Anda di halaman 1dari 61

INTENSITAS PEMESANAN MAKANAN MENGGUNAKAN

APLIKASI ONLINE DAN HUBUNGANNYA DENGAN FREKUENSI


KONSUMSI ANEKA PANGAN PADA PEGAWAI PERKANTORAN
DI DKI JAKARTA

EGA SETIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Intensitas Pemesanan


Makanan Menggunakan Aplikasi Online dan Hubungannya dengan Frekuensi
Konsumsi Aneka Pangan pada Pegawai Perkantoran di DKI Jakarta adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2019

Ega Setiawan
NIM I14150046
ABSTRAK
EGA SETIAWAN. Intensitas Pemesanan Makanan Menggunakan Aplikasi
Online dan Hubungannya dengan Frekuensi Konsumsi Aneka Pangan pada
Pegawai Perkantoran di DKI Jakarta. Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO.

Padatnya aktifitas para pegawai kantoran di DKI Jakarta membuat mereka


sering menggunakan aplikasi pemesanan makanan online dalam mengakses
makanan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan intensitas
penggunaan aplikasi pemesanan makanan secara online dengan kebiasaan
konsumsi pangan pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta. Desain penelitian
adalah crosssectional study dengan melibatkan 106 pegawai kantoran. Penelitian
ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2019 melaui pengisian kuesioner
online secara mandiri oleh subjek. Jenis pangan yang sering dipesan melalui
aplikasi pemesanan online yaitu nasi (makanan pokok), daging ayam (pangan
hewani), tempe, tahu (pangan nabati), capcay, ketimun, kol (sayuran), jeruk,
salad (buah), martabak manis (jajanan), bubble tea, dan kopi (minuman).Persen
kontribusi terhadap konsumsi total konsumsi online (20.4%) lebih rendah
daripada persen kontribusi konsumsi offline (79.6%). Intensitas penggunaan
aplikasi pemesanan makanan online oleh mayoritas pegawai kantoran yaitu
sebesar >30 kali dalam sebulan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa
semakin sering para pegawai kantoran menggunakan aplikasi pemesanan
makanan online, maka semakin tinggi pula konsumsi kelompok makanan pokok,
pangan hewani, pangan nabati, buah, jajanan dan minuman (p>0.05). Hanya
konsumsi sayuran tidak memiliki hubungan dengan penggunaan aplikasi
pemesanan makanan online (p<0.05).

Kata kunci : Frekuensi konsumsi pangan, pegawai kantoran, pemesanan makanan


online

ABSTRACT
EGA SETIAWAN. The Correlation between Food Ordering Intensity using
Online Application with Food Consumption Frequency among Urban Workers in
DKI Jakarta. Supervised by DRAJAT MARTIANTO.

The intense activity of office workers in DKI Jakarta makes them utilize
online food order application so often in the food access. The aim of this study is
to analyze the correlation of online food order application utilization intensity to
the food consumption habit of office worker in DKI Jakarta. The research design
was cross-sectional study that involved 106 office workers who work in private
company, SOE company, even in government office. This research was done in
April until May 2019 through independent-online questionnaire by the
respondent. Types of food that are often ordered through online ordering
applications are rice (staple food), chicken meat (animal protein source), tempeh,
tofu (plant protein source), capcay, cucumber, cabbage (vegetables), oranges,
salad (fruit), martabak manis (snacks), bubble tea, and coffee (drinks). Percent
ii

contribution to total consumption of online consumption (20.4%) is lower than the


percent contribution of offline consumption (79.6%).The intensity of online food
order application utilization by the majority of office workers is in the amount of
>30 times monthly. The usual food ordered through online food order application
from various food group are rice (cereal), chicken meat (animals protein), tofu
and tempeh (plants protein), capcay, cucumber, and cabbage (vegetable), orange
and salad (fruit), meatball (snacks), also martabak manis (drinks). Spearman
correlation test result shows that more often the office workers utilize online food
order application, more higher the consumption all of food group, except
vegetable consumption (p<0.05).

Keyword : Food consumption frequency, online food ordering, urban workers


INTENSITAS PEMESANAN MAKANAN MENGGUNAKAN
APLIKASI ONLINE DAN HUBUNGANNYA DENGAN FREKUENSI
KONSUMSI ANEKA PANGAN PADA PEGAWAI PERKANTORAN
DI DKI JAKARTA

EGA SETIAWAN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Intensitas Pemesanan Makanan Menggunakan Aplikasi Online dan
Hubungannya dengan Frekuensi Konsumsi Aneka Pangan pada Pegawai
Perkantoran di DKI Jakarta” sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Gizi.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh
bimbingan, masukan, arahan, petunjuk, saran, dan berbagai fasilitas yang sangat
membantu hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr Ir Sri Anna Marliyati, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
2. Dr. Rimbawan selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi selama mengahdapi perkuliahan.
3. Dr Ir Drajat Martianto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi.
4. Kedua orangtua, beserta keluarga besar yang yang selalu memberikan
dukungan, motivasi, serta doa baik materil dan moril.
5. Teman-teman Gizi Masyarakat 52 yang selalu memberikan dukungan dan
masukan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
6. Teman-teman PKL RSCM kloter 2 yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman KKN-T Desa Tanjungsari yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
8. Cahya Diniyah Putri Mulya yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis.
9. Pihak-pihak lain yang turut serta dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat


kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
terciptanya perbaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat.

Bogor, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE PENELITIAN 5
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 5
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Karakteristik Subjek 9
Karakteristik Sosial Ekonomi Subjek 11
Frekuensi Konsumsi Pangan 12
Pemesanan Makanan Menggunakan Aplikasi Online 19
Analisis Faktor Pengambilan Keputusan Pembelian 21
Hubungan Pemesanan Makanan Online dengan Frekuensi
Konsumsi Pangan 25
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 31
x

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan cara pengumpulan data 6
2 Pengggolongan variabel 8
3 Karakteristik subjek 10
4 Karakteristik sosial ekonomi subjek 11
5 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pangan subjek per bulan 12
6 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi makanan pokok 12
7 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi pangan sumber protein hewani 13
8 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi pangan sumber protein nabati 14
9 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi sayur-sayuran 14
10 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi buah-buahan 16
11 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi jajanan 17
12 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi minuman 18
13 Rata-rata frekuensi konsumsi subjek per kelompok pangan 18
14 Sebaran subjek berdasarkan persen kontribusi terhadap frekuensi
konsumsi total 19
15 Sebaran subjek berdasarkan jenis aplikasi yang digunakan untuk
pemesanan makanan online 20
16 Sebaran subjek berdasarkan intensitas pemesanan makanan
menggunakan aplikasi online 20
17 Sebaran subjek berdasarkan waktu yang sering digunakan untuk
memesan makanan secara online 21
18 Distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap kelompok
atribut harga 21
19 Distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap kelompok
atribut pelayanan 22
20 Distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap kelompok
atribut promosi 23
21 Nilai KMO 23
22 Hasil penggolongan faktor 24
23 Component transformation matrix 25
24 Hubungan antar variabel 26

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pemesanan makanan menggunakan aplikasi online
dan hubungannya dengan konsumsi pangan 4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pernyataan Kesediaan Subjek (Inform Consent) 31
2 Kuesioner Penelitian (Google Form) 32
3 Food Frequency Qustioner (FFQ) 36
4 Hasil Uji Normalitas 42
5 Hasil Uji Analisis Faktor Keputusan Pembelian 42
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan pesat teknologi internet bukan hanya terjadi pada


penggunaan produk tetapi saat ini berdampak pada ekonomi masyarakat luas.
Fenomena perkembangan teknologi informasi dan internet pada ekonomi ini
dikenal dengan electronic commerce bahkan penyebaran fenomena ini sangat
cepat melanda negara-negara di dunia (Nagy 2016). Pengguna internet di
Indonesia yang selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya menjadikan
Indonesia sebagai salah satu dari negara yang cepat menerima e-commerce.
Menurut Survei Asosiasi Penyedia Jasa Pengguna Internet (2017) pada tahun
2013 jumlah pengguna internet mencapai 82 juta jiwa, kemudian pada tahun
2014 mencapai 88.1 juta jiwa, tahun 2015 peningkatan mencapai 110.2 juta jiwa,
tahun berikutnya yaitu tahun 2016 mencapai 132.7 juta jiwa, dan pada tahun 2017
mencapai143.3 juta jiwa. Peran internet dan e-commerce dalam berbagai hal
mulai dari jejaring sosial, aplikasi, akses berita, foto, video, online shopping,
hingga jasa transportasi.
Saat ini perusahaan bisnis transportasi online tidak hanya menyediakan
jasa transportasi saja, namun juga menyediakan jasa pemesanan makanan.
Kecenderungan masayarakat yang memiliki mobilitas tinggi, keterbatasan waktu,
dan kebutuhan yang tinggi akan makanan menjadi dasar konsumen lebih memilih
menggunakan aplikasi pemesanan online. Hasil riset salah satu perusahaan
transportasi online, Gojek, menunjukkan bahwa konsumen membutuhkan jasa
pemesanan makanan sebesar 69 persen (PUSKAKOM UI 2017). Online Food
Delivery menjadi favorit bagi para konsumen karena kecepatan, kemudahan, dan
ketepatan order (Verma et al. 2009).
Perubahan gaya hidup yang praktis menyebabkan perubahan kebiasaan
konsumsi pangan pada masyarakat. Adanya kemudahan layanan dalam memesan
makanan mejadikan masyarakat sering membeli makanan di luar, tanpa disadari
masyarakat memiliki perilaku konsumtif. Kebiasaan menggunakan layanan antar
makanan yang menjadikan konsumen lebih sering membeli makanan diluar
daripada makan masakan sendiri yang tentu saja akan menambah pengeluaran
harian, ditambah biaya antar makanan yang terkadang biayanya lebih mahal
daripada harga makanan itu sendiri, namun alasan praktis, lebih cepat, lebih
murah dibandingkan dengan menggunakan transportasi konvensional sehingga
konsumen dapat berhemat waktu dan tenaga menjadikan layanan antar makanan
secara online lebih banyak diminati oleh masyarakat (Yunus 2017).
Sebanyak 4.7 juta warga Jakarta merupakan pegawai. Para pegawai
selama 5 hari dalam satu minggu menghabiskan sekurang-kurangnya nya 8 jam
waktunya untuk bekerja. Mereka mulai bekerja pukul 8 pagi dan berakhir pukul 5
sore. Para pegawai kantor harus berangkat lebih pagi agar dapat tiba di kantor
tepat waktu dan tidak jarang pula mereka melewatkan sarapan. Setiap harinya
para pegawai beristirahat selama 1 jam, waktu tersebut perlu dimanfaatkan untuk
membeli makan siang, beristirahat dan menjalankan ibadah. Padatnya aktifitas,
kemacetan, tingginya mobilisasi dari satu agenda ke agenda lain menuntut
2

sebagian besar masyarakat perkotaan terutama pekerja kantoran untuk bertindak


praktis, cepat, dan instan termasuk dalam pemilihan makanan (Rahayu 2019).
Hadirnya beberapa aplikasi pemesanan online tentu akan memudahkan para
pegawai untuk mendapatkan makanan dengan mudah tanpa harus datang ke
restoran atau tempat makan.
Fenomena yang berkaitan kebiasaan konsumsi pangan dan perkembangan
e-commerce yang menghadirkan layanan pemesanan makanan online dapat
dijadikan suatu riset yang menarik. Hal ini disebabkan saat ini penggunaan
aplikasi yang menggunakan e-commerce mencakup seluruh aktivitas sehari-hari
terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh karena itu, penelitian
mengenai hubungan pemesanan makananan menggunakan aplikasi online dengan
frekuensi konsumsi pangan pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta menarik
untuk dilaksanakan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pegawai perkantoran di DKI Jakarta yang
menggunakan aplikasi pemesanan makanan online?
2. Jenis makanan apa yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan
makanan secara online oleh pegawai perkantoran di DKI Jakarta?
3. Berapa intensitas pemesanan pemesanan makanan menggunakan aplikasi
online pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta?
4. Faktor-faktor apa saja yang paling dominan untuk dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan pembelian menggunakan aplikasi pemesanan
makanan online pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta?
5. Berapa persen kontribusi konsumsi online dan konsumsi offline terhadap
konsumsi total pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta?
6. Bagaimana hubungan intensitas penggunaan aplikasi pemesanan makanan
secara online dengan frekuensi konsumsi berbagai aneka pangan pada
pegawai perkantoran di DKI Jakarta?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis hubungan pemesanan
makanan menggunakan aplikasi online dengan frekuensi konsumsi pangan pada
pegawai perkantoran di DKI Jakarta.

Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan:
1. Mengidentifikasi karakteristik pegawai perkantoran di DKI Jakarta yang
menggunakan aplikasi pemesanan makanan online.
2. Mengetahui jenis pangan yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan
makanan online.
3

3. Mengetahui intensitas pemesanan makanan menggunakan aplikasi online


pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta.
4. Mengetahui faktor yang paling dominan untuk dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan pembelian menggunakan aplikasi pemesanan
makanan online pada pegawai perkantoran di DKI Jakarta.
5. Membandingkan persen kontribusi konsumsi online dan konsumsi offline
terhadap konsumsi total berbagai kelompok pangan pada pegawai
perkantoran di DKI Jakarta.
6. Menganalisis hubungan pemesanan makanan melalui aplikasi online
dengan frekuensi konsumsi aneka pangan pada pegawai perkantoran di
DKI Jakarta.

Hipotesis

Terdapat hubungan antara intensitas penggunaan aplikasi pemesanan


makanan secara online dengan frekuensi konsumsi berbagai kelompok pangan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah hasanah keilmuan sebagai


kepustakaan bahan kajian atau penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
hubungan antara konsumsi pangan dengan pemesanan makanan menggunakan
aplikasi online. Melalui penelitian ini masyarakat diharapkan mendapatkan
informasi terkait penggunaan aplikasi pemesanan sehingga masyarakat dapat lebih
bijak lagi dalam memilih makanan menggunakan aplikasi pemesanan makanan
online. Penelitian ini juga diharapkan memberi manfaat bagi pemerintah dalam
acuan untuk pengawasan serta menentukan kebijakan terkait perkembangan e-
commerce.
Para pengusaha jasa makanan juga diharapkan memperoleh informasi,
khususnya yang juga melakukan pemasaran melalui aplikasi online. Data yang
didapatkan diharapkan dapat digunakan untuk menyusun strategi pemasaran yang
dapat berdampak positif terhadap ketersediaan produk-produk makanan dalam
aplikasi pemesanan makanan online. Manfaat penelitian ini dapat pula diperoleh
oleh provider atau perusahaan yang menyediakan layanan antar makanan untuk
meningkatkan kualitas produk dan kualitas layanan, serta memberikan informasi
mengenai tingkat minat konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Bisnis kuliner yang merupakan kebutuhan primer bagi manusia tentu saja
sangat cepat dalam menerima kemajuan teknologi dan e-commerce untuk
meningkatkan penjualan dan mengikuti tren yang ada (See-Kwong 2017). Warga
diperkotaan diberbagai negara banyak bergeser pemesanan online. Hal ini
mengakibatkan pengguna aplikasi pemesanan makanan secara online sangat
bervariasi baik dari segi jenis kelamin, tingkatan usia dan tingkatan pendidikan.
4

Kemudahan menjadi daya tarik terbesar bagi konsumen karena langkah-


langkah yang diperlukan untuk melakukan pemesanan yang sederhana melalui
perangkat seluler, sehingga akan mempengaruhi keputusan pembelian. Keputusan
pembelian merupakan salah satu indikasi yang menunjukan konsumen dalam
memutuskan untuk menggunakan aplikasi pemesanan makanan secara online.
Produk sendiri memiliki atribut-atribut yang harus dipertimbangkan, yaitu harga,
promosi, dan kualitas layanan (Sistaningrum 2002). Perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia yang praktis akibat kemajuan teknologi tentunya akan
mempengaruhi preferensi pangan. Preferensi pangan akan mendorong sesorang
untuk mengonsumsi pangan tersebut lebih sering dibandingkan jenis pangan lain
sehingga dapat mempengaruhi asupan dan status gizi seseorang. Preferensi
pangan masyarakat Indonesia yang masih berubah-ubah dan teknologi informasi
yang berkembang pesat membuat jasa penyedia pesan antar makanan secara
online sangat marak.
Ketersediaan pangan yang dapat diakses melalui aplikasi online
mempunyai pengaruh terhadap pemilihan makanan, hal tersebut berhubungan
dengan akses dan fasilitas yang mendukung dalam memperoleh makanan.
Kemudahan yang ditawarkan oleh ketersediaan teknologi dapat berdampak
apabila kurang bijak dalam memilih pangan yang terdapat pada aplikasi
pemesanan online sehingga dapat mengakibatkan kebiasaan konsumsi yang tidak
baik. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi asupan zat gizi yang berdampak
pada masalah gizi serta peningkatan resiko masalah kesehatan. Bagan kerangka
pemikiran ditunjukkan pada Gambar 1.

Karakteristik Subjek:
 Usia Karakteristik Sosial Ekonomi:
 Jenis Kelamin  Pekerjaan
 Status Pernikahan  Pendapatan
 Tingkat Pendidikan  Persen Pengeluaran pangan

Intensitas Pemesanan Makanan Melalui Aplikasi Online

Ketersediaan dan Faktor


preferensi pangan Konsumsi pangan Keputusan
 Frekuensi konsumsi Pembelian:
Status Gizi  Makanan yang sering dipesan 1. Harga
online 2. Promosi
3. Pelayanan

Keterangan :
: variabel yang tidak diteliti
: variabel yang diteliti
: hubungan yang diteliti
: hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran pemesanan makanan menggunakan aplikasi


online dan hubungannya dengan konsumsi pangan
5

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Pemilihan lokasi


dilakukan secara purposive yaitu pada beberapa perkantoran di Jakarta. Penelitian
ini akan dilakukan pada bulan April hingga Mei 2019. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan kantor terletak di
daerah perkotaan, dimana tingkat penggunaan aplikasi online untuk memesan
makanan cukup tinggi, serta banyaknya sasaran restoran yang menjadi mitra kerja
perusahaan aplikasi pemesanan makanan online.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Subjek dalam penelitian ini adalah para pekerja kantoran di daerah DKI
Jakarta baik laki-laki maupun perempuan yang dipilih secara purposive dengan
kriteria inklusi pernah menggunakan aplikasi pemesanan makanan secara online
bekerja di daerah DKI Jakarta. Pembagian kuesioner terkait karakteristik individu,
kebiasaan makan, keputusan pembelian, intensitas penggunaan aplikasi
pemesanan makanan online, dan kebiasaan konsumsi pangan pada seluruh subjek
penelitian dilakukan secara online dengan pengisian menggunakan gadget.
Jumlah subjek yang diambil menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

n= Zα2 p q N____
d2(N-1) + Zα2 p q

Sumber : Lemeshow et al. (1990)


Keterangan:
n = Jumlah subjek minimal yang diperlukan
N = Populasi (Jumlah pekerja di DKI Jakarta (Agustus 2018) = 4.7 juta
orang)
2
Zα = Tingkat kemaknaan 95% (1.96)
p = 57.16% presentase pengguna aplikasi pemesanan makanan online di
Indonesia (Data Survei Daily Social Tahun 2017)
q = (1-p)
d = Presisi (limit error) = 10%

n=_ (1.96)2(0.5716)(0.4284)(4 700 000)____


(0.1) (4 700 000-1) + (1.96)2 (0.5716)(0.4284)
2

n = 94.1 ~ 95
Berdasarkan rumus perhitungan di atas diperoleh jumlah minimum subjek
adalah 95 pegawai perkantoran. Jika kebutuhan estimasi drop out 10% maka
jumlah subjek yang dibutuhkan adalah: 95 x 10% = 9.5 + 95 = 104.5 atau
6

dibulatkan menjadi 105 pegawai perkantoran. Cara memilih dan menentukan


subjek adalah dengan menyeleksi populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Subjek yang tidak menyelesaikan pengisian dua kuesioner yaitu google form dan
FFQ akan dilakukan drop out. Selama pengisian kuesioner terdapat 231 orang
yang bersedia mengikuti penelitian, setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria
sebanyak 106 orang memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek atau contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi
karakteristik subjek, karakteristik sosial ekonomi subjek, data intensitas/frekuensi
penggunaan aplikasi pemesanan makanan secara online, data faktor pengambilan
keputusan pembelian, serta data konsumsi pangan yang meliputi frekuensi
makanan serta minuman yang dikonsumsi melalui Food Frequency Questionaire
(FFQ). Data sekunder meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian,
jumlah contoh, dan jumlah populasi yang merupakan jumlah keseluruhan
karyawan di perusahaan yang terpilih.
Pengumpulan data karakteristik subjek, karakteristik sosial ekonomi
subjek, data intensitas/frekuensi penggunaan aplikasi pemesanan makanan secara
online, data faktor pengambilan keputusan pembelian dilakukan menggunakan
google form. Data frekuensi konsumsi pangan didapatkan dengan cara pengiriman
kuesioner FFQ melalui alamat e-mail yang sudah diisikan subjek pada google
form. FFQ yang dikirimkan melalui e-mail dilengkapi dengan petunjuk pengisian,
hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi kesalahan
pengisian secara mandiri oleh subjek yang kurang familiar dengan kuesioner
FFQ. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner secara online dengan
estimasi waktu pengisian 15-30 menit. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data
1 Karakteristik subjek Primer Pengisian kuesioner secara online
- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat Pendidikan
- Status Pernikahan
2 Karakteristik Sosial Primer Pengisian kuesioner secara online
Ekonomi
- Pendapatan
- Jabatan pekerjaan
- Pengeluaran
konsumsi
3 Keputusan Pembelian Primer Pengisian kuesioner secara online
- Harga
- Promosi
- Kualitas Pelayanan
7

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan)


No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data
4 Konsumsi Pangan Primer Pengisian secara mandiri oleh
- Frekuensi subjek menggunakan alat bantu
Konsumsi kuesioner (FFQ)
- Jenis Pangan yang
dipesan melalui
pemesanan online
5 Pemesanan makanan Primer Pengisian kuesioner secara online
menggunakan Aplikasi
online
- Intensitas
Penggunaan
- Jenis aplikasi yang
sering digunakan
- Waktu yang sering
digunakan untuk
memesan makanan
secara online

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis.


Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferesia dengan
menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 16.0 for windows.
Data yang didapat melalui kuesioner diolah sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Jenis kelamin subjek digolongkan menjadi 2 (diberi skor 1 untuk laki-laki dan
skor 2 untuk perempuan). Status pernikahan juga dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu sudah menikah dan belum menikah. Tingkat Pendidikan subjek
dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu SMA/sederajat, Diploma, Sarjana, dan
Pascasarjana. Pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah yaitu golongan kesatu
sebesar < Rp 5 000 000, golongan kedua sebesar Rp 5 000 000 – Rp 10 000 000,
dan golongan ketiga sebesar > Rp 10 000 000. Besaran pengeluaran konsumsi
pangan dinyatakan dalam bentuk persen yang dikeluarkan untuk membeli pangan
dari total pendapatan yang diperoleh. Persentase tersebut dibagi menjadi 4
kategori yaitu <30 %, 30% - 49.9%, 50% - 69.9%, >70 %. Pekerjaan
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu pegawai negeri sipil (PNS),
pegawai swasta, pegawai BUMN, dan Lainnya (pegawai magang, honorer, dan
sebagainya). Intensitas penggunaan jasa pemesanan makanan online
dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu kelompok pertama dengan frekuensi 1-
15 kali/bulan, kelompok kedua dengan frekuensi 16-30 kali/bulan), dan kelompok
terakhir dengan frekuensi >30 kali/bulan.
Variabel kebiasaan makan diisi dengan frekuensi makan sehari, konsumsi
jajanan, 3 jenis jajanan dan fast food yang biasa dikonsumsi. Selain itu dalam
kebiasaan konsumsi fast food juga diminta untuk mengisi berapa kali
mengonsumsi fast food dalam sebulan. Frekuensi konsumsi pangan diukur
menggunakan FFQ yang meliputi pangan makanan pokok, pangan sumber protein
8

hewani, pangan sumber protein nabati, sayuran, buah-buahan, jajanan, dan


minuman. Cara pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 2
berikut.
Tabel 2 Penggolongan variabel
No Variabel Kategori Sumber
1 Jenis kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
2 Status pernikahan 1. Menikah
2. Belum menikah
3 Tingkat pendidikan 1. SMA/sederajat Ketentuan
2. Diploma (DI/II/III/IV) peneliti
3. Sarjana (S1)
4. Pascasarjana (S2/S3)
4 Jenis pekerjaan 1. PNS Ketentuan
2. BUMN peneliti
3. Pegawai swasta
4. Lainnya....
5 Pendapatan 1. < Rp 5 000 000 Ketentuan
2. Rp 5 000 000 – Rp 10 000 000 peneliti
3. > Rp 10 000 000
6 Persen pengeluaran 1. 30%-30.99% Ketentuan
untuk pangan 2. 40% – 49.99% peneliti
3. ≥ 50%
7 Intensitas/frekuensi 1. 1-15 kali/bulan Ketentuan
pemesanan 2. 16-30 kali/bulan peneliti
menggunakan 3. > 30 kali/bulan
aplikasi online
8 Faktor pengambilan 1. Sangat tidak setuju (Skala 1 – Palahuddin
keputusan pembelian 1.8) (2016)
(harga, pelayanan, 2. Tidak setuju (Skala >1.8 – 2.6)
produk, promo) 3. Kurang setuju (Skala >2.6 – 3.4)
4. Setuju (Skala >3.4 – 4.2)
5. Sangat setuju (Skala >4.2 – 5)
Setelah dilakukan pengolahan data, tahap selanjutnya adalah analisis data.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Statistical Program for Social
Science (SPSS) version 16.0 for windows secara deskriptif dan inferensia. Analisis
deskriptif (distribusi frekuensi, rata-rata, standar deviasi, dan persentase)
digunakan untuk menggambarkan data karakteristik contoh (usia, status
pernikahan,jenis kelamin, pendapatan, pengeluaran konsumsi, dan intensitas
penggunaan aplikasi), kebiasaan konsumsi pangan (FFQ). Selain itu data
pengambilan keputusan pembelian makanan secara online dianalaisis
menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2012).
Selanjutnya data pemgambilan keputusan pembelian akan diuji menggunakan
analisis Kaiser Meyer Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequacy, dan Barletts
Test. Analisis inferensia juga dilakukan yang meliputi uji korelasi Rank Spearman
9

antara variabel intensitas penggunaan aplikasi pemesanan makanan online dengan


frekuensi konsumsi aneka pangan.

Definisi Operasional

Subjek adalah pekerja kantoran yang berkerja di DKI Jakarta serta pernah
menggunakan aplikasi pemesanan makanan online.
Aplikasi pemesanan makanan secara online adalah informasi yang terdapat
pada mobile device berbasis Android yang menyediakan proses
pemesanan menu makanan suatu restoran.
Intensitas pemesanan makanan melalui aplikasi online adalah frekuensi subjek
dalam memesanan makanan menggunakan aplikasi online dalam kurun
waktu satu bulan.
Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan terakhir dari subjek peneliitian.
Pendapatan adalah rata-rata total pendapatan subjek dalam sebulan, yang
dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan
Persen pengeluaran konsumsi makanan adalah persen jumlah pendapatan
perbulan yang digunakan untuk belanja memenuhi kebutuhan makan.
Frekuensi konsumsi adalah kekerapan konsumsi makanan oleh subjek yang
dapat dilihat dari kebiasaan mengonsumsi jenis-jenis pangan meliputi
makanan pokok, sumber protein hewani, sumber protein nabati, sayur-
sayuran, buah-buahan, jajanan, dan minuman mengunakan Food
Frequency Questionnaires (FFQ).
Fast food adalah semua makanan dan minuman siap santap, merupakan makanan
tradisional maupun internasional yang tersedia di gerai, pujasera, food
court ataupun warung makan dengan waktu penyajian tidak lebih dari 7
menit.
Konsumsi online adalah pangan yang dikonsumsi melalui pemesanan
menggunakan aplikasi online.
Konsumsi offline adalah pangan yang konsumsi tanpa melalui aplikasi
pemesanan online (pembelian langsung, bekal, serta masakan sendiri).
Konsumsi total adalah pangan yang dikonsumsi secara keseluruhan baik
konsumsi online maupun konsumsi offline.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai perkantoran di DKI Jakarta.


Subjek dalam penelitian ini merupakan pekerja kantoran baik PNS, pegawai
BUMN, maupun pegawaoi perusahaan swasta yang bekerja di DKI Jakarta
dengan jumlah 106 orang yang pernah memesan makanan melalui aplikasi
pemesanan makanan secara online. Karakteristik subjek yang diteliti meliputi
jenis kelamin, status pernikahan, usia, tingkat pendidikan, lokasi kantor disajikan
pada Tabel 3.
10

Tabel 3 Karakteristik subjek


Subjek
Karakteristik
n %
Jenis kelamin
Laki-laki 39 36.8
Perempuan 67 63.2
Status pernikahan
Menikah 22 20.8
Belum Menikah 84 79.2
Usia
<25 tahun 64 60.4
25-30 tahun 28 26.4
>30 tahun 14 13.2
Tingkat Pendidikan
SMA/sederajat 10 9.4
Diploma (DI/DII/DIII/DIV) 19 17.9
Sarjana (S1) 68 64.2
Pasca Sarjana (S2/S3) 9 8.5
Lokasi Kantor
Jakarta Utara 4 3.8
Ja karta Barat 12 11.3
Jakarta Selatan 49 46.2
Jakarta Timur 13 12.3
Jakarta Pusat 28 26.4

Karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar subjek


berjenis kelamin perempuan (67%). Status pernikahan subjek sebagian besar ialah
belum menikah (84%) dan sisanya berstatus sudah menikah (22%). Subjek pada
penelitian ini mayoritas berusia <25tahun (60.4%), sedangkan subjek pada usia
>30 tahun (13.2%) memiliki jumlah terendah. Tingkat pendidikan subjek
didominasi oleh Sarjana (S1) sebesar 64.2%, serta Pascasarjana (8.5%) memiliki
jumlah terendah. Lokasi kantor sebagian besar subjek berada di Jakarta Selatan
(46.2%), sedangkan lokasi kantor subjek di daerah Jakarta Utara (3.8%) memiliki
jumlah yang paling sedikit. Hal ini sesuai dengan riset PUSKAKOM UI (2017)
pada salah satu penyedia jasa pemesanan makanan online yaitu Gojek,
menyatakan bahwa pengguna aplikasi penyedia jasa transportasi dan penyedia
pemesanan makanan online ialah perempuan berusia 20-30 tahun dengan
pendidikan S1, serta memiliki status belum menikah.
Pertumbuhan pekerja perempuan akhir-akhir ini meningkat. Menurut
International Labour Organizatinon (ILO) (2016), rasio ketenagakerjaan terhadap
populasi meningkat signifikan bagi perempuan jika dibandingkan dengan laki-
laki. Pertumbuhan pekerja pada perempuan akan meningkatkan penggunaan
layanan pemesanan dan pengiriman makanan secara online karena terbatasnya
waktu untuk memasak dirumah (Shakila et al. 2016). Survei Asosiasi Jasa
Pengguna Internet Inodnesia (APJII) tahun 2017 menunjukkan pengguna internet
terbanyak berada pada umur 19-34 tahun. Mayoritas usia subjek termasuk dalam
kategori kelompok umur yang sering menggunakan internet. Kebiasaan
11

menggunakan internet tersebut tentunya termasuk dalam hal memesan makanan


secara online.
Faktor psikologis dari konsumen juga mempengaruhi pemesanan melalui
aplikasi online. Menurut Melkis et al. (2014), sebagian besar konsumen yang
berstatus lajang dan merupakan pekerja dewasa cenderung ingin memenuhi
makanan yang diinginkan tanpa memikirkan harga. Faktor psikologis tersebut
tentunya akan mendorong para pekerja lajang untuk lebih menggunakan aplikasi
pemesanan online karena adanya kemudahan mendapatkan makanan yang
diinginkan melalui aplikasi pemesanan makanan online walaupun harga makanan
yang dipesan melalui aplikasi online lebih mahal dari harga makanan yang
dipesan secara langsung.
Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih terbuka
dalam menerima informasi termasuk informasi gizi. Pengetahuan gizi dapat
mempengaruhi konsumsi seseorang. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan
memengaruhi dalam pemilihan bahan makanan dan konsumsi pangan yang tepat,
beragam, berimbang serta tidak menimbulkan penyakit (Dewi 2013). Sebagian
subjek memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu Sarjana (64.2%), sehingga
sebagian besar subjek cenderung lebih terbuka dalam menerima informasi
termasuk informasi gizi. Karakteristik subjek yang cenderung terbuka dalam
menerima informasi terkait gizi seharusnya mampu membuat subjek lebih baik
mempertimbangkan makanan yang akan dipesan melalui aplikasi pemesanan
online.

Karakteristik Sosial Ekonomi Subjek

Sosial ekonomi pekerja sangat mempengaruhi keadaan seseorang terutama


dalam konsumsi pangan. Faktor ini erat kaitannya dengan kemampuan seseorang
dalam mengakses pangan karena dapat mempengaruhi daya beli terhadap pangan
yang tersedia. Faktor sosial dan ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan, dan
pengeluaran pangan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan. Persen
pengeluran dan pendapatan subjek disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik sosial ekonomi subjek
Subjek
Kategori Karakteristik
n %
Pekerjaan PNS 15 14.2
BUMN 13 12.3
Pegawai Swasta 70 66.0
Lainnya 8 7.5
Pendapatan <Rp 5 000 000 51 48.1
Rp 5 000 000-Rp 10 000 000 50 47.2
>Rp 10 000 000 5 4.7
Pengeluaran 30-39.9% 96 90.6
Pangan 40-49.9% 6 5.7
≥50% 4 3.8
Jumlah subjek yang bekerja sebagai pegawai swasta (66%) lebih dominan
daripada jenis pekerjaan lainnya seperti Pegawai Negeri Sipil (14.2%), BUMN
12

(12.3%), serta pegawai yang tergolong lainnya seperti pegawai outsourcing


(7.5%). Hal ini dapat dikarenakan pada beberapa perusahaan BUMN dan
perkantoran pemerintahan sipil memberikan jatah makan siang kepada para
pegawainya, sehingga pegawai kantor tidak perlu pergi memesan makanan diluar
kantor saat jam istirahat. Pendapatan menjadi faktor penting dalam menentukan
pengeluaran pangan dan pola konsumsi pangan. Apabila pendapatan meningkat,
pola konsumsi akan lebih beragam sehingga konsumsi pangan yang bernilai gizi
tinggi juga akan meningkat (Yudaningrum 2011). Pendapatan subjek sebagian
besar pada kelompok pendapatan kurang dari Rp 5 000 000 (48.1%). Pengeluaran
pangan subjek mayoritas pada kelompok 30-39.9% (90.6%), sedangkan yang
terendah pada kelompok pengeluaran pangan sebesar ≥50% (3.8%).
Tabel 5 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pangan subjek per bulan
Variabel Total
Pendapatan (Rp) 5 793 396 ± 3 220 548
Pengeluaran pangan (Rp) 1 441 698
Rata-rata pendapatan seluruh subjek sebesar Rp 5 793 396±3 220 548,
sehingga rata-rata penghasilan pekerja kantoran di DKI Jakarta diatas upah
minum rata-rata (UMR) yang ditetepkan pemerintah provinsi DKI menururt
Peraturan Gubernur Nomor 114 tahun 2018 yaitu sebesar Rp 3 940 973. Rata-rata
pengeluaran pangan seluruh subjek sebesar Rp 1 441 698. Menurut BPS (2018),
pada tahun 2017 rata-rata pengeluaran makanan penduduk DKI sebesar Rp 797
828 sehingga rata-rata pengeluaran pangan subjek berada diatas rata-rata
pengeluaran pangan penduduk DKI Jakarta.

Frekuensi Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan dinyatakan dalam jumlah pangan (baik tunggal maupun


beragam) yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang tertentu dengan
jumlah tertentu. Konsumsi pangan diukur menggunakan Food Frequency
Quetionnaire (FFQ) pada satu bulan terakhir dengan menanyakan frekuensi
konsumsi perjenis bahan makanan yang dikelompokkan dalam 7 kelompok
pangan yaitu makanan pokok, pangan sumber protein hewani, pangan sumber
protein nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, jajanan, serta minuman. Sebaran rata-
rata frekuensi konsumsi makanan pokok dalam satuan kali perminggu disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi makanan pokok
Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan
Konsumsi Online Konsumsi Offline Konsumsi Total
Jagung 0.2±0.8 0.7±2.2 0.9±2.6
Kentang 0.6±1.0 0.7±1.2 1.3±1.6
Mie 0.6±1.0 0.9±1.2 1.5±1.5
Nasi 2.4±2.9 12.5±6.7 14.9±6.2
Roti 0.5±1.4 1.7±2.6 2.2±3.1
Sereal 0.2±0.8 0.6±1.5 0.7±1.8
13

Bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat biasanya menjadi


makanan pokok. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan
oleh manusia yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga mempunyai fungsi
yang lain bagi tubuh, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein,
pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses (Siregar 2014). Bahan
makanan yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan online yaitu nasi
dengan rata-rata konsumsi 2.4±2.9 kali per minggu.
Nasi juga menjadi bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh subjek
yaitu dengan rata-rata frekuensi 12.5±6.7 kali perminggu. Konsumsi nasi pada
masyarakat sangat tinggi karena pangan pokok Indonesia masih bertumpu pada
satu komoditas yaitu beras. Bahkan sebagian besar masyarakat beranggapan
belum makan jika belum mengkonsumsi nasi (Widowati 2009). Hal ini juga
terlihat pada Tabel 6 yang menunjukkan konsumsi nasi pada pegawai kantor di
Jakarta jauh lebih tinggi dibandingkan pangan sumber karbohidrat lainnya.
Bahan makanan sumber protein hewani umumnya digunakan juga sebagai
lauk. Protein di dalam tubuh berfungsi sebagai sumber utama energi selain
karbohidral dan lemak, sebagai zat pembangun, dan juga sebagai zat-zat pengatur.
Protein mengatur proses-proses dalam bentuk enzim dan sebagai mekanisme
pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari
luar, serta memelihara sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2006). Sebaran rata-rata
frekuensi konsumsi pangan sumber protein hewani disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi pangan sumber protein hewani
Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan Konsumsi Konsumsi Offline Konsumsi Total
Online
Daging Ayam 1.6±1.7 3.3±3.4 4.9±3.7
Daging Kambing 0.2±0.6 0.3±1.0 0.5±1.2
Daging Sapi 0.4±0.8 0.9±1.2 1.3±1.7
Ikan Laut 0.2±0.7 0.7±1.1 0.9±1.3
Ikan Tawar 0.2±0.5 0.6±1.3 0.8±1.7
Seafood non-ikan 0.2±0.5 0.8±1.5 1.0±1.5
Susu Sapi 0.2±0.8 1.9±2.5 2.0±2.5
Telur Ayam 0.3±0.9 2.7±3.1 3.2±3.3
Telur Bebek 0.1±0.6 0.2±0.7 0.3±0.9
Tabel 7 menunjukkan bahwa bahan pangan protein hewani yang paling
banyak dipesan melalui aplikasi pemesan online maupun yang dikonsumsi offline
yaitu daging ayam. Rata-rata konsumsi online dan konsumsi offline yaitu 1.6±1.7
kali dan 3.3±3.4 kali dalam seminggu. Daging ayam sering dikonsumsi terutama
daging ayam broiler karena dapat dikonsumsi dan diterima oleh semua golongan
masyarakat dan agama sebagai makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi
(Rahayu et al. 2018). Selain itu, tingginya konsumsi daging ayam dikarenakan
rasanya yang disukai masyarakat Indonesia, harganya yang murah dibandingkan
daging lainnya, serta banyaknya olahan makanan yang berasal dari daging ayam.
Banyaknya tempat makan yang menjual olahan ayam terutama restoran fast food
juga dapat menyebabkan tingginya konsumsi daging ayam sehingga akses untuk
mendapatkannya cukup mudah dan bisa menggunakan aplikasi online.
14

Sumber pangan nabati berasal dari kacang-kacangan dan olahannya.


Kandungan gizi dari protein nabati lebih rendah daripada kandungan protein
hewani, namun protein nabati banyak digunakan masyarakat untuk menambah
kandungan protein jika protein dari hewani tidak tercukupi. Protein nabati juga
memiliki harga yang murah dengan protein hewani (Sanjaya 2017).
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi pangan sumber protein nabati
Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan Konsumsi Konsumsi Offline Konsumsi Total
Online
Kacang-Kacangan 0.1±0.5 0.5±1.1 0.6±1.2
Oncom 0.0±0.1 0.2±0.5 0.2±0.6
Susu Kedelai 0.2±0.9 0.6±1.9 0.7±2.1
Tahu 0.5±1.5 2.6±3.4 3.0±4.0
Tauco 0.1±0.5 0.2±0.8 0.3±1.0
Tempe 0.5±1.8 2.7±2.9 3.2±3.6
Frekuensi lauk nabati yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan
online yaitu tahu dan tempe dengan rata-rata frekuensi 0.5 kali dalam seminggu.
Tempe juga menjadi lauk nabati yang sering dikonsumsi diluar pemesanan online
dengan rata-rata pemesanan 2.7±2.9 kali dalam seminggu. Rata-rata konsumsi
keseluruhan untuk tempe yaitu 3.2±3.6 kali perminggu. Tingginya konsumsi tahu
dan tempe pada pekerja dapat disebebkan karena tahu dan tempe merupakan
sumber protein yang murah yang digemari masyarakat Indonesia (Azhar 2018).
Selain itu, tahu memiliki harga yang stabil dibandingkan dengan sumber protein
lainnya terutama sumber protein hewani.
Konsumsi sayur dan buah dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat dalam mencapai pola makan sehat sesuai anjuran pedoman gizi
seimbang untuk kesehatan yang optimal. Sebagian vitamin dan mineral yang
terdapat dalam sayur dan buah mempunyai fungsi sebagai antioksidan sehingga
dapat mengurangi kejadian penyakit tidak menular terkait gizi, sebagai dampak
dari kelebihan atau kekurangan gizi (Kemenkes RI 2014). Sebaran rata-rata
frekuensi konsumsi sayur-sayuran disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi sayur-sayuran
Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan
Konsumsi online Konsumsi offline Konsumsi Total
Baby corn 0.1±0.4 0.1±0.4 0.2±0.6
Bayam 0.1±0.4 0.6±0.9 0.7±1.0
Brokoli 0.1±0.3 0.4±0.7 0.5±0.8
Buncis 0.1±0.3 0.5±0.8 0.5±0.9
Capcay 0.3±1.2 0.8±2.5 1.1±2.9
Daun Singkong 0.1±0.3 0.5±1.0 0.6±1.0
Gado-Gado 0.1±0.3 0.7±1.4 0.8±1.4
Gambas (oyong) 0.0±0.2 0.1±0.3 0.2±0.4
Jamur coklat 0.1±0.4 0.2±0.7 0.2±0.8
Jamur Putih 0.1±0.4 0.4±0.9 0.5±1.1
Kacang Panjang 0.0±0.2 0.4±0.8 0.4±0.9
15

Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi sayur-sayuran (lanjutan)


Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan
Konsumsi online Konsumsi offline Konsumsi Total
Kangkung 0.2±0.4 0.6±0.9 0.7±1.1
Ketimun 0.3±1.1 0.9±1.4 1.2±2.0
Kol 0.3±1.1 0.9±1.5 1.2±2.0
Labu siam 0.0±0.2 0.3±0.6 0.3±0.7
Lotek 0.0±0.1 0.1±0.2 0.1±0.3
Nangka Muda 0.0±0.1 0.1±0.4 0.2±0.4
Pare 0.0±0.1 0.2±1.0 0.2±1.0
Pecel 0.1±0.5 0.3±0.8 0.5±1.0
Salad Sayur 0.2±0.4 0.4±1.2 0.5±1.4
Sawi 0.0±0.1 0.4±1.0 0.5±1.0
Sayur Asam 0.1±0.3 0.6±1.0 0.5±1.2
Sayur Lodeh 0.0±0.2 0.3±0.7 0.3±0.7
Sayur Sop 0.0±0.2 1.0±1.9 1.0±1.9
Tauge 0.0±0.1 0.5±1.1 0.6±1.1
Terong 0.1±0.5 0.4±0.9 0.5±1.1
Tomat 0.2±1.1 0.6±1.3 0.8±1.8
Wortel 0.1±0.5 0.7±1.4 0.8±1.4
Jenis sayuran yang sering dikonsumsi secara online berdasarkan Tabel 9
adalah capcay, ketimun, dan kol dengan frekuensi konsumsi 0.3 kali perminggu,
sedangkan sayuran yang sering dikonsumsi offline dan dikonsumsi secara
keseluruhan yaitu ketimun dan kol. Capcay termasuk dalam sayuran paket yang
didalamnya terdapat wortel, kol, brokoli, dan sawi putih. Menurut Susenas tahun
2016, masyarakat Indonesia lebih memilih mengonsumsi sayuran paket, capcay
atau sayur sop merupakan sayuran yang paling sering dikonsumsi rata-rata
penduduk Indonesia dalam satu minggu dibandingkan jenis sayuran lain (BPS
2017). Capcay sering dikonsumsi karena didalam masakan ini terdiri dari berbagai
macam sayur yang memiliki variasi warna yang berbeda dan dilengkapi dengan
lauk hewani, sehingga lebih menggugah selera makan konsumen serta dapat
menurunkan rasa bosan dibandingkan mengonsumsi satu jenis sayuran.
Ketimun juga merupakan salah satu sayuran yang banyak di konsumsi
terutama dalam bentuk segar oleh masyarakat Indonesia. Banyaknya cara
penyajian ketimun bisa menjadi salah satu faktor tingginya konsumsi ketimun.
Kentimun pada umumnya di sajikan dalam bentuk olahan segar, seperti acar,
asinan, kimchi, salad, dan lalap (Solo 2014). Kubis juga memiliki banyak cara
penyajian sehingga banyak dikonsumsi oleh subjek. Kubis dapat dikonsumsi
secara langsung (mentah) sebagai lalapan, salad, jus, ataupun dimasak sebagai
lauk dan sayur (Kusumaningrum 2013).
Bahan pangan buah-buahan merupakan sumber vitamin dan juga
merupakan sumber mineral. Selain kandungan vitamin dan mineral, kandungan
serat dari buah juga membantu memelihara kesehatan saluran pencernaan. Buah
memiliki rasa yang unik dan juga mengandung kalori yang rendah. Vitamin yang
dikandung buah sangat penting untuk memenuhi kebutuhan serta mencegah
berbagai macam penyakit. Sebaran rata-rata frekuensi konsumsi buah-buahan
disajikan pada Tabel 10.
16

Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi buah-buahan


Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan
Konsumsi online Konsumsi offline Konsumsi Total
Alpukat 0.1±0.3 0.6±1.3 0.7±1.3
Apel 0.1±0.4 0.5±1.3 0.6±1.3
Asinan Buah 0.0±0.2 0.1±0.3 0.1±0.4
Buah Naga 0.1±0.3 0.4±1.0 0.5±1.0
Durian 0.1±0.2 0.1±0.5 0.2±0.6
Jambu 0.1±0.6 0.2±0.5 0.3±0.8
Jeruk 0.2±1.1 0.8±1.4 1.0±1.8
Kiwi 0.0±0.3 0.0±0.2 0.1±0.3
Kurma 0.1±0.3 0.7±1.7 0.8±1.7
Leci 0.0±0.1 0.1±1.0 0.2±1.0
Mangga 0.1±0.3 0.3±0.8 0.4±0.8
Manisan Buah 0.0±0.0 0.1±0.7 0.1±0.7
Melon 0.1±0.4 0.4±0.7 0.4±0.9
Pepaya 0.1±0.5 0.8±2.5 0.9±2.5
Pie Buah 0.1±0.5 0.1±0.8 0.2±0.9
Pir 0.0±0.2 0.2±0.9 0.3±0.9
Pisang 0.1±0.3 1.3±2.3 1.4±2.3
Rambutan 0.0±0.1 0.1±0.3 0.1±0.3
Rujak Buah 0.0±0.2 0.2±0.4 0.2±0.5
Salad Buah 0.2±0.5 0.2±0.6 0.4±0.8
Salak 0.0±0.2 0.1±0.3 0.1±0.4
Semangka 0.0±0.2 0.5±1.2 0.5±1.3
Sirsak 0.0±0.1 0.0±0.2 0.1±0.2
Sop Buah 0.1±0.5 0.6±1.8 0.7±1.9
Tabel 10 menunjukkan bahwa buah yang sering dikonsumsi melalui
pemesanan secara online dan secara keseluruhan adalah jeruk dan salad,
sedangkan pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi secara offline dan
dikonsumsi secara total keseluruhan. Susenas tahun 2016 yang menyatakan jeruk
dan pisang merupakan jenis buah yang sering dikonsumsi oleh penduduk
Indonesia dalam satu minggu (BPS 2017). Faktor yang dapat menyebabkan
pisang dan jeruk dikonsumsi karena diduga harga yang murah dan sangat mudah
diakses sehingga mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu
olahan buah yang sering dikonsumsi oleh subjek ialah salad. Adanya berbagai
macam buah-buahan didalam salad (jeruk, melon, stroberi, kiwi, buah naga,
anggur, dan sebagainya) mampu meberikan kesegaran didalam dimulut dan
tentunya kaya akan manfaat, sehingga banyak sekali orang-orang yang
mengkonsumsinya (Kamila et al. 2018).
Menurut FAO dalam Nuryati (2005), makanan jajanan (street food)
didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual
oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain
yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan bahan
terlebih dahulu. Jenis jajanan yang ada didalam keseharian hidup kita sangatlah
bervariasi mulai dari yang manis hingga yang asin. Sebaran rata-rata frekuensi
konsumsi jajanan disajikan pada Tabel 11.
17

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi jajanan


Rata-rata frekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan
Konsumsi online Konsumsi offline Konsumsi total
Bakso 0.2±0.5 0.9±1.5 1.1±1.6
Batagor 0.1±0.4 0.7±1.9 0.8±2.1
Chiki-Chikian 0.1±0.8 0.7±1.5 0.8±1.8
Crepes 0.1±0.6 0.1±0.4 0.3±0.7
Donat 0.2±0.4 0.3±0.5 0.4±0.6
Empek-empek 0.2±0.8 0.6±2.2 0.8±2.4
Es Krim 0.3±0.8 0.7±1.3 1.0±1.7
Kripik 0.0±0.2 0.4±1.2 0.4±1.2
Makaroni 0.2±0.7 0.1±0.2 0.3±0.8
Martabak Manis 0.4±0.9 0.3±1.5 0.7±2.1
Martabak Telur 0.2±0.6 0.3±1.0 0.6±1.5
Seblak 0.1±0.4 0.2±0.8 0.3±0.9
Siomay 0.1±0.4 0.3±0.9 0.4±1.1
Sosis/Nugget 0.2±0.9 0.8±1.4 1.0±1.6
Wafer 0.2±1.0 0.3±1.1 0.5±1.5
Berdasarkan Tabel 11, jajanan yang sering dipesan melalui aplikasi
pemesanan online yaitu martabak manis dengan rata-rata frekuensi 0.4±0.9 kali
pemesanan per minggu. Menurut sebagian subjek yang memilih martabak manis
untuk dipesan melalui aplikasi pemesanan online karena merupakan makanan
favorit. Jajanan yang sering dikonsumsi diluar pemesanan online yaitu bakso
dengan rata-rata konsumsi 0.9±1.5 kali perminggunya, sedangkan untuk total
keseluruhan jajanan yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan online
maupun tidak adalah bakso dengan rata-rata konsumsi 1.1±1.6 kali dalam satu
minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi dan Mahmudiono (2013) pada
pegawai kantor di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang menyatakan bahwa
konsumsi bakso merupakan makanan selingan yang dikonsumsi dengan frekuensi
1 kali perminggu. Bakso merupakan jenis jajanan yang banyak digemari
masyarakat Indonesia. Konsumsi bakso yang tinggi dikarenakan memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi, serta memiliki rasa yang khas dan enak
sehingga sangat digemari oleh masyarakat dari semua kalangan muda hingga tua
(Manurung et al. 2017). Selain itu harga yang murah dan akses untuk
mendapatkan bakso cukup mudah karena tersedia diberbagai tempat juga
merupakan faktor yang dapat menyebabkan konsumen menyukai bakso (Sonbait
2011).
Minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat
menghilangkan rasa haus (Winarti 2006). Selain itu jenis pengemasannya juga
bervariasi. Minuman menjadi sumber pemenuhan kebutuhan air pada tubbuh
manusia. Selain itu, kebutuhan energi tidak hanya didapatkan dari makanan,
namun juga dapat diperoleh dari minuman terutama minuman berkalori.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa minuman berkalori
(mengandung gula) merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan
minuman lainnya dan menyumbang asupan energi yang signifikan (Barquera et
al. 2008). Sebaran rata-rata frekuensi konsumsi minuman disajikan pada Tabel 12.
18

Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi minuman


Rata-ratafrekuensi (kali/minggu)
Jenis Pangan
Konsumsi online Konsumsi offline Konsumsi total
Bubble Tea 0.5±0.9 0.5±1.2 1.1±1.5
Kopi 0.5±1.1 1.1±2.6 1.6±2.7
Minuman Kemasan 0.2±0.7 1.1±1.8 1.3±2.0
Soft drink 0.2±0.5 0.2±0.8 0.4±1.1
The Manis 0.2±0.8 1.4±2.9 1.6±3.2
Jenis minuman yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan online
yaitu kopi dan bubble tea. Kopi sering dipesan karena banyak masyarakat di
berbagai daerah menjadikan kegiatan meminum kopi sebagai rutinitas harian,
bahkan masyarakat di perkotaan banyak yang menjadikan kegiatan mengonsumsi
kopi sebagai gaya hidup. Banyak aktifitas dalam kehidupan masyarakat seperti
rapat, pertemuan bisnis, reuni, dan lain sebagainya dihiasi dengan secangkir kopi
(Meliala 2017).
Bubble tea yang termasuk dalam minuman bubble drink yang akhir – akhir
ini sering dinikmati oleh kaum urban yang diracik dengan beragam varian rasa
dan bahan pelengkap lainnya sehingga menjadikannya nikmat sekaligus sehat.
Bubble drink biasa disajikan dingin dan menyegarkan dengan tumpukan pearls
atau bubble yang mengendap pada bagian dasar gelas, sehigga membuat banyak
orang menyukai minuman ini (Dewi et al. 2015). Minuman yang sering
dikonsumsi diluar pemesanan online yaitu teh dengan rata-rata frekuensi
konsumsi 1.4±2.9 kali per minggu. Sedangkan jenis pangan yang sering
dikonsumsi berdasarkan total frekuensi keseluruhan konsumsi yaitu teh dan kopi
sebesar 1.6±3.2 kali perminggu.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Marudiono (2013) pada pegawai
di Kantor Dinas Kesehatan Jawa Timur juga menunjukkan bahwa teh manis
merupakan minuman yang paling sering dikonsumsi dengan frekuensi 1 kali
sehari. Konsumen Indonesia meminum teh pada berbagai kesempatan, saat
makan, santai, ketika bertamu, saat perjalanan, saat berada di kantor dan pada
berbagai kesempatan lainnya (Sumarwan 2002). Selain itu, saat ini meminum teh
sudah berkembang dalam trend minuman kesehatan dan lifestyle (Baruah, 2011).
Rata-rata konsumsi subjek perkelompok pangan juga dapat diketahui dengan cara
menjumlahkan konsumsi jenis pangan dalam satu kelompok kemudian dicari rata-
ratanya. Setelah itu, kita dapat membandingkan dengan anjuran dari Kemenkes
(2014). Rata-rata konsumsi persubjek berdasarkan kelompok pangan disajikan
pada tabel 13.
Tabel 13 Rata-rata frekuensi konsumsi subjek per kelompok pangan

Jenis Pangan Rata-ratafrekuensi (kali/hari)


Makanan pokok 3.1±1.2
Sumber protein hewani 2.1±1.3
Sumber protein nabati 1.1±1.1
Sayur-sayuran 2.2±2.2
Buah-buahan 1.5±1.5
Jajanan 1.3±1.8
Minuman 0.8±0.9
19

Rata-rata konsumsi makanan pokok subjek yaitu sebesar 3.1±1.2 kali


sehari. Menurut Kemenkes (2014), konsumsi makanan pokok dalam sehari
sebanyak 3-4 porsi dalam sehari, sehingga konsumsi makanan pokok tersebut
dapat dikatakan sesuai anjuran minimal konsumsi dalam sehari. Anjuran
konsumsi lauk hewani menurut Kemenkes (2014) yaitu 2-4 porsi sehari, sehingga
total rata-rata konsumsi pangan hewani sudah sesuai dengan anjuran Kemenkes
(2014) yaitu 2.1±1.3 dalam satu hari. Rata-rata konsumsi pangan sumber protein
nabati subjek sebesar 1.1±1.1 kali dalam sehari. Konsumsi tersebut belum
memenuhi anjuran konsumsi protein nabati menurut Kemenkes (2014) yaitu 2-4
kali sehari. Rata-rata subjek mengonsumsi sayuran sebesar 2.2±2.2 kali dalam
sehari. Jika dibandingkan dengan anjuran konsumsi sayur menurut Kemenkes
(2014) yang menyatakan bahwa konsumsi sayur dalam sehari dianjurkan sebesar
3-4 porsi. Konsumsi rata-rata buah subjek yaitu 1.5±1.5 dalam sehari. Hal ini
belum sesuai dengan anjuran konsumsi buah menurut Kemenkes (2014) yaitu
sebesar 2-3 porsi dalam sehari. Rata-rata konsumsi minuman subjek yaitu sebesar
0.8±0.9 kali dalam sehari, sedangkan rata-rata subjek mengonsumsi jajanan yaitu
1.3±1.8 dalam sehari.
Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan persen kontribusi terhadap frekuensi
konsumsi total
Kontribusi terhadap frekuensi konsumsi
Kelompok Pangan total (%)
Konsumsi online Konsumsi offline
Makanan pokok 20.4 79.6
Sumber protein hewani 22.3 77.7
Sumber protein nabati 16.2 83.8
Sayur-sayuran 16.8 83.2
Buah-buahan 15.8 84.2
Jajanan 28.0 72.0
Minuman 27.1 72.9
Total konsumsi keseluruhan 20.4 79.6
Berdasarkan Tabel 14, persen kontribusi konsumsi online lebih rendah
daripada frekuensi konsumsi offline secara keseluruhan pada semua kelompok
pangan. Persen kontribusi konsumsi online terbesar terhadap konsumsi total
terdapat pada kelompok pangan jajanan (28%). Persen kontribusi konsumsi
online terkecil terhadap konsumsi total yaitu kelompok pangan buah-buahan
(15.8%). Persen kontribusi konsumsi offline berkebalikan dengan konsumsi
online, dimana persen terbesar terdapat pada kelompok pangan buah-buahan
(84.8%), sedangkan persen kontribusi terkecil terdapat pada kelompok pangan
jajanan (72%). Secara keseluruhan konsumsi online berkontribusi sebesar 20.4%
terhadap konsumsi total, sedangkan konsumsi offline berkontribusi sebesar 79.6%
terhadap konsumsi total.

Pemesanan Makanan Menggunakan Aplikasi Online

Aplikasi layanan pesan antar makanan (food delivery) merupakan sistem


informasi yang terdapat pada mobile device berbasis Android yang menyediakan
20

proses pemesanan menu makanan suatu restoran untuk mempermudah dan


mengoptimalkan layanan pesan antar makanan pada suatu restoran. Pelanggan
tinggal mengakses sistem ini menggunakan handphone berbasis Android untuk
memesan menu makanan yang diinginkan. Menu makanan biasanya dilengkapi
dengan tampilan gambar dan daftar harga yang sesuai dengan jenis makanan yang
tersedia (Akbar et al. 2014). Layanan pesan antar makanan di Indonesia bisa
melalui aplikasi GrabFood, GoFood, layanan delivery restoran (Pizza Hut
Delivery, McDelivery, KFC Delivery), dan juga menggunakan aplikasi lainnya
seperti zomato, link aja, dan pick me. Sebaran subjek berdasarkan jenis aplikasi
yang digunakan dalam memesan makanan secara online disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan jenis aplikasi yang digunakan untuk
pemesanan makanan online
Jenis Aplikasi n %
Grab Food 80 75.5
GoFood 98 92.5
Layanan Delivery Restoran 37 34.9
Lainnya 12 11.3
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas subjek menggunakan aplikasi
Go-Food (92.5%) dan Grabfood (75.5%), sisanya subjek menggunakan aplikasi
layanan delivery restoran tempat memesan seperti Pizza Hut Delivery,
McDelivery, KFC Delivery, dan lain sebagainya, serta menggunakan aplikasi
lainnya seperti zomato, link aja, dan pick me. Hal ini didukung oleh survei yang
dilakukan oleh Dailysocial.com tahun 2017 yang menyatakan mayoritas
masyarakat Indonesia menggunakan GoFood dibandingkan penggunaan aplikasi
lainnya. Selain itu, tingginya penggunaan GoFood dibandingkan dengan aplikasi
lain terutama pada aplikasi GrabFood, dikarenakan perusahaan Gojek lebih
memiliki loyalitas didalam masyarakat Indonesia dibandingkan GrabFood
(Wijaya 2018). Selain jenis aplikasi pemesanan makanan yang beragam, intensitas
penggunaan aplikasi pemesanan makanan online juga beragam, sebaran subjek
berdasarkan intensitas penggunaan aplikasi pemesanan makanan online disajikan
pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan intensitas pemesanan makanan
menggunakan aplikasi online
Intensitas Penggunaan n %
1-15 kali/bulan 39 36.8
16-30 kali/bulan 26 24.5
>30 kali/bulan 41 38.7
Intensitas penggunaan aplikasi pemesanan online pada Tabel 16
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek menggunakan aplikasi pemesanan
makanan secara online lebih dari 30 kali dalam satu bulan (38.7%). Seringnya
pegawai kantor dalam menggunakan aplikasi pemesanan makanan online dapat
dikarenakan padatnya aktifitas, kemacetan, serta tingginya mobilisasi dari satu
agenda ke agenda lain menuntut pekerja kantoran untuk bertindak praktis, cepat,
dan instan termasuk dalam mengakses makanan (Rahayu 2019). Hadirnya
beberapa aplikasi pemesanan online tentu akan memudahkan para pegawai untuk
21

mendapatkan makanan dengan mudah tanpa harus datang ke restoran atau tempat
makan.
Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan waktu yang sering digunakan untuk
memesan makanan secara online
Waktu n %
Ketika akhir pekan di rumah 32 30.2
Pada saat jam istirahat kerja 38 35.8
Pada saat lembur dikantor 11 10.4
Di rumah ketika pulang kerja 25 23.6
Tabel 17 menunjukkan waktu yang paling sering digunakan untuk
memesan makanan secara online. Waktu yang sering digunakan untuk memesan
makanan online yaitu saat jam istirahat kerja. Menurut penelitian Rahayu (2019),
lama waktu istirahat pegawai perkantoran di Jakarta rata-rata 1 jam 20 menit.
Waktu istirahat ini biasanya digunakan untuk makan siang selama 16-20 menit
oleh mayoritas pegawai. Singkatnya waktu istirahat yang dimiliki para pegawai
membuat pegawai akan mencari alternatif dalam mendapatkan makanan secara
cepat melalui pemesanan makanan online supaya sisa waktu istirahatnya dapat
digunakan untuk mengonsumsi makanan tersebut dan digunakan untuk kegiatan
lain.

Analisis Faktor Pengambilan Keputusan Pembelian

Analisis faktor keputusan pembelian diawali dengan distribusi frekuensi


persepsi konsumen terhadap atribut yang ada. Atribut yang digunakan berjumlah
12, antara lain keterjangkauan harga, biaya pengiriman, kesesuaian harga dengan
manfaat, diskon harga, variasi menu, ketepatan waktu pengiriman, kepraktisan,
pelayanan driver, penawaran promo, publikasi iklan, pesan promosi, viral
marketing. Kedua belas atribut tersebut, kemudian dikelompokkan menjadi 3
bagian yaitu harga, promosi, dan kualitas layanan. Terdapat 5 macam jawaban
subjek berdasarkan skor yang ada yaitu sangat setuju (5), setuju (4), ragu (3),
tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1). Pilihan dari pernyataan yang diajukan
kepada subjek disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18 Distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap kelompok
atribut harga
1 2 3 4 5 Rata-
Atribut Rata
% % % % %
Jawaban
1. Keterjangkauan harga 6.6 28.3 24.5 34.0 6.6 3.06
2. Biaya pengiriman 12.3 26.4 27.4 26.4 7.5 2.91
3. Kesesuaian harga dengan 3.69
1.9 12.3 18.9 49.1 17.9
manfaat
4. Diskon harga 0.9 1.9 1.9 22.6 72.6 4.64
Rata-rata kelompok atribut 3.71
Tabel 18 menjelaskan bahwa dari 106 subjek, atribut dengan nilai tertinggi
adalah diskon harga, subjek yang menjawab sangat setuju sebesar 72.6% dengan
22

jumlah subjek 77 orang dan nilai rata-rata sebesar 4.64. Diskon merupakan
strategi pemasaran yang dilakukan untuk mendongkrak penjualan produk dalam
periode waktu tertentu (Putra et al 2016). Menurut Kotler dan Armstrong (2008)
diskon merupakan pengurangan harga langsung terhadap suatu pembelian dalam
periode waktu tertentu, pemberian diskon kepada konsumen memiliki tujuan
untuk menghargai respon pelanggan. Nilai terendah adalah atribut keterjangkauan
harga, subjek yang menjawab setuju adalah sebesar 34.0% dengan jumlah subjek
36 orang dan nilai rata-rata sebesar 3.06. Rata-rata keseluruhan variabel adalah
sebesar 3.71. Rentang nilai rata-rata variabel berada pada >3.40-4.20 yang
menunjukan bahwa persepsi konsumen terhadap kelompok atribut harga sudah
baik.
Kualitas pelayanan merupakan salah satu bagian dari strategi manajemen
pemasaran. Kualitas pelayanan telah menjadi satu tahap faktor dominan terhadap
kenerhasilan suatu organisasi, pengembangan kualitas sangat didorong oleh
kondisi persaingan antar perusahaan, kemajuan teknologi, tahapan perekonomian
dan sosial budaya masyarakat. Menurut Tjiptono (2011) mengatakan bahwa
kualitas layanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian
atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keingginan pelanggan.
Distribusi frekuensi persepsi konsumen terhadap atribut pelayanan disajikan pada
Tabel 19.
Tabel 19 Distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap kelompok
atribut pelayanan
1 2 3 4 5 Rata-Rata
Atribut
% % % % % Jawaban
1. Variasi menu 0.0 0.9 12.3 34.0 52.8 4.39
2. Ketepatan waktu 0.0 5.7 28.3 47.2 18.9 3.79
pengiriman
3. Kepraktisan 0.9 0.0 3.8 20.8 74.5 4.68
4. Pelayanan driver 0.9 4.7 23.6 40.6 30.2 3.94
Rata-rata kelompok atribut 4.20
Kelompok atribut pelayanan terdiri dari atribut variasi menu, ketepatan
waktu pengiriman, kepraktisan, serta pelayanan driver. Nilai tertinggi terdapat
pada atribut kepraktisan dengan presentase menjawab sangat setuju sebesar 74.5%
atau sebanyak 79 orang dan nilai rata-rata sebesar 4.68. Menurut penelitian yang
dilakukan Yunus (2017), penggunaan aplikasi online bagi konsumen pada saat
tertentu saja merupakan pilihan yang tepat secara ekonomi, karena lebih praktis,
lebih cepat dan tentu saja lebih murah dibandingkan dengan menggunakan
transportasi konvensional. Konsumen beranggapan bahwa dapat berhemat waktu,
tenaga dan serta uang. Nilai terendah adalah atribut ketepatan waktu pengiriman,
subjek yang menjawab setuju sebesar 47.2% dengan jumlah subjek 50 orang dan
nilai rata-rata sebesar 3.79. Rata-rata keseluruhan kelompok atribut adalah sebesar
4.2. Rentang nilai rata-rata variabel berada pada >3.40-4.20 yang menunjukan
bahwa persepsi konsumen terhadap kelompok atribut pelayanan sudah baik.
Bauran promosi merupakan alat komunikasi yang terdiri dari kombinasi
alat-alat promosi yang digunakan oleh perusahaan.Kotler dan Armstrong (2012)
mengemukakan, bauran promosi (bauran komunikasi pemasaran) adalah
campuran spesifik dari alat-alat promosi yang digunakan perusahaan untuk secara
23

persuasif mengomunikasikan nilai pelanggan dan membangun hubungan


pelanggan. Hasil distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap
kelompok atribut promosi disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi sebaran frekuensi persepsi konsumen terhadap kelompok
atribut promosi
1 2 3 4 5 Rata-Rata
Atribut
% % % % % Jawaban
1. Penawaran promo 0.0 2.8 7.5 31.1 58.5 4.45
2. Publikasi iklan 1.9 5.7 10.4 34.9 47.2 4.20
3. Pesan promosi 0.9 0.0 16.0 37.7 45.3 4.26
4. Viral Marketing 1.9 4.7 11.3 41.5 40.6 4.14
Rata-rata kelompok atribut 4.26
Tabel 20 menjelaskan bahwa atribut dengan nilai tertinggi pada kelompok
atribut promosi adalah adanya penawaran promo, subjek yang menjawab sangat
setuju sebesar 58.5% dengan jumlah subjek 62 orang dari 106 subjek dan nilai
rata-rata sebesar 4.45. Nilai terendah adalah atribut viral marketing, subjek yang
menjawab setuju adalah sebesar 41.5% dengan jumlah subjek 44 orang dan nilai
rata-rata sebesar 4.14. Rata-rata keseluruhan variabel adalah sebesar 4.26, rentang
nilai rata-rata variabel berada pada >4.20-5.00 yang menunjukan bahwa persepsi
konsumen terhadap kelompok atribut promosi sangat baik.
Analisis faktor merupakan tahap analisis selanjutnya. Prinsip dari analisis
faktor adalah merangkum atribut-atribut menjadi lebih sedikit dan menjadikannya
sebagai faktor. Analisis ini akan mengidentifikasi beberapa komponen atau atribut
untuk disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana. Hasil pengisian kuisioner
secara keseluruhan diuji dengan menggunakan Kaiser Meyer Olkin (KMO)
Measure of Sampling Adequacy, yaitu indeks yang digunakan untuk menguji
ketepatan analisis faktor. Sampel diterima jika nilai KMO Measure of Sampling
(MSA) > 0,5. Indeks anti image merupakan indeks yang nilainya berkisar antara 0
sampai 1, indeks akan menjadi satu jika semua unsur matrik korelasi bernilai nol,
yang menunjukan bahwa semua atribut dapat diprediksi tanpa kesalahan. Artinya
bahwa jika indeks anti image nilainya mendekati satu maka akan semakin
menunjukan bahwa semua atribut dapat diprediksi dengan kesalahan semakin
kecil (Herdiansyah 2018). Nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Nilai KMO
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.793
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 568.616
Df 66
Sig. 0.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy adalah suatu statistik
yang mengindikasikan proporsi keragaman pada komponen yang dapat dibuat
landasan penggunaan analisis faktor. Nilai yang tinggi yaitu mendekati 1.0
umumnya mengidikasikan analisis faktor sangat bermanfaat digunakan pada data.
Jika nilainya lebih kecil dari 0.50 maka hasil analisis faktor akan menjadi kurang
24

bermanfaat. Bartlett’s test of sphericity menguji hipotesis apakah matriks korelasi


merupakan matriks identitas, yang akan mengindikasikan bahwa komponen yang
digunakan tidak saling berkorelasi dan sesuai untuk digunakan analisis faktor.
Berdasarkan pada tabel 21 menunjukan nilai KMO semua variabel lebih dari 0.50
(KMO > 0.50) dengan nilai sig. pada uji Bartlett 0.000 (< 0.05) yang berarti data
dapat diproses lebih lanjut dan hasil analisis faktor akan bermanfaat untuk data
tersebut. Hasil penggolongan faktor disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Hasil penggolongan faktor
Factor Loading
Keterangan
1 2 3
Indeks 1 Promo dan Publikasi
1. Diskon Harga 0.82
2. Kepraktisan 0.72
3. Penawaran promo 0.81
4. Publikasi iklan 0.85
5. Pesan iklan 0.77
6. Viral marketing 0.65
Indeks 2 Manfaat dan Pelayanan
1. Kesesuaian harga dengan 0.59
manfaat .
2. Ketepatan waktu pengiriman 0.80
3. Pelayanan driver 0.63
3. Variasi Menu 0.70
Indeks 3 Persepsi Terhadap
Harga
1. Keterjangkauan harga 0.83
2.Biaya Pengiriman 0.81
Varians (%) 40.1 16.5 9.0
Indeks promo dan publikasi merupakan suatu variabel baru yang
tersusun dari hasil analisis faktor. Beberapa komponen subvariabel atau atribut
yang saling terkait dan membentuk suatu indeks yang terdiri dari faktor diskon
harga, keprkatisan, penawaran promo, publikasi iklan, pesan iklan, viral
marketing. Indeks promosi dan publikasi berkaitan dengan aspek sugesti yang
diberikan oleh perusahaan penyedia layanan pemesanan online dalam bentuk
promo produk dan iklan-iklan yang keunggulan menggunakan aplikasi pemesanan
makanan online sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian produk-produk makanan yang ada didalamnya.
Indeks ke dua yang terbentuk ialah indeks manfaat dan pelayanan.
Atribut yang terdapat dalam indeks ini ialah kesesuaian harga dengan manfaat,
ketepatan waktu pengiriman, variasi menu, dan pelayanan driver. Indeks sistem
layanan aplikasi pemesanan makanan online berkaitan dengan aspek layanan yang
diberikan kepada konsumen baik dari segi manfaat, driver, dan menu yang
diberikan. Melayani pemesanan produk konsumen dengan standar operasional
prosedur yang telah ditetapkan akan membuat konsumen mendapatkan layanan
yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan.
Indeks persepsi konsumen terhadap harga juga merupakan suatu variabel
baru yang tersusun dari hasil analisis faktor. Komponen atribut yang saling terkait
25

dan membentuk suatu indeks yang terdiri dari faktor keterjangkauan harga produk
dan biaya pengiriman. Indeks persepsi konsumen terhadap harga berkaitan dengan
aspek persepsi konsumen dalam pertimbangan harga berdasarkan keterjangkauan
harga dan biaya pengiriman untuk melakukan suatu keputusan pembelian
makanan menggunakan aplikasi pemesanan online.
Penentuan faktor-faktor yang paling dominan dapat dilihat melalui total
varians. Faktor yang paling dominan berdasarkan nilai varians pada tabel 22 yaitu
faktor 1 (Promo dan Publikasi) yang terdiri dari atribut diskon harga, kepraktisan,
penawaran promo, publikasi iklan, pesan iklan, serta viral marketing dengan nilai
varians 40.1%. Faktor 2 (Manfaat dan Pelayanan) memiliki nilai 16.5% (Persepsi
Konsumen terhadap Harga), dan yang terakhir yaitu faktor 3 dengan nilai varians
9.0%. Ujianto (2003) menyatakan distribusi variabel akan lebih jelas dan nyata
pada tabel Component Matrix dari proses rotasi (Component Transformation
Matrix). Hasil dari rotasi semua komponen atau faktor yang terbentuk disajikan
pada Tabel 23.
Tabel 23 Component transformation matrix
Komponen 1 2 3
1 0.84 0.50 0.19
2 -0.39 0.32 0.86
3 0.37 -0.80 0.47
Tabel 23 menjelaskan tentang diagonal faktor 1 (Promo dan Publikasi),
faktor 2 (Manfaat dan Pelayanan), dan faktor 3 (Persepsi Konsumen terhadap
Harga) berturut-turut ialah 0.84, 0.32, dan 0.47. Nilai angka pada diagonal jika
dibawah 0.5 menunjukkan bahwa terdapat komponen lain pada masing-masing
faktor yang mempunyai korelasi lebih tinggi. Hanya terdapat satu faktor yang
memiliki angka diatas 0.5 yaitu faktor 1 (Promo dan Publikasi), sehingga faktor
tersebut sudah cukup mewakili dari ketiga faktor yang terbentuk karena memiliki
nilai diatas 0.5.

Hubungan Pemesanan Makanan Online dengan Frekuensi Konsumsi Pangan

Fenomena hadirnya perkembangan e-commerce berupa layanan


pemesanan makanan online tentunya akan memperngaruhi konsumsi pangan
seseorang. Konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk
ketersediaan makanan, aksesibilitas makanan dan pilihan makanan (Kearney
2010). Gaya hidup yang serba online tentunya akan membuat orang semakin
sering mengonsumsi makanan di luar, sehingga perilaku konsumtif akan terus
meningkat. Tersedianya layanan pemesanan makanan online tentunya
memudahkan akses terhadap pangan itu sendiri karena layanan ini menawarkan
kepraktisan dalam menyediakan makanan yang cepat. Banyaknya restoran atau
tempat makan yang bekerjasama dengan perusahaan penyedia layanan pemesanan
makanan semakin membuat maraknya pemesanan melalui aplikasi online.
Hadirnya aplikasi pemesanan makanan online juga membantu para pekerja yang
memiliki aktifitas yang padat karena pekerja kantoran akan lebih mudah mendapat
makanan tanpa harus ke tempat penjual makanan atau restoran. Hubungan antar
variabel disajikan pada Tabel 24.
26

Tabel 24 Hubungan antar variabel


Variabel p r
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.001 0.332
frekuensi konsumsi makanan pokok
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.021 0.224
frekuensi konsumsi pangan sumber protein hewani
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.017 0.23
frekuensi konsumsi pangan sumber protein nabati
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.122 0.151
frekuensi konsumsi sayuran
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.012 0.243
frekuensi konsumsi buah-buahan
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.000 0.346
frekuensi konsumsi jajanan
Intensitas Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online - 0.000 0.344
frekuensi konsumsi minuman
Penggunaan aplikasi pemesanan makanan online memiliki hubungan yang
postif dengan konsumsi makanan pokok, pangan sumber protein hewani, pangan
sumber protein nabati, buah-buahan, jajanan, dan minuman (p<0.05), artinya
semakin tinggi instensitas penggunaan aplikasi pemesanan makanan online maka
konsumsi golonngan pangan tersebut meningkat. Tabel 24 juga menunjukkan
bahwa konsumsi sayur tidak berhubungan dengan pemesanan makanan
menggunakan aplikasi online (p>0.05). Hal ini dapat dikarenakan masih
minimnya pilihan menu sayur-sayuran didalam aplikasi pemesanan makanan
online dibandingakan dengan kelompok pangan lainnya. Biasanya sayuran
sebagian besar hanya sebagai lalapan atau pelengkap saja dalam menu masakan.
Pekerja kantoran cenderung banyak memesan dan mengonsumsi makanan sumber
lemak, gula, dan garam seperti fast food. Menurut Rathore dan Chaudary (2018),
fast food merupakan makanan yang sering dipesan melalui aplikasi pemesanan
online, yang artinya semakin sering memesan makanan lewat aplikasi online
maka semakin tinggi konsumsi fast food. Selain itu faktor pemilihan makanan
juga dapat mempengaruhi subjek dalam memesan makanan. Kurniasih et al.
(2010) menyatakan bahwa orang dewasa cenderung memilih makanan yang tinggi
lemak dan energi seperti makanan manis dan gurih dibandingkan makanann yang
tinggi serat seperti sayur, subjek yang tergolong sebagai orang dewasa cenderung
melakukan hal tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pegawai kantor pengguna aplikasi pemesanan makanan online didominasi


oleh pekerja swasta berjenis kelamin wanita, berusia kurang dari 25 tahun dengan
status belum menikah, selain itu sebagian besar merupakan lulusan S1 dan
27

memiliki kantor yang berlokasi di Jakarta Selatan. Rata-rata subjek memiliki gaji
diatas UMR dan memiliki pengeluaran pangan sebesar 39.6%. Jenis pangan yang
sering dipesan melalui aplikasi pemesanan online yaitu nasi (makanan pokok),
daging ayam (pangan hewani), tempe, tahu (pangan nabati), capcay, ketimun, kol
(sayuran), jeruk, salad (buah), martabak manis (jajanan), bubble tea, dan kopi
(minuman). Intensitas penggunaan aplikasi pemesanan makanan online oleh
mayoritas pekerja kantoran yaitu sebesar >30 kali dalam sebulan. Persen
kontribusi terhadap konsumsi total konsumsi online (20.4%) lebih rendah
daripada persen kontribusi konsumsi offline (79.6%). Faktor promo dan publikasi
merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan
pembelian menggunakan aplikasi pemesanan makanan online. Terdapat hubungan
antara intensitas pemesanan makanan menggunakan aplikasi online dengan
frekuensi konsumsi seluruh kelompok pangan kecuali frekuensi konsumsi
sayuran.

Saran

Promo dan publikasi terkait konsumsi sayuran perlu ditingkatkan oleh


provider aplikasi pemesanan makanan online mengingat masih sedikitnya minat
masyarakat terhadap konsumsi sayuran yang terdapat pada aplikasi pemesanan
makanan online. Salah satu caranya yaitu melakukan publikasi mengenai healthy
benefit terkait konsumsi sayur dapat dilakukan melalui artikel-artikel yang berada
pada website perusahaan maupun aplikasi pemesanana makanan online. Penelitian
berikutnya disarankan untuk mendalami lebih lanjut terkait konsumsi dengan
menghitung total kandungan zat gizi dari pangan yang dikonsumsi serta tingkat
kecukupan energi dan zat gizi lain, sehingga konsumsi tidak hanya digambarkan
secara kualitatif saja namun dapat secara kuantitatif juga. Selain itu, faktor lain
yang dapat terdampak oleh adanya aplikasi pemesanan makanan online yang
menarik untuk diteliti selanjutnya ialah terkait aktifitas fisik dan status gizi,
sehingga akan lebih mengetahui seberapa dampak terkait gizi yang ditimbulkan
dengan adanya akses pangan yang mudah menggunakan aplikasi pemesanan
makanan online.

DAFTAR PUSTAKA

[AIPJII]Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia. 2015. Jumlah Pengguna


Internet Indonesia [internet]. [diunduh 09 Februari 2019]. Tersedia pada:
https://www.sendspace.com/file/mke4ig.
Akbar M, Satoto KI, Isnanto RR. 2014. Pembuatan aplikasi layanan pesan antar
makanan pada sistem operasi android. Tranmisi. 16(4): 171.
Azhar MR. 2018. Pola konsumsi tahu dan tempe pada keluarga prasejahtera
(kasus di Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung)
[skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas lampung
Almatsier S. ,2006. Prinsip Dasar llmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia.
28

Badjeber F, Kapantouw NH, Punuh M. 2012. Konsumsi fast food sebagai faktor
risiko terjadinya gizi lebih pada siswa SD negeri 11 Manado.Kesmas. 1 (1):
11–14.
Barquera S, Lucia H, Maria L, Juan E, Shu W, Juan A, & Barry M. 2008. Energy
intake from beverages is creasing among Mexican adolescents and adults.
J Clin Nutr 138: 2454–2461.
Baruah P. 2011. Tea Drinking; origin, perception, habits with special reference to
assam, its tribes and role of tocklai. Science and Culture Journal . 77(10):
365–372.
[BPS] Badan Pusat Statsistik. 2017. Konsumsi Buah dan Sayur Susenas Maret
2016. Jakarta (ID): BPS RI.
____________. 2018. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per
Provinsi. Jakarta (ID): BPS RI.
____________. 2018. Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka. Jakarta (ID): BPS RI.
Dailysocial. 2017. Survey layanan on demand [internet]. [diakses 05 Mei 2019].
Tersedia pada: www.dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-survei-layanan-
on-demand-di-indonesia-2017.
Dewi AC, Mahmudiono T . 2013. Hubungan pola makan, aktivitas fisik, sikap,
dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi pegawai negeri sipil
di kantor dinas kesehatan provinsi Jawa Timur. Media Gizi Indonesia. 9
(1): 42–48.
Dewi LAP, Rachmawati I, Prabowo FSA. 2015. Analisis positioning franchise
bubble drink berdasarkan persepsi konsumen di Kota Bandung (studi pada
calais, chatime, i-cup, presotea, sharetea). e-Proceeding of Management.
2(3): 2511-2516.
Dewi SR. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Sikap terhadap Gizi, dan
Pola Konsumsi Siswa Kelas XII Program Keahlian Jasa Boga di SMKN 6
Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Herdinsyah R. 2018. Tren penggunaan aplikasi go-food dalam pemesanan produk
ayam olahan di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang [skripsi]. Malang
(ID): Universitas Brawijaya.
[ILO] International Labour Organization. 2017. Laporan Ketenagakerjaan
Indonesia 2017. Jakarta (ID): Organisasi Perburuhan Internasional.
Kamila K, Gusnadi D, Maulida RG. 2018. Daya terima konsumen pada inovasi
salad buah. E-Proceeding of Applied Science. 14(3): 2306-23011.
Kearney J. 2010. Food consumption trends and drivers. Philos Trans R Soc Lond
B Biol Sci. 365(1554): 2793-2807.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Gizi
Seimbang. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI.
Kotler P, Amstrong. 2012. Bauran Promosi. Jakarta(ID): Salemba Empat.
Kotler P, Gary A. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran: Jilid 1 Edisi 12. Jakarta(ID):
Penerbit Erlangga.
Kurniasih D, Hilmansyah H, Afusti MP, Imam S. 2010. Sehat dan Bugar Berkat
Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Gramedia.
Kusmaningrum. 2013. Pengaruh pemberian jus kubis dosis bertingkat terhadap
gambaran makroskopis dan mikroskopis gaster tikus wistar jantan yang
diinduksi kuning telur ayam [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
29

Lemeshow S, Hosmer DW Jr, Klar J, Lwanga SK. 1990. Adequacy of Sample Size
in Health Studies. England (GB): John Wiley & Sons Ltd.
Manurung DC, Pato U, Rossi E. 2017. Kkarakteristik kimia dan mutu sensori
bakso ikan patin dengan penggunaan tepung bonggol pisang dan tapioca.
Jom faperta. 4 (1): 1-15.
Meliala ASD. 2017. Tingkat konsumsi kopi berdasarkan pendapatan, usia, dan
harga di Kota Depok [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Melkis M, Hilmi MF, Mustapha Y. 2014. The influence of marital status and age
on the perception of fast food consumer in an emerging market.
International Journal of Business and Innovation. 1(3): 33-42.
Nagy S. 2016. E-Commerce In Hungary: A Market Analysis. Club Of Economics
In Miskolc.12 (2): 25-32.
Nuryati, Wahyu. 2005, Hubungan Antara Frekuensi Jajan Di Sekolah dan Status
Gizi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 Candisari
Semarang Tahun Ajaran 2004/2005 [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Negeri Semarang.
Palahudin A. 2016. Pengaruh bauran pemasaran jasa terhadap keputusan
penggunaan Go-Food di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[PUSKAKOM UI] Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia. 2017. Hasil
Riset Manfaat Sosial Aplikasi On Demand: Studi Kasus GO-JEK
Indonesia. Depok (ID): PUSKAKOM UI.
Putra EW. Pengaruh diskon terhadap minat beli serta dampaknya pada keputusan
pembelian (Studi pada konsumen yang membeli produk diskon di
Matahari Department Store Pasar Besar Malang). Jurnal Administrasi
Bisnis. 38 ( 2): 184-193.
Rahayu ET, Dewanti R, Long MA. 2018. Faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan pemilihan daging ayam broiler sebagai konsumsi
rumah tangga di Surakarta (studi kasus di Kelurahan Tegalharjo
Kecamatan Jebres). Sains Peternakan.16 (1):11-18.
Rahayu NK. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Konsumsi Fast
Food pada Kalangan Pegawai Negeri dan Swasta di Jakarta [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rathore SS, Chaudary M. 2018. Consumer's Perception on Online Food Ordering.
International Journal of Management & Business. 8(4): 2231-2463
Sanjaya ZR. 2017. Pemanfaatan media sosial, pola konsumsi pangan, dan
aktivitas fisik dalam hubunganya dengan status gizi dan prestasi belajar
siswa di SMAN 7 Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
See-Kwong G. 2017. Consumer experiences, attitude and behavioral intention
toward online food delivery (OFD) services. Journal of Retailing and
Consumer Services. 35: 150-162.
Shakila Z, Fadzilah, Yusnidawati. 2016. Determinants towards Food Delivery
Service through E-Commerce in Pasir Gudang Area. Journal of Modern
Education Review. 6 (9): 622-631.
Siregar NS. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 13 (2): 38-44.
30

Sistaningrum, W. 2002. Manajemen Penjualan Produk. Yogyakarta (ID):


Kanisius.
Solo L. 2014. Pertumbuhan Tanaman Mentimun Yang Menggunakan Mulsa
Plastik Dan Tanpa Mulsa [skripsi]. Gorontalo(ID): Universitas negeri
Gorontalo.
Sonbait LY. 2011. Kesukaan konsumen terhadap produk olahan daging sapi di
Kota Manokwari. Agrinimal.1( 2): 71-75 .
Subri M. 2012. Eknonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung(ID): Alfabeta.
Sumarwan U. 2002. Analisis hubungan antara persepsi popularitas, persepsi
kualitas, persepsi harga dengan merek teh celup yang dikonsumsi. Media
Gizi & Keluarga 26(2):94–102.
Tjiptono. 2011. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta(ID): Gaya media.
Ujianto A. 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan minat
beli konsumen sarung [skripsi]. Surabaya (ID): Unoversitas Airlangga.
Verma, Dixon, Michael., Kimes. 2009. Customer Preferences for Restaurant
Technology Innovation. Cornel University Report, New York. 9(1): 7.
Widowati S. 2009. Prospek sukun (artocarpus communis) sebagai pangan sumber
karbohidrat dalam mendukung diversifikasi konsumsi pangan [artikel].
Pangan. Edisi No. 56/XVTlL'Oktober-Desember/2009.
Wijaya R. 2018. Pengaruh kualitas layanan, harga, citra merek terhadap loyalitas
pelanggan grab-food [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Yudaningrum A. 2011. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi
Pangan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten
Kulon Progo. [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Yunus M. 2017. Go-jek sebagai simbol perubahan sosial dan ekonomi di Kota
Tegal. Equilibria Pendidikan. 2(2): 60-68.
31

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Kesediaan Subjek (Inform Consent)

Kode Subjek : ___________

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Hubungan Pengunaan Aplikasi Pemesanan Makanan Secara Online dengan


Kebiasan Konsumsi Pangan Pekerja Kantoran di DKI Jakarta

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
E-mail :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi subjek pada penelitian yang akan
dilakukan oleh Ega Setiawan dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian
Bogor. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, 2019

Peneliti Subjek

Ega Setiawan (…………………………….)


32

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian (Google Form)

Kode Responden : ___________

A. Data Karakteristik Responden

1. Nama ............................................................

2 No. Telepon/ Whatsapp

3. Jenis Kelamin* 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Usia .......... tahun

5. Status Pernikahan* 1. Menikah


2. Belum menikah

6. Pekerjaan* 1. PNS
2. BUMN
3. Pegawai swasta
4. Lainnya...

7. Pendidikan Terakhir* 1. SMA/Sederajat


2. Diploma (DI/II/III/IV)
3. Sarjana (S1)
4. Pascasarjana (S2/S3)

8. Lokasi Kantor/Perusahaan 1. Jakarta Pusat


2. Jakarta Barat
3. Jakarta Selatan
4. Jakarta Timur
5. Jakarta Utara

9. Nama Perusahaan

10. Pendapatan ................................/bulan

11. Pengeluaran untuk Pangan ........................./orang/minggu

*Lingkari pada pilihan anda

Penggunaan Aplikasi Pemesanan Makanan Secara Online

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang ( X ) pada


jawaban yang kamu pilih atau isilah titik-titik yang tersedia
33

1. Kapan biasanya anda memesan makan melalui aplikasi pemesanan makanan


secara online?
a. Saat jam istirahat kerja c. Saat libur kerja

b. Saat pulang kerja d. Lainnya………………

2. Sebutkan 3 jenis makanan yang biasa anda pesan melalui aplikasi pemesanan
makanan secara online :

(1) ……………………………

(2) …………………………….

(3) …………………………….

3. Mengapa anda memilih makanan tersebut?

………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………...

4. Sebutkan 3 jenis cemilan yang biasa anda pesan melalui aplikasi pemesanan
makanan secara online : (Jika tidak ada kosongkan)

(1) ……………………………

(2) …………………………….

(3) …………………………….

5. Mengapa anda memilih cemilan tersebut?

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

6. Apa minuman ringan yang biasa anda pesan melalui aplikasi pemesanan
makanan secara online? (Jika tidak ada kosongkan)
34

a. Jus buah c . Kopi

b. Softdrink/minuman bersoda d. Teh atau lainnya


……………………

5. Mengapa anda memilih minuman tersebut?

……………………………………………………………………………………

Faktor Pengambilan Keputusan Konsumen


Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan
anda berdasarkan keterangan berikut ini.
Keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS KS S SS
1 Saya tidak mempermasalahkan
harga produk makanan yang
tercantum dalam aplikasi pemesanan
makanan online meskipun lebih
mahal daripada harga di restorannya
langsung
2 Biaya pengiriman tidak terlalu
mempengaruhi saya dalam
menggunakan aplikasi pemesanan
makanan online waktu dan tenaga
untuk mengunjungi tempat makan
3 Menurut saya, biaya pengiriman
sesuai dengan kecepatan dan
kualitas pelayanan yang diberikan
oleh driver
4 Saya tertarik dengan banyaknya
diskon yang ditawarkan oleh
perusahaan jasa aplikasi pemesanan
makanan online
5 Pada aplikasi pemesanan makanan
online, jenis makanan/minuman
yang ditawarkan cukup banyak dan
bervariasi
6 Proses pengiriman dirasa cepat dan
35

tepat waktu
7 Penggunaan aplikasi pemesanan
makanan online dirasa cukup praktis
karena tidak perlu datang langsung
ke restoran serta akses yang mudah
karena hanya bermodalkan gadget
dan koneksi internet.
8 Pelayanan driver yang ramah
membuat saya sering memesan
makanan menggunakan aplikasi
pemesanan makanan online
9 Banyak promosi yang ditawarkan
oleh aplikasi pemesanan makanan
online
10 Saya pernah membeli makanan
melalui aplikasi pemesanan
makanan online karena adanya
kegiatan promosi baik melalui iklan
di televisi maupun media sosial
11 Pesan promosi yang ditawarkan
cukup menarik, mudah dimengerti,
dan mudah didapatkan
12 Kegiatan promosi yang dilakukan
perusahaan jasa aplikasi pemesanan
makanan secara online sangat viral
di kalangan masyarakat membuat
saya tertarik untuk menggunakan
aplikasi pemesanan makanan secara
online
36

Lampiran 3 Food Frequency Questionare (FFQ)

FOOD FREQUENCY QUESTIONARE (FFQ) KONSUMSI PANGAN

No. ID responden : Jenis Kelamin :

Nama Responden : Tanggal Pengisian :

Petunjuk:
1. Isilah kuesioner berikut sesuai dengan konsumsi pangan anda dalam sebulan
terkahir.
2. Kolom frekuensi pangan diisi seberapa seringkah anda mengkonsumsi pangan
dalam hari, minggu maupun bulan. Contoh: Jika anda mengkonsumsi nasi 3 kali
sehari maka isi pada kolom hari dengan angka 3, jika anda mengkonsumsi susu
kemasan kotak kira-kira 4 kali dalam satu minggu maka isi angka 4 pada kolom
minggu, dan jika anda mengkonsumsi ikan 2 kali dalam satu bulan maka isi
angka 2 pada kolom bulan .

Contoh Pengisian:
Berat Frekuensi Pangan (Kali Per)
Jenis Pangan URT
(g) Hari Minggu Bulan
Nasi 2 ctg nasi 3
Susu Kotak 1 kotak 200 4
Kemasan
Ikan 1 ekor 2

FOOD FREQUENCY QUESTIONARE (SQ-FFQ) KONSUMSI PANGAN


OFFLINE

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT
Nasi
Kentang
Mie
Sereal
Roti
Lainnya………………

PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI


Daging Ayam
Daging Kambing
Daging Sapi
Ikan Laut
Ikan Tawar
Seafood non-ikan
37

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
Susu Sapi
Telur Ayam
Telur Bebek
Lainnya…

PANGAN SUMBER PROTEIN NABATI


Oncom
Susu Kedelai
Tahu
Tempe
Tauco
Lainnya………

SAYURAN
Baby corn
Bayam
Brokoli
Buncis
Capcay
Daun Singkong
Gado-Gado
Gambas (oyong)
Jamur coklat
Jamur Putih
Kacang Panjang
Kangkung
Ketimun
Kol
Labu siam
Lotek
Nangka Muda
Pare
Pecel
Salad Sayur
Sawi
Sayur Asam
Sayur Lodeh
Sayur Sop
Tauge
Terong
Tomat
Wortel
BUAH
Alpukat
38

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
Apel
Asinan Buah
Buah Naga
Durian
Jambu
Jeruk
Kiwi
Kurma
Leci
Mangga
Manisan Buah
Melon
Pepaya
Pie Buah
Pir
Pisang
Rambutan
Rujak Buah
Salad Buah
Salak
Semangka
Sirsak
Sop Buah
Lainnya…….

JAJANAN
Bakso
Batagor
Chiki-Chikian
Crepes
Donat
Empek-empek
Es Krim
Kripik
Makaroni
Martabak Manis
Martabak Telur
Seblak
Siomay
Sosis/Nugget
Wafer
Lainnya….
MINUMAN
Bubble Tea
39

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
Kopi
Minuman Kemasan
Soft drink
Teh Manis

FOOD FREQUENCY QUESTIONARE (FFQ) PANGAN YANG DIPESAN


MELALUI APLIKASI PEMESANAN MAKANAN ONLINE

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT
Nasi
Kentang
Mie
Sereal
Roti
Lainnya………………

PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI


Daging Ayam
Daging Kambing
Daging Sapi
Ikan Laut
Ikan Tawar
Seafood non-ikan
Susu Sapi
Telur Ayam
Telur Bebek
Lainnya…

PANGAN SUMBER PROTEIN NABATI


Oncom
Susu Kedelai
Tahu
Tempe
Tauco
Lainnya………

SAYURAN
Baby corn
Bayam
Brokoli
Buncis
40

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
Capcay
Daun Singkong
Gado-Gado
Gambas (oyong)
Jamur coklat
Jamur Putih
Kacang Panjang
Kangkung
Ketimun
Kol
Labu siam
Lotek
Nangka Muda
Pare
Pecel
Salad Sayur
Sawi
Sayur Asam
Sayur Lodeh
Sayur Sop
Tauge
Terong
Tomat
Wortel
BUAH
Alpukat
Apel
Asinan Buah
Buah Naga
Durian
Jambu
Jeruk
Kiwi
Kurma
Leci
Mangga
Manisan Buah
Melon
Pepaya
Pie Buah
Pir
Pisang
Rambutan
Rujak Buah
41

Frekuensi Pangan (Kali Per)


Jenis Pangan Ket.
Hari Minggu Bulan
Salad Buah
Salak
Semangka
Sirsak
Sop Buah
Lainnya…….

JAJANAN
Bakso
Batagor
Chiki-Chikian
Crepes
Donat
Empek-empek
Es Krim
Kripik
Makaroni
Martabak Manis
Martabak Telur
Seblak
Siomay
Sosis/Nugget
Wafer
Lainnya….
MINUMAN
Bubble Tea
Kopi
Minuman Kemasan
Soft drink
Teh Manis
42

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Intensitas .225 106 .000 .661 106 .000


*
Kons_Karbohidrat .071 106 .200 .987 106 .377

Kons_Hewani .192 106 .000 .879 106 .000

Kons_Nabati .167 106 .000 .842 106 .000

Kons_Sayur .239 106 .000 .599 106 .000

Kons_Buah .301 106 .000 .516 106 .000

Kons_Jajanan .255 106 .000 .643 106 .000

Kons_Minuman .185 106 .000 .768 106 .000

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Lampiran 5 Hasil Uji Analisis Faktor Keputusan Pembelian

Anti-image Matrices

Q01 Q02 Q03 Q04 Q05 Q06 Q07 Q08 Q09 Q10 Q11 Q12
a
Anti-image Q01 .623 -.442 .071 .005 .123 -.033 .008 -.186 .021 -.059 -.223 .189
Correlation Q02 -.442 .607
a
-.391 .050 -.027 -.044 .108 .122 -.031 .010 .027 -.010
a
Q03 .071 -.391 .683 -.074 .142 -.243 -.150 -.445 .174 -.114 -.020 .100
a
Q04 .005 .050 -.074 .865 -.214 .147 -.241 -.018 -.399 -.143 -.161 .086
a
Q05 .123 -.027 .142 -.214 .764 -.508 -.109 -.115 .136 -.189 .145 -.110
a
Q06 -.033 -.044 -.243 .147 -.508 .713 -.011 -.091 -.199 .304 -.333 -.061
a
Q07 .008 .108 -.150 -.241 -.109 -.011 .895 .089 -.276 .059 -.138 -.015
a
Q08 -.186 .122 -.445 -.018 -.115 -.091 .089 .776 -.154 -.041 .126 -.087
a
Q09 .021 -.031 .174 -.399 .136 -.199 -.276 -.154 .831 -.300 .063 -.007
a
Q10 -.059 .010 -.114 -.143 -.189 .304 .059 -.041 -.300 .822 -.385 -.288
a
Q11 -.223 .027 -.020 -.161 .145 -.333 -.138 .126 .063 -.385 .823 -.291
a
Q12 .189 -.010 .100 .086 -.110 -.061 -.015 -.087 -.007 -.288 -.291 .859
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
43

Communalities

Initial Extraction

Q01 1.000 .713

Q02 1.000 .690

Q03 1.000 .661

Q04 1.000 .699

Q05 1.000 .686

Q06 1.000 .713

Q07 1.000 .565

Q08 1.000 .540

Q09 1.000 .689

Q10 1.000 .746

Q11 1.000 .679

Q12 1.000 .493

Total Variance Explained

Extraction Sums of Squared Rotation Sums of Squared


Initial Eigenvalues Loadings Loadings

% of Cumulative % of Cumulative % of Cumulative


Component Total Variance % Total Variance % Total Variance %

1 4.812 40.098 40.098 4.812 40.098 40.098 3.865 32.210 32.210

2 1.980 16.497 56.595 1.980 16.497 56.595 2.112 17.604 49.814

3 1.082 9.017 65.612 1.082 9.017 65.612 1.896 15.799 65.612

4 .848 7.067 72.680

5 .722 6.014 78.694

6 .569 4.740 83.434

7 .499 4.157 87.591

8 .388 3.237 90.827

9 .387 3.229 94.056

10 .274 2.282 96.338

11 .263 2.189 98.527

12 .177 1.473 100.000


44

a
Rotated Component Matrix

Component

1 2 3

Q01 .125 -.032 .834

Q02 -.076 .178 .808

Q03 .087 .585 .559

Q04 .818 .170 .024

Q05 .398 .697 -.206

Q06 .252 .799 .105

Q07 .716 .227 -.029

Q08 .191 .632 .323

Q09 .813 .165 .035

Q10 .849 .101 .123

Q11 .770 .199 .214

Q12 .649 .240 -.119

Extraction Method: Principal Component


Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization.

a. Rotation converged in 4 iterations.


45

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 03 Mei 1997. Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Syan’ik Margono dan Ibu Sri
Lestari. Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan di TK Muslimat NU 04 Kota
Malang pada tahun 2002-2003, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri
Ciptomulyo 1 Kota Malang pada tahun 2003-2009. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Malang pada tahun 2009- 2012,
kemudian pada tahun 2012-2015 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri
1 Kota Malang hingga akhirnya berhasil masuk Institut Pertanian Bogor melalui
jalur undangan SNMPTN pada tahun 2015 di Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia..
Selama menjalani kuliah di Institut Pertanian Bogor, Penulis ikut
bergabung bersama unit kegiatan mahasiswa (Century) pada divisi partnership
and relationship (PR). Selain itu, penulis juga bergabung pada acara pengenalan
fakultas yang diadakan oleh BEM FEMA yaitu Open House FEMA pada divisi
logistik dan transportasi. Penulis ikut bergabung dalam himpunan profesi
HIMAGIZI (Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi) sebagai staff divisi keprofesian
pada periode 2016-2017 dan sebagai wakil ketua umum pada periode 2017-2018.
Selama aktif di HIMAGIZI penulis ikut serta dalam menyukseskan acara gizi
nasional yaitu Nutrition Fair yang diadakan oleh HIMAGIZI yang bekerjasama
dengan PERGIZI PANGAN sebagai wakli ketua pada tahun 2017 dan sebagai
ketua pelaksana pada tahun 2018.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa
Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan program kerja revitalisasi
posyandu, pendampingan balita gizi kurang atau buruk, sosialisasi keamanan
pangan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah dasar, sosialisasi
pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) kepada ibu hamil dan menyusui
dan konseling gizi mengenai Asi Eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-
ASI) di Posyandu dan Puskesmas, serta praktik pemberian makanan tambahan
(PMT Pemulihan) pada anak gizi kurang.
Pada bulan November-Desember 2018, penulis mengikuti Internship
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan (MSPM) dan Manajemen Asuhan
Gizi Klinis (MAGK) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat dengan topik kajian proses asuhan gizi terstandar
pada pasien bedah, penyakit dalam, dan anak,yaitu 1) . Kasus Peyakit Dalam
Hemiparesis Dextra ec. Stroke Iskemik, PAD Tungkai Kanan, Trombus LV,
Congestive Heart Failure (CHF) FC III, DVT-V Femoralis Dextra, 2) Kasus
Bedah Intrakranial Haemorrhage, Subdural Hematoma Traumatik Temporal
Dextra, Post Kraniotomi H+2, Fraktur Radius Sinistra, 3) Kasus Anak
Brainstem Glioma, Penurunan Kesadaran ec. Space Occupied Lesion (SOL)
Diperkuat oleh Tekanan Intra Kranial (TIK), dan Gizi Buruk Marasmus.Penulis
memiliki pengalaman mengajar yaitu sebagai asisten praktikum mata kuliah
Konsultasi Gizi dan Ekonomi Pangan dan Gizi pada tahun ajaran 2018/2019.

Anda mungkin juga menyukai