Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PEMBUATAN VIDEO DRAMA KOMUNIKASI MIKRO

SOLUSI ANAK SUSAH MAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Angka kejadian masalah kesulitan makan dibeberapa negara termasuk cukup tinggi. Sebuah
penelitian The Gateshead Millenium Baby Study pada tahun 2014 di Inggris menyebutkan
20% orang tua melaporkan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi
anak hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia mengungkapkan 6% bayi
mengalami kesulitan makan, kemudian meningkat 25-40% pada saat fase akhir pertumbuhan.
Survey lain di Amerika Serikat menyebutkan 19- 50% orang tua mengeluh anaknya sangat
pemilih dalam makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu (Waugh, 2014 dalam
Octaviyani, 2017).
Masalah sulit makan terutama pada anak merupakan masalah yang umum di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta Indonssia menyebutkan pada anak pra
sekolah usia 4-6 tahun didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6 %, sebagian besar
79,2 % telah berlangsung lebih dari 3 bulan (Vina, 2008 dalam Aizah, 2009). Jumlah anak
yang gizi kurang akibat dari sulit makan terus mengalami peningkatan. Tahun 2005
ditemukan 1,8 juta anak dengan status gizi buruk dalam waktu yang sanggat singkat
meningkat menjadi 2,3 juta pada tahun 2006 anak yang menderita gizi buruk. Sementara itu
hingga Maret 2008 27% anak di Indonesia, diperkirakan mengalami gizi buruk akibat
dampak sulit makan (Judarwanto, 2011 dalam Octaviyani, 2017). Status gizi menurut
Departemen Kesehatan (Depkes) RI dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2013 yang
didapat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang
terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Pada tahun yang
sama terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan dibawah normal yang terdiri dari 18,0%
balita sangat pendek dan 19,2% balita pendek. Indikator antropometri lain untuk menilai
status gizi balita yaitu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), pada tahun 2013 terdapat
12,1% balita wasting (kurus) yang terdiri dari 6,8% balita kurus dan 5,3% sangat kurus.
Secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%, yang artinya masalah gizi di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang serius (Depkes RI, 2013).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa informasi kesehatan anak dalam mengatasi anak yang susah makan
2. Bagaimana konsep dan naskah video drama dialog konseling antara bidan dan ibu
yang mempunyai anak yang bermasalah susah makan.
3. Bagaimana pembuatan video sesuai dengan naskah dan konsep drama
4. Bagaimana pengeditan video drama
1.3 Tujuan Pembuatan Drama Komunikasi Mikro Konseling pada Ibu tentang Anak Susah
Makan
1. Memberikan informasi kesehatan anak dalam mengatasi anak yang susah makan
2. Membuat konsep dan naskah video drama dialog konseling antara bidan dan ibu yang
mempunyai anak yang bermasalah susah makan.
3. Melakukan pembuatan video sesuai dengan naskah dan konsep drama
4. Melakukan pengeditan video drama
1.4 Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari video drama yang berjudul “Solusi Anak Susah Makan”
untuk membantu ibu mengatasi masalah anak tentang pola makan yang tidak sehat
menjadi sehat dan bergizi seimbang sehingga dapat mencegah terjadinya stunting pada
anak.
1.5 Kegunaan
1. Membuat informasi kesehatan untuk ibu tentang makanan yang sehat untuk anak.
2. Memberikan informasi pada ibu tentang cara memberikan makanan yang baik untuk
anak.
3. Menunjukkan hal-hal yang harus dihindari ibu saat dalam membujuk anak untuk
makan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Anak usia prasekolah (3-6 tahun) terjadi masa pertumbuhan fisik yang cepat. Sehingga,
memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan pada masa-masa berikutnya.
Sulit makan merupakan salah satu masalah yang ada pada anak usia prasekolah. Sulit makan
adalah sikap menolak untuk makan atau memilih-milih jenis makanan. Hal ini berkaitan
dengan perkembangan anak, dimana anak mengalami masa peralihan bentuk makanan dari
lunak ke makan biasa, serta anak sudah mulai memilih makanan yang disukai atau tidak
disukainya. Sulit makan dapat mengakibatkan kurangnya kebutuhan nutrisi (Judarwanto,
2010).
Apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan baik maka anak mudah mengalami gizi
kurang atau gizi buruk. Kekurangan gizi pada negara berkembang diantaranya terjadi karena
pola pemberian makan yang tidak sesuai. Pola pemberian makan yang diberikan pada anak
usia prasekolah akan mempengaruhi proses pertumbuhan anak karena dalam asupan gizi
tersebut mengandung zat gizi yang penting untuk pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan.
Pola pemberian makan yang sehat akan berdampak baik pada kesehatan dikemudian hari,
oleh karena itu sikap seorang ibu sangat penting atau di butuhkan dalam pemenuhan gizi pada
anak (Sulistyoningsih, H. (2011).
Pemberian makanan pada anak usia prasekolah adalah segala upaya dan cara ibu untuk
memberikan makanan pada anak usia prasekolah dengan tujuan supaya kebutuhan makan
anak terpenuhi. Tahap pemberian makanan dimulai dari tahap penyusunan menu,
pengolahan, penyajian dan cara pemberiannya kepada anak usia prasekolah agar kebutuhan
nutrisi anak terpenuhi (Rahmawati, 2016).
Solusi mengatasi anak susah makan yaitu:
1) Coba sajikan makanan yang porsinya sedikit tapi sering.
2) Jadikan suasana makan dengan suasana yang menyenangkan.
3) Sajikan makanan dengan cara yang menarik
4) Sajikan dengan berbagai varian bu, kalau bisa setiap hari ganti menu, tidak perlu yang
harganya mahal, cukup dengan makanan-makanan sederhana yang diolah seperti
sayuran, daging sedikit, ikan sedikit.
5) Makan dengan teratur.
6) Berikan camilan-cemilan buat anak itu yang sehat.
7) Libatkanlah anak untuk membuat dan menyiapkan makanan.
8) Ibu membatasi pemberian minuman di sela-sela makan.
9) Usahakan ibu untuk menghindari gaya memaksa dan mengancam dalam membujuk anak
ibu untuk makan
10) Menghindari member iming-iming disaat makan terakhir sebagai hadiah pada anak.
Jadwal pemberian makanan pada anak usia 4-6 tahun sebetulnya mirip dengan orang dewasa
bu, sebaiknya anak pada umur 6 tahun makan bersama orang tuanya dan anggota keluarga
yang lain. Pada waktu makan mulai diajarkan cara makan yang baik dan jenis makanan yang
bernilai gizi tinggi secara perlahan-lahan
BAB 3 METODE VIDEO DRAMA
3.1 Who = Siapa
 Pemeran utama video drama dilakukan oleh 2 orang yaitu berperan sebagai bidan 1
orang dan berperan sebagai ibu yang mempunyai anak yang susah makan 1 orang.
 Pemeran pembantu yaitu berperan sebagai anak yang berusia 6 tahun 1 orang.
 Kameramen 1 orang dan kebanyakan merekam video sendiri.
 Editing video ini dilakukan sendiri.
3.2 What = Apa
Drama ini berjudul solusi mengatasi anak susah makan.
3.3 When = Kapan
 Proses pengambilan video pada hari sabtu tanggal 25 Juli 2020, dari jam 19.00 sampai
dengan 20.30 WIB, lama pembuatan selama 1 jam 30 menit.
 Editing Video dilakukan selama 2 hari pada tanggal 26 Juli 2020 dan tanggal 27 Juli
2020.
3.4 Why = Mengapa
3.5 Where = BPM Bd. Desih Sutriasih, SST di Bojong.
3.6 How = Bagaimana
Pembuatan video drama tentang konsultasi ibu yang mempunyai anak susah makan. Alat
dan Bahan yang lain adalah naskah drama, meja, kursi, riplet dan gambar-gambar dan
musik instrument lagu My Heart ciptaan Melly Guslow.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pengambilan Gambar
Pembuatan video dilakukan dengan beberapa take pengambilan gambar yang pas
selama 1 jam 30 menit dari jam 19.00 sampai dengan 20.30 WIB di BPM Bd. Desih
Sutriasih,SST.
3.4.2 Editing Video
 Editing Video dilakukan selama 2 hari yaitu
 Tanggal 26 Juli 2020 melakukan editing gambar video.
 Tanggal 27 Juli 2020 menambahkan musik pada video.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Memberikan kompensasi pada pemeran ibu dan anak sebesar Rp 50.000,-.
4.2 Jadwal Kegiatan
Pembuatan video ini dilakukan selama 3 hari dengan jadwal:
N KEGIATAN HARI
SABTU MINGGU SENIN
O
1 Pengambilan gambar
2 Editing gambar
3 Penambahan musik video
Konsep dan Naskah Video Terlampir

DAFTAR PUSTAKA
Agustanto,  BP.  2007.  Pemerintah  Tidak  Bisa Hentikan Semburan Lumpur Lapindo. Media
Indonesia Online  Rabu, 19 Oktober 2016.
Basuki, Eko. 2012. Analisis Kualitas Genteng Beton Sebagai Penutup Atap Dengan Bahan
Tambahan Serat Ijuk.
Kamarlah dan Fajriyanto. 2009. Pemanfaatan Lumpur Lapindo Sebagai Komposit Ramah
Lingkungan Berbasis Reiforced Concrete(FRC). Bandung: SNTKI

Anda mungkin juga menyukai