Anda di halaman 1dari 130

SKRIPSI

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK OMEGA 6, SERAT LARUT AIR


DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA IBU
RUMAH TANGGA USIA ≥ 40 TAHUN DI KELURAHAN DESA PASIR
ANGIN, KABUPATEN BOGOR

OLEH :

NURSELA NOVIANTI M

1705025205

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

JAKARTA

2021
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

“Hubungan Asupan Omega 6, Serat Larut air dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Obesitas pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan
Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor”

Merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan
saya bukan plagiat dari karya ilmiah yang telah dipublikasikan sebelumnya atau
dituliskan plagiat dari karya ilmiah yang telah dipublikasikan sebelumnya atau
ditulis orang lain. Semua sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk terlah
saya tulis dengan benar sesuai dengan pedoman dan tatacara pengutipan yang
berlaku. Apabila ternyata dikemudian hari skripsi ini, baik sebagian maupun
keseluruhan merupakan hasil plagiat atau menjimplakan terhadap karya orang
lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi
bedasarkan perundang-undangan dan aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

Jakarta, ….Agustus 2021

Nursela Novianti M.

1705025205

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Nursela Novianti M.
NIM : 1705025205
Program Studi : Gizi
Falkutas : Falkutas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Hak Bebas Royalti Nonekslusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skirpsi saya yang berjudul “Hubungan
Asupan Omega 6, Serat Larut Air dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas
pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin,
Kabupaten Bogor”, beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta,… Agustus 2021

Yang menyatakan,

(Nursela Novianti M.)

ii
PERSETUJUAN SKRIPSI

iii
RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
Nama : Nursela Novianti M.
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 30 November 1999
No. Telepon : 08985933562
Email : Nurselanovianti@gmail.com
B. Keterangan Pribadi
1. Riwayat Pendidikan
2005 – 2011 : SD Negeri Cinyosog 02 Bogor
2011 – 2014 : SMP Negeri 31 Bekasi
2014 – 2017 : SMA Yadika 11 Bekasi
2017 – Sekarang : Program Studi Gizi Falkutas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
2. Riwayat Organisasi
2017 – 2019 : Anggota Olahraga Volley Mahasiswa FIKES
UHAMKA
3. Prestasi
a. Juara 2 Lomba Pertandingan Olahraga Volley UHAMKA (2019)
4. Pengalaman Pelatihan dan Kerja Lapangan
a. Praktik Belajar Lapangan Gizi Komunitas di Kecamatan Cileungsi,
Kabupaten Bogor.
b. Praktik Belajar Lapangan Gizi Klinik dan MSPMI di RSUD
Arjawingangun, Cirebon.

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamduillahi robbil’alamin puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat bertahan
sampai tahap ini, sehingga terselesaikannya tugas akhir skripsi.

***

Yang saya hormati, saya cintai dan saya sayangi, kedua orang tua saya Abdul
Latif Marasabessy dan Eti Barita Yalanti, Terimakasih telah menjadi kedua orang
tua yang memberikan dukungan, motivasi dan doa. Terimakasih telah mendidik
saya menjadi seseorang yang kuat untuk menghadapi berbagai rintangan dan
masalah selama masa perkuliahan baik yang diucap maupun yang tidak diucap.
Oleh karena itu, saya persembahkan hasil jerih saya kepada kalian dalam 4 tahun
ini sebagai balas budi atas dukungan, motivasi serta doa yang diberikan oleh
kedua orang tua saya.

Kepada kakak, adik serta sahabat – sahabat saya yang telah banyak membantu
saya. Terimakasih kepada kalian yang telah membantu dan memberikan sebuah
pengalaman kepada saya selama saya dalam berproses. Terimakasih bersedia
untuk mendengarkan keluh kesah yang saya alami selama ini, tanpa kalian saya
tidak akan sampai di tahap ini.

Kepada Ibu Leni Sri Rahayu, S.KM., M.P.H dan Bu Devieka Rhama Dhanny,
M.KM terimakasih atas bimbingan yang diberikan dari awal penyusunan proposal
hingga skripsi. Sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dari sebelumnya,
terimakasih sudah sabar menghadapi saya yang rewel dan ambis ini.

Kepada diri saya sendiri, skripsi ini saya persembahkan untuk saya yang selalu
ada disisi saya. Saya bahkan tidak bisa menjelaskan betapa bersyukurnya saya
memiliki saya di dalam hidup saya. Thank you for ur hardworking, now you
stronger than before cause you finally finishing one of ur puzzle piece. But don’t
forget life is still going on so don’t make a lot of mistake cause it cant
irreplaceable. Masa perkuliahan sudah selesai, so im gonna say to sela’s future
“hello future, there’s will be a rainbow in the future so you must ridin like a
boom”

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh,

Alhamduillahi robbil’alamin puji dan syukur saya panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi “Hubungan Asupan Omega 6, Serat Larut Air dan
Aktivitas Fisik pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin, Kabupaten Bogor”. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Gizi. Pada penyusunan
dan penulisan skripsi penulis mendapat bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih, kepada yang terhormat:

1. Ibu Ony Linda, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
2. Ibu Debby Endayani Safitri, M.KM, selaku Ketua Program Studi Gizi,
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
3. Ibu Leni Sri Rahayu, S.KM. M.P.H Selaku pembimbing I dan ibu Devieka
Rhama Dhanny, M.KM selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu dan membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi.
4. Seluruh dosen dan staff pengajar program studi S1 Gizi yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan, motivasi, dan bimbingannya,
5. Kepala Desa Pasir Angin, Ketua RW dan Ketua RT di Kelurahan Desa
Pasir Angin serta seluruh responden ibu rumah tangga yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini.
6. Ayahanda dan ibunda, Bapak Abdul Latif M dan Ibu Eti Barita Yalanti
serta kakak dan adik saya Nursari Septiyanti dan Januar Syahdam M. yang
telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi baik moril maupun
materil.
7. Enumerator serta sahabat saya, Shine Luthfiana Agung atas bantuan dalam
pengambilan data dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan
penyusunan skripsi.

vi
8. Sahabat saya, Dwi Rachma Hidayati, Nine Irenanda, Angelia Dwi
Cahyaningrum, Nina Yuniarti atas saran – saran dan dukungan yang
diberikan selama penyusunan skripsi.
9. Sahabat perkuliahan, Asri Azmi Arvidiana, Odeliya Dina Seviana, Namira
Permata Tanjung, Allivia Octaviani, Anandya Nur Sabrina, Rifa Maulidah,
Anida Indah Sari dan Dini Aulia Putri atas saran, dukungan dan kenangan
yang diberikan selama masa perkuliahan.
10. Rekan seperjuangan Program Studi Gizi UHAMKA 2017 atas dukungan
dan persahabatannya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
satu, terimakasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun
untuk penelitian ini.

Jakarta, Agustus 2021

Penulis

vii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FALKUTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM SARJANA GIZI


Skripsi, Agustus 2021
Nursela Novianti M,

“Hubungan asupan Asam Lemak Omega 6, Serat Larut Air dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.”

cxxv + 125 halaman, 9 tabel, 4 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK

Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebih yang terjadi didalam


tubuh akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
keluar dari tubuh. Pada tahun 2018, Prevalensi obesitas di Jawa Barat untuk usia
40 – 44 tahun mencapai 44.53% dan usia 45 – 49 tahun yaitu 29.69%. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan asam lemak omega 6, serat larut
air dan aktivitas fisik dengan obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional, dimana peneliti
menggunakan 73 sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis data
menggunakan uji chi square dan Fisher Exact. Hasil Penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara aktivitas fisik (p-value = 0.04) dengan kejadian obesitas
dan tidak ada hubungan antara asupan omega 6 (p-value = 1.00), asupan serat
larut air (p-value = 0.63) dengan kejadian obesitas. Disarankan agar IRT ≥ 40
tahun di Kel. Desa Pasir Angin melakukan olahraga minimal 30 menit/hari

Kata kunci: Obesitas, omega 6, serat larut air, aktivitas fisik

viii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FALKUTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM SARJANA GIZI


Skripsi, Agustus 2021
Nursela Novianti M,

“Hubungan asupan Asam Lemak Omega 6, Serat Larut Air dan Aktivitas
Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.”

cxxv + 125 pages, 9 tabel, 4 pictures + 11 attachment

ABSTRACT

Obesity is the accumulation of excess fat that occurs in the body due to an
imbalance between energy intake and energy output from the body. In 2018, the
prevalence of obesity in West Java for the age of 40-44 years reached 44.53%
and the age of 45-49 years was 29.69%. The purpose of this study was to
determine the relationship between intake of omega 6 fatty acids, soluble fiber
and physical activity with obesity in housewives aged 40 years in Pasir Angin
Village, Bogor Regency. This research is a quantitative research with a cross
sectional study design, where the researcher uses 73 samples with purposive
sampling technique. Analysis using chi square test and Fisher Exact. The results
showed that there was a relationship between physical activity (p-value = 0.04)
and there was no relationship between intake of omega 6 (p-value = 1.00), intake
of soluble fiber (p-value = 0.63) and the incidence of obesity. It is recommended
that household heads 40 years in Ex. Pasir Angin Village does exercise at least
30 minutes/day

ix
Key words: Obesity, omega 6, soluble fiber, physical activity

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................................ii
PERSETUJUAN SKRIPSI..................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................v
KATA PENGANTAR.........................................................................................vi
ABSTRAK.........................................................................................................viii
ABSTRACT..........................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
1. Tujuan Umum...............................................................................4
2. Tujuan Khusus..............................................................................4
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi...................................................................5
2. Manfaat Bagi Peneliti....................................................................5
3. Manfaat Bagi Masyarakat.............................................................5
A. Ruang Lingkup Masalah.....................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obesitas.................................................................................7
B. Pengukuran Obesitas
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)..........................................................7
2. Rasio Lingkar Pinggang................................................................8
C. Patofisiologi Obesitas.........................................................................9

x
D. Dampak Obesitas..............................................................................10
E. Faktor – Faktor Obesitas
1. Faktor yang Tidak Dapat di Ubah...............................................15
2. Faktor yang Dapat di Ubah.........................................................18
F. Kerangka Teori.................................................................................28
G. Obesitas pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 tahuni.........................29
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep..............................................................................31
B. Definisi Operasional.........................................................................32
C. Hipotesis............................................................................................34
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian........................................................................36
B. Lokasi dan Waktu.............................................................................36
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi.......................................................................................36
2. Sampel.........................................................................................36
D. Alur Penelitian..................................................................................38
E. Jenis Data
1. Data Primer.................................................................................38
2. Data Sekunder.............................................................................39
F. Metode Pengambilan Data................................................................39
G. Langkah – Langkah Pengambilan Data............................................40
H. Metode Pengukuran..........................................................................41
I. Instrumen Pengambilan Data............................................................45
J. Pengolahan Data...............................................................................45
K. Analisis Data.....................................................................................49
L. Analisis Data Univariat.....................................................................50
M. Analisis Data Bivariat.......................................................................57
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Desa Pasir Angin
1. Pelayanan Kesehatan...................................................................58
2. Program Kesehatan.....................................................................58

xi
B. Karakteristik Responden Meliputi Pendidikan, Usia, Jumlah Anak
1. Tingkat Pendidikan.....................................................................60
2. Usia Responden...........................................................................61
3. Jumlah Anak...............................................................................62
C. Status Gizi Bedasarkan IMT.............................................................62
D. Asupan Zat Gizi Responden.............................................................63
E. Aktivitas Fisik...................................................................................68
F. Hubungan Asupan Omega 6 dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga
Usia ≥ 40 Tahun................................................................................69
G. Hubungan Asupan Serat Larut Air dengan Obesitas pada Ibu Rumah
Tangga Usia ≥ 40 tahun....................................................................70
H. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tngga
usia ≥ 40 tahun..................................................................................71
BAB VI PEMBAHASAN
A. Obesitas dan Gambaran Asupan IRT ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin........................................................................................72
B. Aktivitas Fisik Ibu Rumah Tangga usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin........................................................................................73
C. Asupan Asam Lemak Omega 6 Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin.............................................................74
D. Asupan Serat Larut Air pada IRT Usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin........................................................................................76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................78
B. Saran
1. Kelurahan Desa Pasir Angin.......................................................80
2. Masyarakat..................................................................................80
3. Peneliti Selanjutnya.....................................................................80
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................82
LAMPIRAN........................................................................................................95

xii
DAFTAR TABEL

2.1 Klafisikasi Status Gizi Bedasarkan IMT.........................................................7


2.2 Klasifikasi Status Gizi Bedasarkan Rasio Lingkar Pinggang.........................7
4.2 Minimal Sampel Bedasarkan Penelitian Terdahulu......................................37
5.1 Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pendidikan................................60
5.2 Distribusi Responden Bedasarkan Usia........................................................61
5.3 Distribusi Responden Bedasarkan Jumlah Anak..........................................62
5.4 Status Gizi Bedasarkan IMT.........................................................................63
5.5 Distribusi Asupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat, Omega 6 dan
Serat Larut Air Responden............................................................................64
5.6 Aktivitas Fisik Responden............................................................................68
5.7 Analisis Asupan Omega 6 dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga usia ≥ 40
tahun..............................................................................................................69
5.8 Analisis Asupan Serat Larut Air dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga
usia ≥ 40 tahun..............................................................................................70
5.9 Analisis Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga usia ≥ 40
tahun..............................................................................................................71

xiii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Dampak Obesitas..........................................................................................13


2.2 Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas.....................................27
3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................30
4.1 Alur Penelitian..............................................................................................36

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Study Pendahuluan..........................................................................64
Lampiran 2 Informed consent.............................................................................65
Lampiran 3 Kuesioner karakteristik....................................................................67
Lampiran 4 form antropometri............................................................................67
Lampiran 5 form recall asupan 2x24 jam...........................................................68
Lampiran 6 form recall aktivitas fisik 2x24 jam................................................70
Lampiran 7 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk Aktivitas Fisik............98
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian......................................................................100
Lampiran 9 Surat Etik Penelitian......................................................................101
Lampiran 10 Dokumentasi Pengambilan Data.................................................102
Lampiran 11 Output Asupan Omega 6, Serat Larut Air dan Aktivitas Fisik. . .103

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Overweight dan obesitas masih menjadi masalah gizi di dunia (Roberto &
Hawkes, 2015) dimana prevalensi obesitas sudah mencapai tiga kali lipat
dalam 40 tahun terakhir (WHO, 2020). Di tahun 2004, prevalensi obesitas
pada perempuan usia 40 – 49 tahun di Indonesia sebesar 17.6% (Sandjaja &
Sudikno, 2005) dan mengalami peningkatan hingga tahun 2018 menjadi
29.6% (Kemenkes, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas
pada perempuan usia 40 – 49 tahun di Indonesia belum masuk dalam kategori
aman. Di tahun 2018, hasil riskesdas Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa
proporsi obesitas pada perempuan usia 40 – 44 tahun sebesar 44.53%,
sedangkan perempuan berusia 45 - 49 sebesar 29.69% (Kemenkes, 2018).
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Bogor, prevalensi obesitas di tahun 2017
sebesar 1.15% dan mengalami peningkatan di tahun 2018 menjadi 1.83%.
Study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Pasir Angin yang
merupakan salah satu Kelurahan di Kabupaten Bogor menunjukkan sebanyak
54% dari 25 ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun memiliki status gizi obesitas.
Individu usia ≥ 40 tahun dengan status gizi obesitas berisiko 3 kali lebih
besar terkena hipertensi, 7 kali lebih besar terkena diabetes mellitus tipe 2, 2
kali lebih besar terkena penyakit arteri coroner, 1.4 kali lebih besar terkena
stroke dan 5 kali lebih besar terkena gagal jantung dibandingkan individu
dengan status gizi normal, dimana penyakit tersebut dikaitkan dengan
terjadinya intoleransi glukosa, dislipidemia dan pro inflamasi (Yuan et al.,
2016). Selain itu, individu dengan overweight dan obesitas berisiko 11 kali
lebih besar terkena kanker payudara pada wanita yang sudah mengalami
pascamenopause (Roberto & Hawkes, 2015). Dampak selanjutnya yaitu
kematian, rata – rata angka kematian tinggi pada individu dengan IMT 30 – 35
kg/m2 yang dikategorikan sebagai obesitas (Gajalakshmi et al., 2018).
Banyak faktor yang mempengaruhi overweight atau obesitas, salah
satunya adalah karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, durasi tidur

1
(Marfuah & Hadi, 2013). Dalam penelitian (Gunawan et al., 2019), Usia ≥ 40
tahun

2
2

beresiko 1.3 kali lebih besar terkena obesitas. Sama halnya dengan jenis
kelamin, perempuan berisiko 2 kali lebih besar terkena obesitas dibandingkan
laki – laki. Durasi tidur yang tidak baik juga beresiko 1 kali lebih besar
terkena obesitas. Menurut (Koupil & Toivanen, 2008) faktor genetic juga
menjadi salah satu faktor penyebab overweight dan obesitas, dimana individu
dengan kedua orang tua yang obesitas berisiko 6 kali lebih besar terkena
obesitas.
Faktor lainnya seperti faktor pola makan dan aktivitas fisik menjadi
penyebab langsung dari obesitas. Allah SWT megizinkan umatnya untuk
menikmati makanan, kecuali yang diharamkan, sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS Al-A’raf ayat 31:
۟ ‫ُوا َواَل تُس‬
۟ ‫وا َوٱ ْش َرب‬
۟ ُ‫وا زينَتَ ُك ْم ِعن َد ُك ِّل م ْس ِج ٍد َو ُكل‬
۟
ِ ‫ْرفُ ٓوا ۚ إِنَّهۥُ اَل يُ ِحبُّ ْٱل ُمس‬
َ‫ْرفِين‬ ِ َ ِ ‫يَبَنِ ٓى َءا َد َم ُخ ُذ‬
Artinya: Hai, anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang yang berlebihan.
Pola makan individu yang berhubungan dengan obesitas seperti konsumsi
asupan serat yang kurang, asupan karbohidrat dan asupan lemak yang tinggi
(Moussavi et al., 2008). Risiko obesitas dikaitkan asupan serat, terutama serat
larut air yang mempunyai fungsi dalam kelangsungan waktu pengosongan
lambung dan efek metabolisme (Waspadji, 1990). Penelitian yang dilakukan
oleh (Thompson et al., 2017) menunjukkan bahwa pemberian suplemen serat
larut air dapat menurunkan berat badan karena berkaitan dengan waktu
pengosongan lambung dan efektivitas metabolism.
Asupan asam lemak omega 6 yang tinggi akan berdampak negatif pada
tubuh, sehingga harus ada keseimbangan rasio asupan omega 6 dan omega 3
(Diana, 2012). Menurut (Simopoulos, 2016) individu yang mengkonsumsi
omega 6 dan omega 3 dengan rasio sebesar 20:1 akan berdampak pada
obesitas (Simopoulos, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh (Rachmawati et
al., 2018) menyatakan bahwa individu dengan asupan omega 6 ( > 100%)
berisiko 5.81 kali lebih besar mengalami obesitas karena asam lemak omega
6 yang tinggi di dalam tubuh akan mengalami penumpukan simpanan
3

trigliserida di dalam tubuh yang dikaitkan dengan penghambatan proses


browning pada sel adiposa.
Gaya hidup tidak sehat seperti aktivitas fisik yang rendah juga mendukung
terjadinya obesitas, karena semakin rendah aktivitas fisik yang dilakukan
maka semakin sedikit energi di dalam tubuh yang terbakar (Ritan et al., 2018).
Individu yang tidak melakukan aktivitas fisik tidak akan mengalami proses
pembakaran energy di dalam tubuh sehingga terjadi penumpukan lemak di
dalam tubuh yang menyebabkan obesitas. Bedasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Puspitasari, 2018) responden dewasa yang melakukan
aktivitas ringan – sedang berisiko 2,4 kali lebih besar terkena obesitas
dibandingkan responden yang melakukan aktivitas berat.
Dari semua faktor yang disebutkan, masih sedikitnya penelitian terkait
asam lemak omega 6, serat larut air dan aktivitas fisik di masyarakat, terutama
pada perempuan usia ≥ 40 tahun. Perempuan yang sudah menikah atau ibu
rumah tangga seringkali mengalami perubahan pola makan dan aktivitas fisik
sehingga berisiko mengalami obesitas (Puspitasari, 2018). Penelitian
sebelumya oleh (Nurrahmawati & Fatmaningrum, 2018), mendapatkan hasil
dari 5 ibu rumah tangga dengan usia 40 – 49 tahun yang mengalami obesitas
sebesar 80%. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“hubungan asupan asam lemak omega 6, serat larut air dan aktivitas fisik
dengan kejadian obesitas pada Ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Desa Pasir
Angin, Kabupaten Bogor”.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan prevalensi di Indonesia, obesitas obesitas pada perempuan
usia 40 – 49 tahun di Indonesia sebesar 17.6% (Sandjaja & Sudikno, 2005)
dan mengalami peningkatan di tahun 2018 menjadi 29.6% (Kemenkes, 2018).
Di Provinsi Jawa Barat, proporsi obesitas pada perempuan usia 40 – 44 tahun
sebesar 44.53%, sedangkan perempuan berusia 45 – 49 tahun sebesar 29.69%
(Kemenkes, 2018). Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Bogor, prevalensi
obesitas di Kabupaten Bogor di tahun 2018 sebesar 1.83%, meskipun angka
ini masuk dalam kategori masalah sangat ringan angka ini mengalami
peningkatan semenjak tahun 2017 dari 1.15% menjadi 1.83%. Study
4

pendahuluan yang dilakukan peneliti di Bulan Januari 2021 di Kelurahan Desa


Pasir Angin, Jawa Barat ditemukan sebanyak 54% ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun memiliki status gizi obesitas, apabila dibandingkan dengan cut off
UNICEF yaitu ≥ 15% angka ini masuk dalam masalah sangat tinggi. Di
Provinsi Jawa Barat, konsumsi daging-dagingan dan kacang-kacangan masih
sangat tinggi dimana bahan makanan tersebut merupakan sumber omega 6,
tetapi konsumsi sayur buah yang merupakan sumber serat larut air dan
aktivitas fisik masih rendah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
apakah terdapat hubungan antara asupan asam lemak omega 6, serat larut air
dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor pada tahun 2021.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan asupan asam lemak omega 6, serat larut air dan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi proporsi karakteristik responden meliputi pendidikan,
usia, jumlah anak.
b. Mengidentifikasi proporsi obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
c. Mengidentifikasi proporsi asupan zat gizi makro pada ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten
Bogor.
d. Mengidentifikasi proporsi asupan lemak omega 6 pada ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten
Bogor.
e. Mengidentifikasi proporsi asupan serat larut air pada ibu rumah tangga
usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor
f. Mengidentifikasi proporsi aktivitas fisik pada ibu rumah tangga usia ≥
40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor
5

g. Menganalisis hubungan asupan lemak omega 6 dengan kejadian


obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
h. Menganalisis hubungan asupan serat larut air dengan kejadian obesitas
pada pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin, Kabupaten Bogor.
i. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin,
Kabupaten Bogor.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai sumber infomarsi kepada tenaga kesehatan lainnya terkait
dengan masalah obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun sehingga
dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanganan masalah status gizi
obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun melalui pelaksanaan
program – program gizi.
2. Manfaat Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman, wawasan dan memberikan
informasi sebagai dasar ilmiah untuk penelitian selanjutnya dan dapat
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh dari universitas kepada
masyarakat, selain itu dapat meningkatkan kemampuan berpikir peneliti
dalam mengidentifikasi masalah gizi di masyarakat.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat terkait masalah obesitas
dan faktor –faktor yang mempengaruhi obesitas pada ibu rumah tangga
usia ≥ 40 tahun sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan agar proporsi
masalah gizi obesitas di Indonesia dapat menurun.
E. Ruang lingkup masalah
Penelitian ini merupakan penelitian gizi masyarakat dengan design cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan lemak omega 6,
serat larut air dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada pada ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor
6

dengan populasi ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun dengan total sampel
sebanyak 107 yang akan dilakukan di bulan Mei 2021 – Juli 2021 di
Kelurahan Desa Pasir Angin. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Desa Pasir
Angin karena lokasi ini masuk ke dalam kategori masalah sangat tinggi pada
obesitas apabila dibandingkan dengan cut off UNICEF ≥ 15%, dimana data
dependen dan independen di ambil dalam waktu bersamaan. Pengukuran
variable dependen menggunakan alat timbangan injak digital dan microtoise,
sedangkan variable independen dilakukan wawancara menggunakan form
recall 2x24 jam. Kemudian data dependen dan independen akan di analisis
menggunakan uji chi square.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Obesitas
Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebih yang terjadi di dalam
tubuh (WHO, 2004) yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan
energy yang masuk ke dalam tubuh dengan pengeluaran energy dari dalam
tubuh yang mengarah pada kesalahan pemilihan bahan makanan yang tidak
tepat dan kurangnya aktivitas fisik (Upadhyay et al., 2017). Asupan energy
yang lebih di dalam tubuh akan diubah menjadi trigliserida di jaringan adiposa
sehingga ukuran sel - sel dalam tubuh akan membesar dan menyebabkan
penambahan berat badan (Swinburn et al., 2011).
Tahun 2008, ahli dari obesitas masyarakat menyatakan bahwa “obesitas
merupakan kondisi yang kompleks dengan kontributor penyebab yang banyak,
termasuk faktor – faktor yang berada di luar konteks individu”. Pada Bulan
Juni tahun 2013, Asosiasi Medis Amerika telah menyatakan obesitas sebagai
salah satu penyakit. Saat prevalensi obesitas mengalami peningkatan maka
terjadi juga peningkatan prevalensi penyakit lain yang disebut dengan
komorbiditas. Penyakit lain yang dimaksud seperti diabetes mellitus tipe 2,
stroke, penyakit kardiovaskular, hyperlipidemia, kanker dan lain – lain
(Upadhyay et al., 2017).
B. Pengukuran Obesitas
Pada umumnya untuk mengetahui status gizi obesitas di masyarakat
digunakan 2 pengukuran (Maggi et al., 2015), yaitu Indeks Massa Tubuh
(IMT) dimana menggunakan data berat badan dan tinggi badan dan lingkar
pinggang menggunakan data Lingkar Pinggang (LP).
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh, dilakukan perhitungan
dengan satuan kg/m2 menggunakan data berat badan (kg) dan tinggi badan
(m). Setelah di dapatkan data berat badan dan tinggi badan maka
dilakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), dengan rumus sebagai
berikut:

7
BB(kg) ❑
TB(m2)

7
8

Keterangan:

BB = Berat badan saat ini (kg)

TB = Tinggi badan saat ini (m)

Data yang sudah dihitung akan di kategorikan menjadi status gizi sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Bedasarkan IMT

Klasifikasi Parameter
Sangat kurus <17.00
Kurus 17.00 - <18,50
Normal 18.50 – 25.00
Gemuk (overweight) 25.00 – 27.00
Obesitas > 27.00
*Sumber: Permenkes RI No.41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang

2. Rasio Lingkar Pinggang


Menurut International Diabetes Federation (2005) pengukuran
obesitas kedua yaitu mengukur lingkar pinggang dimana pengukuran
lingkar pinggang dilakukan diantara tulang panggul bagian atas dan tulang
rusuk bagian bawah (Kussoy et al., 2013). Setelah dilakukan pengukuran,
maka dilakukan klasifikasi bedasarkan rasio lingkar pinggang yaitu:
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Bedasarkan Rasio Lingkar Pinggang

Obesitas Sentral Parameter

Laki – laki >90 cm ( 35.4 in )

Perempuan >80 cm ( 31.5 in )

*Sumber: Kemenkes 2013


9

C. Patofisiologi obesitas

Kejadian Obesitas terkait dengan peningkatan asupan energy yang tinggi


atau penurunan aktivitas fisik dan kelebihan berat terhadap organ di dalam
tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh (Bray, 1992) menunjukkan bahwa
asupan makanan yang tinggi energy dapat mempengaruhi system organ utama
di dalam tubuh, yang dikaitkan dengan penyimpanan trigliserida di jaringan
adiposa. Saat terjadi penyimpanan trigliserida di dalam tubuh maka ukuran sel
lemak di dalam tubuh akan membesar sehingga terjadi peningkatan berat
badan (Swinburn et al., 2011)
Dalam makanan, struktur kimia lemak berbentuk trigliserida. Saat
makanan yang mengandung lemak/trigliserida masuk ke dalam tubuh, maka
lemak tersebut akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak melalui proses
lipolisis. Gliserol yang sudah dipecah akan masuk ke jalur metabolisme
glukosa untuk menghasilkan glukosa atau piruvat. Kemudian piruvat akan
diubah menjadi Acetyl – CoA dan masuk ke siklus kreb untuk menghasilkan
energi. sedangkan asam lemak, akan mengalami pemecahan melalui proses
oksidasi sehingga menghasilkan molekul asetil KoA. Asetil KoA ini akan
memasuki siklus kreb untuk menghasilkan energi (Almatsier, 2002).
Akan tetapi, jika tubuh tidak membutuhkan energy maka asetil KoA yang
sudah di dapat akan diubah kembali menjadi lemak/trigliserida untuk
disimpan di dalam tubuh, yaitu di jaringan adiposa yang terdiri dari banyak sel
adiposa yang mempunyai fungsi untuk penyimpanan lemak (dalam bentuk
trigliserida) dan pembentukan energi (Bray, 2004). Asupan energi baik dari
lemak, karbohidrat atau protein yang berlebih dapat diubah menjadi
trigliserida dan disimpan di sel – sel adiposa sehingga ukuran dan jumlah sel
adiposa bertambah sehingga ukuran tubuh juga bertambah, hal ini lah yang
menyebabkan terjadinya obesitas pada individu (Lilyasari, 2007). Di dalam
tubuh, lemak disimpan di jaringan bawah kulit (subkutan) sebesar 50%, di
sekeliling organ – organ dalam rongga perut sebesar 45% dan di jaringan
intramuskuler sebesar 5% (Almatsier, 2002).
Tubuh akan memecah karbohidrat menjadi glukosa melalui serangkain
proses. Saat tubuh membutuhkan energy, glukosa akan memgalami proses
10

glikolisis untuk menghasilkan energy yang terjadi di sitoplasma sel secara


anaerobic. Hasil akhir jadi proses glikolisis adalah dua ikatan yang
mengandung 3 atom karbon yaitu asam piruvat (Almatsier, 2002). Asam
piruvat akan bergabung dengan 1 molekul KoA dan menghasilkan 2 asetil
KoA (Whitney & Rolfes, 1999). Jika tubuh membutuhkan energy, asetil KoA
yang dihasilkan oleh asam piruvat + molekul KoA akan masuk ke siklus
TCA/siklus kreb untuk menghasilkan energi. Tetapi, bila tubuh tidak
membutuhkan energy, asetil KoA tidak akan masuk ke siklus kreb dan diubah
menjadi asam lemak (Almatsier, 2002) melalui rangkaian proses. Asetil KoA
akan diubah menjadi malonyl – CoA, malonyl – CoA tersebut akan diubah
menjadi asam lemak bebas yang akan disimpan di jaringan adiposa dalam
bentuk trigliserida (Effendi, 2013).
Zat gizi makro yang dapat diubah menjadi lemak adalah protein, protein
akan di ubah juga menjadi lemak. Awal mula, protein akan dipecah menjadi
asam amino. Asam amino seperti alanine, serin, glisin, sisteiri, metionin dan
tripofan akan diubah menjadi piruvat, sedangkan asam amino fenilalanin,
tirosin, leusin dan isoleusin dan lisin akan diubah menjadi asetil KoA. Sama
halnya dengan karbohidrat, asam amino yang diubah menjadi asetil KoA
dapat digunakan menjadi energy jika tubuh membutuhkan energy atau di ubah
menjadi asam lemak jika tubuh tidak membutuhkan energy dan disimpan
dalam bentuk trigliserida di jaringan adiposa (Almatsier, 2002).

D. Dampak obesitas
Obesitas secara umum berkontribusi pada kesehatan seseorang, dampak –
dampak yang terjadi pada penderita obesitas seperti gangguan fungsional,
penurunan kualitas hidup, penyakit tidak menular dan kematian. Semenjak itu,
obesitas mulai dikenal sebagai penyakit.
Adipokin disekresi oleh jaringan endokrin yang berasal dari jaringan
adiposa lemak yang berfungsi dalam reproduksi, respon imun dan metabolism
glukosa dan lipid (Chen et al., 2013), dimana jika adipoksin di sekresi secara
berlebihan akan berdampak pada peningkatan resisten insulin. Resistensi
insulin akan menyebabkan penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus
tipe 2 atau kanker (Juwita et al., 2020). Kanker kolorektal, kanker pankreas,
11

kanker hati, kanker payudara pada wanita pascamenopause dan kanker


endometrium, berkaitan dengan resistensi hormon insulin dan peningkatan
adipokin. Peningkatan kadar insulin akan mendukung pertumbuhan dan
peningkatan kanker tersebut (Pergola & Silvestris, 2013). Selain DM tipe 2
dan kanker, obesitas menjadi parameter dan salah satu risiko terkena PCOS.
PCOS adalah gangguan hormon yang menjadi salah satu penyebab infertilitas
pada wanita di usia reproduksi. Obesitas berpengaruh dalam metabolisme
penyakit PCOS, berkaitan juga dengan peningkatan adipokin. Adipokin yang
di sekresi oleh jaringan adiposa mempengaruhi organ lain seperti otak,
ovarium dan endometrium. Dimana ketiga ini berperan dalam patofisiologi
PCOS (Chen et al., 2013).
Terdapat 2 mekanisme penyakit hipertensi, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung (Sulastri et al., 2012). Secara tidak langsung,
peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa akan
meningkatkan aktivasi system saraf simpatis dan aktivasi system angiotensin
aldosterone yang dirangsang oleh hormon, sitokin, adipokin dan lain – lain
(Pearson and Biddle at Andarini et al., 2019). Hormon aldosterone akan
meningkat jika terdapat rangsangan seperti peningkatan system angiostensin
aldosterone. Hormon aldosterone sendiri merupakan hormon yang berfungsi
dalam resistensi air dan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan
volume darah dan tekanan darah (William, 2017). Obesitas sentral menjadi
faktor risiko terjadinya displidemia dan akumulasi lemak. Obesitas sentral
akan meningkatkan asam lemak bebas di vena dan hati, peningkatan asam
lemak bebas di hati akan menghasilkan peningkatan sintesis trigliserida yang
tinggi dan HDL yang rendah, hal ini yang menjadikan seseorang mengalami
displidemia (Chan et al., at Upadhyay et al., 2017). Dislipidemia pada
dasarnya terjadi akibat peningkatan lemak jahat seperti kolesterol total, LDL
dan Trigliserida, namun HDL yang rendah di dalam darah (Jati, 2014).
Peningkatan kadar lemak yang tinggi menyebabkan lipotoksisitas,
lipotoksisitas behubungan signifikan dengan jantung akibat asupan kalori dan
asam lemak yang tinggi (Dong et al., 2013). Dyslipidemia, hipertensi dan
lipotoksisitas menyebabkan munculnya penyakit tidak menular lainnya,
12

seperti penyakit arteri coroner, gagal jantung, stroke dan penyakit vascular
(Upadhyay et al., 2017).
Sleep anea adalah henti nafas yang terjadi saat tidur dengan gejala utama
mendengkur. Faktor dari sleep anea ini adalah obesitas, berkaitan dengan
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru dan peningkatan beban
kerja otot pernafasan akibat penebalan jaringan lemak di bagian dinding dada
dan perut (Syarif at Rahman et al., 2012). GERD di sebabkan oleh kegagalan
LES sebagai barrier antirefluks. LES dipengaruhi oleh tekanan intrinsic
dengan tekanan normal sekitar 10- 24 mmHg. Pada individu obesitas, akan
terjadi akumulasi lemak di jaringan adiposa. Akumulasi lemak akan
meningkatkan tekanan abdomen sehingga terjadi kegagalan LES yang
berdampak pada mukosa esophagus yang terekspos oleh isi lambung (El-
Serag et al., at Naomi, 2014). Obesitas menjadi faktor risiko individu terkena
osteoarthritis, baik osteroartritis bilateral maupun unilateral. Osteoarthritis
adalah sejenis penyakit rematik akibat menipisnya minyak sendi atau sinoval
(Aldo & Gustin, 2019) menurut (Upadhyay et al., 2017) risiko osteoarthritis
pada penderita obesitas akibat beban untuk mengangkat tubuh.
Penelitian yang dilakukan oleh (The GBD, 2017) mendapatkan hasil
bahwa individu dengan berat badan berlebih sebanyak 4 juta mengalami
kematian. Sebanyak 70% kematian akibat penyakit kardiovaskuler dikaitkan
dengan IMT diatas batas normal dengan proporsi 60% terjadi pada individu
yang obesitas. Obesitas tingkat II (IMT 35 kg/m2) dan obesitas tingkat III
(IMT 40 kg/m2) telah terbukti mempunyai risiko mengalami penyakit
kardiovaskuler dibandingkan dengan obesitas tingkat I dengan IMT 30 – 35
kg/m2 (Phillips et al., 2013). Subset dari populasi obesitas menyatakan bahwa
dalam jangka pendek obesitas akan berdampak pada komplikasi
kardiometabolik seperti diabetes mellitus, hyperlipidemia dan resistensi
insulin.
Obesitas menjadi prediksi yang signifikan untuk rata – rata penurunan
kelangsungan hidup seseorang. Untuk seseorang dengan indeks massa tubuh
30 – 35 kg/m2 memiliki penurunan kelangsungan hidup sebanyak 2 – 4 tahun
dan memiliki penurunan kelangsungan hidup sebanyak 8 – 10 tahun untuk
13

seseorang dengan indeks massa tubuh 40 – 45 kg/m 2 (Gajalakshmi et al.,


2018). Hal ini dikaitkan dengan penyakit tidak menular seperti hipertensi,
diabetes mellitus, dan lain – lain (Van Gaal et al., 2006). Penelitian serupa
juga dilakukan oleh (The GBD, 2017) bahwa risiko kematian yang rendah
terdapat di individu dengan IMT 20 – 25 kg/m.
14

Diabetes mellitus type 2

Terganggunya signal insulin


PCOS/infertility Kanker
dan resistensi insulin
Hipertensi
sistemik dan paru
Peningkatan adipokin
Sleep apnea
Ostoartritis
Obesitas (Jaringan Peningkatan berat GERD
Peningkatan aktivasi simpatik
lemak ↑) badan
dan aktivasi angiotensin
aldostrone
Penyakir arteri
Peningkatan produksi koroner
lipid/trigliserida dan
Hipertensi pengeluaran asam lemak bebas
sistemik dan paru
- Gagal jantung
- Stroke
lipotoksisitas displidemia
- Penyakit
vaskular

Gambar 2.1 Dampak Obesitas

*Sumber : (Upadhyay et al., 2017).


15

E. Faktor - Faktor Obesitas


Faktor obesitas terdiri dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor yang dapat
diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah seperti
karakteristik (pendidikan dan pengetahuan, social ekonomi, status pernikahan,
riwayat melahirkan, penyakit tidak menular), faktor sikap dan perilaku
(perilaku pola makan dan aktivitas fisik) dan durasi tidur. Sedangkan faktor
yang tidak dapat diubah seperti genetik, jenis kelamin, usia, ras dan riwayat
keluarga, riwayat di masa lalu, dukungan keluarga dan food environment
(Safitri & Rahayu, 2020).
1. Faktor yang Tidak Dapat di Ubah
a. Genetik
Mekanisme dari genetic di tubuh pria atau wanita menjadi faktor
untuk beresiko obesitas (Upadhyay et al., 2017). Salah satu penelitian,
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara massa lemak di dalam
tubuh dengan gen yang akan berdampak kepada obesitas (Bjørnland et
al., 2017). Hal ini berkaitan dengan FTO di dalam tubuh yang di
dukung dengan faktor gaya hidup seperti diet dan aktivitas fisik. FTO
atau alpha-ketoglutarate-dependet dioxygenase adalah enzim yang
terdapat pada kromosom 16q , yang berhubungan dengan massa lemak
tubuh, metabolic, komposisi lemak tubuh dan kelainan metabolis yang
berkaitan dengan obesitas (Maharani & Puspasari., 2019).
Mendukung gen FTO di dalam tubuh, keluarga dapat memberikan
perilaku gaya hidup tidak sehat yang dapat mempengaruhi obesitas,
seperti saat mengkonsumsi makanan dan melakukan aktivitas fisik.
Anak yang memiliki orang tua dengan status gizi obesitas mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan memiliki aktivitas
fisik yang rendah sehingga akan berpengaruh terhadap obesitas
(Kurdanti et al., 2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Sudiawan & Sidiartha, 2017) menyatakan bahwa individu dengan
orang tua yang obesitas berisiko 6 kali lebih besar mempunyai status
gizi obesitas dibandingkan individu yang kedua orang tua nya tidak
16

obesitas. Obesitas dapat diturunkan dari kedua orang tua yang


dikombinasi dengan gaya hidup seperti pola makan dan kebiasaan
gaya hidup (Mahyuni et al., 2018).
b. Jenis Kelamin
Menurut Janghorbani (2007), Perempuan lebih rentan terkena
obesitas dibandingkan laki – laki karena perbedaan asupan energi dan
tingkat aktivitas fisik (Puspitasari, 2018). Penelitian yang dilakukan
oleh (Puspitasari, 2018) mendukung teori ini, karena di dapatkan hasil
perempuan memiliki asupan energy yang lebih tinggi dibandingkan
laki – laki. Perempuan juga lebih sulit dalam mengontrol nafsu makan,
baik ada stimulasi makanan maupun tidak. Selain berhubungan dengan
asupan makan, tingkat aktivitas fisik juga berperan dalam obesitas.
Dilihat dari penelitian (Widyantari et al., 2018) perempuan lebih
banyak melakukan aktivitas fisik yang rendah – sedang seperti
menonton tv, bermain gadget dan jarang melakukan olahraga
dibandingkan laki – laki yang melakukan aktivitas berat seperti
bermain bola, bermain layang – layang dan sepeda.
Pola makan yang kurang baik serta aktivitas fisik yang kurang
dapat menyebabkan penyimpanan lemak di dalam tubuh berlebih,
sedangkan penyimpanan lemak di dalam tubuh perempuan lebih besar
dibandingkan laki – laki (Evan et al., 2017) sehingga memungkinkan
bahwa perempuan berisiko 2 kali lebih besar terkena obesitas
dibandingkan laki – laki (Gunawan et al., 2019).
c. Usia
Obesitas banyak ditemukan pada usia yang lebih tua karena
penumpukan lemak yang terjadi akibat penurunan massa otot dan
perubahan jenis hormon (Puspitasari, 2018). Penurunan massa otot di
usia tua dikaitkan dengan kurangnya aktivitas bergerak sehingga
terjadinya penurunan massa otot yang berfungsi dalam pembakaran
kalori di dalam tubuh. Asupan kalori yang tinggi tetapi aktivitas yang
rendah ditambah dengan penurunan massa otot dapat menyebabkan
penumpukan lemak di dalam tubuh sehingga berdampak pada obesitas
17

(Widiantini & Tafal, 2014). Menurut (Widiantini & Tafal, 2014)


kejadian obesitas banyak terjadi pada usia ≥ 30 tahun dibandingkan
usia < 30 tahun.
Penelitian meta analisis yang dilakukan oleh (Safitri & Rahayu,
2020) menemukan bahwa peningkatan risiko obesitas terjadi pada usia
> 30 tahun. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Widiantini & Tafal, 2014) menunjukkan bahwa Individu dengan usia
30 – 49 tahun mempunyai risiko 2.3 lebih besar terkena obesitas,
sedangkan individu usia 50 – 64 tahun berisiko 2.5 lebih besar terkena
obesitas dibandingkan individu yang berusia < 30 tahun.
d. Dukungan keluarga
Menurut Depkes (1988), keluarga adalah kumpulan beberapa orang
yang terdiri dari kepala keluarga beserta anggota lain yang berkumpul
dan tinggal di satu rumah dan saling bergantungan. Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan contoh dalam gaya
hidup sehat sehingga menjadi peluang utama dalam mengajarkan
konsumsi makanan yang bernutrisi dan melakukan aktivitas fisik
(Smith et al., 2017). Pola asuh yang tidak benar dalam suatu keluarga
dapat berdampak pada status gizi, terutama obesitas di masa dewasa
(Miller et al., at Smith et al., 2017)
Orang tua yang memberikan dukungan positif akan berpengaruh
terhadap perilaku konsumsi dan aktivitas yang lebih baik, sebaliknya
orang tua yang memberikan dukungan negative akan berpengaruh
terhadap perilaku konsumsi dan aktivitas fisik yang tidak baik.
Perilaku konsumsi yang tidak baik seperti konsumsi rendah serat tetapi
tinggi konsumsi karbohidrat dan lemak. Sehingga disimpulkan,
kejadian obesitas dapat dipengaruhi oleh dukungan keluarga (Assari et
al., at Safitri & Rahayu, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh (PH et
al., 2018) menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua menuruti apa
yang di minta oleh anak mereka, seperti memberikan anak makanan
yang tinggi lemak dan manis, membiarkan anak makan > 3x/hari
dimana hal ini menjadi salah satu faktor dari obesitas.
18

e. Food environment
Food environment adalah pangan atau makanan yang berada di
toko – toko atau restaurant yang berlokasi di dekat rumah (Cobb et al.,
2015). Obesitas dikaitkan dengan peningkatan akses ke toko serba ada
dan restaurant cepat saji (Poti & Popkin, 2011). Diketahui bahwa
makanan cepat saji bersifat cepat, mudah dan memiliki porsi yang
besar dimana jika di konsumsi akan menyebabkan obesitas karena
tingginya asupan energi, gula dan lemak. Selain itu makanan cepat saji
juga rendah akan serat dan kandungan gizi lainnya (Austin et al.,
2005). Dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor utama dari
obesitas. Dalam sebuah penelitian, biasanya data food environment
yang diukur berupa bentuk makanan, ukuran porsi, kelezatan makanan,
frekuensi makan dan kenyamanan/ketersediaan makanan dari masing –
masing lokasi individu (Mattes & Foster, 2014). Teori diatas di
dukung oleh penelitian meta analisis yang di lakukan oleh (Cobb et al.,
2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara food environment
dengan kejadian obesitas.
2. Faktor yang Dapat di Ubah
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam membantu
berdirinya suatu negara untuk maju dan berkembang (Handajani &
Yunita, 2018). Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karena terhindar dari
kebodohan dan kemiskinan (Suardi at Kurniasari & Nurhayati, 2017)
sehingga individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
cenderung memilih bahan makanan yang baik untuk dikonsumsi
dibandingkan individu yang tingkat pendidikannya rendah
(Puspitasari, 2018). Menurut Glewwe, individu dengan pendidikan
yang tinggi memungkinkan seseorang mendapatkan pekerjaan dan gaji
yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
kesehatan (Kurniasari & Nurhayati, 2017). Penelitian yang dilakukan
19

oleh (Novitasary et al., 2014) mendukung teori tersebut karena


ditemukan hasil bahwa obesitas khususnya obesitas sentral banyak
ditemukan pada individu yang berpendidikan rendah. Menurut (Lubis
et al., 2020) individu dengan pendidikan rendah berisiko 5 kali lebih
besar mempunyai status gizi obesitas dibandingkan individu dengan
berpendidikan tinggi.
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang kita peroleh melalui panca indera
seperti melihat, mendengar, merasakan dan berfikir terhadap objek
tertentu (Makhmudah, 2018). Menurut Sunita (2002) pengetahuan gizi
merupakan sesuatu yang diketahui terkait makanan yang behubungan
dengan kesehatan yang optimal.
Individu dengan pengetahuan gizi yang rendah akan
mengkonsumsi makanan yang tidak bergizi seimbang. Pada dasarnya,
suatu makanan dikatakan bergizi jika mengandung 6 nutrisi, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Virnanda Adani,
Dina Rahayuning Pangestuti, 2016). Selain itu, pengetahuan yang
rendah juga berdampak pada sikap dan perilaku dalam pemilihan
bahan makanan, sehingga memungkinkan seseorang dengan
pengetahuan rendah akan mengkonsumsi makanan yang berasal dari
karbohidrat atau lemak saja (Puspitasari, 2018).
Tetapi tidak memungkinkan bahwa individu yang memiliki
pengetahuan tinggi tidak terkena obesitas, karena pada dasarnya
pengetahuan merupakan bagian dari perilaku. Sehingga jika individu
yang mempunyai pengetahuan tinggi tetapi perilaku pola makan dan
aktivitas fisik nya tidak baik berisiko juga untuk terkena obesitas
(Puspitasari, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Puspitasari, 2018)
menyatakan bahwa individu dengan pengetahuan rendah berisiko 1,3
kali lebih besar terkena obesitas dibandingkan individu dengan
pengetahuan yang tinggi.
c. Sosial Ekonomi
20

Banyak pendapat para ahli mengenai pengertian social ekonomi.


Menurut Zaenal Arifin (2002), social ekonomi berkaitan dengan status
social dan kehidupan sehari – hari yang telah diterapkan setiap harinya
oleh individu atau kelompok, sedangkan menurut W.S Winke, social
ekonomi mempunyai makna terhadap kemampuan finansial keluarga
dan kemampuan dalam perlengkapan material yang dimiliki yang
dikaitkan dengan tingkat pendapatan (Juariyah, 2010). Oleh karena itu,
tingkat pendapatan individu dikaitkan dengan kemampuan untuk
membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang baik (Nurfatimah
at (Rosidah & Kunnati, 2019)). Menurut (Rosidah & Kunnati, 2019)
Individu dengan pendapatan yang tinggi dapat dengan mudah
mengkonsumsi dan membeli makanan cepat saji yang tinggi kalori,
dimana diketahui bahwa mengkonsumsi makanan tinggi kalori
menjadi salah satu faktor obesitas karena dapat menyebabkan
penumpukan lemak di dalam tubuh. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh (Burgoine et al., 2016) membuktikan bahwa ada
hubungan tingkat social ekonomi individu dengan berat badan.
d. Status Pernikahan
Menurut Undang- undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1, Pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara laki – laki dan perempuan dengan
tujuan untuk membentuk sebuah keluarga. Individu yang sudah
menikah akan mengalami perubahan gaya hidup seperti pola makan
dan aktivitas fisik untuk menyesuaikan gaya hidup pasangannya
(Puspitasari, 2018). Selain itu, selama masa hamil akan terjadi
peningkatan cadangan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi
peningkatan berat badan. Semakin besar cadangan lemak di dalam
tubuh, maka semakin lama penurunan berat badan. Individu yang
sudah menikah juga cenderung tidak ada keinginan untuk menjaga
berat badan. Beda hal nya dengan individu yang belum menikah lebih
ada keinginan untuk menjaga berat badan agar mudah mendapatkan
pasangan (Sikalak et al., 2017). Individu yang sudah menikah atau
pernah menikah berisiko lebih besar terkena obesitas baik
21

menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh, Lemak Tubuh dan


Lingkar pinggang (Safitri & Rahayu, 2020). Penelitian yang dilakukan
oleh (Gunawan et al., 2019) menunjukkan bahwa individu yang sudah
menikah berisiko 2.2 kali lebih besar terkena obesitas, dibandingkan
individu yang belum menikah.
e. Faktor Sikap
Sikap merupakan respon atau tanggapan individu yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial (Zulferi et al., 2020). Menurut
Wawan dan Dewi (2010), sikap individu dipengaruhi oleh pengalaman
pribadi, pengaruh orang lain dan budaya setempat, media massa,
lembaga pendidikan dan faktor emosional. Sikap dapat mempengaruhi
perilaku konsumsi individu seperti perilaku dalam food concern, body
imager dan self efficacy. Food concern yang dimaksud seperti
kekhawatiran individu akan kecukupan pangan, sehingga setiap kali
ada kesempatan maka makanan tersebut di konsumsi secara berlebihan
dimana hal ini akan berdampak pada asupan energy yang berlebih dan
menjadi faktor kejadian obesitas (Safitri & Rahayu, 2020). Sedangkan,
self efficacy merupakan keyakinan diri seseorang dalam perilaku
konsumsi. Keyakinan diri individu untuk mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat akan berdampak pada perilaku pola makan yang tidak
sehat sehingga lebih berisiko untuk terkena obesitas (Li et al., 2009).
Untuk mempunyai gaya hidup yang sehat maka diperlukan sikap
positif terhadap kesehatan, penelitian yang dilakukan oleh (Sinaga &
Natalia, 2019) mendapatkan bahwa sikap positif berisiko 3.52 lebih
besar memiliki gaya hidup sehat dibandingkan individu yang
mempunyai sikap negatif. Sehingga memungkinkan gaya hidup sehat
dapat terhindar untuk terkena obesitas.
f. Faktor Perilaku
1) Pola Makan
Pola makan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
obesitas. Pola makan merupakan gambaran bahan makanan yang
dikonsumsi setiap hari mengenai jenis bahan makanan, jumlah dan
22

komposisi bahan makanan (Sumangkut et al., 2013). Jenis bahan


makanan yang di konsumsi sebaiknya mempunyai zat gizi makro
(karbohidrat, protein, lemak), vitamin, mineral dan air. Zat gizi
makro yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak berfungsi
sebagai sumber energy di dalam tubuh, sedangkan vitamin dan
mineral berfungsi untuk mengatur kelancaran metabolism di dalam
tubuh. Individu yang mengkonsumsi makanan dengan jenis bahan
makanan tinggi lemak, tinggi gula dan asupan serat yang kurang
akan berisiko terkena obesitas (Pretince and Jebb at Janssen et al.,
2004).
Pada dasarnya, sumber energy (kalori) di dalam tubuh
adalah karbohidrat (1g = 4 kkal), protein (1 g = 4 kkal) dan lemak
(1 g = 9 kkal). Lemak mempunyai kalori yang tinggi dibandingkan
karbohidrat dan protein, namun mempunyai efek dalam proses
termogenesis yang lebih rendah (3% dari TE) dibandingkan
karbohidrat (6 – 7% dati TE) dan protein (25% dari TE). Di
dukung oleh termogenesis lemak yang rendah (Yussac et al.,
2007), Mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak yang
tinggi dalam jangka panjang menyebabkan penyimpanan lemak di
dalam tubuh. Selain akibat efek proses thermogenesis yang rendah,
lemak juga tidak dapat meransang proses oksidasi lemak (Maffeis
et al., 2001).
a) Asupan asam lemak omega 6 tinggi
Proses oksidasi lemak adalah proses pembakaran lemak di
dalam tubuh (Buanasita et al., 2015). Lemak dibagi menjadi
dua, yaitu lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak jenuh
dibagi lagi menjadi asam lemak jenuh rantai pendek, rantai
sedang dan rantai panjang, sedangkan asam lemak tidak jenuh
dibagi menjadi asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam
lemak tidak jenuh ganda. Asam lemak merupakan asam
organic dengan rantai hidrokarbon lurus dengan gugus
karboksil (COOH) dan gugus metil (CH 3). Asam lemak
23

diklasifikasikan menurut jumlah karbonnya, yaitu asam lemak


rantai pendek yang terdiri dari 6 atom karbon atau kurang,
rantai sedang terdiri dari 8 – 12 karbon, rantai panjang terdiri
dari 14 – 18 karbon dan rantai sangat panjang terdiri dari 20
atom karbon atau lebih (Almatsier, 2002).
Bedasarkan klasifikasi tersebut, asam lemak omega 6
termasuk ke dalam asam lemak tidak jenuh ganda dengan 18
rantai karbon dimana dua ikatan rangkap dan posisi ikatan
rangkap terletak pada karbon ke 6. Sedangkan asam lemak
tidak jenuh ganda dengan posisi ikatan rangkap yang terletak
pada karbon ke 3 disebut dengan asam lemak omega 3. Omega
6 dan omega 3 (PUFAs) adalah jenis asam lemak tak jenuh
yang berasal dari makanan karena tidak bisa di bentuk sendiri
oleh tubuh. Bahan makanan daging, unggas, telur, minyak,
kacang – kacangan dan biji – bijian merupakan sumber asam
lemak omega 6 di dalam tubuh (Rachmawati et al., 2018). Di
dalam tubuh akan terjadi penumpukan simpanan trigliserida
jika konsumsi asam lemak omega 6 tinggi. Individu yang
mengkonsumsi omega 6 dan omega 3 dengan rasio 20:1 akan
menyebabkan obesitas dimana omega 6 dapat menghambat
proses browning pada sel adiposa (Simopoulos, 2016). Proses
browning adalah proses pembentukan energy di dalam tubuh
dengan cara mengoksidasi glukosa dan lemak sebagai energy
(Cannon & Nedergaard, 2004). Selain itu, konsumsi omega 6
yang tinggi dapat meningkatkan penyimpanan jaringan adiposa
putih (Simopoulos & Dinicolantonio, 2016). Jaringan adiposa
putih atau jaringan lemak putih berfungsi untuk penyimpanan
lemak dalam bentuk trigliserida (Karundeng et al., 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh (Rachmawati et al., 2018)
mendukung teori tersebut, di dapatkan hasil bahwa kelompok
obesitas mengkonsumsi asam lemak omega 6 lebih tinggi
(159.6%) dibandingkan kelompok dengan status gizi normal
24

(141.5%), dengan OR 5.81 yang artinya bahwa individu


dengan asupan omega 6 yang tinggi berisiko 5.81 kali lebih
besar mengalami obesitas.
Konsumsi asam lemak omega 6 berlebih menyebabkan
kenaikan berat badan melalui mekanisme adipogenesis.
Dikarenakan tingginya asam arakidonat, reseptor P12
mengaktifkan cAMP yang memicu pengaktifan protein kinase
A dan memberikan sinyal pada poliferasi dan diferensiasi di
jaringan adiposa putih sehingga mencegah terjadinya proses
browning pada jaringan adiposa dengan menekan penggunaan
trigliserida yang menyebabkan penumpukan simpanan
trigliserida (Simopoulos & Dinicolantonio, 2016). Saat terjadi
penumpukan simpanan trigliserida di dalam sel – sel adiposa
maka ukuran sel – sel lemak di dalam tubuh akan membesar
sehingga terjadi peningkatan berat badan (Swinburn et al.,
2011).
b) Asupan serat larut air
Serat merupakan bagian dari tumbuhan yang tersusun dari
karbohidrat yang memiliki sifat tahan terhadap proses
pencernaan dan penyerapan di usus halus serta mengalami
proses fermentasi di usus besar (Anonim at Santoso, 2011). Di
dalam bahan makanan, serat dapat ditemukan di bahan
makanan sayur – sayuran dan buah – buahan (Santoso, 2011).
Klasifikasi serat bedasarkan kelarutan dibagi menjadi dua,
yaitu serat larut air (pectin dan gum) dan serat tidak larut air
(selulosa, hemiselulosa dan lignin). Serat larut air dapat
ditemukan di sayur- sayuran dan buah – buahan, sedangkan
serat tidak larut air ditemukan pada seralia, kacang – kacangan
dan sayuran (Santoso, 2011). Sedangkan klasifikasi serat di
dalam makanan ada dua tipe, yaitu non karbohidrat dan
karbohidrat. Untuk serat larut air terdiri dari tipe karbohidrat
yaitu Pektin dan Gum, sedangkan serat tidak larut air untuk tipe
25

non karbohidrat terdiri dari lignin dan tipe karbohidrat terdiri


dari selulosa dan hemiselulosa. Serat larut air, yaitu pectin dan
gun memiliki mempunyai fungsi dalam kelangsungan waktu
pengosongan lambung dan efek metabolic (Waspadji, 1990).
Fungsi serat dalam makanan adalah mencegah berat badan
berlebih, konstipasi, hemoroid, penyakit – penyakit
diverticulosis, kanker usus besar, diabetes mellitus, kadar
kolesterol tinggi dan berbagai penyakit gastrointestinal. Selain
itu, serat menyebabkan masa transit makanan menjadi lama di
saluran pencernaan sehingga menimbulkan rasa kenyang lebih
lama di dalam tubuh (de Carvalho et al., 2006). Serat juga
mempunyai fungsi untuk meningkatkan penyerapan di usus dan
memperlambatan pegerakan makanan pada saluran pencernaan
sehingga menimbulkan rasa kenyang (Harikedua et al., 2018).
Fungsi serat larut air sendiri dapat memberikan waktu yang
lama dalam pengosongan lambung dan efek metabolism
sehingga berfungsi dalam pencegahan berat badan. Hasil
penelitian meta analysis yang dilakukan oleh (Thompson et al.,
2017) dilihat secara klinis terdapat hubungan yang bermakna
saat individu diberikan suplemen serat larut air dengan
penurunan berat badan, selain terjadi penurunan berat badan
pemberian suplemen serat larut air dapat memperbaiki
metabolism di dalam tubuh.
2) Aktivitas Fisik
Menurut National Institute on Aging, Aktivitas fisik
merupakan kegiatan sehari – hari yang menyebabkan tubuh
bergerak dimana gerakan tersebut tidak terstuktur atau terjadwal
(Sauliyusta & Rekawati, 2016). Aktivitas fisik merupakan salah
satu komponen dari perilaku individu yang dipengaruhi oleh
lingkungan, social ekonomi dan budaya (Addesa et al., 2010).
Kondisi kesehatan individu ditentukan dengan aktivitas fisik,
karena individu yang melakukan aktivitas fisik akan mengalami
26

proses pembakaran energy di dalam tubuh. Semakin lama aktivitas


fisik yang dilakukan, maka semakin banyak energy di dalam tubuh
yang terbakar. Sebaliknya, semakin sedikit aktivitas fisik yang
dilakukan, maka semakin sedikit energy di dalam tubuh yang
terbakar (Ritan et al., 2018).
Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan perubahan
energi di dalam tubuh menjadi lemak yang akan di simpan di
dalam sel – sel lemak sehingga terjadinya perubahan ukuran berat
badan (Hasdianah et al., at Hamumema et al., 2014). Di dalam
tubuh, lemak di simpan dalam bentuk trigliserida yang berasal dari
asupan. Jika tubuh membutuhkan energy saat melakukan aktivitas
fisik yang berat, maka trigliserida akan dipecah menjadi gliserol
dan asam lemak dimana gliserol akan diubah menjadi glukosa atau
piruvat yang berfungsi dalam siklus TCA (dalam bentuk Acetyl-
CoA) untuk membentuk energi saat melakukan aktivitas berat
(Almatsier, 2002).
Aktivitas fisik terbukti berhasil dalam menurunkan berat
badan dan mencegah kenaikan berat badan yang dihubungkan
dengan perilaku gaya hidup (Jakicic et al., 2018). Harus ada
keseimbangan antara asupan dan aktivitas fisik. Menurut (Hagan et
al., 1986) asupan seimbang yang dikombinasi dengan aktivitas
fisik akan mengalami penurunan berat badan yang lebih cepat (12
– 24 minggu) dibandingkan penurunan berat badan dengan asupan
seimbang saja. Penelitian yang dilakukan oleh (Puspitasari, 2018)
menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik ringan –
sedang berisiko 2.4 kali lebih besar terkena obesitas dibandingkan
individu yang melakukan aktivitas berat. Hal ini membuktikan
bahwa terdapat hubungan dari aktivitas fisik dalam pencegahan
obesitas.
Pencegahan obesitas dengan aktivitas fisik dapat terjadi
akibat terjadinya pembakaran energy di dalam tubuh, sehingga
terjadi keseimbangan antara asupan energy yang masuk ke dalam
27

tubuh dengan energy yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Banyak


indicator yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik individu.
Salah satunya adalah Physiccal Activity Level (PAL) yang
dikembangkan oleh FAO di tahun 2001, metode ini dapat
mengetahui keaktifan individu dalam sehari (24 jam) dengan
kategori ringan (1.40 – 1.69), sedang (1.70 – 1.99) dan Berat (2.00
– 2.40) (Rusyadi, 2017).
g. Durasi Tidur
Tidur merupakan suatu proses fisiologis untuk memulihkan tubuh
setelah melakukan aktivitas fisik dalam sehari. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, durasi merupakan rentang waktu
dalam melakukan sesuatu. Jadi disimpulkan, durasi tidur adalah
rentang waktu dalam memulihkan tubuh setelah melakukan aktivitas.
Normalnya durasi tidur pada setiap individu adalah 6 – 8 jam/hari di
malam hari (Noveliani et al., 2016). Durasi tidur berperan aktif dalam
penyebab obesitas, hal ini berkaitan dengan hormon di dalam tubuh,
yaitu hormon leptin dan ghrelin. Leptin di dalam tubuh disekresi oleh
jaringan adiposa yang mempunyai peran memberikan sinyal untuk
mengatur homeostatsi energy, mengurangi nafsu makan, massa
jaringan adiposa dan berat badan (Limanan & Prijanti, 2013).
Sedangkan, hormon ghrelin adalah hormon dikeluarkan oleh mukosa
lambung yang berperan dalam pengaturan nafsu makan pada neuron
hipotalamus yang terlibat dalam perilaku makan (Michael et al., 2016).
Jika durasi tidur < 6 jam maka akan terjadi penurunan hormon
leptin hingga terjadi resistensi hormon leptin di dalam tubuh. Selain
menyebabkan penurunan hormon leptin, akan terjadi peningkatan
hormon ghrelin yang dapat meransang nafsu makan berlebih
(Aparecida et al., 2017). Terjadinya perubahan hormon ini yang
memicu tubuh mengalami obesitas, karena durasi tidur dapat mengatur
metabolism kedua hormon tersebut maka memungkinankan terjadi
resitensi leptin yang berfungsi dalam mengatur homeostatis energi dan
peningkatan hormon ghrelin dalam pengaturan nafsu makan yang
28

berdampak pada penambahan berat badan . (Nuraliyah et al., dalam


Kurniawati et al., 2016)
28

F. Kerangka teori

Faktor yang tidak dapat diubah


Genetik6
Jenis kelamin1
Usia1 Perilaku pola makan3
Dukungan keluarga 2 Asam lemak omega 6
Food environment3 Serat larut air
Faktor yang dapat diubah Obesitas

Pendidikan1
Social ekonomi4
Perilaku Aktivitas fisik4
2
Sikap
Durasi tidur5
Faktor yang dapat diubah
Pengetahuan1
Status pernikahan1
Gambar 2.2 Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan obesitas

*sumber: 1. (Puspitasari, 2018) 2.(Safitri & Rahayu, 2020) 3. (Poti & Popkin, 2011) 4. (Rosidah & Kunnati, 2019) 5. (Limanan &
Prijanti, 2013) 6. (Upadhyay et al., 2017)
29

G. Obesitas pada Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 tahun


Menurut Hurlock (1980), usia 40 sampai 60 tahun merupakan masa
dewasa madya dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis serta
berkurangnya kemampuan reproduktif (Pratiwi & Sawitir, 2015). Sedangkan,
menurut klasifikasi usia Depkes RI (2009), usia ≥ 40 tahun masuk ke dalam
kategori dewasa akhir. Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang tidak
bekerja di kantor yang menggunakan waktunya untuk mengasuh, mengurus
anak serta melakukan semua pekerjaan rumah tangga (Junaidi, 2017).
Beberapa penelitian menyatakan obesitas sering terjadi pada wanita.
Wanita lebih berisiko terkena obesitas karena besarnya penyimpanan lemak di
tubuh wanita (Evan et al., 2017), asupan energy yang lebih besar
dibandingkan laki – laki (Puspitasari, 2018) dan aktivitas fisik yang lebih
rendah dibandingkan laki – laki (Widyantari et al., 2018), terutama pada ibu
rumah tangga karena berhubungan dengan aktivitas fisik yang lebih rendah
dan perubahan pola makan setelah menikah (Fridawanti at Nurrahmawati &
Fatmaningrum, 2018). Jika tidak ada keseimbangan pola makan dan aktivitas
fisik yang rendah maka akan terjadi penyimpanan lemak di dalam tubuh
(Trisna, 2009).
Ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun terkena obesitas lebih tinggi karena
sudah mengalami proses menopause, menopause merupakan berhentinya
siklus menstruasi secara permanen (Arsy et al., 2018). Perempuan yang sudah
mengalami menopause akan terjadi penurunan hormon estrogen. Hormon
estrogen di dalam tubuh memiliki fungsi dalam mengaktifkan signal protein
kinase A (PKA), protein kinase C (PKC) dan protein kinase mitogen-activated
(MPAK), dimana PKA, PKC dan MPAK berperan dalam proses lipolisis.
Lipolysis adalah proses pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan
gliserol di dalam tubuh. Akibatnya perempuan yang sudah mengalami
menopause rentan mengalami obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh
(Riyadina,Woro; Kodim,Nasrin; Madanijah, 2014) menunjukkan bahwa
sebanyak 57.2% dengan status gizi obesitas banyak ditemukan pada
perempuan menopause usia ≥ 40 tahun. Selain itu, penelitian yang dilakukan
30

oleh (Nurrahmawati & Fatmaningrum, 2018) menunjukkan bahwa ibu rumah


tangga usia tua mengalami obesitas, sebaliknya ibu rumah tangga yang berusia
muda tidak mengalami obesitas.
31
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian dengan desain cross sectional untuk


mengetahui hubungan asupan asam lemak omega 6, serat larut air dan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun
di Kelurahan Desa Pasir angin, Kabupaten Bogor dikarenakan pada wanita
yang sudah menikah akan mengalami perubahan pola makan dan aktivitas
fisik. Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

Asam lemak omega 6

Serat larut air Obesitas

Aktivitas fisik

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Asupan Asam Lemak omega 6,


Serat Larut air dan Aktivitas fisik dengan Kejadian Obesitas

31
32

B. Definisi operasional
Skala
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1. Obesitas Penumpukan lemak berlebih yang 1. Timbangan injak 1 = Obesitas Ordinal
(IMT) terjadi di dalam tubuh yang dinilai digital
bedasarkan IMT (WHO, 2004) 2. Microtoise (IMT > 27,00)
menggunakan data berat badan 2 = Tidak obesitas
dan tinggi badan.
B. Definisi Operasional (IMT ≤ 27,00)
3. Serat larut air Jumlah rata – rata asupan serat - Sumber:
Form food recall 1 = Permenkes
kurang Ordinal
larut air yang bersumber dari - RI No.41
Food model atau (< 80%Tahun
IOM).
makanan yang dikonsumsi rata - buku 20142tentang
foto PGS
= Baik
rata sehari dan dihitung makanan (≥ 80% IOM).
menggunakan recall 2x24 jam
2. Asupan (WNPG,
Jumlah 2013)
rata - rata asupan dimana
omega 6 data- Form food recall 1 Sumber: (Hanifah,
= Lebih Ordinal
omega 6 asupan akan di
responden yang bersumber dari - analisa Food model atau 2016)
(> 100% AKG)
menggunakan
makanan, minuman nutrisurvey
dan suplemen dengan buku foto 2 = Baik
modifikasi food database
yang dikonsumsi rata - rata sehari Jepang makanan (≤100 % AKG)
kemudian
dan dihitung dibandingkan
menggunakan dengan
metode
AKG dan dikali 100%.
recall 2x24 jam dan di analisa Sumber =
menggunakan nutrisurvey dengan (Rachmawati et al.,
4. Aktivitas modifikasi
Kegiatantabel dalam
kandungan asam yang
sehari - Form 2018)1 = Ringan (1.40 – Ordinal
recall
fisik lemakmenyebabkan
kemudian di tubuh
bandingkan
bergerak aktivitas fisik 1.69)
dengan AKG dan dikali 100%.
dimana gerakan tersebut tidak 2 = Sedang (1.70 –
terstuktur atau terjadwal. 1.99)
Dilakukan untuk mengetahui 3 = Berat (2.00 –
seberapa banyak aktivitas fisik 2.40)
yang di lakukan dalam seminggu
terakhir menggunakan recall 2x24 Sumber: (FAO,
jam. 2001)
32
34

C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara asupan omega 6 dengan obesitas pada ibu
rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin,
Kabupaten Bogor.
2. Terdapat hubungan antara asupan serat larut air dengan obesitas pada
ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin,
Kabupaten Bogor.
3. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada ibu
rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin,
Kabupaten Bogor.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional
dengan desain study cross sectional, dimana Data dependen dan
independen akan di ambil secara bersamaan. Data yang sudah
dikumpulkan akan di analisis untuk di uji hipotesis.
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten
Bogor pada bulan Mei 2021 – Juli 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah Ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun
yang bertempat tinggal di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten
Bogor.
2. Sampel
Peneliti melakukan pengambilan sampel untuk mewakili suatu
hasil dari populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang di
gunakan oleh peneliti adalah purposive sampling dengan pembatasan
kriteria inklusi dan ekslusi sampel sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1.) Bertempat tinggal di RW 07, 08, 09, 10 dan 12 di Kelurahan
Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
2.) Sedang tidak menjalani diet untuk penurunan berat badan.
3.) Sedang tidak dalam kondisi hamil.
4.) Dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Kriteria Ekslusi
1.) Responden mempunyai penyakit degenerative bertahun.
2.) Tidak bersedia menjadi responden.
3.) Wanita menopause

36
37

Besar sample yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


uji hipotesis beda 2 proporsi. Sehingga perhitungan besar sampel yang
digunakan sebagai berikut :
( Z 1−α /2 √2 P (1−P ) +Z 1−β √ P 1 (1−P1 )+ P 2 ( 1−P 2 ) ) 2
n=
( P 1−P 2 ) 2

Keterangan :
n = Jumlah sampel
Z1 −∝/2= 1.96 dengan CI = 95%
Z1-= kekuatan uji sebesar 90% = 1.28
P = (P1 + P2)/2
P1 = proporsi obesitas yang memiliki asupan omega 6 lebih 0.31
P2 = proporsi obesitas yang memiliki asupan omega 6 kurang 0.02
∝ = derajat kemaknaan = 0.05
𝛽 = kekuatan uji 90% = 1,28
Tabel 4.1 Minimal Sampel Bedasarkan Penelitian Terdahulu

Variabel P1 P2 n Sumber
Omega 6 0.31 0.02 33 (Rachmawati
et al., 2018)
Serat larut air 0.47 0.02 18 (Fatria,
2019)
Aktivitas 0.56 0.13 24 (Puspitasari,
Fisik 2018)

Bedasarkan hasil perhitungan menggunakan uji hipotesis dua


proporsi, besar sampel minimal yang didapatkan sebesar 33 sampel.
Dikarenakan peneliti menggunakan dua proporsi, sehingga jumlah n
terbesar (33 sampel) dikali 2 dan di dapatkan total sampel sebesar 66
sampel. Peneliti melakukan penambahan sampel sebesar 10% untuk
mengantisipasi jika terdapat responden yang drop out, sehingga total
sampel yang digunakan sebesar:

n = 66 x 10%
38

n = 66 + 6.6

n = 72.6

n = 73 sampel

D. Alur Penelitian

Tahap Persiapan
(Penyusunan proposal, kuesioner dan
menentukan sampel)

Tahap pelaksanaan
(Pengambilan data asupan dan aktivitas
fisik secara offline dengan menerapkan
protokol kesehatan 3M)

Tahap Pengolahan Data


(Enrty, Editing, Coding dan cleaning)

Tahap Penyelesaian
(Analisis Univariat dan bivariat)

Gambar 4.1 Alur Penelitian


E. Jenis Data
1. Data primer
a. Data karakteristik, meliputi:
1.) Nama responden
2.) Usia responden
3.) Pendidikan terakhir
39

4.) Jumlah Anak


5.) No. Handphone
b. Data antropometri
1) Berat Badan
2) Tinggi Badan
c. Data asupan
1.) Asupan Energi
2.) Asupan karbohidrat
3.) Asupan lemak
4.) Asupan protein
5.) Asupan asam lemak omega 6
6.) Asupan serat larut air
d. Data aktivitas fisik
2. Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan untuk membantu menyelesaikan
masalah yang sedang di teliti dimana data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
jurnal dan situs internet yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan.
F. Metode pengambilan data
Pengambilan data dilakukan secara offline (door to door) dengan
menerapkan ptorokol kesehatan 3M (Menjaga jarak 1.5 m, menggunakan
hand sanitizer dan masker) selama penelitian berlangsung untuk mencegah
penyebaran covid. Langkah – langkah dalam pengambilan data responden,
sebagai berikut
1. Prosedur sebelum pengambilan data
a. Peneliti menyiapkan gform yang berisikan pertanyaan seperti usia,
nama, nomor handphone, memiliki penyakit tidak menular/tidak,
kondisi hamil/tidak, sedang dalam proses penurunan berat
badan/tidak dan menopause/tidak untuk menyesuaikan kriteria
inklusi dan ekslusi.
b. Peneliti menyiapkan surat izin penelitian.
40

c. Peneliti mendatangi ketua RT/RW untuk meminta izin terkait


penelitian dan meminta ketua RT/RW menyebarkan gform yang
sudah disiapkan sebelumnya.
d. Peneliti memasukkan responden ke dalam grup whatsapp yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, untuk memberikan info
terkait penelitian.
e. Peneliti memberikan informasi terkait hari dan waktu untuk
kunjungan ke rumah responden terkait penjelasan informed
consent dan PSP.
f. Apabila responden bersedia, maka pertemuan selanjutnya
dilakukan pengambilan data berat badan, tinggi badan, asupan dan
aktivitas fisik dengan menerapkan protokol kesehatan 3M.
g. Pengambilan data di hari kedua, peneliti mengambil data asupan
dan aktivitas fisik dengan menerapkan protokol kesehatan.
B. Langkah – Langkah pengambilan data
1. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti kepada responden.
2. Peneliti menjelaskan informend consent kepada responden dengan
menerapkan protokol kesehatan 3M.
3. Peneliti meminta responden untuk mengisi PSP untuk persetujuan
dalam melakukan pengambilan data selanjutnya.
4. Peneliti mengambil data karakteristik responden, berat badan, tinggi
badan, asupan dan aktivitas fisik (weekdays) dengan menerapkan
protokol kesehatan.
5. Peneliti mengambil data asupan dan aktivitas fisik (weekend) dengan
menerapkan protokol kesehatan.
6. Peneliti menginput, mengolah dan menganalisis data responden
menggunakan aplikasi program analisis statistika.
C. Metode Pengukuran
1. Langkah – langkah pengambilan data asupan energi
a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara recall
2x24 jam yang dimaksud
41

b. Peneliti meminta persetujuan responden terkait dengan keluangan


waktu untuk di wawancarai.
c. Peneliti menyiapkan form recall 2x24 jam, alat tulis dan buku foto
makanan.
d. Peneliti mulai melakukan wawancara kepada responden terkait
asupan makanan yang dikonsumsi dalam satu hari terakhir.
e. Peneliti menanyakan teknik pengolahan dan berat bahan makanan
yang dikonsumsi selama satu hari terakhir dengan menunjukkan
buku foto bahan makanan.
f. Peneliti memastikan, mengkonfirmasi dan mengulang kembali
frekuensi konsumsi bahan makanan responden.
g. Peneliti mengkonversi satuan URT ke satuan gram hasil dari
wawancara tersebut untuk mendapatkan data asupan energi.
2. Langkah – langkah pengambilan data antropometri
a. Berat badan
1) Responden tidak menggunakan pakaian tebal dan perhiasan
2) Responden menaiki timbangan dan berdiri tegak dengan
pandangan mata lurus ke depan
3) Responden turun dari timbangan dan lakukan penimbangan
untuk ke dua kalinya
b. Tinggi badan
1) Responden tidak menggunakan alas kaki seperti kaos kaki
seperti kaos kaki/sepatu dan perhiasan di ramput seperti kuncir
rambut
2) Pastikan kepala, pundak, bokong, betis dan tumit kaki
responden menempel di tembok
3) Responden memandang lurus kedepan
4) Lakukan pengulangan pengukuran sebanyak 2 kali
3. Langkah – langkah pengambilan data asupan karbohidrat
a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara recall
2x24 jam yang dimaksud
42

b. Peneliti meminta persetujuan responden terkait dengan keluangan


waktu untuk di wawancarai.
c. Peneliti menyiapkan form recall 2x24 jam, alat tulis dan buku foto
makanan.
d. Peneliti mulai melakukan wawancara kepada responden terkait
asupan makanan yang dikonsumsi dalam satu hari terakhir.
e. Peneliti menanyakan teknik pengolahan dan berat bahan makanan
yang dikonsumsi selama satu hari terakhir dengan menunjukkan
buku foto bahan makanan
f. Peneliti memastikan, mengkonfirmasi dan mengulang kembali
frekuensi konsumsi bahan makanan responden.
g. Peneliti mengkonversi satuan URT ke satuan gram hasil dari
wawancara tersebut untuk mendapatkan data asupan karbohidrat.
4. Langkah – langkah pengambilan data asupan protein
a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara recall
2x24 jam yang dimaksud
b. Peneliti meminta persetujuan responden terkait dengan keluangan
waktu untuk di wawancarai.
c. Peneliti menyiapkan form recall 2x24 jam, alat tulis dan buku foto
makanan.
d. Peneliti mulai melakukan wawancara kepada responden terkait
asupan dalam satu hari terakhir
e. Peneliti menanyakan teknik pengolahan dan berat bahan makanan
yang dikonsumsi selama satu hari terakhir dengan menunjukkan
buku foto bahan makanan
f. Peneliti memastikan, mengkonfirmasi dan mengulang kembali
frekuensi konsumsi bahan makanan responden.
g. Peneliti mengkonversi satuan URT ke satuan gram hasil dari
wawancara tersebut untuk mendapatkan data asupan protein.
5. Langkah – langkah pengambilan data asupan lemak
a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara recall
2x24 jam yang dimaksud
43

b. Peneliti meminta persetujuan responden terkait dengan keluangan


waktu untuk di wawancarai.
c. Peneliti menyiapkan form recall 2x24 jam, alat tulis dan buku foto
makanan.
d. Peneliti mulai melakukan wawancara kepada responden terkait
asupan makanan yang dikonsumsi dalam satu hari terakhir.
e. Peneliti menanyakan teknik pengolahan dan berat bahan makanan
yang dikonsumsi selama satu hari terakhir dengan menunjukkan
buku foto bahan makanan.
f. Peneliti memastikan, mengkonfirmasi dan mengulang kembali
frekuensi konsumsi bahan makanan responden.
g. Peneliti mengkonversi satuan URT ke satuan gram hasil dari
wawancara tersebut untuk mendapatkan data asupan lemak.
6. Langkah – langkah pengambilan data asupan omega 6
a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara recall
2x24 jam yang dimaksud
b. Peneliti meminta persetujuan responden terkait dengan keluangan
waktu untuk di wawancarai.
c. Peneliti menyiapkan form recall 2x24 jam, alat tulis dan buku foto
makanan.
d. Peneliti mulai melakukan wawancara kepada responden terkait
asupan makanan yang dikonsumsi dalam satu hari terakhir
e. Peneliti menanyakan teknik pengolahan dan berat bahan makanan
yang dikonsumsi selama satu hari terakhir dengan menunjukkan
buku foto bahan makanan
f. Peneliti memastikan, mengkonfirmasi dan mengulang kembali
frekuensi konsumsi bahan makanan responden.
g. Peneliti mengkonversi satuan URT ke satuan gram hasil dari
wawancara tersebut untuk mendapatkan data asupan omega 6
responden.
7. Langkah – langkah pengambilan data asupan serat larut air
44

a. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara recall


2x24 jam yang dimaksud
b. Peneliti meminta persetujuan responden terkait dengan keluangan
waktu untuk di wawancarai.
c. Peneliti menyiapkan form recall 2x24 jam, alat tulis dan buku foto
makanan.
d. Peneliti mulai melakukan wawancara kepada responden terkait
asupan makanan yang dikonsumsi dalam satu hari terakhir
e. Peneliti menanyakan teknik pengolahan dan berat bahan makanan
yang dikonsumsi selama satu hari terakhir dengan menunjukkan
buku foto bahan makanan
f. Peneliti memastikan, mengkonfirmasi dan mengulang kembali
frekuensi konsumsi bahan makanan responden.
g. Peneliti mengkonversi satuan URT ke satuan gram hasil dari
wawancara tersebut untuk mendapatkan data asupan omega 6
responden.
8. Langkah – langkah pengambilan data aktivitas fisik
a. Peneliti menyiapkan kuesioner recall 2x24 jam yang sudah
disiapkan oleh peneliti.
b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari wawancara tersebut
untuk mengetahui aktivitas fisik responden dalam satu hari
terakhir.
c. Peneliti menanyakan perihal aktivitas fisik responden dalam satu
hari terakhir.
d. Peneliti mencatat jawaban responden pada form recall 2x24 jam
aktivitas fisik.
D. Instrumen pengambilan data antropometri
1. Alat pelindung diri (masker dan hand sanitizer).
2. Microtoise.
3. Timbangan injak digital.
4. Formulir informed consest
5. Formulir karakteristik data.
45

G. Pengolahan data
1. Kode responden
2. Informasi lapangan.
a. Nama pewawancara
b. Tanggal wawancara
c. Jam mulai wawancara
d. Jam selesai wawancara
e. Tanggal entri data
3. Karakteristik responden
Meliputi nama, usia dan pendidikan terakhir responden. Hasil
wawancara di input ke dalam aplikasi perangkat lunak:
a. A. 01 merupakan pertanyaan untuk nama responden
b. A. 02 merupakan pertanyaan untuk usia responden
c. A. 03 merupakan pertanyaan untuk pendidikan terakhir responden
d. A. 05 merupakan pertanyaan untuk jumlah anak.
e. A. 06 merupakan pertanyaan untuk No. Handphone.
4. Pengukuran Antropometri
a. B. 01 untuk nama pengukur
b. B. 02 untuk tanggal pengukuran
c. B. 03 untuk pengukuran Berat Badan (BB)
1. Pengukuran BB 1
2. Pengukuran BB 2
d. B. 04 untuk pengukuran Tinggi Badan (TB)
1. Pengukuran TB 1
2. Pengukuran TB 2
Setelah pengukuran berat badan dan tinggi badan,
kemudian buat rata – rata dari kedua hasil pengukuran. Hasil
tersebut kemudian dikategorikan menjadi status gizi bedasarkan
IMT. Data di input ke program analisis statistika, kemudian
peneliti melakukan kategori sebagai berikut:
1 = Obesitas
2 = Tidak obesitas
46

5. Asupan Energi
Asupan energi pada responden merupakan jumlah rata – rata
asupan karbohidrat/hari yang dihitung menggunakan metode recall
2x24 jam. Setelah mendapatkan rata-rata asupan/hari, peneliti
melakukan input data di software Nutrisurvey mendapatkan total
asupan energi. Kemudian, data asupan di input kedalam program
analisis statistika yang di kategori sebagai berikut:
1 = Asupan Lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan Kurang
6. Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat pada responden merupakan jumlah rata – rata
asupan karbohidrat/hari yang dihitung menggunakan metode recall
2x24 jam. Setelah mendapatkan rata-rata asupan/hari, peneliti
melakukan input data di software Nutrisurvey mendapatkan total
asupan karbohidrat. Kemudian, data asupan di input kedalam program
analisis statistika yang di kategori sebagai berikut:
1 = Asupan Lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan Kurang
7. Asupan Protein
Asupan protein pada responden merupakan jumlah rata – rata
asupan protein/hari yang dihitung menggunakan metode recall 2x24
jam. Setelah mendapatkan rata-rata asupan/hari, peneliti melakukan
input data di software Nutrisurvey untuk mendapatkan total asupan
protein. Kemudian, data asupan di input kedalam program analisis
statistika yang di kategori sebagai berikut:
1 = Asupan Lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
8. Asupan Lemak
47

Asupan lemak pada responden merupakan jumlah rata – rata


asupan lemak/hari yang dihitung menggunakan metode recall 2x24
jam. Setelah mendapatkan rata-rata asupan/hari, peneliti melakukan
input data di software Nutrisurvey mendapatkan total asupan lemak.
Kemudian, data asupan di input kedalam software program analisis
statistika yang di kategori sebagai berikut:
1 = Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
9. Asupan asam lemak omega 6
Asupan omega 6 pada responden merupakan jumlah rata – rata
asupan omega 6 yang bersumber dari makanan yang mengandung
omega 6 dalam sehari dan dihitung menggunakan metode recall 2x24
jam. Setelah mendapatkan rata-rata asupan dalam sehari, peneliti
melakukan input data di software Nutrisurvey dengan modifikasi
database tabel asam lemak untuk mendapatkan total asupan omega 6.
Kemudian, data asupan di input kedalam software program analisis
statistika yang di kategori sebagai berikut:
1 = Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
10. Asupan serat larut air
Asupan serat larut air pada responden merupakan jumlah rata – rata
asupan serat larut air yang bersumber dari makanan yang mengandung
serat larut air dalam sehari dan dihitung menggunakan metode recall
2x24 jam. Setelah dilakukan mendapatkan rata-rata asupan dalam
sehari, peneliti melakukan input data di aplikasi Nutrisurvey dengan
modifikasi food database jepang untuk mendapatkan total asupan serat
larut air. Kemudian, data asupan di input kedalam software program
analisis statistika yang di kategori sebagai berikut:
1 = Asupan kurang
2 = Asupan baik
48

3 = Asupan lebih

11. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik responden merupakan jumlah rata – rata aktivitas


fisik dalam sehari yang dihitung menggunakan form Physical Activity
Level (PAL) 2 x 24 jam tidak berturut – turut. Setelah dilakukan recall
aktivitas fisik, peneliti melakukan perhitungan manual dengan rumus:
∑( PAR)
PAL =
24
Keterangan:
PAL : Physical Activity Level
PAR : Physical Activity Ratio
W : Alokasi waktu 24 jam

Setelah mendapatkan hasil perhitungan manual, peneliti melakukan


kategori aktivitas fisik sebagai berikut:
1= Ringan (1.40 – 1.69 PAL)
2= Sedang (1.70 – 1.99 PAL)
3= Berat (2.00 – 2.40 PAL)
H. Analisis data
1. Instrumen analisis data
a. Form wawancara
b. Nutrisurvey
c. Buku kandungan asam lemak pangan Indonesia
d. Food database Jepang
e. Program analisis statistika
f. Tabulasi data
2. Pengolahan data
a. Entry data
Peneliti menginput data karakteristik, data recall dan
aktivitas fisik yang diterima setelah wawancara ke program
analisis statistika. Pertama, peneliti membuat variable terdahulu di
variable view sesuai dengan kuesioner yang telah di tetapkan, lalu
49

selanjutnya peneliti mengetik manual di setiap sel sesuai variable


yang telah di buat sebelumnya.
b. Editing
Pada tahap ini, hasil wawancara yang telah di terima
dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada sel sesuai
variable yang terlewat atau tidak di isi oleh peneliti.
c. Coding
Peneliti memberikan kode atau coding di setiap variable untuk
mempermudah peneliti dalam mengolah/menganalisis data.
1) Status gizi
1= Obesitas
2= Tidak Obesitas
2) Asupan Energi
1 = Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
3) Asupan karbohidrat
1= Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
4) Asupan Protein
1 = Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
5) Asupan lemak
1 = Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
6) Asupan omega 6
1 = Asupan lebih
2 = Asupan baik
3 = Asupan kurang
50

7) Asupan serat larut air


1 = Asupan kurang
2 = Asupan baik
3 = Asupan lebih
8) Aktivitas fisik
1= Ringan
2= Sedang
3= Berat
d. Cleaning
Peneliti akan melakukan pembersihan data jika terdapat
jawaban responden yang ambigu atau data tersebut di hapus
sehingga peneliti dapat menghasilkan data yang valid untuk di tarik
menjadi sebuah kesimpulan.
I. Analisis data univariat
Untuk analisis data univariat setiap variable baik dependen dan
independen akan di tampilkan dalam bentuk tabel.
1. Karakteristik responden
a. Usia responden
Peneliti menginput manual usia responden dalam software program
analisis statistika, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui
proporsi sesuai kategori usia
Analzye Descriptive statistic Frequencies -> Usia responden
b. Jenis kelamin
Analzye Descriptive statistic Frequencies Jenis kelamin
c. Pendidikan terakhir
Analzye Descriptive statistic Frequencies Stastus
Pendidikan.
d. Jumlah Anak
Analzye Descriptive statistic Frequencies Jumlah Anak.
2. Antropometri
a. rata – rata berat badan
51

Transform Compute (bb_1 + bb_2)/2 Target Variable :


Rata2_Bb Type & Label Label : Rata-rata Berat Badan
Continue OK.
b. rata – rata tinggi badan
TransformCompute (tb_1 + tb_2)/2 Target Variable :
Rata2_tb  Type & Label  Label : Rata-rata Tinggi Badan
Continue  OK.
c. Indeks Massa Tubuh
Transform -> compute variable -> target variable “IMT” ->
Numeric Expression : rt2_bb / (rt2_tb/ 100) ** 2 -> label : Indeks
Massa Tubuh.
d. Status gizi
Transform -> recode into different variables -> numeric variable
“IMT” -> Name “stat_gz” -> label “status gizi” -> old and new
values:
Range : 16.99 – 27.00 (value 2)
Highest: 27.01 (value 1)
3. Asupan energi
a. Rata – rata asupan energi
Transform -> compute variable ->target variable “rt2_enrg” ->
type and label “Rata – rata energi” -> Numeric Expression :
(tot_enrg1 + tot_enrg2)/2 -> ok.
b. Kebutuhan asupan energi bedasarkan AKG 2019 sesuai umur
Short ascending variable umur -> buat variable baru -> enrg_akg
-> label “kebutuhan energi bedasarkan AKG 2019 sesuai umur” ->
input manual anjuran asupan energi bedasarkan umur.
c. Persen asupan energi
Transform -> compute variable -> target variable “prsn_ enrg” ->
type and label “persen asupan energi” -> Numeric Expression
“(rt2_ enrg /kh_ enrg) x 100 -> ok
d. Kategori asupan energi
52

Transform -> recode into different variable -> prsn_ enrg -> kat_
enrg -> change old and new value:
Lowest : 79.9 (value 3)
Range : 80.00 – 110.0 (value 2)
Highest: 110.1 (value 1)
e. Proporsi asupan energi responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_enrg
4. Asupan karbohidrat
a. Rata – rata asupan karbohidrat
Transform -> compute variable ->target variable “rt2_kh” -> type
and label “Rata – rata karbohidrat” -> Numeric Expression :
(tot_kh1 + tot_kh2)/2 -> ok.
f. Kebutuhan asupan karbohidrat bedasarkan AKG 2019 sesuai
umur
Short ascending variable umur -> buat variable baru -> kh_akg ->
label “kebutuhan karbohidrat bedasarkan AKG 2019 sesuai umur”
-> input manual anjuran asupan karbohidrat bedasarkan usia.
g. Persen asupan karbohidrat
Transform -> compute variable -> target variable “prsn_kh” ->
type and label “persen asupan karbohidrat” -> Numeric Expression
“(rt2_kh/kh_akg) x 100 -> ok
h. Kategori asupan karbohidrat
Transform -> recode into different variable -> prsn_kh -> kat_kh
-> change old and new value:
Lowest : 79.9 (value 3)
Range : 80.00 – 110.0 (value 2)
Highest: 110.1 (value 1)
i. Proporsi asupan karbohidrat responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_kh
4. Asupan Protein
a. Rata – rata asupan protein
53

Transform -> compute variable ->target variable “rt2_prtn” -> type


and label “Rata – rata protein” -> Numeric Expression : (tot_prtn1
+ tot_prtn2)/2 -> ok.
b. Kebutuhan asupan protein bedasarkan AKG 2019 sesuai umur
Short ascending variable umur -> buat variable baru -> prtn_akg ->
label “kebutuhan asupan protein bedasarkan AKG 2019 sesuai
umur” -> input manual anjuran asupan protein bedasarkan usia.
c. Persen asupan protein
Transform -> compute variable -> target variable “prsn_prtn” ->
type and label “persen asupan protein” -> Numeric Expression
“(rt2_prtn/prtn_akg) x 100 -> ok
d. Kategori asupan protein
Transform -> recode into different variable -> prsn_prtn ->
kat_prtn -> change old and new value:
Lowest : 79.9 (value 3)
Range : 80.00 – 110.0 (value 2)
Highest: 110.1 (value 1)
e. Proporsi asupan protein responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_prtn
5. Asupan Lemak
a. Rata – rata asupan lemak
Transform -> compute variable ->target variable “rt2_lmk” -> type
and label “Rata – rata lemak” -> Numeric Expression : (tot_lmk +
tot_lmk)/2 -> ok.
b. Kebutuhan asupan lemak bedasarkan AKG 2019 sesuai umur
Short ascending variable umur -> buat variable baru -> lmk_akg ->
label “kebutuhan asupan lemak bedasarkan AKG 2019 sesuai
umur” -> input manual anjuran asupan lemak bedasarkan usia.
c. Persen asupan lemak
Transform -> compute variable -> target variable “prsn_lmk” ->
type and label “persen asupan lemak” -> Numeric Expression
“(rt2_lmk/lmk_akg) x 100 -> ok
54

d. Kategori asupan lemak


Transform -> recode into different variable -> prsn_lmk ->
kat_lmk -> change old and new value:
Lowest : 79.9 (value 3)
Range : 80.00 – 110.0 (value 2)
Highest: 110.1 (value 1)
e. Proporsi asupan lemak responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_lmk
6. Asupan Omega 6
a. Rata – rata asupan omega 6
Transform -> compute variable ->target variable “rt2_ome6” ->
type and label “Rata – rata omega 6” -> Numeric Expression :
(tot_omega1 + tot_omega2)/2 -> ok.
b. Kebutuhan asupan omega 6 bedasarkan AKG 2019 sesuai
umur
Short ascending variable umur -> buat variable baru -> ome6_akg
-> label “kebutuhan asupan omega 6 bedasarkan AKG 2019 sesuai
umur” -> input manual anjuran asupan omega 6 bedasarkan usia.
c. Persen asupan omega 6
Transform -> compute variable -> target variable “prsn_omega6”
-> type and label “persen asupan omega 6” -> Numeric Expression
“(rt2_ome6/ome6_akg) x 100 -> ok
d. Kategori asupan omega 6
Transform -> recode into different variable -> prsn_omega6 ->
kat_omega6 -> change old and new value:
Lowest : 79.9 (value 3)
Range : 80.00 – 100.0 (value 2)
Highest: 100.1 (value 1)
e. Proporsi asupan omega 6 responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_omega6
7. Asupan serat larut air
a. Asupan serat larut air responden
55

Buat variable baru -> tot_SLA1 -> label “total asupan serat larut
air hari pertama” -> input manual total asupan responden di hari
pertama -> ok. -> lakukan untuk asupan serat hari kedua dengan
variable “tot_SLA2” dan label “total asupan serat larut air hari
kedua”
b. Rata – rata asupan serat larut air responden
Transform -> compute variable ->target variable “rt2_SLA” ->
type and label “Rata – rata Serat” -> Numeric Expression :
(tot_SLA1 + tot_SLA2)/2 -> ok.
c. Kebutuhan asupan serat bedasarkan AKG sesuai umur
Short ascending variable umur -> buat variable baru -> serat_akg
-> label “kebutuhan serat bedasarkan AKG 2019 sesuai umur” ->
input manual anjuran asupan serat bedasarkan umur.
d. Kebutuhan serat larut air bedasarkan rasio 1:3 IOM sesuai
umur.
Transform -> compute variable -> target variable baru “SLA_iom”
-> type and label “kebutuhan serat larut air bedasarkan IOM” ->
Numeric Expression “1/(1+3)*serat_akg -> ok.
e. Persen kebutuhan asupan serat larut air
Transform -> compute variable -> target variable “prsn_SLA” ->
type and label “persen asupan serat larut air” -> Numeric
Expression “(rt2_SLA/SLA_iom) x 100 -> ok
f. Kategori asupan serat larut air
Transform -> recode into different variable -> prsn_energi ->
kat_SLA -> change old and new value:
Lowest : 79.9 (value 1)
Range : 80.00 – 100.0 (value 2)
Highest: 110.1 (value 3)
g. Proporsi asupan serat larut air responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_SLA
8. Aktivitas fisik
a. Total aktivitas fisik
56

Mengisi sel variable “af_rspn” -> type and label “aktivitas fisik
responden” -> input manual hasil perhitungan.
b. Kategori aktivitas fisik
Transform -> recode into different variable “af_rspn” -> name
“kat_af” -> label “Kategori aktivitas fisik” -> change old and new
value:
Range : 1.40 – 1.69 (value 1)
Range : 1.70 – 1.99 (value 2)
Range : 2.00 – 2.40 (value 3)
c. Proporsi aktivitas fisik responden
Analzye Descriptive statistic Frequencies kat_af
J. Analisis Data Bivariate
Analisis bivariate dilakukan untuk menjawab hipotesis peneliti
yaitu melihat hubungan antara variable dependen (obesitas) dan
independen (asupan omega 6, asupan serat larut air dan aktivitas fisik),
oleh karena itu peneliti melakukan uji statistic yaitu uji chi square. Setelah
dilakukan analisis bivariate, maka keputusan yang diambil setelah
dilakukan analisis adalah:
1. p value ≤ 0.05 = Ho ditolak = ada hubungan antara variable
independen (asupan omega 6, serat larut air dan aktivitas fisik) dengan
variable dependen (obesitas)
2. p value > 0.05 = Ho diterima = tidak ada hubungan antara variable
independen (asupan omega 6,serat larut air dan aktivitas fisik) dengan
variable dependen (obesitas)
57
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Desa Pasir Angin


Desa Pasir Angin merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan
Cileungsi, Kabupaten Bogor yang terdiri dari 13 RW, 85 RT dan 41.410
penduduk. Secara keseluruhan, Desa Pasir Angin merupakan Kelurahan
dengan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan Kelurahan lainnya. Di Desa
Pasir Angin terdapat beberapa pelayanan kesehatan, sebagai berikut:
1. Puskesmas Pasir Angin
Puskesmas Pasir Angin memberikan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat Desa Pasir Angin, Desa Cipenjo dan Desa Mekarsari.
Puskesmas Desa Pasir Angin terletak di Jl. Raya Setu RT 1/1, Kec.
Cileungsi. Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) di Puskesmas Pasir
Angin terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 3 perawat, 7 bidan dan 1
kesehatan masyarakat.
2. Balai Kesehatan Pasir Angin
Balai kesehatan Pasir Angin terletak di Perumahan TNI AL Pasir
Angin, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Balai Kesehatan Pasir
Angin terbentuk sejak tahun 2015 dan diresmikan pada tanggal 26 Maret
2015. Pelayanan Kesehatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan kemampuan hidup sehat terhadap anggota TNI AL dan
masyarakat sekitarnya.
3. Puskesmas Pembantu Desa Pasir Angin
Puskesmas pembantu memberikan suatu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam suatu lokasi wilayah. Pukesmas Pembantu Desa Pasir
Angin terletak di Perumahan Griya Alam Sentosa yang terdiri dari perawat
dan bidan
Desa Pasir Angin selain memiliki pelayanan kesehatan juga memiliki
program kesehatan. Program Kesehatan di Desa Pasir Angin masih belum
banyak, namun yang sedang berjalan sampai tahun ini adalah sebagai berikut:
1. Posyandu

58
59

Posyandu di Desa Pasir Angin di lakukan setiap 1 bulan sekali yang


dilakukan oleh kader. Kader yang membantu melaksanakan posyandu di
setiap wilayah akan rutin melakukan pertemuan setiap bulannya untuk
diberikan penyuluhan dan edukasi. Materi yang diberikan berupa edukasi
terhadap kader – kader seperti melakukan penimbangan berat badan balita
dan pemberian obat kecacingan terhadap balita. Akibat masa pandemi
COVID-19, posyandu di Desa Pasir Angin sendiri dilaksanakan dengan
door to door untuk dilakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan.
2. Penyuluhan dan Edukasi
Penyuluhan dan Edukasi dilakukan oleh bidan Puskesmas Pasir Angin
dengan sasaran masyarakat Desa Pasir Angin yang dilakukan di masing –
masing RW. Masa pandemi COVID-19 membuat terlaksananya program
ini dengan di fokuskan materi yang diberikan berupa materi COVID-19
terkait 5M.
3. Vaksin COVID-19
4. Imunisasi di Sekolah Dasar
B. Karakteristik Responden Meliputi Pendidikan, Usia dan Jumlah Anak
1. Tingkat Pendidikan
Gambaran distribusi ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun bedasarkan
tingkat pendidikan di Kelurahan Desa Pasir Angin dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5.1 Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat n Presentase (%)
Pendidikan
SD 2 2.7
SMP 24 32.9
SMA/SMK 45 61.6
D3 2 2.7
Total 73 100.0
Sumber : Data Primer
Bedasarkan Tabel 5.1 distribusi responden bedasarkan tingkat
pendidikan paling banyak ditemukan pada lulusan SMA/SMK (61.6%).
Individu dengan lulusan SMA atau sederajat termasuk dalam kategori
pendidikan menengah (Utami & Sisca KP, 2015). Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi sikap seseorang, individu dengan pendidikan yang
60

lebih tinggi akan lebih memperhatikan makanan dalam jumlah dan mutu
dibandingkan individu dengan pendidikan yang rendah (Melinda, 2016).
Menurut Brown (2005) pendidikan berkaitan dengan pengetahuan
seseorang dimana semakin tinggi pendidikan individu maka semakin
tinggi pengetahuan mengenai asupan gizi seimbang dengan lebih
memperhatikan makanan yang dikonsumsi (Syahfitri et al., 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh (Puspitasari, 2018) menunjukkan bahwa
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan obesitas dimana individu
dengan tingkat pendidikan dasar berisiko 1.4 kali lebih besar terkena
obesitas dibandingkan individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
2. Usia Responden
Usia responden pada penelitian ini berkisar dari usia 40 tahun hingga
50 tahun dengan rata – rata usia 45 tahun. Gambaran distribusi ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun bedasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.2
dibawah ini:
Tabel 5.2 Distribusi Responden Bedasarkan Usia
Umur n Presentase (%)
40 – 49 62 84.9
50 – 59 11 15.1
Total 73 100.0
Sumber : Data Primer
Bedasarkan Tabel 5.2, distribusi responden bedasarkan usia paling
banyak pada usia 40 – 49 tahun (84.9%). Individu dengan usia yang lebih
tua akan mengalami penurunan metabolisme tubuh, penurunan massa otot
frekuensi makan lebih banyak dan aktivitas fisik yang kurang (Azkia &
Wahyono, 2018) sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat badan.
Penelitian yang dilakukan oleh Martin dan Marinho (2003) menunjukkan bahwa
individu dengan rentang usia 40 – 59 tahun berisiko 1.7 kali lebih besar
mengalami obesitas.
3. Jumlah Anak
Gambaran distribusi ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun bedasarkan
jumlah anak dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini:
Tabel 5.3 Distribusi Responden Bedasarkan Jumlah Anak

Jumlah Paritas N Presentase (%)


61

Banyak (≥ 3) 42 57.5
Sedikit (< 3) 31 42.5
Total 73 100.0
Sumber : Data Primer
Bedasarkan Tabel 5.3 distribusi responden bedasarkan jumlah paritas
paling banyak ditemukan pada responden dengan jumlah paritas banyak (≥
3 anak) (57.5%). Penyimpanan lemak di dalam tubuh akan meningkat
akibat perubahan hormon di dalam tubuh selama masa kehamilan sehingga
menyebabkan penambahan berat badan. Penelitian yang dilakukan oleh
(Triyanti & Ardila, 2020) menunjukkan bahwa responden dengan jumlah
paritas ≥ 3 anak berisiko 2.9 kali lebih besar mengalami obesitas di
bandingkan responden dengan jumlah paritas < 3 anak. Individu yang
melahirkan ≥ 3 anak lebih berisiko mengalami obesitas akibat perubahan
hormon yang terjadi terus menerus selama masa kehamilan sehingga
berdampak pada penambahan berat lemak dan jaringan lemak di dalam
tubuh (Triyanti & Ardila, 2020).
C. Status Gizi Bedasarkan IMT (kg/m2)
Identifikasi status gizi pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan
Desa Pasir Angin menggunakan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan
menggunakan data berat badan dan tinggi badan, kemudian di klasifikasikan
menggunakan standar Permenkes RI no 41. Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang dimana individu dikatakan obesitas apabila memiliki IMT (>
27.00 kg/m2. Distribusi status gizi responden bedasarkan IMT dapat dilihat
pada tabel 5.4 dibawah ini:
Tabel 5.4 Status Gizi Responden Bedasarkan IMT

Status Gizi n % Mean Min-Max SD


Obesitas (> 42 57.5 27.89 16.01 – 40.78 4.84
27.00 kg/m2)
Tidak 31 42.5
Obesitas (≤
27.00
kg/m2)
Total 73 100.0
Sumber Data : Primer
Bedasarkan Tabel 5.4 status gizi responden bedasarkan IMT, ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin ditemukan paling
62

banyak memiliki status gizi obesitas (57.5%). Di dapatkan bahwa IMT


terendah yaitu 16.01 kg/m2 dan IMT tertinggi 40.78 kg/m 2dengan rata-rata
indeks massa tubuh ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin sebesar 27.89 kg/m, dimana angka ini masuk kedalam kategori status
gizi obesitas. Bedasarkan cut off UNICEF, suatu wilayah dikatakan obesitas
dengan masalah tinggi apabila prevalensi ≥ 15%, sehingga disimpulkan bahwa
masalah obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin, Kabupaten Bogor masuk ke dalam kategori masalah tinggi.
D. Asupan Zat Gizi Responden
Identifikasi asupan energi, protein, lemak, karbohidrat pada ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin menggunakan metode
recall 2x24 jam dimana data asupan energi, protein, lemak, karbohidrat,
omega 6 dan serat larut air akan di analisis menggunakan TKPI, buku
Kandungan asam lemak pangan Indonesia dan food database Jepang yang
kemudian dibandingkan dengan AKG dan IOM. Bedasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) 2019, asupan energi untuk perempuan usia 30 – 49
tahun sebesar 2150 kkal sedangkan untuk usia 50 – 64 tahun sebesar 1800
kkal. Anjuran asupan protein untuk usia 30 – 49 tahun dan usia 50 – 64 tahun
sebesar 60 g, anjuran asupan lemak untuk usia 30 – 49 tahun sebesar 60 g
sedangkan usia 50 – 64 tahun sebesar 50 g, anjuran asupan karbohidrat untuk
usia 30 – 49 tahun sebesar 340 g sedangkan usia 50 – 64 tahun sebesar 280 g
dan asupan omega 6 untuk usia 30 – 49 tahun sebesar 12 g sedangkan untuk
usia 50 – 64 tahun sebesar 11 g. Untuk rekomendasi asupan selat larut air
menggunakan anjuran IOM (1:3) dimana untuk usia 30 – 49 tahun sebesar
7.50 g sedangkan untuk usia 50 – 64 tahun sebesar 6.25 g.
Hasil perbandingan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat akan
dikategorikan menggunakan standar WNPG (2004), sehingga dikatakan
asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat kurang apabila asupan < 80%,
asupan baik 80-110% dan asupan lebih apabila asupan ≥ 110% AKG,
Sedangkan untuk asupan omega 6 dan serat larut air menggunakan standar
dari penelitian sebelumnya yaitu asupan omega 6 dikatakan asupan kurang
apabila < 80%, asupan cukup 80-100% dan asupan lebih apabila ≥ 100%
63

AKG. Untuk asupan serat larut air dikatakan asupan kurang apabila < 80%,
asupan baik 80-110% dan asupan lebih apabila asupan ≥ 110% dari anjuran
IOM. Distribusi asupan zat gizi responden dapat dilihat pada tabel 5.4
dibawah ini:
Tabel 5.5 Distribusi Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Omega 6
dan Serat Larut Air Responden

Variabel n % Mean Min-Max SD


Asupan Energi
Kurang 52 71.2 1398.33 517.85-2185.70 369.78
Cukup 20 27.4
Lebih 1 1.4
Asupan Protein
Kurang 52 71.2 41.23 19.55--75.90 12.66
Cukup 19 26.0
Lebih 2 2.7
Asupan Lemak
Kurang 33 45.2 48.40 19.45-78.15 14.09
Cukup 33 45.2
Lebih 7 9.6
Asupan KH
Kurang 57 78.1 185.00 65.45-410.85 64.20
Cukup 13 17.8
Lebih 3 4.1
Asupan Omega 6
Kurang 72 98.6 1.30 0.10-13.25 1.77
Lebih 1 1.4
Asupan Serat
Larut air
Cukup 4 5.5 1.70 0.20-6.50 1.30
Kurang 69 94.5
Sumber : Data Primer
Bedasarkan tabel 5.5, asupan energi ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin ditemukan paling banyak memiliki asupan
kurang (71.2%) dengan rata rata asupan sebesar 1393.33 kkal. Apabila
dibandingkan dengan AKG 2019, rata-rata asupan energi ibu rumah tangga di
Kelurahan Desa Pasir Angin masuk kedalam kategori asupan kurang (< 80%
AKG). Asupan energi pada ibu rumah tangga terendah sebesar 517.85 kkal
dan asupan energi tertinggi sebesar 2185.70 kkal. Bedasarkan data recall 2x24
jam responden memiliki status gizi tidak obesitas (IMT < 27.00 kg/m 2) dengan
asupan 517.85 kkal berhubungan dengan frekuensi makanan dalam sehari
64

hanya 1-2x dimana dalam sekali makan responden hanya makan 1 centong
nasi selain itu jenis bahan makanan yang paling sering dikonsumsi adalah
sayuran, seperti sayur daun kelor, daun kacang panjang, kacang panjang,
ketimun dan sawi sehingga energi yang dikonsumsi tidak terlalu banyak
karena diketahui bahwa sayuran memiliki kalori yang rendah dibandingkan
bahan makanan yang lain. sedangkan responden dengan asupan 2185.70 kkal
berhubungan dengan teknik pengolahan bahan makanan yang sering
dikonsumsi yaitu makanan yang digoreng - goreng seperti tempe goreng
tepung, telur goreng, bihun goreng, ayam goreng dan lain-lain serta sering
mengkonsumsi jajanan seperti pempek, kue bugis, kue donat dan jajanan
warung.
Asupan protein ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin ditemukan paling banyak memiliki asupan kurang (71.2%) dengan rata-
rata asupan protein ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin sebesar 41.23 g. Apabila dibandingkan dengan AKG 2019, rata-rata
asupan protein ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin masuk kedalam kategori asupan kurang (< 80% AKG). Asupan
terendah protein pada ibu rumah tangga sebesar 19.55 g dan asupan tertinggi
protein sebesar 75.90 g. Bedasarkan data recall 2x24 jam, responden dengan
asupan protein 19.55 g akibat responden dalam 2 hari hanya mengkonsumsi
ikan lele, bakso dan tahu yang merupakan sumber protein hewani dan nabati,
sedangkan responden dengan asupan protein 75.90 g akibat dalam recall 2x24
jam responden mengkonsumsi protein hewani seperti ayam 3x, daging sapi 1x,
ikan 2x, tahu 3x dan tempe 5x.
Asupan Lemak ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin ditemukan paling banyak memiliki asupan kurang (45.2%) dan asupan
cukup (45.2%) dengan rata-rata asupan lemak ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin sebesar 48.40 g. Apabila dibandingkan
dengan AKG 2019, rata-rata asupan lemak ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun
di Kelurahan Desa Pasir Angin masuk kedalam kategori asupan cukup (80 –
110% AKG). Asupan lemak terendah pada ibu rumah tangga sebesar 19.45 g
dan asupan maksimal lemak sebesar 78.15 g. Bedasarkan data recall 2x24,
65

jam responden dengan asupan lemak 19.45 g berhubungan dengan frekuensi


makan utama dalam sehari hanya 1-2x dengan teknik olahan direbus sehingga
asupan lemak yang dikonsumsi tidak tinggi, sedangkan responden dengan
asupan lemak 78.15 g akibat mengkonsumsi makanan yang banyak
menggunakan minyak dan santan seperti rendang, bubur kacang ijo, lontong
sayur, tempe goreng, kwetiau goreng dan roti sisir mentega.
Asupan karbohidrat ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin ditemukan paling banyak memiliki asupan kurang (78.1%)
dengan nilai tengah sebesar 185.00 g. Apabila dibandingkan dengan AKG
2019, nilai tengah asupan karbohidrat ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin masuk kedalam kategori asupan kurang (< 80%
AKG). Asupan karbohidrat terendah pada ibu rumah tangga sebesar 65.45 g
dan asupan maksimal karbohidrat sebesar 410.85 g. Bedasarkan data recall
2x24 jam responden dengan asupan karbohidrat 65.45 g berhubungan dengan
frekuensi makan utama dalam sehari hanya 1-2x/hari dengan porsi nasi hanya
1 centong, selain itu pada recall ke-2 responden hanya mengkonsumsi tahu
rebus dipagi hari dan makan utama 1x. Sedangkan responden dengan asupan
karbohidrat 410.85 g akibat responden dalam sehari tidak pernah makan
nasi+lauk, responden dalam sehari hanya mengkonsumsi kopi luwak dengan
tambahan gula 3 sdt. Dari hasil wawancara di dapatkan bahwa responden
dapat mengkonsumsi kopi + gula (3 sdt) sebanyak 6-9x/hari sehingga asupan
kh yang dikonsumsi cukup tinggi akibat kopi dan gula.
Data asupan omega 6 di ambil menggunakan metode recall 2 x 24 jam
kemudian di analisis menggunakan buku Kandungan Asam Lemak Pangan
Indonesia (KALPI). Bedasarkan tabel 5.5, asupan omega 6 ibu rumah tangga
usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin ditemukan paling banyak
memiliki asupan kurang (98.6%) dengan nilai tengah asupan omega 6 ibu
rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin sebesar 1.30 g.
Apabila dibandingkan dengan AKG 2019, nilai tengah asupan omega 6 ibu
rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin masuk kedalam
kategori asupan kurang (< 80% AKG). Asupan omega 6 terendah pada ibu
rumah tangga sebesar 0.10 g dan asupan omega 6 tertinggi sebesar 13.25 g.
66

Bedasarkan data recall 2x24 jam, responden dengan asupan omega 6 0.10 g
dikarenakan responden mengkonsumsi makanan sumber omega 6 tetapi dalam
jumlah sedikit sekali, bahan makanan yang dikonsumsi seperti ikan tongkol,
udang dan minyak, sedangkan responden dengan asupan omega 6 13.25 g
akibat responden mengkonsumsi suplemen nutrimax yang di dalamnya
memiliki kandungan omega 6, selain itu responden mengkonsumsi bahan
makanan bersumber omega 6 seperti tahu, tempe, santan, telur ayam dan
daging sapi.
Data asupan serat larut air di analisis menggunakan food database Jepang.
Bedasarkan tabel 5.5, Asupan serat larut air ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun
di Kelurahan Desa Pasir Angin ditemukan paling banyak memiliki asupan
kurang (94.5%) dengan nilai tengah asupan serat larut air ibu rumah tangga
usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin sebesar 1.70 g, apabila
dibandingkan dengan AKG 2019 nilai tengah asupan serat larut air ibu rumah
tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin masuk kedalam
kategori asupan kurang (< 80% AKG). Asupan serat larut air terendah pada
ibu rumah tangga sebesar 0.20 g dan asupan serat larut air tertinggi sebesar
6.50 g. Bedasarkan data recall 2x24 jam, responden dengan asupan serat larut
air 0.20 g karena responden hanya mengkonsumsi sayuran dalam porsi sedikit
seperti konsumsi timun 1 potong dan sayuran di nasi goreng, selain itu
responden tidak mengkonsumsi buah yang merupakan sumber dari serat larut
air. Sedangkan responden dengan asupan serat larut air 6.50 g dikarenakan
responden mengkonsumsi bahan makanan dengan kandungan serat larut air
yang cukup banyak dalam 2 hari seperti buah pisang, buah mangga, wortel,
kool kembang dan kacang hijau dalam porsi yang banyak dalam sekali makan.
E. Aktivitas Fisik
Identifikasi aktivitas fisik ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan
Desa Pasir Angin menggunakan metode Physical Activity Level (PAL) dengan
melakukan recall aktivitas fisik 2x24 jam, kemudian data aktivitas fisik akan
bagi menjadi 3 kategori, yaitu aktivitas fisik ringan (1.40 – 1.69), aktivitas
fisik sedang (1.70 – 1.99) dan aktivitas fisik berta (2.00 – 2.40). Distribusi
aktivitas fisik responden dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini:
67

Tabel 5.6 Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas Fisik n % Mean Min-max SD


Af Ringan 29 39.7 1.79 1.40-2.25 0.22
AF Sedang 24 32.9
AF Berat 20 27.4
Total 73 100.0
Sumber : Data Primer
Bedasarkan Tabel 5.6 distribusi aktivitas fisik ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin ditemukan paling banyak memiliki
aktivitas fisik ringan. Rata-rata aktivitas fisik ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kel. Desa Pasir angin sebesar 1.79 yang termasuk dalam aktivitas
fisik sedang. Aktivitas fisik responden paling rendah adalah 1.40, dimana
aktivitas fisik responden dalam 2x24 jam hanya memasak, menyuci baju
menggunakan mesin, jemur baju serta nyapu dan ngepel. Responden tidak
melakukan aktivitas fisik berat seperti menggosok atau menyapu halaman
maupun senam. Sedangkan aktivitas fisik responden paling tinggi adalah 2.25,
dimana responden tidak banyak melakukan pekerjaan dasar ibu rumah tangga
seperti menyapu, ngepel, menggosok namun responden melakukan aktivitas
berat seperti menjemur baju, memasak, jalan kaki 15 menit dan jogging setiap
hari dengan waktu ± 30 - 60 menit.
F. Hubungan Asupan Omega 6 dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga
Usia ≥ 40 Tahun
Asupan omega 6 berlebih dapat menyebabkan obesitas akibat peningkatan
jaringan adiposa putih dan penurunan jaringan adiposa coklat. Analisis asupan
omega 6 dengan obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan
Desa Pasir Angin dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini:
Tabel 5.7 Analisis Asupan Omega 6 dengan Obesitas pada Ibu Rumah
Tangga Usia ≥ 40 Tahun

Asupan Status Gizi Bedasarkan IMT Total P Value


Omega 6
Obesitas Tidak
Obesitas
n % n % n %
Asupan 1 2.4 0 0.0 1 1.4 1.00
Lebih
Asupan 41 97.6 31 100.0 72 98.6
68

Cukup
*Ket : Analisis menggunakan uji Fisher exact
Bedasarkan tabel 5.7, hasil uji bivariat menunjukkan bahwa proporsi
responden dengan status gizi obesitas lebih banyak ditemukan pada responden
dengan asupan omega 6 yang cukup (97.6%) dibandingkan responden dengan
asupan omega 6 yang lebih (2.4%). Bedasarkan hasil uji statistic
menggunakan uji Fisher exact, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan (p value > 0.05) antara asupan omega 6 dengan kejadian
obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin, Kabupaten Bogor. Meskipun hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan, namun hasil analisis korelasi menggunakan uji spearman antara
asupan omega 6 dengan obesitas menunjukkan arah hubungan yang positif (r
= 0.040) yang berarti bahwa semakin tinggi asupan omega 6 maka semakin
tinggi peningkatan berat badan.
G. Hubungan Asupan Serat Larut Air dengan Obesitas pada Ibu Rumah
Tangga Usia ≥ 40 Tahun
Serat larut air merupakan zat gizi yang dapat ditemukan pada sayur dan
buah, serat larut air memiliki fungsi dalam menimbulkan rasa kenyang di
dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya kenaikan berat badan berlebih.
Analisis asupan serat larut air dengan kejadian obesitas pada IRT usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah ini:
Tabel 5.8 Analisis Asupan Serat Larut Air dengan Obesitas pada Ibu
Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun
Asupan Status Gizi Bedasarkan IMT Total P
Serat Value
Larut Air
Obesitas Tidak Obesitas
n % n % n %
Asupan 39 92.9 30 96.8 69 94.5 0.63
Kurang
Asupan 3 7.1 1 3.2 4 5.5
Cukup
*Ket : Analisis menggunakan uji Fisher exact
Bedasarkan tabel 5.8, hasil uji bivariat menunjukkan bahwa proporsi
responden dengan status gizi obesitas lebih banyak ditemukan pada responden
dengan asupan serat larut air yang kurang (92.9%) dibandingkan responden
69

dengan asupan serat larut air yang cukup (7.1%). Hasil uji statistic
menggunakan uji Fisher exact, mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan (p value > 0.05) antara asupan serat larut air dengan kejadian
obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin, Kabupaten Bogor. Meskipun hasil analilis menunjukkan tidak ada
hubungan signifikan, bedasarkan hasil analisis korelasi menggunakan uji
spearman antara asupan serat larut air dengan obesitas menunjukkan arah
hubungan yang positif (r = 0.070) yang berarti bahwa semakin tinggi asupan
serat larut air maka semakin tinggi terjadinya penurunan berat badan.
H. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga Usia
≥ 40 Tahun
Aktivitas fisik menjadi faktor langsung dari obesitas, dimana aktivitas fisik
yang rendah tidak akan mengalami proses pembakaran energy di dalam tubuh
sehingga dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Analisis aktivitas fisik
dengan kejadian obesitas pada IRT usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini:
Tabel 5.9 Analisis Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Ibu
Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun

Aktivitas Fisik Status Gizi Bedasarkan IMT Total P


Value
Obesitas Tidak Obesitas
n % n % n %
AF Ringan 18 42.9 11 35.5 29 39.7 0.04
AF Sedang 17 40.5 7 22.6 24 32.9
AF Tinggi 7 16.7 13 41.9 20 27.4
*Ket : Analisis menggunakan uji chi square

Bedasarkan tabel 5.9, hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden


dengan status gizi obesitas banyak ditemukan pada responden dengan aktivitas
fisik ringan (42.9%) dibandingkan responden dengan aktivitas fisik sedang
(40.5%) dan aktivitas fisik tinggi (16.7%). Hasil uji statistik menggunakan uji
chi-square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun
di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
70

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Obesitas dan Gambaran Asupan Energi, Protein, Lemak dan


Karbohidrat pada IRT usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin.
Obesitas dapat menganggu kesehatan seseorang yang dikaitkan dengan
akumulasi lemak yang abnormal, obesitas dapat di indentifikasi menggunakan
indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang (Müller & Geisler, 2017).
Obesitas dapat di identifikasi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Rasio Lingkar Pinggang. Bedasarkan tabel 5.4, proporsi obesitas (IMT >
27.00 kg/m2) pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin sebesar 57.5% apabila dibandingkan dengan cut off UNICEF
(prevalensi ≥ 15% termasuk dengan masalah tinggi) maka disimpulkan bahwa
masalah obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin, Kabupaten Bogor masuk ke dalam kategori masalah tinggi.
Pola hidup masyarakat pada masa ini sangat tidak relevan, dimana
masyarakat cenderung memiliki gaya hidup sedentary life style seperti
mengkonsumsi makanan tinggi energi, rendah serat serta aktivitas fisik yang
kurang (Suriati & Singarimbun, 2018). Faktor asupan dan aktivitas fisik
menjadi faktor langsung kejadian obesitas (Al Rahmad, 2019) karena tidak
ada keseimbangan antara asupan energi yang masuk dengan energi yang
keluar dari dalam tubuh (Upadhyay et al., 2017).
Bedasarkan tabel 5.5, responden dengan asupan energi lebih sebesar 1.4%,
asupan protein lebih sebesar 2.7%, asupan lemak lebih sebesadr 9.6% dan
asupan karbohidrat lebih sebesar 3.1%. Diketahui bahwa asupan protein yang
berlebih akan di simpan dalam bentuk trigliserida di jaringan adiposa sehingga
dapat meningkatkan massa adiposa di dalam tubuh, pada dasarnya penyebab
obesitas adalah tejadinya peningkatan jaringan adiposa (Suryandari, B D;
Widyastuti, 2015). Selain protein, zat gizi makro yang akan diubah menjadi
lemak adalah karbohidrat. Asupan karbohidrat berlebih yang masuk kedalam
tubuh akan diubah menjadi glukosa, glukosa tersebut akan mengalami proses
71

metabolisme dengan hasil akhir gliserol yang kemudian akan disimpan di


jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida (Dini Primashanti & Sidiartha,
2018). Asupan lemak yang masuk kedalam tubuh akan diubah menjadi asam
lemak dan gliserol untuk menghasilkan asetil KoA yang berfungsi dalam
pembentukan energi, namun apabila asupan lemak yang masuk kedalam tubuh
berlebih maka lemak tersebut akan disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk
trigliserida (Almatsier, 2002) sehingga dapat meningkatkan kejadian obesitas.
Bedasarkan uji chi-square dan uji fisher exact, di dapatkan bahwa terdapat
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas dan tidak terdapat
hubungan antara asupan omega 6 dan serat larut air dengan kejadian obesitas pada
ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten
Bogor.
B. Aktivitas Fisik Ibu Rumah Tangga usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa
Pasir Angin.
Bedasarkan tabel 5.9, terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas pada IRT usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin.Ibu rumah tangga dengan aktivitas fisik ringan – sedang banyak
ditemukan pada ibu rumah tangga yang memiliki status gizi obesitas
dibandingkan ibu rumah tangga yang memiliki status gizi tidak obesitas.
Aktivitas fisik merupakan kegiatan sehari-hari dengan gerakan tertentu yang
dapat menghasilkan energi dari dalam tubuh, kegiatan tersebut dapat berupa
pekerjaan atau memasak, mencuci piring/baju, mengurus anak, menggosok
dan lain lain (Suryadinata & Sukarno, 2019). Aktivitas fisik menghasilkan
energi yang dapat mempengaruhi keseimbangan antara energi yang masuk
dengan energi yang keluar dengan menstimulasi respon di jaringan otot dan
jaringan adiposa sehingga terjadi penurunan berat badan (Jakicic et al., 2018).
Obesitas terjadi akibat penumpukan lemak di dalam tubuh akibat aktivitas
fisik yang kurang, menurut Tri dan Muwakhidah (2008) menghabiskan waktu
dengan menonton television dan duduk dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan peningkatkan berat badan karena aktivitas fisik yang kurang
(Turege et al., 2019). Kementrian Kesehatan menganjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik dengan intensitas sedang minimal 30 menit/hari karena
72

memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah mencegah kelebihan berat


badan. Penelitian critical review yang dilakukan oleh (Rachma, 2020)
menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan fisik dengan penurunan berat badan
sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas.
Bedasarkan data aktivitas fisik recall 2x24 jam, Ibu rumah tangga di
Kelurahan Desa Pasir Angin dengan kategori aktivitas fisik ringan merupakan
ibu rumah tangga yang tidak banyak melakukan kegiatan sehari – hari, lebih
banyak menghabiskan waktu dalam sehari dengan duduk atau tiduran
dikarenakan pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh sang anak. Sedangkan,
Ibu rumah tangga yang melakukan aktivitas fisik sedang merupakan ibu
rumah tangga dengan pekerjaan yang mengeluarkan energi lebih tinggi
dibandingkan aktivitas fisik ringan seperti seperti menggosok, belanja, jalan
selama 10 menit serta mengurus anak dan ibu rumah tangga yang melakukan
aktivitas fisik berat seperti melakukan senam aerobik, membersihkan tanaman,
menyikat baju, mengangkat beban 10 kg, berjalan kaki selama 15-30 menit
dalam sehari, menggosok, belanja dan lain lain. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Abdullah, 2019) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan (p value < 0.05) antara aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas pada ibu rumah tangga di Desa Tibang Aceh.
Bedasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa responden yang
menjelaskan bahwa mereka melakukan senam/bersepeda,
menggosok/menjemur baju hanya 1-2x/minggu namun saat di wawancara
kebetulan responden tidak melakukan aktivitas. Sebagai catatan, banyak
responden yang mulai melakukan aktivitas fisik berat seperti senam aerobik
dan bersepeda sejak pandemi covid – 19.
C. Asupan Asam Lemak Omega 6 Ibu Rumah Tangga Usia ≥ 40 Tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin
Asam lemak omega 6 atau asam linoleat (18:2w6) merupakan asam lemak
jenuh tak ganda yang bersumber dari makanan dan suplemen, omega 6 akan
mengalami proses metabolisme dan desaturasi sehingga hasil akhir dari omega
6 merupakan asam arakidonat (20:4w6), eikosanoid yang diturunkan oleh
asam arakidonat akan menyebabkan penyakit inflamasi, salah satunya adalah
73

obesitas beserta komplikasi (Fabiani et al., 2021). Asam arakidonat yang


merupakan hasil akhir dari omega 6 dapat meningkatkan jaringan adiposa
putih dan penurunan jaringan adiposa coklat (Fabiani et al., 2021), dimana
diketahui bahwa jaringan adiposa putih memiliki fungsi dalam penyimpanan
lemak di dalam tubuh (Karundeng et al., 2014), sedangkan jaringan adiposa
coklat mempunyai fungsi dalam proses oksidasi lemak dan glukosa untuk
menghasilkan energi (Cannon & Nedergaard, 2004).
Bedasarkan tabel 5.7, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
asupan omega 6 dengan kejadian obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40
tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini
tidak ada hubungan antara omega 6 dengan obesitas akibat asupan omega 6
yang rendah sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan rasio asupan omega 6
dengan omega 3. Rasio omega 6 dengan omega 3 harus seimbang, jika rasio
omega 6 tinggi dengan omega 3 rendah (20:1) dapat menyebabkan inflamasi
yang mengarah pada penyakit degeneratif dan obesitas (Fabiani et al., 2021).
Hal ini terjadi akibat proses asam arakidonat yang merupakan hasil akhir dari
omega 6 di dalam tubuh mengalami peningkatan permeabilitas membran,
apabila hal itu terjadi omega 3 akan menghambat proses tersebut dengan
proses oksidasi lemak (Simopoulos, 2016). Selain itu, diketahui bahwa tidak
ada hubungan antara asupan omega 6 dengan obesitas dikarenakan asupan
omega 6 kedua kelompok (kelompok obes dan tidak obes) tidak memiliki
perbedaan yang cukup jauh dimana kedua kelompok mengkonsumsi bahan
makanan sumber omega 6 seperti tahu, tempe, berbagai jenis ikan, udang,
santan dan minyak dalam porsi sedikit sehingga kemaknaan antara asupan
omega 6 dengan obesitas tidak terlihat signifikan karena hampir semua subjek
penelitian memiliki asupan omega 6 dalam jumlah kurang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Rachmawati et al., 2018) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan (p
value < 0.05) antara asupan omega 6 dengan kejadian obesitas pada anak SD
di Semarang di tahun 2018. Perbedaan hasil penelitian ini dapat terjadi akibat
perbedaan metode pengambilan data dan design penelitian dimana penelitian
74

sebelumnya menggunakan metode SQ-FFQ dengan design penelitian case


control.
D. Asupan Serat Larut Air IRT Usia ≥ 40 Tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin
Serat merupakan salah satu golongan polisakarida, dimana setiap jenis
memiliki perbedaan baik dalam sifat fisik maupun struktur kimia (Sarker &
Rahman, 2017). Sedangkan menurut Administrasi Makanan dan Obat –
obatan (2016), serat merupakan karbohidrat yang tidak dapat di cerna yang
bersumber dari makanan (Thompson et al., 2017). Menurut Burton – Freeman
serat larut air mempunyai fungsi dalam mengontrol rasa kenyang di dalam
tubuh dimana mekanisme serat larut air di dalam tubuh dengan mengikat air
sehingga membentuk gel yang menyebabkan rasa kenyang lebih lama di
dalam tubuh (Burton & Freeman, 2000). Bahan makanan sumber larut air
adalah sayuran dan buah, kacang – kacangan dan gandum (Zank & Kemp,
2012).
Bedasarkan hasil tabel 5.8, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan (p value > 0.05) antara asupan serat larut air dengan kejadian
obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir
Angin, Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara serat
laur air dengan kejadian obesitas akibat pada penelitian ini sebanyak 23.3%
responden kurang mengkonsumsi air putih (< 1500 ml). Serat larut air tidak
dapat diserap di dalam tubuh apabila tidak berikatan dengan air (Wahyuni et
al., 2013). Salah satu jenis serat larut air, yaitu gum apabila gum berikatan
dengan air maka akan membentuk gel sehingga dapat memberikan rasa
kenyang lebih lama (Tensiska, 2008).
Selain itu, bedasarkan data recall 2x24 jam asupan serat larut air rendah
akibat kurangnya konsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber dari serat
larut air baik dari sisi jumlah dan frekuensi makan. Kedua kelompok
(kelompok obes dan tidak obes) memiliki asupan serat larut air yang kurang
sehingga kemaknaan asupan serat larut air dengan obesitas tidak terlihat
signifikan. Namun ibu rumah tangga dengan asupan serat larut air cukup
menyatakan bahwa responden mulai mengkonsumsi buah sejak pandemi
75

covid 19, sehingga terdapat beberapa responden memiliki asupan serat larut
air yang cukup. Data asupan dan aktivitas fisik pada penelitian ini diambil
menggunakan metode recall 2x24 jam (weekend dan weekday), metode recall
diketahui dapat menggambarkan jumlah asupan dan aktivitas fisik sehari
responden secara aktual.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun di
Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten bogor. Dari hasil penelitian ini
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Proporsi karakteristik responden dengan usia 40-49 tahun sebanyak 84.9%,
sedangkan untuk usia 50 – 59 tahun sebanyak 15.1%. Proporsi tingkat
pendidikan SD sebanyak 2.7%, untuk SMP sebanyak 32.9%, untuk
SMA/SMK sebanyak 61.6% dan lulusan D3 sebanyak 2.7%. Proporsi
responden dengan jumlah anak (≥ 3 anak) sebanyak 57.5%, sedangkan
untuk jumlah anak (< 3 anak) sebanyak 42.5%.
2. Proporsi status gizi obesitas (IMT > 27.00 kg/m2) sebanyak 57.5% dan
status gizi tidak obesitas (IMT ≤ 27.00 kg/m2) sebanyak 42.5%.
3. Proporsi asupan energi lebih sebanyak 1.4%, sedangkan untuk asupan
energi cukup sebanyak 98.6% dimana rata –rata asupan energi sebesar
1398.33 kkal dengan nilai minimal 517.85 kkal dan m≥≥aksimal 2185.7
kkal.
4. Proporsi asupan protein lebih sebanyak 2.7%, sedangkan untuk asupan
protein cukup sebanyak 97.3% dimana rata –rata asupan protein sebesar
41.23 g dengan nilai minimal 19.55 g dan maksimal 75.9 g.
5. Proporsi asupan lemak lebih sebanyak 8.2%, sedangkan untuk asupan
protein cukup sebanyak 91.8% dimana rata –rata asupan lemak sebesar
48.40 g dengan nilai minimal 19.45 g dan maksimal 78.15 g.
6. Proporsi asupan karbohidrat lebih sebanyak 4.1%, sedangkan untuk
asupan karbohidrat cukup sebanyak 95.9% dimana nilai tengah asupan
karbohidrat sebesar 185 g dengan nilai minimal 65.45 g dan maksimal
410.85 g.
7. Proporsi asupan omega 6 lebih sebanyak 1.4%, sedangkan untuk asupan
omega 6 cukup sebanyak 98.6% dimana nilai tengah asupan omega 6
sebesar 1.30 g dengan nilai minimal 0.10 g dan maksimal 13.25 g.

76
8. Proporsi asupan serat larut air cukup sebanyak 94.5%, sedangkan untuk
asupan serat larut air cukup sebanyak 94.5% dimana nilai tengah asupan
serat larut air sebesar 1.70 g dengan nilai 0.20 g dan maksimal 6.50 g.

77
78

9. Proporsi aktivitas fisik ringan sebanyak 39.7%, aktivitas fisik sedang


sebanyak 32.9%, sedangkan aktivitas fisik berat sebesar 27.4%. Dimana
rata –rata aktivitas fisik sebesar 1.79 dengan nilai minimal 1.40 dan
maksimal 2.25.
10. Tidak ada hubungan antara asupan omega 6 dengan kejadian obesitas pada
ibu rumah tangga di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
11. Tidak ada hubungan antara asupan serat larut air dengan kejadian obesitas
pada ibu rumah tangga di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
12. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada ibu
rumah tangga di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
B. Saran
1. Kelurahan Desa Pasir Angin
Melakukan penyuluhan atau edukasi oleh bidan dari puskesmas yang
difokuskan pada masalah obesitas pada ibu rumah tangga usia ≥ 40 tahun
di Kelurahan Desa Pasir Angin, Kabupaten Bogor.
2. Masyarakat
Melakukan aktivitas fisik yang berat seperti berolahraga minimal 30
menit sehari, sehingga dalam sehari tidak banyak menghabiskan waktu
dengan duduk atau tiduran.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti lain dapat melakukan penelitian asupan omega 6, serat
larut air dan aktivitas fisik terhadap ibu rumah tangga di Kelurahan Desa
Pasir Angin menggunakan metode SQFFQ untuk asupan omega 6 dan
serat larut air dan metode GPAQ score untuk aktivitas fisik yang dapat
mengetahui asupan omega, serat larut air dan aktivitas fisik dalam satu
minggu sebelumnya atau satu bulan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas


pada Ibu Rumah Tangga di Desa Tibang Bnda Aceh. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 5(1), 200–209.
Addesa, D. D., Addezio, L. D., Martone, D., Censi, L., Scanu, A., Cairella, G.,
Spagnolo, A., & Menghetti, E. (2010). Dietary Intake and Physical Activity
of Normal Weight and Overweight / Obese Adolescents. 2010, 13–15.
https://doi.org/10.1155/2010/785649
Al Rahmad, A. H. (2019). Keterkaitan Asupan Makanan dan Sedentari dengan
Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Da sar di Kota Banda Aceh. Buletin
Penelitian Kesehatan, 47(1), 67–76. https://doi.org/10.22435/bpk.v47i1.579
Aldo, R. R., & Gustin, R. K. (2019). Hubungan Obesitas Dengan Kejadian
Osteoarthritis Pada Lansia. Jurnal Kesehatan, 10(2), 106.
https://doi.org/10.35730/jk.v10i2.405
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Andarini, S., Wirawan, N. N., Rahmawati, W., & Maulidiana, A. R. (2019).
Hubungan Indeks Massa Tubuh, Asupan Lemak, dan Mikronutrisi, serta
Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 30(4), 277.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2019.030.04.8
Aparecida, J., Corrêa, F., & Moraes-vieira, P. M. M. De. (2017). The Impact of
Ghrelin in Metabolic Diseases : An Immune Perspective 2 . Ghrelin Structure
, Function , and Receptor. Journal of Diabetes Research, 2017, 1–16.
Arsy, F., Cory, N., Ayu, I. G., & Sri, P. (2018). Hubungan Sindrom Menopause
Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas
Ubung Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2018 the Correlation Between of
Menopause Syndrome on Anxiety Levels in Menopause At Ubung Public
Health Center , Central. Jurnal Kebidanan, 3(1), 8–16. http://e-jurnal-
akbidjember.ac.id/index.php/jkakj/article/view/19/14
Austin, S. B., Melly, S. J., Sanchez, B. N., Patel, A., Buka, S., & Gortmaker, S. L.
(2005). Clustering of fast-food restaurants around schools: A novel
application of spatial statistics to the study of food environments. American
Journal of Public Health, 95(9), 1575–1581.
https://doi.org/10.2105/AJPH.2004.056341
Azkia, F. I., & Wahyono, T. Y. M. (2018). Hubungan Pola Konsumsi Makanan
Berisiko dengan Obesitas Sentral Pada Wanita Usia 25-65 Tahun di Bogor
Tahun 2011-2012 Relation of Risk Food Patterns with Central Obesity in
Women Ages 25-65 Years in Bogor in 2011-2012. 2(1), 11–18.

79
Bjørnland, T., Langaas, M., Grill, V., & Mostad, I. L. (2017). Assessing gene-
environment interaction effects of FTO, MC4R and lifestyle factors on
obesity using an extreme phenotype sampling design: Results from the
HUNT study. PLoS ONE, 12(4), 1–16.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0175071

80
81

Bray, G. A. (1992). Physiology of Obesity. The American Journal of Clinical


Nutrition, 7. https://doi.org/10.1201/9780429288210-76
Bray, G. A. (2004). Medical consequences of obesity. Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism, 89(6), 2583–2589.
https://doi.org/10.1210/jc.2004-0535
Buanasita, A., Yanto, A., & Sulistyowati, I. (2015). Perbedaan Tingkat Konsumsi
Energi, Lemak, Cairan, dan Status Hidrasi Mahasiswa Obesitas dan Non
Obesitas. Indonesian Journal of Human Nutrition, 2(1), 11–22.
https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2015.002.01.2
Burgoine, T., Forouhi, N. G., Griffin, S. J., Brage, S., Wareham, N. J., &
Monsivais, P. (2016). Does neighborhood fast-food outlet exposure amplify
inequalities in diet and obesity? A cross-sectional study. American Journal
of Clinical Nutrition, 103(6), 1540–1547.
https://doi.org/10.3945/ajcn.115.128132
Burton, B., & Freeman. (2000). Dietary composition and obesity: Do we need to
look beyond dietary fat? Journal of Nutrition, 130(2 SUPPL.), 272–275.
https://doi.org/10.1093/jn/130.2.267s
Cannon, B., & Nedergaard, J. (2004). Brown Adipose Tissue: Function and
Physiological Significance. Physiological Reviews, 84(1), 277–359.
https://doi.org/10.1152/physrev.00015.2003
Chen, X., Jia, X., Qiao, J., Guan, Y., & Kang, J. (2013). Adipokines in
reproductive function: A link between obesity and polycystic ovary
syndrome. Journal of Molecular Endocrinology, 50(2).
https://doi.org/10.1530/JME-12-0247
Cobb, L. K., Appel, L. J., Franco, M., Jones-Smith, J. C., Nur, A., & Anderson, C.
A. M. (2015). The relationship of the local food environment with obesity: A
systematic review of methods, study quality, and results. Obesity, 23(7),
1331–1344. https://doi.org/10.1002/oby.21118
de Carvalho, É. B., Vitolo, M. R., Gama, C. M., Lopez, F. A., Taddei, J. A. C., &
de Morais, M. B. (2006). Fiber intake, constipation, and overweight among
adolescents living in Sao Paulo city. Nutrition, 22(7–8), 744–749.
https://doi.org/10.1016/j.nut.2006.05.001
Diana, F. M. (2012). Omega-6. Jurnal Keseha, 7.
https://doi.org/10.1097/ajp.0000000000000517
Dini Primashanti, D. A., & Sidiartha, I. G. L. (2018). Perbandingan asupan energi,
karbohidrat, protein dan lemak dengan angka kecukupan gizi pada anak
obesitas. Medicina, 49(2). https://doi.org/10.15562/medicina.v49i2.66
82

Dong, M., Zheng, Q., Ford, S. P., Nathanielsz, P. W., & Ren, J. (2013). Maternal
obesity, lipotoxicity and cardiovascular diseases in offspring. Journal of
Molecular and Cellular Cardiology, 55(1), 111–116.
https://doi.org/10.1016/j.yjmcc.2012.08.023
Evan, Wiyono, J., & Candrawati, E. (2017). Hubungan Antara Pola Makan
Dengan Kejadian Obesitas Pada Mahasiswa Di Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. Nursing News : Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Keperawatan, 2(3), 708–717.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/707
Fabiani, H., Mudjihartini, N., & Lestari, W. (2021). Low Dietary Omega-6 to
Omega-3 Fatty Acid Intake Ratio Enhances Adiponectin Level in Obesity.
World Nutrition Journal, 5(1), 30. https://doi.org/10.25220/wnj.v05.i1.0005
Fatria, R. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas
Pada Siswa SMA Muhammadiyah 1 Pontianak.
Gajalakshmi, V., Lacey, B., Kanimozhi, V., Sherliker, P., Peto, R., & Lewington,
S. (2018). Articles Body-mass index , blood pressure , and cause-specific
mortality in India : a prospective cohort study of 500 810 adults. The Lancet
Global Health, 6(7), e787–e794. https://doi.org/10.1016/S2214-
109X(18)30267-5
Gunawan, I., Ichwansyah, F., & Abdullah, A. (2019). Hubungan Obesitas dengan
Kinerja Petugas Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Bireuen. 4(4), 49–57.
Hagan, R. D., Upton, S. J., & Wong, L. E. S. (1986). The effects of aerobic
conditioning and / or caloric restriction in overweight men and women.
Hamumema, F. R. R., Wahju D, C., & Kurniawaty, Y. (2014). Aktivitas fisik
dalam kaitannya dengan kejadian obesitas pada remaja. 27–32.
Handajani, D. O., & Yunita, N. (2018). Pendidikan Pecegahan Obesitas Pada Ibu
Di Posyandu Desa Jatikalang Kecamatan Prambon – Sidoarjo. II(1), 57–62.
Hanifah, N. I. D. (2016). Hubungan Total Asupan Serat, Serat Larut Air
(Soluble), Dan Serat Tidak Larut Air (Insoluble) Dengan Kejadian Sindrom
Metabolik Pada Remaja Obesitas (Vol. 5, Issue 3).
https://doi.org/10.14710/jnc.v5i3.16385
Harikedua, V. T., Pascoal, D. M. E., & Ukus, H. O. (2018). Hubungan Pola
Konsumsi Serat Makanan Cepat Saji Dan Aktivitas Fisik Dengan Aparatur
Sipil Negara ( ASN ) Yang Obesitas Di Dinas Kesehatan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara. 2007, 552–560.
Jakicic, J. M., Rogers, R. J., Davis, K. K., & Collins, K. A. (2018). Role of
physical activity and exercise in treating patients with overweight and
obesity. Clinical Chemistry, 64(1), 99–107.
83

https://doi.org/10.1373/clinchem.2017.272443
Janssen, I., Katzmarzyk, P., Biomedical, P., & Pickett, W. (2004). Overweight
and Obesity in Canadian Adolescents and their Associations with Dietary
Habits and Physical Activity Patterns. December.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2003.11.095
Jati, L. U. (2014). Perbedaan Asupan Lemak , Lingkar Pinggang Dan Persentase
Lemak Tubuh Pada Wanita Dislipidemia Dan Non Dislipidemia. 2, 292–299.
Juariyah, B. dan S. (2010). Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1,
April 2010. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 7(April), 58–81.
Junaidi, H. (2017). Ibu Rumah Tangga: Streotype Perempuan Pengangguran. An
Nisa’a, 12(1), 77–88.
Juwita, E., Susilowati, Mauliku, N. E., & Nugrahaeni, D. K. (2020). Faktor yang
berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2
di prolanis puskesmas kecamatan cimahi tengah. Journal of Nutrition
College, 9(2), 87–93.
Karundeng, R., Wangko, S., & Kalangi, S. J. R. (2014). Jaringan Lemak Putih dan
Jaringan Lemak Coklat. Jurnal Biomedik Bagian Anatomi-Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 6(3), 8–16.
Koupil, I., & Toivanen, P. (2008). Social and early-life determinants of
overweight and obesity in 18-year-old Swedish men. International Journal
of Obesity, 32(1), 73–81. https://doi.org/10.1038/sj.ijo.0803681
Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N. H., Siwi, L. P., Adityanti, M. M.,
Mustikaningsih, D., & Sholihah, K. I. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(4), 179. https://doi.org/10.22146/ijcn.22900
Kurniasari, A. D., & Nurhayati, F. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ,
Pekerjaan dan Pendapatan Orang Tua Dengan Status Gizi Pada Siswa SD
Hangtuah 6 Surabaya. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 05(02),
163–170.
Kurniawati, Y., Fakhriadi, R., & Yulidasari, F. (2016). Hubungan Antara Pola
Makan, Asupan Energi, Aktifitas Fisik, dan Durasi Tidur Dengan Kejadian
Obesitas Pada Polisi. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia,
3(3), 112–117.
Kussoy, K., . F., & Kepel, B. (2013). Prevalensi Obesitas pada Remaja di
Kabupaten Minahasa. Jurnal E-Biomedik (EBm), 1(2), 981–984.
Li, F., Harmer, P., Cardinal, B. J., Bosworth, M., & Johnson-Shelton, D. (2009).
Obesity and the built environment: Does the density of neighborhood fast-
84

food outlets matter? American Journal of Health Promotion, 23(3), 203–209.


https://doi.org/10.4278/ajhp.071214133
Lilyasari, O. (2007). Hipertensi dengan Obesitas : adakah peran Endotelin-1.
Jurnal Kardiologi Indonesia, 28(6), 460–475.
Limanan, D., & Prijanti, A. R. (2013). Hantaran Sinyal Leptin dan Obesitas:
Hubungannya dengan Penyakit Kardiovaskuler. EJournal Kedokteran
Indonesia, 1(2). https://doi.org/10.23886/ejki.1.2063.144-155
Lubis, M. Y., Hermawan, D., Febriani, U., & Farich, A. (2020). Hubungan
Antara Faktor Keturunan, Jenis Kelamin Dan Tingkat Sosial Ekonomi
Orang Tua Dengan Kejadian Obesitas Pada Mahasiswa Di Universitas
Malahayati. 5(4), 891–900. file:///F:/Jurnal/JKBMI.pdf
Maffeis, C., Schutz, Y., Grezzani, A., Provera, S., Piacentini, G., & Tatò, L.
(2001). Meal-induced thermogenesis and obesity: Is a fat meal a risk factor
for fat gain in children? Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism,
86(1), 214–219. https://doi.org/10.1210/jc.86.1.214
Maggi, S., Busetto, L., Noale, M., Limoni, F., & Crepaldi, G. (2015).
Multidisciplinary approach to obesity: From assessment to treatment.
Multidisciplinary Approach to Obesity: From Assessment to Treatment, 1–
350. https://doi.org/10.1007/978-3-319-09045-0
Maharani, C., & Puspasari., A. (2019). Peran Variasi Gen FTO pada Obesitas.
Jmj, 7(2), 161–166.
Mahyuni, A., Anggraini, D., & Iriani, E. (2018). Hubungan Aktivitas fisik, Pola
Makan, Konsumsi Fast food dan Gentik dengan Kejadian Obesitas pada
Remaja di SMKN 2 Banjarbaru Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Indonesia, 7.
https://doi.org/10.13581/j.cnki.rdm.20161021.001
Makhmudah, S. (2018). Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan
Islam. 4, 202–217.
Marfuah, D., & Hadi, H. (2013). Durasi dan Kualitas Tidur Hubungannya Dengan
Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul. Gizi Dan Dietetik Indonesia, 1, 93–101.
Mattes, R., & Foster, G. D. (2014). Food environment and obesity. Obesity,
22(12), 2459–2461. https://doi.org/10.1002/oby.20922
Melinda, V. Y. (2016). HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN
PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI LEBIH ( OVERWEIGHT
DAN OBESITAS ) PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NU 1
TRATE GRESIK The Relationship Between Education and Maternal
Knowledge with Over Nutrional Status Ffecting SD NU 1 Trate. Jurnal
Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery), 2(2), 12–20.
85

Michael, W., Stephen, C., Jr, D., & Randy, J. (2016). Central Nervous system
control of food intake. May. https://doi.org/10.1038/35007534
Moussavi, N., Gavino, V., & Receveur, O. (2008). Could the quality of dietary
fat, and not just its quantity, be related to risk of obesity. Obesity, 16(1), 7–
15. https://doi.org/10.1038/oby.2007.14
Müller, M. J., & Geisler, C. (2017). Defining obesity as a disease. European
Journal of Clinical Nutrition, 71(11), 1256–1258.
https://doi.org/10.1038/ejcn.2017.155
Naomi, D. A. (2014). Obesity as risk factor of gastroesophageal reflux disease.
Juke Unila, 3(7), 22–26.
Noveliani, F., Sumadikarya, I. K., & William, W. (2016). Pengaruh Durasi Jam
Tidur terhadap Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana Angkatan 2013. 23(62), 49–53.
Novitasary, M. D., Mayulu, N., & Kawengian, S. E. . (2014). Hubungan Antara
Aktivitas Fisik Dengan Obesitas Pada Wanita Usia Subur Peserta Jamkesmas
Di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Jurnal E-Biomedik,
1(2), 1040–1046. https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.3255
Nurrahmawati, F., & Fatmaningrum, W. (2018). Hubungan Usia, Stres, dan
Asupan Zat Gizi Makro dengan Kejadian Obesitas Abdominal pada Ibu
Rumah Tangga di Kelurahan Sidotopo, Surabaya. Amerta Nutrition, 2(3),
254. https://doi.org/10.20473/amnt.v2i3.2018.254-264
Pergola, G. De, & Silvestris, F. (2013). Obesity as a Major Risk Factor for
Cancer. 2013.
PH, L., Susanti, Y., & Septianti, I. (2018). gambaran pola asuh orangtua pada
anak usia sekolah dengan obesitas. 6(April), 57–60.
Phillips, C. M., Dillon, C., Harrington, J. M., Mccarthy, V. J. C., Patricia, M.,
Fitzgerald, A. P., & Perry, I. J. (2013). Defining Metabolically Healthy
Obesity : Role of Dietary and Lifestyle Factors. 8(10), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0076188
Poti, J. M., & Popkin, B. M. (2011). Trends in Energy Intake among US Children
by Eating Location and Food Source, 1977-2006. Journal of the American
Dietetic Association, 111(8), 1156–1164.
https://doi.org/10.1016/j.jada.2011.05.007
Pratiwi, F. R., & Sawitir, D. R. (2015). Kepuasan Pernikahan Ditinjau Dari
Konflik Peran. 4(4), 262–266.
Puspitasari, N. (2018). Kejadian Obesitas Sentral pada Usia Dewasa. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and Development), 2(2), 249–259.
86

https://doi.org/10.15294/higeia.v2i2.21112
Rachma, Y. S. (2020). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Penurunan Berat Badan
pada Kelompok Usia Dewasa dengan Status Gizi Lebih. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 1–20.
Rachmawati, R. K., Ardiaria, M., & Fitranti, D. Y. (2018). Asupan Protein dan
Asam Lemak Omega 6 Berlebih Sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas
pada Anak Sekolah Dasar di Semarang. Journal of Nutrition College, 7(4),
162. https://doi.org/10.14710/jnc.v7i4.22275
Rahman, U. B., Handoyo, & Rohadi, P. (2012). Hubungan Obesitas dengan
Risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Remaja. Jurnah Kesehatan
Perawatan, 8(1), 32–43.
http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/JIKK/article/view/66
Ritan, A. F. G., Murdhiono, W. R., & Syafitri, E. N. (2018). Hubungan body
image dengan pola makan dan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. Ilmu Gizi
Indonesia, 2(1), 25. https://doi.org/10.35842/ilgi.v2i1.85
Riyadina,Woro; Kodim,Nasrin; Madanijah, S. (2014). Determinan Obesitas Pada
Perempuan Pasca-Menopause Di Kota Bogor Tahun 2014. Persagi, 40(1),
45–58. e-mail: w.riyadina02@gmail.com
Roberto, C. A., & Hawkes, C. (2015). Patchy Progress On Obesity Prevention :
Emerging Exemplars , Entrenched Barriers , and New Thinking How does
access to this work benefit you ? Let us know !
Rosidah, & Kunnati. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas
pada Balita di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon. 1, 53–59.
Rusyadi, S. (2017). Pola Makan dan Tingkat Aktivitas Fisik Mahasiswa dengan
Berat Badan Berlebih di Universitas Negeri Yogyakarta.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.10
16/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006
%0Ahttps://doi.org/10.1
Safitri, D. E., & Rahayu, N. S. (2020). Determinan Status Gizi Obesitas pada
Orang Dewasa di Perkotaan : Tinjauan Sistematis The Determinants of
Urban A dults ’ Obesity : Systematic review. Arkesmas, 5(1), 1–15.
Sandjaja, & Sudikno. (2005). Prevalensi Gizi Lebih Dan Obesitas Penduduk
Dewasa Di Indonesia. Gizi Indonesia, 28(2), 1–7.
https://doi.org/10.36457/gizindo.v28i2.21
Santoso, A. (2011). Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi
87

Kesehatan. Magistra. https://doi.org/10.1108/eb050265


Sarker, M., & Rahman, M. (2017). Dietary Fiber and Obesity Management - A
Review. Advances in Obesity, Weight Management & Control, 7(3).
https://doi.org/10.15406/aowmc.2017.07.00199
Sauliyusta, M., & Rekawati, E. (2016). Aktivitas Fisik Memengaruhi Fungsi
Kognitif Lansia. 19(2), 71–77.
Sikalak, W., Widajanti, L., & Aruben, R. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Pada Karyawati Perusahaan Di
Bidang Telekomunikasi Jakarta Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 5(3), 193–201.
Simopoulos, A. P. (2016). An increase in the Omega-6/Omega-3 fatty acid ratio
increases the risk for obesity. Nutrients, 8(3), 1–17.
https://doi.org/10.3390/nu8030128
Simopoulos, A. P., & Dinicolantonio, J. J. (2016). The importance of a balanced
ω -6 to ω -3 ratio in the prevention and management of obesity. 10, 1–6.
https://doi.org/10.1136/openhrt-2015-000385
Sinaga, & Natalia, S. E. (2019). Analisis Karakteristik, Pengetahuan, Sikap
Terhadap Gaya Hidup Sehat Mahasiswa Akper. 2(6), 237–243.
Smith, J. D., St. George, S. M., & Prado, G. (2017). Family-centered positive
behavior support interventions in early childhood to prevent obesity. Child
Development, 88(2), 427–435. https://doi.org/10.1111/cdev.12738
Sudiawan, K. D., & Sidiartha, I. G. L. (2017). Program Studi Pendidikan Dokter
Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana / RSUP Sanglah ABSTRAK Indonesia bahkan global sedang
menghadapi permasalahan obesitas . Pada tahun 2008 , lebih dari setengah
miliar mengalami obesit. 6(6), 3–6.
Sulastri, D., Elmatris, E., & Ramadhani, R. (2012). Hubungan Obesitas Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Etnik Minangkabau Di Kota Padang.
Majalah Kedokteran Andalas, 36(2), 188.
https://doi.org/10.22338/mka.v36.i2.p188-201.2012
Sumangkut, S., Supit, W., & Onibala, F. (2013). Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Penyakit Diabetes Melitu tipe 2 di Poli Interna
BLU.RSUP.PROF.DR.D.KANDOU Manado. 1.
Suriati, & Singarimbun, R. J. (2018). Faktor-Faktor dominan penyebab Obesitas
pada Anak usia 7-9 tahun di SD Negri 068008 Kelurahan Mangga
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2018. Jurkessutra (Jurnal Kesehatan
Surya Nusantara) FA, 51(1), 51.
88

Suryadinata, R. V., & Sukarno, D. A. (2019). Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap


Risiko Obesitas Pada Usia Dewasa. The Indonesian Journal of Public
Health, 14(1), 104–114. https://doi.org/10.20473/ijph.vl14il.2019.106-116
Suryandari, B D; Widyastuti, N. (2015). Hubungan Asupan Protein dengan
Obesitas pada Remaja. Journal of Nutrition College, 4(2), 492–498.
Swinburn, B. A., Sacks, G., Hall, K. D., Mcpherson, K., Finegood, D. T., Moodie,
M. L., & Gortmaker, S. L. (2011). The global obesity pandemic: Shaped by
global drivers and local environments. The Lancet, 378, 804–814.
Syahfitri, Y., Ernalia, Y., & Restuastut, T. (2017). Gambaran Status Gizi Siswa-
Siswi Smp Negeri 13 Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Kedokteran, 4(9), 1689–1699.
https://www.neliti.com/publications/184062/gambaran-status-gizi-siswa-
siswi-smp-negeri-13-pekanbaru-tahun-2016
Tensiska. (2008). Serat makanan. Serat Makanan, 1–10.
The GBD. (2017). Health Effects of Overweight and Obesity in 195 Countries
over 25 Years. New England Journal of Medicine, 377(1), 13–27.
https://doi.org/10.1056/nejmoa1614362
Thompson, S. V, Hannon, B. A., An, R., & Holscher, H. D. (2017). Effects of
isolated soluble fiber supplementation on body weight , glycemia , and
insulinemia in adults with overweight and obesity : a systematic review and
meta-analysis of randomized controlled trials. C.
https://doi.org/10.3945/ajcn.117.163246.Effects
Trisna, I. & S. H. (2009). Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas
Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 Tahun) di Kecamatan Lubuk Sikaping
Tahun 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 68–71.
Triyanti, T., & Ardila, P. (2020). Asupan Lemak Sebagai Faktor Dominan
Terhadap Obesitas Sentral Pada Wanita Dewasa. Jurnal Gizi Dan Pangan
Soedirman, 3(2), 133. https://doi.org/10.20884/1.jgps.2019.3.2.2053
Turege, J. N., Kinasih, A., & Kurniasari, M. D. (2019). Hubungan Antara
Aktivitas Fisik Dengan Obesitas Di Puskesmas Tegalrejo, Kota Salatiga.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 256.
https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.530
Upadhyay, J., Farr, O., Perakakis, N., Ghaly, W., & Mantzoros, C. (2017). O b e s
i t y as a D i s e a s e. Medical Clinics of NA.
https://doi.org/10.1016/j.mcna.2017.08.004
Utami, N. H., & Sisca KP, D. (2015). Resiko Terjadinya Kegemukan Pada Anak
Usia 3-4 Tahun dengan Status Gizi Pendek di Indonesia. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 14(3), 273–283.
89

Van Gaal, L. F., Mertens, I. L., & De Block, C. E. (2006). Mechanisms linking
obesity with cardiovascular disease. Nature, 444(7121), 875–880.
https://doi.org/10.1038/nature05487
Virnanda Adani, Dina Rahayuning Pangestuti, M. Z. R. (2016). Hubungan
Asupan Makanan (Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Dengan Status Gizi
Bayi Dan Balita (Studi Pada Taman Penitipan Anak Lusendra Kota
Semarang Tahun 2016). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(3),
261–271.
Wahyuni, F. D., Asyiah, I. N., & Hariyadi, S. (2013). Pengaruh Ekstrak N-
Heksana Daging Buah Delima Putih (Punica Granatum) Terhadap Penurunan
Kadar Kolesterol Darah Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L) dan
Pemanfaatannya Sebagai Buku Suplemen. Pancaran Pendidikan, 35(8),
791–792. https://doi.org/10.2331/suisan.35.791
Widiantini, W., & Tafal, Z. (2014). Aktivitas Fisik, Stres, dan Obesitas pada
Pegawai Negeri Sipil. Kesmas: National Public Health Journal, 4, 325.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v0i0.374
Widyantari, N. M. A., Nuryanto, I. K., & Dewi, K. A. P. (2018). Hubungan
Aktivitas Fisik, Pola Makan, Dan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian
Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2),
214. https://doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.121
William. (2017). Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan.
Journal Kedokteran Meditek.
Yuan, Y. Q., Li, F., Meng, P., You, J., Wu, M., Li, S. G., & Chen, B. (2016).
Gender difference on the association between dietary patterns and obesity in
Chinese middle-aged and elderly populations. Nutrients, 8(8).
https://doi.org/10.3390/nu8080448
Yussac, M. A. A., Cahyadi, A., Putri, A. C., Dewi, A. S., Khomaini, A.,
Bardosono, S., & Suarthana, E. (2007). Prevalensi Obesitas pada Anak Usia
4-6 Tahun dan Hubungannya dengan Asupan Serta Pola Makan. Maj Kedokt
Indon, 57(2), 47–53.
Zank, G. M., & Kemp, E. (2012). Examining Consumers’ Perceptions of the
Health Benefits of Products with Fiber Claims. Journal of Consumer Affairs,
46(2), 333–344. https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2011.01222.x
Zulferi, Syafita, S., & Handayani, M. (2020). Analisis Pengetahuan dan Sikap
Siswa SMP Pembangunan UNP Tentang Obesitas dan Overweight dengan
Penyuluhan Gizi Menggunakan Media Flipchart. 2(4), 86–90.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/
90
LAMPIRAN
Lampiran 1 Study Pendahuluan
Nama_rsp BB_rsp TB_rsp umr_rsp IMT kat_IMT
Bu sari 85.00 155.00 50 35.38 Obesitas
Bu syifa 85.00 157.00 63 34.48 Obesitas
Bu mila 83.00 157.00 43 33.67 Obesitas
Bu tias 88.00 165.00 43 32.32 Obesitas
Bu fikih 67.00 157.00 46 27.18 Obesitas
Bu nanta 90.00 155.00 43 37.46 Obesitas
Bu irma 73.00 155.00 55 30.39 Obesitas
Bu adit 64.00 152.00 47 27.70 Obesitas
Bu baim 58.00 150.00 40 25.78 Tidak obesitas
Bu gisel 82.00 160.00 44 32.03 Obesitas
Bu linda 45.00 152.00 51 19.48 Tidak obesitas
Bu mamat 43.00 143.00 65 21.03 Tidak obesitas
Bu faiza 64.00 152.00 50 27.70 Obesitas
Bu Santi 63.00 158.00 48 25.24 Tidak obesitas
Bu Justin 65.00 165.00 40 23.88 Tidak obesitas
Bu seruni 62.00 155.00 50 25.81 Tidak obesitas
Bu eva 75.00 160.00 45 29.30 Obesitas
Bu meta 57.00 160.00 52 22.27 Tidak obesitas
Bu sahra 60.00 158.00 42 24.03 Tidak obesitas
Bu Sherly 70.00 152.00 50 30.30 Obesitas
Bu nita 63.00 155.00 46 26.22 Tidak obesitas
Bu dewi 65.00 152.00 46 28.13 Obesitas
Bu amel 75.00 158.00 55 30.04 Obesitas
Bu ola 58.00 158.00 48 23.23 Tidak obesitas
mama jelita 60.00 160.00 51 23.44 Tidak obesitas

91
92

Lampiran 2 (Informed consenst)


PROGRAM STUDI ILMU GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

NASKAH PENJELASAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Selamat pagi/siang/sore, saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi,
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
sedang melakukan penelitian yang berjudul ‘Hubungan asupan asam lemak
omega 6, serat larut air dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada ibu
rumah tangga usia ≥ 40 tahun’. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak 2x tatap
muka, dimana pada hari pertama (weekdays) akan dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan dan wawancara terkait karakteristik, asupan dan aktivitas
fisik. Selanjutnya, pada hari kedua (weekend) akan dilakukan wawancara terkait
asupan dan aktivitas fisik. Proses wawancara akan memakan waktu sekitar 15 –
30 menit. Selama proses wawancara akan diterapkan 3M yaitu menjaga jarak (1.5
m), mencuci tangan dan menggunakan masker untuk mencegah penyebaran covid.
Penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda memiliki hak untuk mengundurkan
diri saat penelitian berlangsung.
Infomasi yang ibu berikan akan sangat berguna sebagai masukan untuk
pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan pencegahan obesitas di
Kelurahan Desa Pasir Angin, selain itu selama penelitian berlangsung anda akan
mendapatkan kompensasi berupa barang yang dapat bermanfaat dalam sehari -
hari. Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui untuk kepentingan penelitian. Jika terdapat
hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini, ibu dapat menghubungi
sdr. Nursela Novianti M (08985933562)
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
93

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Setelah saya mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal
yang berkaitan dengan penelitian ‘Hubungan asupan asam lemak omega 6,
serat larut air dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada Ibu Rumah
Tangga usia ≥ 40 tahun di Kelurahan Desa Pasir Angin’ yang dilaksanakan
oleh peneliti dari Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka, maka saya:
Nama :
Alamat :
No. Handphone :
Menyatakan SETUJU / TIDAK SETUJU (*coret salah satu) untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.

………, April 2021


Responden

(……………………)
94

LAMPIRAN 3 (Kuesioner karakteristik responden)

Informasi Lapangan Kode


Nama Pewawancara / Pengentri : Nama_pewwcr
Tanggal Wawancara : Tgl_wwcr
Jam Mulai : Jam_mulai
Jam Selesai : Jam_selesai
Tanggal Entri Data: Tgl_entri_dt

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban Kode
Nama Responden Nama_rsp
Usia Responden Usia_rsp
Pendidikan Pnddkn_rsp
terakhir
Jumlah Anak Jmlh_ank
No. Handphone Hp_rsp
LAMPIRAN 4 (form data antropometri)
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Kode
B. 01 Nama Nama_ukur
Pengukur
B. 02 Tanggal Tgl_ukur
Pengukuran
B. 03 Pengukuran Berat Badan
Pengukuran 1 kg Bb_1
Pengukuran 2 kg Bb_2
B.04 Pengukuran Tinggi badan *
Pengukuran 1 cm Tb_1
Pengukuran 2 cm Tb_2
95

LAMPIRAN 5 (Form recall 2x24 jam)


Form Recall 2 × 24 jam

Nama : Tanggal Wawancara :


Umur : Waktu Wawancara :……….s/d…….

Data Konsumsi Makanan


Recall 2 × 24 jam
Waktu Nama Bahan Cara Cara URT Berat
makan masakan makanan pengolahan memperoleh (gr)
/menu (goreng,tum masakan
is,rebus,pan (memasak/m
ggang) embeli/diberi
)
96

Apakah anda mengonsumsi suplemen? (kons_supl) 1. Ya 2. Tidak


Jika Ya, sebutkan merk…………. Jumlah ………… Frekuensi………..

Berapa banyak ml air putih yang anda konsumsi dalam sehari? ……

LAMPIRAN 6
97

Form Recall Aktivitas fisik 2 x 24 jam

Nama : Tanggal Wawancara :


Umur : Waktu Wawancara :……….s/d…….

No Waktu Jenis kegiatan Lama Keterangan


Kegiatan
(menit)

TOTAL

Formulir Rata – Rata Aktivitas Fisik


98

Aktivitas fisik
Hari ke-1 Hari ke-2
No Rata- rata aktivitas fisik

Lampiran 7 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik PAR Perempuan


99

Aktivitas umum
Tidur 1.0
Berbaring 1.2
Berdiri 1.5
Berpakaian 3.3
Mencuci tangan, wajah dan rambut 2.3
Makan dan minum 1.6
Transportasi
Berjalan – jalan keliling 2.5
Jalan pelan 3.0
Jalan cepat 3.8
Jalan menanjak 5.4
Jalan menurun 3.2
Naik tangga 5.0
Duduk di kendaraan (bis, kereta, mobil) 1.2
Aktivitas dengan beban
Berjalan dengan beban 15 – 20 kg 3.5
Pekerjaan ruman tangga
Meremas adonan 3.4
Membersihkan sayuran 1.5
Berbelanja 4.6
Meremas kelapa 2.4
Mencuci piring 1.7
Memandikan anak 3.5
Memukul keset/karpet 6.2
Merapihkan tempat tidur (iklim tropis) 3.4
Merapihkan tempat tidur (iklim dingin) 4.9
Mengepel lantai/menggosok lantai 4.4
Menyapu lantai 2.3
Menyedot debu 3.9
Mencuci pakaian (duduk/jongkok) 2.8
Menjemur pakaian di luar rumah 4.4
Menyetrika pakaian 1.7
Menjahit/merajut 1.5
Membersihkan/menyapu halaman 3.6
Membersihkan rumput 2.9
Menggali 5.7
Mencangkul 5.3
Menebar benih/pembibitan 3.7
Memetik buah dengan galah 3.8
Aktivitas olahraga
Senam aerobic (intensitas rendah) 4.24
Bola voli 6.06
Tenis 5.92
Aktivitas rekreasi lain
Tari/dansa 5.09
100

Mendengarkan radio/music 1.43


Melukis 1.27
Membaca 1.25
Menonton televisi 1.64
Sumber : modifikasi FAO, Human Energy Requirements (2001)

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian


101

Lampiran 9 Surat Etik Penelitian


102

Lampiran 10 Dokumentasi Pengambilan Data


103

Pengukuran berat badan

Wawancara Karakteritik, Asupan dan Aktivitas Fisik


104

Pengukuran Tinggi Badan

Lampiran 11 Output Hasil Penelitian Asupan Omega 6, Serat Larut Air dan
Aktivitas Fisik

a. Studi pendahuluan

kategori IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas 14 56.0 56.0 56.0
tidak obesitas 11 44.0 44.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

b. Karakteristik responden

Pendidikan Terakhir Responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 2 2.7 2.7 2.7
SD 2 2.7 2.7 5.5
105

SMA/SMK 45 61.6 61.6 67.1


SMP 24 32.9 32.9 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40 - 49 62 84.9 84.9 84.9
50 - 59 11 15.1 15.1 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banyak 42 57.5 57.5 57.5
Sedikit 31 42.5 42.5 100.0
Total 73 100.0 100.0

c. Status gizi bedasarkan IMT

Kategori IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 42 57.5 57.5 57.5
2.00 31 42.5 42.5 100.0
Total 73 100.0 100.0

d. Asupan energi, protein, lemak, kh, omega 6 dan serat larut air
Kategori 3 energi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asupan kurang 52 71.2 71.2 71.2
Asupan Cukup 20 27.4 27.4 98.6
Asupan Lebih 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori 3 protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asupan Kurang 52 71.2 71.2 71.2
106

Asupan Cukup 19 26.0 26.0 97.3


Asupan Lebih 2 2.7 2.7 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori 3 Lemak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asupan Kurang 33 45.2 45.2 45.2
Asupan Cukup 33 45.2 45.2 90.4
Asupan Lebih 7 9.6 9.6 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori 3 Karbohidrat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asupan Kurang 57 78.1 78.1 78.1
Asupan Cukup 13 17.8 17.8 95.9
Asupan Lebih 3 4.1 4.1 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori 3 Omega 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asupan Kurang 72 98.6 98.6 98.6
Asupan Lebih 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0

Kategori Asupan Serat Larut Air


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asupan Kurang 69 94.5 94.5 94.5
Asupan Cukup 4 5.5 5.5 100.0
Total 73 100.0 100.0

e. Aktivitas fisik
107

Kategori Aktivitas Fisik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid AF Ringan 29 39.7 39.7 39.7
AF Sedang 24 32.9 32.9 72.6
AF Berat 20 27.4 27.4 100.0
Total 73 100.0 100.0

f. Tes of normality

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Indeks Massa Tubuh .100 73 .067 .976 73 .177
Responden
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
*
Rata Rata Asupan .067 73 .200 .991 73 .909
Energi
Rata Rata Asupan .066 73 .200* .979 73 .253
Protein
Rata Rata Asupan .066 73 .200* .982 73 .364
Lemak
Rata Rata Asupan KH .105 73 .046 .963 73 .033
Rata Rata Asupan .157 73 .000 .819 73 .000
Serat Larut Air
Rata Rata Asupan .318 73 .000 .403 73 .000
Omega 6
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

g. Analisis bivariat omega 6*obesitas

Crosstab
Kategori IMT
Obesita Tidak
s Obesitas Total
Count 1 0 1
108

Kategori Asupan Expected Count .6 .4 1.0


omega 6 Lebih % within Kategori 2.4% 0.0% 1.4%
IMT
Asupan Count 41 31 72
Cukup Expected Count 41.4 30.6 72.0
% within Kategori 97.6% 100.0% 98.6%
IMT
Total Count 42 31 73
Expected Count 42.0 31.0 73.0
% within Kategori 100.0% 100.0% 100.0%
IMT

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .748a 1 .387
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio 1.116 1 .291
Fisher's Exact Test 1.000 .575
Linear-by-Linear .738 1 .390
Association
N of Valid Cases 73
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .42.
b. Computed only for a 2x2 table

Correlations
Indeks
Massa Rata Rata
Tubuh Asupan
Responden Omega 6
Spearman's Indeks Massa Tubuh Correlation 1.000 .090
rho Responden Coefficient
Sig. (2-tailed) . .447
N 73 73
Rata Rata Asupan Correlation .090 1.000
Omega 6 Coefficient
Sig. (2-tailed) .447 .
N 73 73
109

h. Analisis bivariat sf*serat larut air

Crosstab
Kategori IMT
Tidak
Obesitas Obesitas Total
Kategori Asupan Asupan Count 39 30 69
Serat Larut Air Kurang Expected Count 39.7 29.3 69.0
% within Kategori 92.9% 96.8% 94.5%
IMT
Asupan Count 3 1 4
Cukup Expected Count 2.3 1.7 4.0
% within Kategori 7.1% 3.2% 5.5%
IMT
Total Count 42 31 73
Expected Count 42.0 31.0 73.0
% within Kategori 100.0% 100.0% 100.0%
IMT

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .528 1 .467
b
Continuity Correction .043 1 .836
Likelihood Ratio .560 1 .454
Fisher's Exact Test .632 .430
Linear-by-Linear .521 1 .470
Association
N of Valid Cases 73
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.70.
b. Computed only for a 2x2 table

Correlations
110

Indeks Massa Rata Rata


Tubuh Asupan Serat
Responden Larut Air
Spearman's Indeks Massa Tubuh Correlation 1.000 .070
rho Responden Coefficient
Sig. (2-tailed) . .555

N 73 73

Rata Rata Asupan Correlation .070 1.000


Serat Larut Air Coefficient

Sig. (2-tailed) .555 .

N 73 73

i. Analisis bivariat af*obesitas

Kategori Aktivitas Fisik * Kategori IMT Crosstabulation


Kategori IMT
Obesitas Tidak Obesitas Total
Kategori Aktivitas AF Ringan Count 18 11 29
Fisik Expected Count 16.7 12.3 29.0

% within Kategori IMT 42.9% 35.5% 39.7%

AF Sedang Count 17 7 24

Expected Count 13.8 10.2 24.0

% within Kategori IMT 40.5% 22.6% 32.9%

AF Berat Count 7 13 20
Expected Count 11.5 8.5 20.0

% within Kategori IMT 16.7% 41.9% 27.4%

Total Count 42 31 73
Expected Count 42.0 31.0 73.0

% within Kategori IMT 100.0% 100.0% 100.0%


111

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.138a 2 .046
Likelihood Ratio 6.167 2 .046
Linear-by-Linear Association 2.857 1 .091
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 8.49.

Anda mungkin juga menyukai