SKRIPSI
Oleh :
1. Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala.
2. dr. Fauzi Yusuf, Sp.PD-KGEH, FINASIM selaku dosen pembimbing
pertama yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. dr. Fajriah, Sp. PA selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu dan membimbing penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
4. dr. Teuku Mamfaluti, M.Kes, Sp. PD selaku dosen penguji pertama yang
telah meluangkan waktu dan membimbing serta menguji penulisan sehingga
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. dr. Rima Novirianthy, Sp. Onk.Rad selaku dosen penguji kedua yang telah
meluangkan waktu dan membimbing serta menguji penulisan sehingga
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
6. drh. Amirsyah Husein selaku dosen wali yang telah membantu dalam
membimbing dalam penulis selama pendidikan di Fakultas Kedokteran.
7. Keluarga yang selalu penulis rindukan, Ayahanda Piktal Wijaya dan Ibunda
Asmi Salwita tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang,
iii
dan medukung penulis baik moral maupun material sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Juga kepada adik penulis, Wisnu Wijaya dan seluruh
keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis Merbou A6, AMSA, AKMK 2013, MUNAS
AMSA 2014 yang telah memberi banyak inspirasi dan kepada penulis.
9. Teman-teman sejawat angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang setia menjadi teman seperjuangan.
10. Para pegawai Poliklinik Gastroenterohepatologi RSUDZA Banda Aceh,
pasien-pasien di Poliklinik Gastroenterohepatologi RSUDZA yang telah
bersedia untuk penulis wawancarai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penyajian maupun dari segi materi.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta
kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan tulisan
ini.
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
3.8 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................19
3.9 Prosedur Penelitian ..............................................................................19
3.10 Analisa Data.........................................................................................20
3.11 Alur Penelitian .....................................................................................21
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
DAFTAR SINGKATAN
Kg Kilogram
m Meter
x
ABSTRAK
xi
ABSTRACT
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Dokter sebesar 11,11%, angka prevalensi ini menunjukan bahwa masih berada
dalam rentan yang sama dengan prevalensi Asia Tenggara diantara 6,3%-18,3%.
(12)
1.5 Hipotesis
4
5
2.Pola makan
Etiologi paling umum terjadinya GERD yaitu penurunan tekanan sfingter
esofagus yang menyebabkan refluksnya isi asam lambung ke esofagus
dikarenakan salah satunya pola makan yang salah. Dengan mengkonsumsi
makanan kaya akan lemak, coklat, makanan pedas, alkohol, makanan yang
digoreng merupakan faktor pencetus yang paling umum terjadinya heartburn. (1,3)
Teh hijau, peppermint, jus jeruk, juga dapat meningkatkan sekresi asam lambung
dan menjadi faktor resiko terjadinya GERD. (26) Peppermint dan coklat dianggap
menurunkan tekanan sfingter esofagus yang memfasilitasi refluks. Sedangkan jus
jeruk, jus tomat, makanan pedas, merica dapat mengiritasi mukosa esofagus.
Minuman cola, kopi, teh dan bir memiliki pH asam yang memicu penurunan tonus
spingter esofagus bawah dan memicu gejala heartburn dan regurgitasi yang
merupakan gejala klasik GERD. (1) Pada orang yang mengkonsumsi kopi dengan
rata-rata perhari ≥100ml/hari, mengkonsumsi teh ≥200ml/hari, makan makanan
yang asam ≥200ml/hari, serta mengkonsumsi makanan pedas ≥1 kali/hari dapat
dinyatakan bahwa orang ini memilikifaktor resiko terhadap kejadian GERD.
Sedangkan alkohol bagi laki-laki yang mengkonsumsi alkohol per minggu ≥140g,
dan untuk wanita ≥70g perhari dapat memicu terhadap kejadianGERD. (1,3,26,27)
3. Merokok
Penelitian menunjukan rokok dapat menurunkan tonus sfringter esofagus
bawah sehingga meningkatkan kejadian refluks. Merokok juga memperpanjang
bersihan asam dan menghambat sekresi air liur ketika terjadi peristaltik primer di
(28)
esofagus. Pasien yang dinyatakan GERD akibat merokok apabila
mengkonsumsi rokok lebih dari 10 rokok per hari selama >20 tahun. (27)
4. Kehamilan
Kehamilan merupakan faktor predisposisi untuk kejadian GERD umumnya
terjadi heartburn, dikarenakan penurunan tonus sfingter esofagus bawah akibat
efek progesteron dan estrogen. Pada saat hamil terjadinya peningkatan intra
abdominal dikarenakan pembesaran rahim yang menyebabkan dapat mudahnya
refluks isi lambung ke esofagus. Gejala heartburn pada saat kehamilan dianggap
oleh banyak orang sebagai kejadian normal selama kehamilan. Sama seperti rasa
mulas yang mempengaruhi sekitar dua pertiga dari seluruh kehamilan. (1,20,23)
7
5. Obat-obatan
Penggunaan obat antikolinergik, obat penenang, antidepresan,
prostaglandin, dihidropiridin, calcium channel blockerss, beta blockers dapat
menurunan sfingter esofagus bawah dan menyebabkan refluksnya isi lambung ke
esofagus. Sedangkan obat anti inflammatory drugs (NSAID) dapat mengganggu
juga terhadap ketahanan jaringan mukosa esofagus. (1,20,27)
6. Hernia Hiatus
Hiatus hernia adalah suatu kondisi medis yaitu penonjolan bagian fundus
lambung masuk ke dalam dada melalui bagian diafragma yang melemah atau
terjadinya robekan pada bagian diafragma. Biasanya penderita hiatus hernia
memiliki hiatus esofagus yang lebih besar dibanding orang normal, yang dapat
memudahkan terjadinya hiatus hernia. Hiatus hernia mencegah sfingter esofagus
tidak menutup sepenuhnya, dan terjadi gangguan tekanan sfingter esofagus
bawah, ditambah lagi dengan adanya peningkatkan tekanan intra abdomen
sehingga menyebabkan asam lambung refluks ke esofagus dan menyebabkan
gejala heartburn. (1)
2.1.5 Manifestasi Klinis GERD
Keluhan yang paling sering dikemukakan pasien adalah heartburn dan
regurgitasi asam. Heartburn adalah rasa panas atau terbakar yang dirasakan di
daerah epigastrium dan bergerak naik kedaerah retrosternal sampai ke
tenggorokan. (29) Heartburn kadang-kadang di jumpai pada orang sehat, biasanya
sesudah makan ataupun berbaring ketika sehabis makan. Dikatakan heartburn
yang menunjukan gejala klasik GERD yaitu ketika terjadi setiap hari dan berulang
(20)
ulang maka mempunyai prediksi diagnostik 60% terhadap kejadian GERD.
Keluhan heartburn biasanya diperparah pada malam hari pada waktu berbaring
atau sesudah makan. (1,3)
Regurgitasi asam adalah kembalinya isi lambung ke esofagus yang ditandai
dengan terasa asam atau pahit di dalam mulut. (1) Regurgitasi memburuk setelah
makan akibat perut yang sudah penuh sehingga bahan refluks lebih banyak
kembali ke esofagus. Keluhan lain seperti disfagia, bersendawa, cepat kenyang,
nyeri retrosternal serupa angina, neusea, seperti sesak di tengah malam dapat pula
timbul diakibatkan manifestasi klinis dari GERD yang biasa disebut dengan
8
(2,20)
sindrom dispepsia. Salah satu gejala GERD yaitu nyeri heartburn
menyerupai rasa nyeri yang sama seperti nyeri pada serangan jantung. Pada
prinsipnya yang membedakan nyeri heartburn dengan nyeri akibat serangan
jantung adalah kalau nyeri terkait serangan jantung, ketika di istirahatkan atau
berbaring maka akan meredakan rasa nyeri, berbeda dengan nyeri heartburn
ketika terjadinya nyeri dan diistirahkatkan dengan berbaring, maka akan
memperburuk nyerinya dikarenakan isi lambung akan menjalar ke bagian
proksimal esofagus yang mengakibatkan bertambahnya rasa nyeri. (2)
2.1.6 Diagnosis GERD
Diagnosis GERD didasarkan atas keluhan pasien dan dibantu dengan
pemeriksaan-pemeriksaan khusus apabila diperlukan. Dengan anamnesis yang
cermat pada seorang pasien dengan heartburn dan regurgitasi sudah cukup untuk
mendiagnosis awal terjadinya GERD karna gejala klasik ini merupakan gejala
(20,30)
yang khas terjadinya GERD. Selain dari gejala-gejala tersebut, dengan
menggunakan kuesioner GERDQ dapat membantu untuk mendiagnosis awal
(31,19)
terhadap kejadian GERD. GERDQ memiliki sensitivitas 65% dan
spesifisitas 71% untuk mendiagnosis awal GERD. Prevalensi GERD dapat dinilai
dengan skor 0-7 (kemungkinan GERD 0%-50%) dianggap bukan GERD dan skor
(31)
≥8 (kemungkinan GERD 79%-89%) dianggap menderita GERD. Diagnosis
pasti GERD ditegakan dengan pemeriksaan histopatologi jaringan esofagus,
namun saat ini baku emas untuk diagnosis GERD adalah endoskopi saluran cerna
bagian atas serta pH–metri 24 jam. (32,33) Bila pada pemeriksaan endoskopi saluran
cerna bagian atas ditemukan gambaran esofagitis dengan adanya lesi mukosa
(mucosal break) disebut dengan GERD erosif. Apabila pemeriksaan endoskopi
ditemukan esofagitis tanpa adanya lesi mukosa dianggap sebagai Non Erosive
Reflux Disease (NERD). (1)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang GERD
1. Endoskopi gastrointestinal
Merupakan pemeriksaan paling akurat untuk mendiagnosa GERD, dan
merupakan satu satunya untuk mendiagnosis kemungkinan adanya striktur dan
Barret’s Esophagus yang merupakan komplikasi GERD. Ketika dilakukan
endoskopi gastrointestinal ditemukan mucosa break di esofagus berarti sudah
9
terjadi erosive reflux disease. Bila tidak ditemukan mucosa break pada endoskopi
(1,23)
dengan gejala khas GERD disebut non-erosive reflux disease (NERD).
Endoskopi bisa memastikan tempat perdarahan striktur yang berguna untuk
menentukan pengobatan. Untuk melihat klasifikasi kelainan endoskopi dapat di
klasifikasi menurut klasifikasi Savary dan Miller yaitu dibagi dalam 4 tingkat (20):
Tingkat 1 : Gambaran endoskopi terdapat erosi kecil-kecil yang tidak menyatu
(non-confluent) disertai bercak- bercak atau garis- garis merah, sedikit proksimal
dari daerah peralihan mukosa.
Tingkat 2 : Gambaran endoskopi terdapat erosi memanjang, menyatu (confluent),
yang tidak melingkar (non- circumferential).
Tingkat 3 : Erosi longitudinal, menyatu, dan melingkar, mudah berdarah.
Tingkat 4a: Adanya satu atau lebih dari satu tukak pada daerah peralihan mukosa
yang biasanya disertai metaplasia atau striktur.
Tingkat 4b : Adanya striktur tanpa tukak atau erosi.
2. Radiologis esofagus
Pemeriksaan dengan kontras barium dapat memperlihatkan adanya proses
refluks selama pemeriksaan berlangsung. Dibandingkan dengan endoskopi
pemeriksaan ini kurang peka apalagi pada kasus esofagitis ringan. Pada esofagitis
yang berat pemeriksaan radiologis dapat melihat adanya iregularitas pada mukosa
esofagus yang mengalami kerusakan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar
radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau
penyempitan lumen. (1,20)
3. Pemeriksaan pH-metri
Pemeriksaan pH-metri menilai adanya paparan asam di esofagus dan
mengkorelasi dengan simtom yang terjadi. Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai
88% dan 98%. Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan
ada tidaknya refluks gastroesofageal, dengan pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di
atas sfingter esofagus bawah dianggap dengan diagnostik refluks gastroesofageal.
Pemeriksaan pH-metri membutuhkan lokasi yang akurat dari sfringter esofagus
bawah ujung elektrode alat tersebut di tempatkan untuk memeriksa manifestasi
GERD yang tidak spesifik. (20,23)
4. Pemeriksaan manometri esofagus
10
j) Jangan merokok
k) Jangan menggunakan obat- obat yang menurunkn sfingter esofagus bawah
yang menyebabkan refluksnya isi lambung ke esofagus.
Sebagian besar pasien GERD dengan keluhan heartburn dan regurgitasi
asam tanpa adanya kerusakan mukosa esofagus dengan mengubah gaya hidup
seperti diatas gejala akan membaik. Sedangkan bagi pasien yang ditemukan
kerusakan mukosa pada esofagus harus mendapat terapi medika mentosa atau
pembedahan dalam penyembuhan GERD. (20,23)
1. Antasida
Obat antasida sebagai obat over the counter (OTC) yang dapat
menghilangkan gejala lebih baik dibanding plasebo untuk gejala GERD ringan.
Tetapi tidak dipakai pada jangka panjang serta tidak efektif untuk penyembuhan
lesi. Obat antasida pada umumnya digunakan untuk meredakan heartburn secara
sementara. Kelemahan Antasida adalah waktu kerjanya yang singkat dan tidak
adekuat sebagai profilaksi heartburn. (23)
2. H2 Receptor Antagonist (H2RA)
Obat H2RA seperti simetidin, ranitidin, famotidin, nizatidin banyak dipakai
(23)
untuk menurunkan gejala GERD ringan sampai sedang. Obat H2RA akan
mngikat reseptor H2 pada sel parietal lambung yang mengurangi sekresi asam
lambung. H2 RA mulai mengurangi asam lambung dalam satu sampai dua jam
(35)
pemberian, dan efeknya bertahan hingga sembilan jam. Golongan obat ini
tidak efektif pada kasus esofagitis berat dikarenakan keterbatasan menekan sekresi
lambung. (23)
3. Proton Pump Inhibitor ( PPI)
Efektivitas penggunaan antasida dan H2RA pada kasus GERD mempunyai
Level of Evidance III- IV, sedangkan PPI mempunyai Level of Evidence I
sehingga obat pilihan utama pada kasus GERD dikarenakan efektif untuk
menghilangkan gejala dan efektif dalam penyembuhan lesi esofagitis. (23) PPI akan
memblokir sekresi asam lambung dengan mengikat prompa proton pada sel
(35)
parietal lambung. Peningkatan dosis atau frekuensi pada pemberian H2RA
dapat meningkatkan angka kesembuhan, tetapi dengan penggunaan PPI dapat
meningkatkan kesembuhan GERD dibandingkan H2RA. Ada 5 jenis PPI yang
12
menjadi erosi atau ulserasi. Komplikasi meliputi obtruksi akibat striktur atau
Barrett’s esophagus yaitu terjadinya striktur yang disebabkan paparan isi lambung
dalam periode yang lama dan menyebabkan radang transmural sehingga
terjadinya fibrosis. Terjadi perubahan epitel pada mukosa esofagus yaitu mulanya
epitel skuamosa menjadi epitel kolumnar yang metaplastik yang selanjutnya
berkembang menjadi adenokarsinoma. (1,20,23)
Pada penderita obesitas terjadi akumulasi lemak pada jaringan adiposa yang
mengakibatkan tekanan intra abdominal meningkat yang menjadikan kondisi
(2)
tersebut meningkatkan risiko terjadi refluknya isi lambung ke esofagus. Pada
analisi terhadap 1.524 subyek, obesitas (IMT≥30 Kg/m2) merupakan faktor resiko
yang sangat kuat terhadap kejadian GERD. Dilaporkan peningkatan prevalensi
GERD dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkisar 59%-79%
diantaranya subyek yang memiliki IMT katagori obesitas. (14) Diyakini penderita
obesitas berperan terhadap kejadian GERD dikarenakan memiliki tekanan intra
abdominal dan intra gastrik lebih tinggi dibandingkan penderita yang memiliki
(3)
IMT normal. Pada orang yang obesitas terjadi kelemahan pada spingter
esofagus bagian bawah serta terdapat peningkatan transient lower esophagus
sphincter relaxation (TLESR) yang juga dianggap sebagai faktor yang dapat
menimbulkan GERD. Akibatnya timbul gejala klasik GERD pada penderita yang
obesitas akan mengalami gejala heartburn tiga kali lebih sering dibandingkan
individu yang berat badan normal. (5,15,16)
15
Obesitas
- Merokok
- Pola Makan Peningkatan transient lower
- Obat- obatan esophagus sphincter relaxation
- Hiatus hernia
- Masa Intra Refluks isi lambung ke esofagus berlangsung
abdominal lama dan berulang
- Kehamilan
Kriteria Inklusi:
1. Wanita atau pria usia ≥18 tahun
2. Pasien yang mengeluhkan heartburn dan regurgitasi
16
17
O Gastroesophageal Reflux
Obesitas Disease (GERD)
1. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang
berisi data responden. Untuk menilai responden mengalami GERD dengan
19
Data yang di gunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dari kuesioner yang diberikan kepada sampel penelitian. Data Indeks Massa
Tubuh diperoleh dengan pengukuran langsung.
Proses pengelolahan data dilakukan dengan cara: memeriksa data
(editing), memberi kode (coding) dan menyusun data (tabulating). Ketiga proses
tersebut disebut juga proses edisi.
𝑓1
𝑃= 𝑋 100%
𝑛
Keterangan :
P = Presentase
F1 = Frekuensi teramati
N = Jumlah responden yang menjadi sampel
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji hubungan obesitas terhadap
kejadian GERD di Poliklinik Gastroenterohepatologi RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh digunakan uji Chi-square dengan pendekatan sebagai berikut :
2
2
0− 𝐸
𝑥 =
𝐸
Keterangan :
X2 = Chi- Square
O = hasil observasi ( observed)
E = hasil ekspektasi
Uji Chi-squere dilakukan menggunakan program SPSS, dengan batas
kemaknaan p-value = 0,05 dan Confidence Interval 95% dan kriteria sebagai
berikut :
1. Jika p value> 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan.
2. Jika p value ≤ 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.
21
Pengambilan data
Pengelolahan Data
Analisis Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data karakteristik responden yang terlihat pada tabel 4.1 menunjukan bahwa
berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak dari laki- laki yaitu 32 dan
22. Untuk umur terlihat bahwa lebih banyak pada rentan umur 30-45 yaitu 24
responden dengan presentase 44,4%. Untuk Indeks Massa Tubuh terlihat bahwa
23
dengan kategori obesitas ada 34 responden (63%) dan responden yang tidak
obesitas ada 20 (37%). Berdasarkan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) yang mengalami GERD 36 responden (66,7%) dan tidak terjadinya
GERD 18 responden (33,3%).
Tabel 4.2 menunjukan bahwa berdasarkan obesitas dan jenis kelamin, kedua
jenis kelamin cenderung obesitas dengan nilai masing- masing laki- laki 59,09%
dan perempuan 65,6%.
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, sebanyak 63% responden yang
obesitas sedangkan 37% responden yang tidak obesitas. Pada responden obesitas
terdapat bahwa responden yang mengalami GERD sebanyak 79,4% dan yang
tidak GERD sebanyak 20,6%. Dimana responden obesitas lebih banyak
mengalami GERD dibandingkan yang tidak obesitas. Hal ini menunjukan bahwa
obesitas berpengaruh terhadap kejadian Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD).
25
penelitian tersebut dinyatakan bahwa pada pasien yang obesitas memiliki resiko
(25)
lebih besar terhadap terjadinya GERD. Data dari penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat terjadinya peningkatan kejadian GERD dari 13% menjadi 32%
didapatkan bahwa 3% pria dan 7% wanita yang diklasifikasikan dalam IMT
obesitas. Pada wanita yang menderita obesitas faktor metabolik seperti leptin,
gherelin serta adiponectin memiliki efek terhadap motilitas gaster. Adiponectine
berperan dalam terjadinya penumpukan lemak visceral abdominal sehingga
terjadinya penumpukan lemak yang menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sfingter esofagus
bawak tidak adekuat dalam menghadapi refluknya isi lambung. (7)
Obesitas telah terbukti salah satu faktor risiko terhadap kejadian GERD dan
komplikasinya. Obesitas dapat menyebabkan timbulnya gejala GERD
dikarenakan beberapa faktor yaitu terjadinya peningkatan intra abdomen, gradien
(25)
gastroesofagus, hernia hiatus. Penderita obesitas mengalami kompresi
ekstrinsik lambung dengan jaringan adiposa sekitarnya yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal, selain itu didukung oleh beberapa faktor
lain seperti gangguan pengosongan lambung, penurunan tekanan sfingter esofagus
bawah yang menyebabkan peningkatan transiet relaksasi sfingter yang
mengakibatkan peningkatan paparan asam isi lambung ke esofagus dalam waktu
lama yang dapat menyebabkan GERD. (1,13)
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara obesitas terhadap kejadian Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD) di RSUDZA Banda Aceh.
2. Berdasarkan penelitian didapatkan jumlah responden obesitas yang
mengalami GERD sebanyak 79,4% dengan 71,8% diderita oleh perempuan.
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada penelitian selanjutnya agar
tidak menggunakan metode yang sama dikarenakan hanya dilakukan sekali
pengukuran, sebaiknya dilakukan pengambilan data secara kohort untuk
lebih mengetahui perjalanan obesitas terhadap kejadian Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD).
27
DAFTAR PUSTAKA
10. Syafruddin A. Peranan derajat keasaman lambung dan tonus sfingter esofagus
bawah terhadap esofagitis pada dyspepsia. Laporan penelitian akhir, Bagian
Ilmu Penyakit Dalan FKUI. 1998: p. 1-10.
28
29
14. Singh M, Lee J, Gupta N, Gaddam S, Smith B, Wani S. Weight Loss Can
Lead to Resolution of Gastroesophageal Reflux Disease Symptoms: A
Prospective Intervention Trial. NIH Public Access. 2013 February; 21(2): p. 1-
14.
22. Kang M, Park D, Oh S. Abdominal obesity is and independent risk factor for
erosive esophagitis in a Korean population. J Gastroenterol Hepatol. 2007;
22(1656): p. 61.
26. Lee S, Lien H, Chang C, Peng Y, Ko C, Chou M. Impact of body mass index
and gender on quality of life in patien with gastroesophageal reflux disease.
World Journal of Gastroenterology. 2012 September; 18(36): p. 5090-5094.
40. Murti B. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
kualitatif di Bidang Kesehatan Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2010.
32
Lampiran 1
Bulan
No Kegiatan 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Studi kepustakaan
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Penelitian
5 Pengolahan data
6 Penyusunan laporan akhir
7 Seminar skripsi
8 Perbaikan skripsi
33
Lampiran 2
Yth Bapak/Ibu
NIM : 1107101010246
No. Hp : 085217091768
Wasalam,
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
No. Sampel :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia untuk/tidak
bersedia untuk mengikuti pengukuran berat badan, tinggi badan, dan menjawab
kuesioner yang hasilnya akan dijadikan data dalam penelitian yang berjudul
“HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP KEJADIAN GASTROESOPHAGEAL
REFLUX DISEASE (GERD) DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH”
yang akan dilakukan oleh Amelia Wijaya Agustin mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Wassalam,
( )
35
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
A. Data Responden
1. Nama dan Jenis Kelamin :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
5. Apakah anda hamil? Ya/ Tidak
6. Apakah anda merokok? Ya/ Tidak
7. Jika (Ya) anda merokok berapa batang per hari:
8. Sudah berapa tahun/bulan/hari mengkonsumsi rokok:
9. Apakah anda mengkonsumsi teh rata-rata≥200ml per hari? Ya/ Tidak
10. Apakah anda mengkonsumsi kopi rata-rata ≥100ml per hari? Ya/ Tidak
11. Apakah anda mengkonsumsi minuman asam rata-rata ≥200ml per hari?
Ya/Tidak
12. Apakah anda mengkonsumsimakanan pedas rata-rata ≥ 1 kali per hari?
(diisi setelah pengkuran langsung)
13. Berat Badan : Kg
14. Tinggi Badan : cm
B. Kuesioner GERDQ
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai
Total Skor
36
Lampiran 5
MASTER TABEL RESPONDEN
No
Jenis Berat Tinggi Skor
Respo Umur IMT Kat. Kat.
Kelamin Badan Badan GERD
nden
1 P 42 60 153 25,63 Obesitas 6 Tidak GERD
Tidak
2 P 44 58 155 24,14 Obesitas 13 GERD
3 P 61 65 155 27,06 Obesitas 5 Tidak GERD
Lampiran 6
Frequency Table
Jenis Kelami n
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 22 40,7 40,7 40,7
Perempuan 32 59,3 59,3 100,0
Total 54 100,0 100,0
Umur
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 30 tahun 5 9,3 9,3 9,3
30-45 tahun 24 44,4 44,4 53,7
46-60 tahun 14 25,9 25,9 79,6
> 60 tahun 11 20,4 20,4 100,0
Total 54 100,0 100,0
Pekerjaan
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pelajar/mhs 2 3,7 3,7 3,7
IRT 20 37,0 37,0 40,7
Swasta 4 7,4 7,4 48,1
Wiraswasta 10 18,5 18,5 66,7
Petani 3 5,6 5,6 72,2
PNS 9 16,7 16,7 88,9
Pensiunan 6 11,1 11,1 100,0
Total 54 100,0 100,0
IMT
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesit as 34 63,0 63,0 63,0
Tidak Obesitas 20 37,0 37,0 100,0
Total 54 100,0 100,0
39
GERD
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid GERD 36 66,7 66,7 66,7
Tidak GERD 18 33,3 33,3 100,0
Total 54 100,0 100,0
Crosstabs
IMT * GERD
Crosstab
GERD
GERD Tidak GERD Total
IMT Obesit as Count 27 7 34
Expected Count 22,7 11,3 34,0
% wit hin I MT 79,4% 20,6% 100,0%
% wit hin GERD 75,0% 38,9% 63,0%
Tidak Obesitas Count 9 11 20
Expected Count 13,3 6,7 20,0
% wit hin I MT 45,0% 55,0% 100,0%
% wit hin GERD 25,0% 61,1% 37,0%
Total Count 36 18 54
Expected Count 36,0 18,0 54,0
% wit hin I MT 66,7% 33,3% 100,0%
% wit hin GERD 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Lampiran 9
DOKUMENTASI
44
Lampiran 10
BIODATA PENULIS
Ibu : Perawat
Alamat Orang Tua : Kp. Cikumpa No. 56 Rt.01 Rw. 02 Depok 2 Tengah,
Jawa Barat