TUGAS AKHIR
Oleh :
Disetujui oleh,
DEKAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh isi buku tugas akhir ini dengan judul
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang ada dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Tertanda
ABSTRAK
ABSTRACT
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi S1 Jurusan
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tugas akhir
penulis. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
i
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB
ii
3.3 Hewan Percobaan ...................................................................... 28
IV PENELITIAN .................................................................................. 29
LAMPIRAN .............................................................................................. 48
iii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
PENDAHULUAN
tanaman obat sekitar 40.000 jenis namun baru sekitar 2,5% yang telah dieksplorasi
dan dimanfaatkan sebagai obat tradisonal. Adanya kesadaran terhadap mutu dan nilai
berasal dari tanaman yang mengandung senyawa aktif. Hal itu dibuktikan dengan
Tumbuhan merupakan sumber bahan kimia produk alami bahan obat yang
penting bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia (2). Salah satu tumbuhan obat yang
Tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai obat namun masyarakat masih belum banyak
akar kanjat biasa digunakan untuk mengobati masalah gangguan haid/nyeri haid pada
wanita, selain itu tumbuhan ini bisa digunakan untuk penyakit, tetanus, keguguran,
dan opthalmia(3).
merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan
1
2
trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi dapat juga
diartikan sebagai usaha tubuh untuk mengaktivasi atau merusak organisme yang
inflamasi ini banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal seperti histamin,
dan prostaglandin(4).
Obat kimia yang digunakan untuk mencegah inflamasi tersebut, salah satunya
menyebabkan efek samping pada saluran cerna dan penghambatan pada enzim
yang merupakan mediator radang(5). Oleh karena itu perlu dicari pengobatan alternatif
untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri dan peradangan dengan efek samping
juga memiliki khasiat sebagai antiinflamasi karena nyeri dan inflamasi memiliki
Dari sini peneliti ingin meneliti tentang akar tanaman kanjat yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya efek antiinflamasi ekstrak etanol akar kanjat.
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi tentang
memanfaatkan lebih optimal untuk pengobatan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta,
Kelas : Magnoliopsida(Dicots),
Bangsa : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Gymnopetalum
1.1.2 Sinonim
Sinonim tanaman kanjat adalah Gymnopetalum cochinchinense
leucstictum Miq(7,8,9).
4
5
1.1.4 Morfologi
famili cucurbitaceae dengan ciri khas sebagai berikut : terna tahunan atau
Adapun batang dan cabangnya ramping dan berbulu tipis. Buahnya berbentuk
dari buah sekitar 4-7 cm. Saluran kaliksnya berbulu tipis namun, lebih sedikit
Bunga laki-laki nya soliter, gagang bunga ramping ukuran nya 10-15 cm.
Bunga betina nya juga soliter, gagang bunganya ukurannya 1-4 cm. Biji lonjong
dengan ukuran 7 x 3-3,5 mm, kedua ujung nya tumpul. Daunnya berbentuk
palmate, tiap bagian berbentuk bulat telur atau segitiga atau ± 3-5 sudut dengan
sebagai antidotum untuk keracunan akibat buah matangnya, selain itu juga
untuk mengobati tetanus setelah keguguran; jus dari tumbukan daunnya diletak
kan lalu di oleskan di sekitar mata untuk memperbaiki opthalmia, jus dari akar
kanjat juga berkhasiat sebagai mengatasi nyeri badan dan pengecilan tungkai(3).
6
1.1.7 Penyebaran
atau kaki gunung di ketinggian 400-900 m. Selain itu di sisi jalan, ladang dan
1.2 Inflamasi
Respon pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan, atau
kimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon dari inflamasi adalah menarik
protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar
Gejala respon inflamasi meliputi, rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri),
dan udema (pembengkakan). Respon inflamasi dapat bersifat akut dan kronik.
7
Inflamasi akut ini terjadi segera setelah terjadi cedera, sedangkan inflamasi kronik
merupakan inflamasi yang berlangsung lebih dari dua minggu dan timbul setelah
i) Inflamasi akut
tersebut karena bahan kimia yang dilepaskan oleh sel yang cedera, sel
cedera, daerah cedera yang sudah dipadati oleh leukosit yang keluar
dari pembuluh darah. Neutrofil adalah sel yang pertama kali tiba
bahan kimianya seperti histamin, serotonin dan bahan kimia lainnya. Histamin
yang merupakan mediator kimia utama inflamasi juga dilepaskan oleh basofil
eusinofil) yang dapat menarik sel-sel ke daerah cedera. Selain itu, juga
dan meningkatkan adhesi leukosit pada pembuluh kapiler selama cedera atau
infeksi (17).
11
terhadap suatu rangsang atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi rangsangan
jawab pada perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada
merah. Oleh karena aliran darah yang lambat, sel darah merah akan
aliran darah maka sel darah putih akan menempel pada dinding pembuluh
kimia dari dereganulasi sel mast dan pelepasan mediator-mediator kimia lain
dalam keadaan normal tidak dapat keluar dari pembuluh darah dapat lolos
eritema (kemerahan).
menjadi asam arakidonat dikatalisis oleh fosfolipase A2. Asam arakidonat ini
nyeri. Sintesis prostaglandin ini dapat dihambat oleh golongan obat AINS.
dan meningkatkan adhesi leukosit pada pembuluh kapiler selama cedera atau
infeksi (17).
1.3 Antiinflamasi
obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek
prostaglandin (19).
ginjal, saluran cerna dan trombosit. Jika aktivitas COX-1 dihambat oleh AINS
maka akan timbul efek samping pada berbagai organ dan jaringan tersebut.
Sedangkan jika aktivitas COX-2 dihambat oleh AINS maka akan timbul efek
samping pada berbagai organ dan jaringan tersebut. Sedangkan jika aktivitas
dibanding AINS non-selektif tetapi tidak ada yang secara klinis terbukti lebih
mengatasi inflamasi dan nyeri adalah natrium diklofenak. AINS derivat fenil
asetat ini, memiliki aktivitas analgesik dan antipiretik serta memiliki potensi
efek antiinflamasi kuat dengan efek samping iritasi terhadap saluran cerna
karena arthritis.
saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada
sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruhnya singkat yakni 1-3 jam, diklofenak
Waktu Waktu
Obat konsentrasi paruh Dosis Selektivitas
puncak (jam) (jam)
Salisilat
Aspirin 0,5-1 0,3 q 4-6 jam COX 1 = COX 2
Difunisal 2-3 12 q 8-12 jam tad
Asam Asetat
Indometasin 1,5 2,5 q 12 jam COX 1 > COX 2
Sulindak 8 13 q 12 jam tad
Etadolak 1 7 q 6-8 jam COX 2 > COX 1
Asam
antranila
Asam
2-4 3-4 q 6 jam tad
mefenamat
Sulfonanilida
Nimelsulid 1-3 2-5 q 12 jam COX 1 >> COX 2
Asam asetat
heteroaril
Diklofenak 2-3 1-2 q 8-12 jam COX 1 >> COX 2
Keterolak 0,5-1 5 q 4-6 jam tad
Asam
arilpropionat
Ibuprofen 1-2 2 q 6-8 jam COX 1 > COX 2
Naproksen 2 14 q 12 jam COX 1 > COX 2
Ketoprofen 1-2 2 q 6-8 jam tad
16
Waktu Waktu
Obat konsentrasi paruh Dosis Selektivitas
puncak (jam) (jam)
Asam enolat
Piroxikam 3-5 45 - 50 qd COX 1 > COX 2
Meloxikam 5-10 15 - 20 qd COX 2 > COX 1
Alkanone
q 12-24
Nabumetone 4-5 24 COX 1 = COX 2
jam
Koksib
q 12-24
Celecoxib 2-3 11 COX 2 >> COX 1
jam
Etirocoxib 2-3 15 - 22 qd COX 2 >> COX 1
Tad : tidak ada a; q : setiap ;qd ; sekali sehari
merupakan terapi simptomatis, yaitu hanya ada gejalanya saja yang dihambat
Fosfolipid
Fosfolipase Kortikosteroid
Asam Arakidonat
Hidroperoksid Endoperoksid
Tromboksan A2
Prostasiklin
Leukotrien
Prostaglandin (PGE2,PGF2,PGD2)
mengurangi atau menekan derajat udem yang dihasilkan oleh induksi hewan uji. Ada
beberapa macam teknik pengujian yang telah diperkenalkan untuk mengevaluasi efek
Induksi udem pada kaki hewan uji yang umum digunakan untuk
peradangan dan edema. Dalam metode ini tikus disuntikkan karagenan secara
subplantar. Obat uji diberikan secara oral. Volume udem kaki diukur dengan
obat uji mengurangi udem yang diinduksi pada telapak kaki hewan uji.
histamin 1%
daun telinga kanannya. Telinga kiri digunakan sebagai kontrol. Terdapat dua
parameter yang diukur dalam metode ini, yaitu ketebalan dan bobot dari daun
19
telinga mencit. Ketebalan daun telinga mencit yang telah diinduksi diukur
kiri. Jika menggunakan parameter bobot daun telinga, maka daun telinga
telinga kirinya.
diberikan secara topikal pada kedua permukaan daun telinga kanan hewan uji.
1.5 Karagenan
merah Irlandia (Chondrus crispus). Karagenan juga merupakan suatu zat asing
(antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator
radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi
terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya. Karagenan terbagi atas tiga
fraksi, yaitu kappa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan. Karagenan
32-39%. Larut dalam air panas (70°C), air dingin, susu, dan dalam larutan gula
makanan/minuman (18).
20
striatum, Euchema speciosum. Bahan ini larut dalam air panas. Kappa
isiforme, dan Euchema uncinatum. Bahan ini larut dalam air dingin. Iota
Lambda karagenan larut dalam air dingin. Berbeda dengan kappa dan iota
1.6 Simplisia
Simplisia adalah bahan yang yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
Simplisia ada tiga macam, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia
pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimasukkan eksudat adalah isi sel yang
21
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari tanamannya
simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
kegunaannya maka simplisia harus memenuhi persayaratan minimal. Dan untuk dapat
antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk cara
penyimpanan bahan baku simplisia dan cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.
1.7 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati dan simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
ditetapkan (23,24).
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas.
22
menggunakan cara dingin dan cara panas adalah sebagai berikut (25):
i) Maserasi
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
(26)
industri . Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk
tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup
termolabil (25).
ii) Perkolasi
i) Soxhlet
ii) Digesti
40°C-50° C (25).
24
iii) Infus
iv) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari 30°)
METODE PENELITIAN
laboratorium. Pada penelitian ini akan dilakukan uji efek antiinflmasi. Penelitian ini
bahan menjadi simplisia, pembuatan ekstrak simplisia dari akar kanjat menggunakan
ekstrak etanol akar kanjat terhadap telapak kaki tikus yang diinduksi radang dengan
karagenan. Bahan yang digunakan adalah akar tumbuhan kanjat. Pengolahan bahan
meliputi sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan dan sortasi kering lalu
maserasi lalu dipekatkan sehingga didapat ekstrak kental. Pada pengujian efek
antiinflamasi ini, hewan uji diberikan ekstrak etanol akar kanjat dengan variasi dosis
yang berbeda yaitu 50, 100, 200 mg/kg bb secara oral kemudian setelah 30 menit
penelitian ini adalah volume radang dan parameter keberhasilan uji adalah adanya
penurunan persen radang kaki tikus yang diberi sediaan uji yang dibandingkan
25
26
dengan kelompok kontrol yang berbeda bermakna secara statistik. Data yang
diperoleh secara statistik dengan analisis variasi (ANAVA) dan uji lanjut
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, pletismometer,
timbangan analitik, timbangan hewan, sonde oral, spuit 1 mL, dan 5 mL, mortar,
stamper, gelas kimia, gelas ukur, evaporator, pipet tetes, tabung reaksi, kaki tiga,
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah simplisia akar tanaman kanjat, karagenan, PGA
1%, etanol 70%, aquadest, natrium diklofenak, ammonia, kloroform, HCL 10%,
pereaksi Mayer, asam klorida, alkohol, FeCl3 1%, pereaksi Steasny, besi (III) klorida
1%, NaOH, eter, pereaksi Dragendorf, asam sulfat, amil alkohol, larutan gelatin, Na
3.3 Hewan
Hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan bobot
rata-rata 200-250 gram yang diperoleh dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
27
BAB IV
PENELITIAN
4.1.2 Determinasi
pada suhu kamar, sebanyak 100 gram serbuk simplisia ditimbang dan
28
29
3x24 jam dan diaduk sesekali. Disaring dengan menggunakan kain flanel
selama 3x24 jam dan dimaserasi kembali dengan etanol 500 mL dengan
waktu yang sama. Setelah diperoleh ekstrak cair saring menggunakan kain
flanel dan kertas saring kemudian ekstrak dipekatkan dengan alat penguap
4.2.1 Alkaloid
kertas saring, filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A).
Sebagian dari larutan A (10 mL) diekstraksi dengan 10 mL larutan HCl 1:10
B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot
4.2.2 Flavonoid
amil alkohol, dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna pada
4.2.3 Saponin
saponin, bila ditambahkan 1 tetes asam klorida 1% (encer) busa tetap stabil.
31
4.2.4 Tanin
ditambahkan larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya warna biru tua atau
HCl pekat = 2:1), dan dipanaskan di atas tangas air. Terbentuknya endapan
tetes larutan feri (III) klorida 1%. Terbentuknya warna biru tinta menunjukkan
4.2.5 Kuinon
golongan kuinon.
4.2.6 Steroid/Triterpenoid
200 mL toluene jenuh air dimasukkan ke dalam labu melalui kondensor, labu
dinaikkan sampai 4 tetes setiap detik. Setelah semua air tersuling bagian
tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Volume air diamati
krus porselen yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian dipijarkan perlahan-
lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini
33
melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring beserta sisa penyaringan
dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan
dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat
dalam kurs porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu
105oC selama 30 menit dan telah ditara. Simplisia diratakan dalam krus
oven, buka tutup krus, panaskan pada temperatur 100oC sampai dengan
105oC, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang konstan.
Perhitungan dosis dan pembuatan sediaan uji dapat dilihat pada Lampiran 5.
ekor mencit yaitu terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif
kelompok pembanding, dan kelompok uji yang diberi ekstrak etanol akar kanjat dosis
Sebelum percobaan tikus dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi air
minum dan ditimbang satu persatu. Kelompok kontrol negatif diberi aquadest,
kelompok kontrol positif diberi CMC 1%, kelompok pembanding diberi natrium
34
diklofenak 0,9 mg/200 gr bb tikus; kelompok uji diberi sediaan ekstrak akar kanjat
dengan dosis 1 (50 mg/kg bb); dosis 2 (100 mg/kg bb) dan dosis 3 (200 mg/kg bb).
Semua sediaan diberikan secara oral sebanyak 1 mL/200 gram bb sebelum induksi.
radangnya selama 6 jam dengan interval 30 menit dan dilihat kembali setelah 24 jam.
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan analisis variasi (ANAVA) dan uji
mengurangi udema yang diinduksi pada telapak kaki hewan percobaan. Persentase
𝑣𝑡−𝑣𝑜
% radang = 𝑋 100%.
𝑣𝑜
𝐴−𝐵
% Inhibisi radang = 𝑥 100%
𝐵
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah akar tumbuhan kanjat
Teknologi Hayati (SITH) ITB, yang bertujuan untuk pemastian tumbuhan kanjat ini
yang digunakan adalah bagian akarnya. Setelah dilakukan pengumpulan akar kanjat
dilakukan sortasi basah yang bertujuan untuk memisahkan kotoran atau benda asing
lainnya dari bahan simplisia. Selanjutnya akar kanjat dicuci pada air mengalir, hal ini
dilakukan untuk menghilangkan tanah atau pengotor lain yang menempel di akar
kanjat. Dan kemudian dikeringkan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Bahan baku yang telah
kering diserbukkan dan disimpan dalam wadah kering yang kedap udara.
simplisia yang bertujuan untuk standarisasi simplisia yang diteliti. Berikut adalah
hasil dari pemeriksaan karakteristik dari simplisia dapat dilihat dari Tabel berikut ini:
35
36
No Karakteristik Kadar(%)
1 Kadar air 6,0
2 Kadar abu total 9,0
3 Kadar abu larut air 2,5
4 Kadar abu tidak larut asam 0,8
5 Kadar sari larut air 8,9
6 Kadar sari larut etanol 9,9
7 Susut pengeringan 10,6
Penetapan kadar air dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal
atau rentang kandungan air dalam simplisia, yang cepat mencegah terjadinya reaksi
bahwa kadar air simplisia telah memenuhi persyaratan yaitu ≤ 10%. Kadar abu total
dan abu tidak larut asam menunjukkan adanya cemaran logam yang tidak mudah
hilang pada suhu tinggi. Adapun kadar sari larut air maupun kadar sari larut etanol
merupakan indikator banyaknya zat khasiat yang dapat tersari oleh pelarut air
maupun etanol.
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap akar kanjat yang bertujuan untuk mengetahui
golongan senyawa yang terdapat dalam akar kanjat dan hasil penapisan fitokimia
serbuk simplisia akar kanjat mengandung golongan senyawa kimia yaitu flavonoid,
sekunder yang tidak tahan pemanasan yang diduga memiliki aktivitas antiinflamasi
seperti flavonoid, cara pekerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Sebelum
semakin baik penetrasi pelarut masuk ke dalam membran sel atau berinteraksi dengan
metode pembentukan radang pada telapak kaki tikus yang diinduksi dengan lambda
kaki tikus dilakukan dengan alat pletismometer setiap ½ jam selama 6 jam dan
setelah 24 jam. Tikus yang dilakukan dalam pengujian ini adalah tikus jenis kelamin
jantan. Jenis kelamin jantan dipilih agar respon inflamasi pada tikus tidak dipengaruhi
oleh hormon. Metode pembentukan radang pada telapak kaki tikus pengujiannya
sederhana dan cepat sebagai induktor radang diperoleh dipilih lambda karagenan
38
karena lambda karagenan dapat menimbulkan gejala inflamasi akut selain itu
diperoleh dari rumput laut merah Irlandia (Chondrus crispus). Karagenan berperan
(30)
dalam pembentukan radang dalam model inflamasi akut . Karagenan merupakan
suatu zat asing (antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang pelepasan
mediator radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh
(31)
bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya . Mekanisme
lambda karagenan dalam menimbulkan radang yaitu dengan merangsang lisisnya sel
efek antiinflamasi dengan menurunkan persen radang rata-rata kaki tikus secara
statistik berbeda bermakna dibandingkan terhadap kontrol (p< 0,05) sehingga metode
yang digunakan dapat dinyatakan valid/benar dan dapat digunakan dalam pengujian
memiliki daya antiradang yang paling kuat dan efek samping yang relatif kecil
600
Dari hasil rata-rata radang kaki tikus (Tabel 5.3) pada kelompok kontrol
positif menunjukkan terjadi kenaikan persentase radang pada jam ke 0,5-4 dan
mengalami penurunan pada jam ke 4,5 dan meningkat lagi dari jam ke 5-6 dan
menurun pada jam 24. Hal ini berarti induksi dengan lambda karagenan berhasil
dilihat dari kenaikan volume radang pada tiap waktu pengukuran. Pada kontrol
pembanding Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada jam 0,5-6 jam dan kemudian
pada jam 1,5, ini menunjukkan adanya efek antiinflamasi dari kontrol pembanding
natrium diklofenak. Pada ekstrak etanol akar kanjat dosis 50 mg dan 100 mg/kg BB
pada jam 0,5-6 dan kemudian 24 jam terdapat perbedaan bermakna dibandingkan
dengan kontrol positif ini menunjukkan adanya efek antiinflamasi, sedangkan ekstrak
etanol akar kanjat dosis 200 mg/kg BB pada jam 0,5, 2,5-6 jam dan kemudian 24 jam
Pembanding 0 60 120 180 180 120 80 170 130 110 120 100 70 70
±0 ±54,73* ±83,66* ±192,35 ±178,88* ±44,72* ±83,66* ±83,67* ±67,08* ±89,44* ± 83,67* ±100* ±67,08* ±44,72*
p 0 0,017 0,034 0,124 0,025 0,006 0,008 0,022 0,002 0,001 0,000 0,008 0,008 0,007
EAAK 0 100 70 60 60 120 110 90 140 130 110 80 70 20
50 mg/kgbb ±0 ±61,23* ±67,08* ±54,77* ±41,83* ±44,72* ±74,16* ±74,16* ±54,77* ±83,66* ±54,77* ±57,01* ±44,72* ±27,38*
P 0 0,043 0,008 0,09 0,000 0,006 0,008 0,001 0,003 0,004 0,000 0,008 0,007 0,007
EEAK 0
±0 60 110 90 160 120 70 90 110 160 170 120 120 40
100 ±54,77* ±54,77* ±74,16* ±114,01* ±44,72* ±44,72* ±74,16* ±74,16* ±54,77* ±44,72* ±44,72* ±44,72* ±54,77*
mg/kgbb
P 0 0,017 0,016 0,016 0,015 0,006 0,008 0,001 0,000 0,027 0,005 0,006 0,006 0,007
EEAK 0
±0 100 130 180 200 180 190 180 170 110 130 110 100 50
200 ±35,35 ±97,46 ±75,82 ±106,06 ±109,54* ±124,49* ±44,72* ±120,42* ±54,77* ±67,08* ±102,46* ±70,71* ±70,71*
mg/kgbb
p 0 0,030 0,084 0,300 0,066 0,013 0,014 0,038 0,004 0,003 0,001 0,008 0,007 0,007
Persen penghambatan rata-rata radang telapak kaki tikus tiap waktu pengamatan (jam)
Kelompok Rata-rata %
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 24
penghambatan
Natrium
diklofenak 72,72 53,48 35,71 52,63 71,42 83,33 57,5 70,45 73,80 71,42 77,27 84,09 73,07 67,45
Ekstrak etanol
akar kanjat
dosis 54,54 73,07 78,57 84,21 71,42 77,08 77,5 68,18 69,04 73,80 81,81 84,09 92,30 75,81
50 mg/kg
Ekstrak etanol
akar kanjat
dosis 72,72 57,69 67,85 57,89 71,42 85,41 77,5 75 61,90 59,52 72,72 72,72 84,61 70,53
100 mg/kgbb
Ekstrak etanol
akar kanjat
dosis 54,54 50 35,71 47,36 57,14 60,41 55 61,36 73,80 69,04 75 77,27 80,76 61,33
200 mg/kgbb
42
Berdasarkan analisa statistik seluruh kelompok uji ekstrak etanol akar kanjat dan
hal ini menunjukkan bahwa kelompok pembanding, ekstrak etanol akar kanjat dosis
50, 100 dan 200 mg/kg BB mempunyai efek antiinflamasi sehingga dapat
mengurangi volume radang telapak kaki tikus yang diinduksi dengan lambda
karagenan secara intraplantar. Pada kelompok dosis 50 mg dan 100 mg/kg bb terdapat
perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kontrol positif, sedangkan pada dosis
radang tiap waktu pengukuran yang dapat dilihat pada tabel 5.4 pada persentase
paling baik. Dari hasil rata-rata persen penghambatan radang dapat dilihat bahwa
natrium diklofenak memiliki efek antiinflamasi sebesar 67,45% dan dosis ekstrak
etanol akar kajat dosis 50 mg memiliki efek antiinflamasi terbesar dilihat dari rata-
rata persen inhibisi sebesar 75,81%, sedangkan dosis 100 dan 200 mg/kgbb memiliki
rata-rata persen radang berturut-turut adalah 70,53% dan 60,33%. Dilihat dari persen
rata-rata bahwa diketahui dosis 50 mg memiliki efek antiinflamasi sedikit lebih besar
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ekstrak akar kanjat memiliki potensi
secara langsung pada inflamasi dan menginaktikan radikal bebas yang dapat menarik
A2 yaitu enzim yang bertanggung jawab dalam pembebasan asam arakidonat yang
DAFTAR PUSTAKA
5. Sutrisna ,E., Widyasari, D., Dkk., 2010, “Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak
Etil Asetat Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
terhadap Edema pada Telapak Kaki TikusPutih (Rattus norvegicus)
Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karagenan”, Biomedika,
Vol. 2 No.1
3
3
46
12. Backer, C.A., and R.C Bakhuizen Van Den Brink Jr, 1963, “Flora of Java
(Spermatophytes Only)”, Vol. I, N.V.P. Noordhoff – Groningen,
Netherlands, 292-293
13. W.J.J.O. De Wilde and B.E.E Duyfjes, 2006, “Review of The Genus
Gymnopetalum (Cucurbitaceae)”, Blumea 51: 281-296.
15. Sekine ,T., Kurihara, H., et all .,2002, “A New Pentacyclic Cucurbitane
Glucoside and a New Triterpene from the Fruits of Gymnopetalum
integrifolium”.Chem. Pharm. Bull. 50(5) 645-648
20. Fitzgerald, Garret A., and Carlo Patrono, 2001, “ The Coxibs, Selective Inhibitors
of Cyclooxyginase-2”. NEngl J Med, p 345(6), 433-442
24. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2000, “Parameter Standar Umum
Ekstrak Tanaman Obat”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, Hlm 10-11
27. Seidel V., 2006, “Initial and bulk extraction”. In: Sarker SD, Latif Z, &
Gray AI, editors. Natural Products Isola-tion.2nd ed. Totowa (New
Jersey).Humana Press Inc. Hlm.31-5.
28. Djamil, R., dan A, Tria, 2009, “Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji
Antioksidan Ekstrak Metanol beberapa Spesies Papilionaceae”, Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 7, No. 2
34. Oryza., et al., 2014, Uji Aktivitas antiinflamasi Gel Ekstrak Buah Kaktus
(Opuntia elatior Mill.) Pada Tikus(Rattus novergicus L.) Yang Diinduksi
Lambda Karagenan, Universitas Tadulako, Sulawesi tengah, Palu, Hlm. 6
35. Merry., et al., 2013, “Uji Efek Inflamasi Ekstrak Etanol Daging Buah
Labu Kuning(Cucurbita moschata D.) terhadap Edema pada Telapak
Kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar(Rattus novergicus)”, Program
Studi Farmasi FMIPA UNSRAT. Manado, Hlm 4.
48
BAB VI
6. 1 Kesimpulan
Gymnopetalum chinensi (Lour.) Merr. pada tikus jantan galur Wistar dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar kanjat dosis 50, 100, dan 200 mg/kg BB
secara statistik terhadap kontrol positif (p<0,05). Dari hasil rata-rata persen inhibisi
radang dapat dilihat bahwa ekstrak etanol akar kanjat dosis 50 mg/kgbb memiliki
6. 2 Saran
antiinflamasi akar kanjat menggunakan fraksi pelarut yang berbeda dan dilakukan
isolasi identifikasi senyawa yang terdapat dalam akar kanjat Gymnopetalum chinensi
(Lour.) Merr.
44
48
LAMPIRAN 1
TANAMAN UJI
LAMPIRAN 2
DETERMINASI TANAMAN
LAMPIRAN 3
Filtrat Ampas
Kemudian dimaserasi kembali
Dievaporasi dengan etanol 70% sebanyak 500
mL selama 3 x 24 jam
Dipekatkan
dengan water
bath
Gambar 4.3 Bagan pembuatan ekstrak etanol akar kanjat (Gymnopetalum chinense
(lour.) Merr.)
51
LAMPIRAN 4
BAGAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTI INFLAMASI EKSTRAK ETANOL
AKAR KANJAT
Pengelompokkan hewan
100 mg kgbb
Diberi Natrium
Diberi Diberi Sediaan Uji Diklofenak
Aquadest Dosis
4,5mg/kg bb
Diinduksi
Karagenan 1 %
Diamati Volume
Bengkak/radang
Data Dianalisis
Secara Statistik
Gambar 4.4 Bagan pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol akar
kanjat(gymnopetalumchinense (lour.) Merr.)
52
LAMPIRAN 5
= 0,0045/g bb
= 4,5 mg/ kg bb
0,9 𝑚𝑔/200𝑔𝑟 𝑏𝑏
Konsentrasi sediaan uji ∶ = 0,9 𝑚𝑔/1𝑚𝐿
1
a. Dosis 1 = 50 mg/kg bb
200
Tikus 200 g : 1000 𝑥 50 = 10𝑚𝑔/200 𝑔 𝑏𝑏
10 𝑚𝑔
Konsentrasi sediaan uji : = 10 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1 𝑚𝐿
Ekstrak etanol akar kanjat untuk pembuatan sediaan uji dengan volume 10 mL
20 𝑚𝑔
Konsentrasi sediaan uji : = 20 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1 𝑚𝐿
Ekstrak etanol akar kanjat untuk pembuatan sediaan uji dengan volume 10 mL
53
LAMPIRAN 5
(LANJUTAN)
40 𝑚𝑔
Konsentrasi sediaan uji : = 40𝑚𝑔/𝑚𝐿
1 𝑚𝐿
Ekstrak etanol akar kanjat untuk pembuatan sediaan uji dengan volume 10 mL
LAMPIRAN 6
PENYUNTIKAN KAKI TIKUS SECARA INTRAPLANTAR
LAMPIRAN 7
HASIL RADANG PADA KAKI TIKUS
LAMPIRAN 8
PENGUKURAN RADANG KAKI TIKUS KE ALAT PLETISMOMETER
Gambar 5.3 Pengukuran radang pada kaki tikus menggunakan alat pletismometer