USULAN PENELITIAN
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metode ilmiah dan pelaporan karya
ilmiah
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan kita
kesehatan, berkat pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian
ini, walaupun masih banyak kekurangannya.
Usulan penelitian ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas. Penulis sadar,
usulan penelitian ini banyak sekali kekurangannya untuk mencapai kata sempurna.
Saya selaku penulis mengucapkan permohonan maaf untuk segala kekurangannya.
Maka dari itu, penulis berharap kritik dan saran dari pembaca.
Tentu ada hal-hal yang penulis ingin sampaikan kepada khayalak umum
dari hasil usulan penelitian ini. Maka dari itu, saya berharap semoga usulan
penilitian ini dapat menjadi manfaat untuk masyarakat pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.6 Hipotesis........................................................................................................ 4
iii
3.3 Metode Penelitian.......................................................................................... 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Namun penggunaaan herbisida dengan mode of action yang sama secara
terus menerus dengan dosis dan waktu pengaplikasian yang kurang tepat dapat
menimbulkan resistensi pada spesies gulma (Angiras dan Kumar, 2005). Untuk itu
uji efikasi bahan aktif herbisida dilakukan untuk mendapatkan dosis minimal
dengan efek yang cukup. Selain itu dengan pengujian untuk menemukan dosis
minimal dengan efesiensi tinggi, pengendalian gulma dapat lebih mudah dan
ekonomis (Pal dkk, 2012).
Kegunaan dari penelitian ini untuk menambah wawasan dalam ilmu gulma,
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
pengendalian gulma pada padi sawah secara kimiawi menggunakan herbisida
berbahan aktif Pirazosulfuron etil, serta mendapatkan dosis yang tepat untuk
mengendalikan gulma pada padi sawah. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
berguna dan membantu petani dalam mengendalikan gulma untuk meningkatkan
2
produktivitas padi sawah. Diharapkan juga penelitian ini dapat berguna sebagai
referensi bagi penelitian sejenis dan pengembangan penelitian selanjutnya.
Pengendalian gulma secara kimiawi dipilih karena dipercaya lebih cepat dan
dapat menekan biaya dari pengurangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
penyiangan. Dosis herbisida yang optimum juga dapat mengurangi biaya yang perlu
dikeluarkan petani untuk pengendalian gulma, selain itu juga dapat mencegah
timbulnya dampak fitotoksisitas pada tanaman budidaya. Herbisida yang
diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis
tumbuhan. Pada dosis yang rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu
dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Sembodo, 2010). Pengaplikasian
herbisida yang kurang tepat juga dapat menimbulkan resistensi pada gulma.
3
Berdasarkan penelitian Umiyati dkk (2017), herbisida berbahan aktif
Pirazosulfuron etil 10% efektif dalam mengendalikan gulma dominan tanaman
padi, gulma dominan yang dapat dikendalikan antara lain: spesies gulma golongan
daun lebar Monochoria vaginalis dan spesies gulma golongan teki Scirupus
juncoides sampai pengamatan 12 MSA pada dosis 1,5 Kg.ha-1 (0,015 gai.ha-1)
hingga 3,0 Kg.ha1 (0,03 gai.ha-1). Penggunaan herbisida Tigold 10 WP berbahan
aktif Pirazosulfuron etil 10% pada dosis 1,5 Kg.ha-1 (0,015 gai.ha-1) hingga 3,0
Kg.ha1 (0,03 gai.ha-1) tidak menimbulkan gejala fitotoksisitas pada tanaman padi,
dan tidak mempengaruhi pertumbuhan padi sampai pengamatan 12 MSA.
1.6 Hipotesis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Poales
Family: Graminae
2.1.2 Morfologi
5
2.2 Gulma pada padi sawah
Gulma pada sawah menjadi salah satu faktor penurunan hasil baik kualitas
maupun kuantitas tanaman padi. Produktivitas padi menurun karena adanya
kompetisi dengan gulma. Gulma-gulma yang umum ditemukan di sawah menurut
analisis vegetasi pada beberapa jurnal yaitu:
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Magnoliophyta
- Classis : Liliopsida
- Ordo : Liliales
- Famili : Pontederiaceae
- Genus : Monochoria
- Spesies : Monochoria vaginalis (Burm.F.) Presi
Berakar serabut, batang berupa tangkai daun, tebal dan memiliki rongga-
rongga udara yang berdinding tipis. Pada daun, saat masih muda berbentuk
panjang dan sempit, setelah tua akan berbentuk bulat panjang dengan bagian
pangkal seperti jantung. Bunga terbuka secara serempak.
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Spermatophyta
- Classis : Monocotyledoneae
- Ordo : Cyperales
- Famili : Poaceae
- Genus : Echinochloa
- Spesies : Echinochloa crus-galli
6
Berakar serabut. Daunnya mirip dengan padi, yang membedakan pangkal
daun Echinochloa crus-galli tidak memiliki ligula yang bermembran daun
aurikel yang berbulu. Batang berbentuk silindris dan tidak berambut, bunga
majemuknya terdiri dari banyak spikelet yang berbelok pada satu sisi,
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Magnoliophyta
- Classis : Magnoliopsida
- Ordo : Cyperales
- Famili : Cyperaceae
- Genus : Cyperus
- Spesies : Cyperus iria L.
Berakar serabut, batang berbentuk triangular, terdapat 3 helai daun pada
bagian atas batang, bunga terdapat pada bagian atas batang.
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Magnoliophyta
- Classis : Liliopsida
- Ordo : Poales
- Famili : Poaceae
- Genus : Fimbristylis
- Spesies : Fimbristylis miliceae
Berakar serabut, batang ramping bersegi empat dan tumbuh tegak. Daunnya
terdapat pada pangkal batang, bebentuk garis, menyebar lateral, tepi luar
tipis. Karangan bunga bercabang banyhak. Anak bulir kecil dan banyak,
warna coklat dengan punggung berwarna hijau, bentuk bola sampai jorang.
7
2.2.5 Klasifikasi dan Morfologi Scirpus juncoides
- Kingdom : Plantae
- Divisio : Magnoliophyta
- Classis : Magnoliopsida
- Ordo : Cyperales
- Famili : Cyperaceae
- Genus : Scirpus
- Spesies : Scirpus juncoides
Berakar serabut, daun mempunyai 3 atau 4 kelopak berwarna coklat dan
hijau, bunga memiliki 3 stigma
2.3 Herbisida Pirazosulfuron etil
Herbisida Pirazosulfuron etil bersifat sistemik yang diserap oleh akar dan
daun tumbuhan dan ditranslokasikan ke jaringan meristem untuk menghambat
aktivitas enzim Acetolactate synthase (ALS) (Mukherjee dkk 2006). Enzim
Acetolactate synthase mempengaruhi awal pembentukan rantai cabang asam
amino. Dengan terhambatnya aktivitas enzim Acetolactate synthase maka sintesis
DNA juga terhambat akibat produksi asam amino yang terganggu. Dengan tanpa
adanya asam amino ini, maka protein tidak dapat terbentuk dan tanaman mengalami
kematian. Pada perkecambahan gulma yang aktif tumbuh, gejala tersebut secara
visual terlihat antara 1-2 hari setelah aplikasi (Sembodo, 2010). Herbisida jenis ini
mampu mengendalikan gulma berdaun lebar maupun teki-tekian, serta beberapa
gulma berdaun sempit meski kadang cenderung kurang efektif (IUPAC, 2014 pada
Simanjuntak dkk, 2016).
8
BAB III
9
Tabel 1. Jenis Perlakuan
G Kontrol -
Sumber ragam DB JK KT Fh
Total (r x t)-1
10
3.4 Pelaksanaan Percobaan
Perlakuan yang diamati yaitu pemberian dosis herbisida berbahan aktif
Pirazosulfuron etil 10% dengan aplikasi volume air 48 liter.ha-1 dengan taraf
perlakuan: 50 g.h-1, 70 g.h-1, 90 g.h-1, 110 g.h-1, 130 g.h-1, 150 g.h-1, dan kontrol,
dengan empat 4 kali ulangan. Sebelum aplikasi, knapsack sprayer dikalibrasi
terlebih dahulu dengan volume semprot 48 liter.ha-1. Lalu herbisida ditakar sesuai
dengan dengan dosis yang akan diaplikasikan. Pengaplikasian herbisida dilakukan
pada 14 hari setelah tanam. Sebelum pengaplikasian herbisida, dilakukan analisis
vegetasi dengan metode kuadrat berukuran 0,5 x 0,5 m pada setiap satuan petak
perlakuan, diamati sebanyak dua petak kuadrat. Letak petak kuadrat ditetapkan
secara sistemis.
Untuk pemeliharaan dilakukan pemberian pupuk 90 kg N, 45 kg P2O5, 45
kg K2O (30 kg N + 45 kg P2O5 + 45 kg K2O/ha diberikan saat tanam, 30 kg N/ha
diberikan saat 3 minggu setelah tanam dan saat primordia bunga). Padi dipanen
pada umur 16 minggu setelah tanam.
3.5 Pengamatan
Analisis vegetasi dilakukan pada 4 minggu setelah aplikasi dan 6 minggu
setelah aplikasi. Pengamatan pada tanaman padi meliputi: tinggi tanaman, junlah
anakan, jumlah daun, luas daun dilakukan pada 4, 6, dan 8 mst. Pada 16 mst hasil
gabah kering giling dengan kadar air 14-15% diamati. Pengamatan fitotoksisitas
dinilai secara visual dari bentuk daun, warna daun, atau normal tidaknya
pertumbuhan tanaman terhadap populasi tanaman dalam petak perlakuan, diamati
pada 1, 2, dan 3 minggu setelah aplikasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
S. Pal, R.K., Ghosh, H., Banerjee. R. Kundu dan A. Alipatra. 2012. Effect of
pyrazosulfuron-ethyl on yield of transplanted rice. Indian Journal of Weed
Science Vol. 44 (4) : 210-213.
Umiyati, Uum. 2016. Efikasi herbisida oksifluorfen 240 g/l untuk mengendalikan
gulma pada budidaya padi sawah (Oryza sativa L). Jurnal Kultivasi Vol. 15
(2).
Umiyati, Uum, Ryan Widianto dan Deden. 2017. Pengujian lapangan efikasi
herbisida tigold 10 wp (pirizosulfuron etil 10%) terhadap gulma pada
budidaya padi sawah. Logika Vol. XXI (1) : 29-35.
12