S. 2014. Aktivitas anti cacing ekstrak etanol biji
pinang (Areca catechu L.) Terhadap Ascaridia galli.Journal Of
Pharmaceutical Science and Tecnology Vol.III.No.2. Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia.
Harborne, JB. (1984). Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd. London.
Lina.R.N, Wijaya.H.M, 2021. Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi
Kombinasi Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dan Umbi Rumput Teki
(Cyperus Rotundus L.) Dengan Variasi Konsentrasi Suspending Agent Pga
(Pulvis Gummi Arabici) Dan CMC-NA (Carboxymethylcellulosum Natrium).
Cendekia Journal of Pharmacy.STIKES Cendekia Utama; Kudus.
Nursida., Hardianti.B., Lebang.J.S., Utami.Y.P. 2016. Uji Efektivitas Sediaan Suspensi
Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Terhadap Aktivitas Fagositosis Pada
Mencit Jantan (Mus Musculus) Journal Of Pharmaceutical and Medicinal
Sciences 1(1). Makassar.
Suena.N.M.D.S., 2015. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi Dengan Kombinasi
Suspending Agent PGA (Pulvis Gummi Arabici) dan CMC-Na
13
19
(Carboxymethylcelullosum Natrium). Jurnal Medicamento
Vol.1.No.1.AKFAR Saraswati : Bali
Taurina.W. Fahrurroji.A., Formulasi Dan Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen
Dengan Menggunakan Natrosol Hbr Sebagai Bahan Pensuspensi. Media
Farmasi Indonesia. UNTAN; Pontianak.
Tiwow.D., Bodhi.W..,Kojong.N.S. 2013. Uji Efek Anthelmintik Ekstrak Etanol Biji
Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Cacing Ascaris Lumbricoides dan
Ascaridia Galli In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.2.No.02. UNSRAT :
Manado
Uji Stabilitas Fisik Dan Daya Antibakteri Suspensi Eritromisin Dengan Suspending
Agent Pulvis Gummi Arabici.
14 20
LAMPIRAN 1. Penyiapan Simplisia
21
15
LAMPIRAN 2. Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L)
Simplisia kering
Lakukan pengadukan
sesekali
Dipekatkan menggunakan
Alat rotary evaporator
22
16
Berat Ekstrak
% Rendemen Ekstrak = x 100 %
Berat Simplisia
23
17
LAMPIRAN 4. Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Biji Pinang (Arecha
catehcu L)
24
Suspensi ekstrak etanol Suspensi ekstrak etanol Suspensi ekstrak etanol
biji pinang 100 mL biji pinang 100 mL biji pinang 100 mL
dengan CMC Na 0,5% dengan CMC Na 1% dengan CMC Na 1,5%
LAMPIRAN 5. Evaluasi Sifat Fisik Mutu Suspensi Ekstrak Biji Pinang
(Areca cathecu L.)
25
18
LAMPIRAN 6. Penyiapan Hewan Uji
26
19
LAMPIRAN 7. Pembuatan Larutan Kontrol Positif
27
20
Lampiran 8. Uji Daya Anti Antelmintik Suspensi Ekstrak Etanol Biji Pinang
Analisis Data
21
28
LAMPIRAN 9. Prosedur Kerja Alat Viskometer BrookfeldLVT230
Viskometer
Dinyalakan Viskometer
Nilai viskositas
2922
LAMPIRAN 10. Perhitungan Bahan Formulasi Sirup Biji Pinang
4
1. Ekstrak etanol biji pinang 4% = 100 𝑥 100 𝑚𝑙
= 4 gram
3
2. Propilenglikol 3% = 100 𝑥100 𝑚𝑙
= 3 gram
30
3. Sorbitol 30% = 100 𝑥100 𝑚𝑙
= 30 gram
0,5
4. CMC-Na 0,5% = 100 𝑥100 𝑚𝑙
= 0,5 gram
1
5. CMC-Na 1% = 100 𝑋100 𝑚𝑙
= 1 gram
1,5
6. CMC-Na 1,5% = 100 𝑋100 𝑚𝑙
= 1,5 gram
0,02
7. Natrium Benzoat 0,02% = 100 𝑥100 𝑚𝑙
= 0,02 gram
0,01
8. Oleum Citric 0,01% = 𝑥100%
100
= 0,01 gram
30
23
Lampiran 11. Perhitungan Larutan Uji
3124
5. Larutan Uji Suspensi Ekstrak Biji Pinang 4% dengan CMC-Na 1,5%
32
25