PROPOSAL PENELITIAN
HAURA SYIFA
1806194694
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
MEI, 2020
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 9 Juni 2020
Fasilitator : Dr. Aini Gusmira, M. Si., Apt.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan tepat waktu. Penyusunan proposal penelitian ini bertujuan
memenuhi syarat untuk dapat lulus dari mata kuliah Metodologi Penelitian Rumpun Ilmu
Kesehatan di Universitas Indonesia.
Dalam pengerjaan proposal penelitian yang berjudul “Uji Aktivitas Antiinflamasi
Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale) pada Model Mencit Asma Kronik”, penulis menyadari
bahwa proposal penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari semua
pihak yang senantiasa memberikan informasi, masukan, bimbingan, serta dukungan. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ibu
Dr. Aini Gusmira M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan proposal penelitian ini hingga selesai, orang tua yang telah banyak
memberikan doa dan dukungan kepada penulis secara moril maupun materil, teman-
teman tercinta yang tiada henti memberi dukungan dan motivasi kepada penulis, serta
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kemajuan ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang kesehatan pada khususnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna kesempurnaan proposal penelitian ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.5.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 13
3.5.2 Preparasi Sampel dan Ekstraksi Rimpang Jahe (Zingiber officinale) ...... 14
3.5.3 Perlakuan Terhadap Hewan Uji ................................................................ 14
3.5.4 Penyuntikan Ovalbumin ke Hewan Uji .................................................... 15
3.5.5 Uji Aktivitas Antiinflamasi ...................................................................... 15
3.6 Analisis Data ....................................................................................................... 16
3.7 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengobatan gangguan pernapasan. Manfaat jahe bagi kesehatan terutama disebabkan
oleh senyawa fenoliknya, seperti gingerol, shogaol, dan paradol. Investigasi dari
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa jahe memiliki banyak aktivitas
biologis, termasuk antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antikanker, pelindung saraf,
pelindung kardiovaskular, pelindung pernapasan, antiobesitas, antidiabetes, antinausea,
dan aktivitas antiemetik(5).
Berdasarkan efek antiinflamasi dan antioksidan yang dimiliki oleh senyawa
gingerol, shogaol, dan paradol dari jahe (Zingiber officinale), penulis akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai efek antiinflamasi yang dimiliki oleh ekstrak etanol dan
air tanaman tersebut. Pada penelitian ini, digunakan mencit jantan galur BALB/c yang
diinjeksi oleh ovalbumin (OVA) secara intraperitoneal. Kemudian, akan diamati efek
antiasma yang dihasilkan pada beberapa dosis uji.
1.3 Hipotesis
Kandungan gingerol, shogaol, dan paradol dari jahe (Zingiber officinale) yang
memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, dan pelindung pernapasan(5) menunjukkan
bahwa jahe (Zingiber officinale) memiliki potensi sebagai terapi alternatif dalam
pengobatan penyakit asma melalui penghambatan ekspresi mediator inflamasi.
2
1.5 Tujuan Khusus Penelitian
a. Membuktikan bahwa jahe (Zingiber officinale) memiliki efek antiasma secara in
vivo.
b. Mengetahui mekanisme jahe (Zingiber officinale) dalam mempengaruhi asma.
c. Mengetahui kandungan jahe (Zingiber officinale) yang efektif untuk mengobati
asma.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma
2.1.1 Definisi dan Faktor Risiko Asma
The Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai
penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan peradangan saluran napas kronis.
Asma dikaitkan dengan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas,
sesak di dada dan batuk yang bervariasi dalam intensitas dan berulang dari waktu
ke waktu bersamaan dengan penyumbatan aliran udara di dalam paru-paru yang
bersifat reversibel, baik secara spontan atau dengan pengobatan(3).
Faktor risiko asma dapat berasal dari penjamu (host) dan juga dari lingkungan.
Faktor penjamu antara lain:
1. Riwayat keluarga
Jika orang tua memiliki riwayat penyakit asma, kemungkinan terserang asma
menjadi tiga sampai enam kali lebih besar daripada orang yang tidak memiliki
orang tua dengan asma.
2. Infeksi saluran pernapasan
Masalah pernapasan selama masa bayi dan anak-anak dapat menyebabkan
mengi. Beberapa kasus infeksi saluran pernafasan pada anak terus
berkembang menjadi asma kronis.
3. Alergi
Memiliki kondisi alergi, seperti dermatitis atopik (eksim) atau rinitis alergi
(demam), merupakan faktor risiko untuk terserang asma.
4. Merokok
Asap rokok dapat mengiritasi saluran udara. Perokok memiliki risiko tinggi
terserang asma.
5. Obesitas
Risiko asma lebih besar pada orang yang kelebihan berat badan atau
mengalami obesitas. Pasien obesitas cenderung menggunakan banyak obat,
4
menderita gejala yang lebih buruk dan kurang mampu mengendalikan
asmanya daripada pasien berberat badan sehat.
Sedangkan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko asma adalah:
1. Paparan di tempat kerja
Bagi penderita asma, paparan iritan kimia di tempat kerja dapat menimbulkan
gejala asma. Lain hal, pada beberapa orang, paparan debu (debu industri atau
kayu), asap dan uap kimia, serta jamur dapat menyebabkan asma berkembang
untuk pertama kalinya.
2. Asap rokok
Selain perokok itu sendiri, perokok pasif yang menghirup asap rokok juga
dapat mengalami risiko terkena asma.
3. Polusi udara
Paparan kepada kabut asap (ozon) meningkatkan risiko asma. Orang yang
tumbuh atau tinggal di daerah perkotaan memiliki risiko asma yang lebih
tinggi(6).
5
sulfur dioksida, ozon, nitrogen dioksida). Meskipun hubungan di antaranya
tidak dipahami dengan baik, mediator humoral dan seluler dari obstruksi jalan
napas (misalnya Eosinofil) untuk varian asma atopik dan nonatopic sama,
sehingga jenis keduanya diperlakukan dengan cara yang sama.
3. Asma yang Diinduksi Obat
Asma jenis ini diinduksi oleh beberapa agen farmakologis, salah satunya
adalah aspirin. Pasien dengan sensitivitas aspirin mengalami rinitis berulang
dan polip hidung, urtikaria, dan bronkospasme. Mekanisme pastinya masih
belum diketahui, tetapi diduga aspirin menghambat jalur siklooksigenase dari
metabolisme asam arakidonat tanpa mempengaruhi rute lipoksigenase,
sehingga menggeser keseimbangan produksi menuju jalur leukotrien yang
menyebabkan spasme bronkial.
4. Asma Okupasional
Bentuk asma ini dirangsang oleh asap (resin epoksi, plastik), debu organik dan
kimia (kayu, kapas, platinum), gas (toluena), dan bahan kimia lainnya.
Serangan asma biasanya berkembang setelah paparan berulang terhadap
antigen tertentu(7).
6
pada kromosom 20q dapat menyebabkan ADAM 33 memproliferasi otot polos
bronkiolus.
Mekanisme terjadinya asma dimulai dari antigen yang terhirup dan masuk ke
saluran pernapasan. Sel dendritik yang berada pada sel epitel akan memakan
antigen tersebut dan mempresentasikan sebagian antigen kepada sel T limfosit.
Kemudian, sel T limfosit tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel TH2 yang akan
mensekresikan beberapa sitokin penunjang proses inflamasi. Sitokin tersebut
antara lain IL-4 (menstimulasi pembentukan IgE), IL-5 (mengaktifasi perekrutan
eosinofil agar memproduksi granul dan leukotrien yang berperan sebagai
kemoatraktan), dan IL-13 (menstimulasi sekresi mukus dari kelenjar submukosa
bronkiolus dan juga meningkatkan produksi Ig E oleh sel B). Selain itu, sel T dan
sel epitel juga mensekresikan kemokin yang akan merekrut sel T lain dan eusinofil
ke lamina propria, sehingga memperburuk reaksi. Selanjutnya, IgE yang telah
diproduksi oleh sel B akan berikatan dengan reseptor FcεRI yang berada pada sel
mast sehingga sel mast tersensitisasi.
Setelah terjadi paparan berulang terhadap antigen yang sama, antigen tersebut
akan berikatan dengan IgE, lalu IgE akan melekat pada reseptor FcεRI di sel mast.
Ikatan IgE dengan reseptor FcεRI akan mengaktivasi sinyal transduksi ke
sitoplasma sel mast yang menyebabkan sel mast berdegranulasi dan
mengakibatkan pelepasan beberapa sitokin dan mediator aktif yang ada di granula
sel mast. Sitokin dan mediator tersebut antara lain histamin, prostaglandin D2,
sisteinil leukotriene, IL4, IL5, IL13, IL1β, dan TNFα(7).
7
Kortikosteroid memasuki sel target dan berikatan dengan reseptor
glukokortikoid (GR) pada sitoplasma. Terdapat beberapa subtipe GR, pada
kasus ini adalah subtipe ⍺. Kompleks steroid-GR bergerak ke dalam nukleus,
dimana akan berikatan secara spesifik pada bagian regulasi upstream gen
target tertentu, menghasilkan peningkatan atau penurunan transkripsi gen,
tergantung dari jenis gen tersebut. Transkripsi beberapa gen antiinflamasi
akan meningkat, sedangkan transkripsi gen inflamatori akan menurun.
Terdapat beberapa mekanisme lain yang penting pada aksi antiinflamasi
kortikosteroid. Kortikosteroid memiliki efek inhibitor pada jalur sinyal MAP
kinase melalui induksi MKP-1, yang dapat menginhibisi ekspresi multi gen
inflamatori. Selain itu, kortikosteroid juga memiliki efek inhibitor terhadap
beberapa sel inflamasi dan sel yang diaktivasi asma, serta mencegah
perekrutan sel inflamasi pada jalur pernapasan. Kortikosteroid menghambat
pembentukan sitokin pro-inflamasi, seperti IL-1, IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13,
TNF-⍺, dan GMSCF (Granulocyte-Macrophage ColonyStinulating Factor)
yang disekresikan pada asma oleh limfosit T, makrofag, dan sel mast.
Kortikosteroid juga menurunkan masa hidup eosinofil dengan cara
menginduksi apoptosis dan mencegah peningkatan permeabilitas vaskular.
Selain itu, kortikosteroid juga memiliki efek inhibitori secara langsung pada
sekresi glikoprotein mukus dari kelenjar submukosal jalur pernapasan dan
efek inhibitori secara tidak langsung dengan menurunkan stimulus regulasi
inflamatori yang menstimulasi sekresi mukus. Contoh obat golongan ini
adalah hidrokortison, budesonide, dan flunisolide. Pemakaian kortikosteroid
inhalasi dapat menimbulkan beberapa efek samping, di antaranya adalah
batuk, kandidiasis orafaringeal, osteoporosis, katarak, glaukoma, pneumonia,
dan abnormalitas metabolisme(8).
2. β2 Agonis
β2 Agonis merupakan obat bronkodilator terefektif yang digunakan
pada pasien dengan asma akut. Obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan
β2-adrenoreseptor pada otot polos bronkial sehingga akan mendilatasi otot
8
polos dan meningkatkan jumlah oksigen yang masuk. Obat β2 Agonis banyak
dibuat dengan bentuk sediaan aerosol. Hal tersebut berguna untuk
meningkatkan bronkoselektifitas dan respon cepat dalam melawan
bronkospasme. β2 adrenoreseptor yang berikatan dengan unit alfa, beta, dan
gamma masih belum teraktivasi apabila belum terdapat obat β2 Agonis.
Ketika β2 Agonis berikatan dengan β2-adrenoreseptor, unit alfa dan GTP akan
teraktivasi dan mengaktifkan adenilil siklase untuk meningkatkan siklik AMP
(cAMP). cAMP akan meningkatkan PKA (Protein Kinase A) dan menurunkan
MLCK (Myosin Light Chain Kinase). Penurunan MLCK ini akan
mengakibatkan otot polos bronkial menjadi terdilatasi. Contoh obat golongan
ini adalah albuterol, salmeterol, formoterol, epinefrin, norepinefrin, dan
isoproterenol. Pada penggunaannya, obat golongan β2 Agonis dapat
menimbulkan beberapa efek samping, yaitu tremor, takikardia, hipokalemia,
dan hipoksemia(8).
9
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Roscoe
2.2.2 Morfologi
Tanaman jahe berpostur tegak dan memiliki akar berserat, tunas yang muncul
ke udara, daun, bunga, dan rimpang. Jahe dapat tumbuh setinggi 1,25 meter.
Rimpang berdaging kuat, hingga 2 cm, tumbuh secara horizontal di bawah tanah
tetapi pada kedalaman dangkal, bercabang tidak teratur tetapi biasanya hanya pada
bidang vertikal, ditutupi dengan timbangan tipis dan tipis yang meninggalkan
bekas seperti cincin. Batang tegak, tidak bercabang, terutama dibentuk oleh
selubung daun, hijau pucat, sering kemerahan di pangkal; sisik yang menutupi
bagian bawah lonjong, sekitar 6 cm x 1 cm, hampir tidak berwarna putih di luar,
dengan vena paralel yang menonjol dan margin yang menakutkan. Buah kapsul
berdinding tipis, 3-valved, merah. Biji kecil, tajam, hitam(9).
10
2.2.4 Potensi Jahe dalam Pengobatan Asma
Sesuai dengan patofisiologinya, senyawa fenolik dalam ekstrak jahe dapat
mencegah dan mengobati asma sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat
ekspresi sel Th2 dan Th1 yang seharusnya mensekresikan sitokin proinflamasi,
seperti IL-4 (menstimulasi pembentukan IgE) dan IL-5. Ekstrak jahe menunjukkan
efek antiinflamasi yang sebanding dengan obat yang sering digunakan dalam
pengobatan asma manusia, yaitu glukokortikosteroid metilprednisolon. Dalam
penelitian sebelumnya, setelah tikus diberikan ovalbumin, ditemukan level tinggi
total IgE dalam serum tikus tersebut, yang dapat ditekan oleh ekstrak jahe. Ekstrak
jahe secara signifikan menghambat respon imun yang dimediasi Th2, yang terbukti
dengan adanya penurunan produksi IL-4 dan IL-5. Kadar protein IL-4 dan IL-5 di
BALF, bersama dengan kadar serum IgE total, juga secara signifikan dikurangi
oleh ekstrak jahe. Data juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan cairan dari
jahe secara signifikan mengurangi inflamasi saluran napas dengan mengurangi
infiltrasi sel-sel inflamasi di saluran udara, lesi patologis, hiperplasia sel goblet,
hipersekresi lendir, edema dengan kongesti vaskular, dan jumlah total dan
diferensial eosinofil dan neutrofil dalam darah dan BALF, yang mungkin dapat
dikaitkan dengan penekanan sitokin yang dimediasi Th2(10).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2 Bahan
1. Ekstrak etanol dan ekstrak air rimpang jahe (Zingiber officinale) dari Pasar
Agung, Depok sebagai sampel
12
2. Metilprednisolon (Sigma-Aldrich) sebagai kontrol
3. 25 ekor mencit BALB/c inbrida jantan berusia 6-8 minggu dari Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada
4. Kain Muslin
5. Kertas saring Whatman no. 1
6. Etanol 70%
7. Ovalbumin (OVA)
8. Aluminium hidroksida
9. Buffer salin fosfat (PBS)
10. Anestesi kloroform
11. Methanol (Merck)
12. Aquadest
Variabel Bebas:
Variabel Terikat:
Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air
Aktivitas
Rimpang Jahe (Zingiber officinale)
Antiinflamasi
13
Pada penelitian ini, mencit dibagi menjadi 5 kelompok dengan perlakuan
berbeda yang jika dimasukkan ke dalam rumus Federrer:
(5-1)(n-1) ≥ 15
(4)(n-1) ≥ 15
4n - 4 ≥ 15
4n - 4 ≥ 15
n ≥ 4.75 ≈ 5
Jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok uji adalah 5 ekor mencit, maka
diperlukan 25 ekor mencit dari populasi yang ada.
14
di bawah cahaya alami dan siklus gelap. Semua mencit diberi makanan normal dan
air.
15
yang telah diberi metanol, lalu diwarnai dengan pewarna Wright-Giemsa dan
dihitung berdasarkan morfologi yang berbeda.
Kadar IL-4 dan IL-5 ditentukan dalam BALF dengan menggunakan kit
ELISA (enzyme linked immunosorbent essay)(14). Sampel ditambahkan ke dalam
plat 96-well yang dilapisi dengan antibodi yang spesifik terhadap IL-4 dan IL-5.
Kemudian, antibody-terkait-enzim khusus untuk IL-4 dan IL-5 ditambahkan dan
plat diinkubasi. Setelah diinkubasi, plat dicuci dan ditambahkan larutan substrat
yang menghasilkan warna yang menunjukkan jumlah antigen yang ada. Larutan
penghenti ditambahkan untuk menghentikan warna dan intensitas warna diukur
oleh pembaca ELISA pada panjang gelombang 450 nm. ELISA juga digunakan
untuk menentukan level IgE (Immunoglobulin-E) dalam serum pada mencit uji.
16
Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian
17
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Asthma [Internet]. 2017 [cited 2020 Apr 1]. Available
from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/asthma
2. Direktoran Jenderal Pelayanan Kesehatan KKRI. ASMA PENTING DIWASPADAI
(NEVER TOO EARLY, NEVER TOO LATE) [Internet]. 2018 [cited 2020 Apr 1].
Available from: http://yankes.kemkes.go.id/read-asma-penting-diwaspadai-never-
too-early-never-too-late-4209.html
3. Global Asthma Network The Global Asthma Report [Internet]. 2018 [cited 2020 Apr
1]. Available from: www.globalasthmanetwork.org
4. INFO KOMODITI TANAMAN OBAT.
5. Mao QQ, Xu XY, Cao SY, Gan RY, Corke H, Beta T, et al. Bioactive compounds and
bioactivities of ginger (zingiber officinale roscoe). Vol. 8, Foods. MDPI
Multidisciplinary Digital Publishing Institute; 2019.
6. Asthma Risk Factors | American Lung Association [Internet]. [cited 2020 May 7].
Available from: https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-
lookup/asthma/asthma-symptoms-causes-risk-factors/asthma-risk-factors
7. Kumar V, K. Abbas A, C. Aster J. Robbins Basic pathology. 9th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2013.
8. Goodman, &, Gilman. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 12th ed. New
York: Mc Graw-Hill; 2011.
9. Zingiber officinale (ginger) [Internet]. [cited 2020 May 9]. Available from:
https://www.cabi.org/isc/datasheet/57537
10. Khan AM, Shahzad M, Raza Asim MB, Imran M, Shabbir A. Zingiber officinale
ameliorates allergic asthma via suppression of Th2-mediated immune response. Pharm
Biol [Internet]. 2015 Mar 1 [cited 2020 Apr 1];53(3):359–67. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25420680
11. Biazin H. Re: What are the characteristic of Balb/c mice? [Internet]. 2019. Available
from:
https://www.researchgate.net/post/What_are_the_characteristic_of_Balb_c_mice/5df
18
73a2d4f3a3e3a00740a0c/citation/download.
12. Potter M. The BALB/c Mouse [Internet]. 1st ed. Potter M, editor. New York: Springer-
Verlag Berlin Heidelberg; 1985. Available from:
https://www.springer.com/gp/book/9783642707421
13. Prinarbaningrum A, Nabawiyati S, Makiyah N. Derajat Peradangan Duodenum
Mencit BALB / c setelah Pemberian Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu ( Ipomoea batatas
L . ) Diinduksi Ovalbumin The Degree of Duodenums Inflammation of BALB / c Mice
after the Administration of Purple Sweet Potato ( Ipomoea batatas L .) Ethanol Extract
Induced by Ovalbumin. 2016;16(1):1–7.
14. Ran S, Sun F, Song Y, Wang X, Hong Y, Han Y. The Study of Dried Ginger and
Linggan Wuwei Jiangxin Decoction Treatment of Cold Asthma Rats Using GC–MS
Based Metabolomics. Front Pharmacol [Internet]. 2019 Apr 11 [cited 2020 Apr
29];10(APR):284. Available from:
https://www.frontiersin.org/article/10.3389/fphar.2019.00284/full
19