Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
Dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengetahuan Sikap dan Praktik PHBS dan PGS Serta
Hubungannya dengan Konsumsi Pangan dan Status Gizi Siswa SMA di Kota dan
Desa”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi di Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan
kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen
penguji sidang yang telah memberikan masukan, arahan, dan saran demi
penyempurnaan karya tulis ini.
3. Pihak SMA Negeri 6 Bogor, SMA Negeri 1 Leuwiliang, Ibu Ermy Dharyanti,
dan Bapak Hilman Iriana S yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.
4. Mama (Endah Azizah), Papa (Ferry Kurniawan), Adik (Muhammad Rafly dan
Muhammad Farhan) yang selalu memberikan dukungan berupa kasih sayang,
doa dan perhatian serta motivasi kepada penulis.
5. I Komang Gede Widiana, Elia Rizki Pramono, Bambang Tri Daxoko yang
selalu memberi dukungan dan mewarnai kehidupan perkuliahan penulis
dengan canda dan tawa.
6. Cici Sri Awaliah, Mahda Rosalina, Muhammad Almas Radifan, Maria
Adelina, Ni Putu Ayu Prisiana dan Romadhony Ardiansyah atas segala
masukan, bantuan, dukungan, semangat, dan motivasi yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 51 dan semua teman-teman dari
Institut Pertanian Bogor angkatan 51, yang telah memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
perbaikan penulisan selanjutnya.
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian 4
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5
Pengolahan dan Analisis Data 6
Definisi Operasional 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Gambaran Umum Sekolah 9
Karakteristik Responden 10
Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 14
Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 16
Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 18
Pengetahuan Gizi Seimbang 24
Sikap Gizi Seimbang 26
Praktik Gizi Seimbang 28
Persepsi Lingkungan Sekolah 34
Persepsi Lingkungan Rumah 41
Konsumsi Pangan 45
Status Gizi 48
Hubungan Antar Variabel 49
SIMPULAN DAN SARAN 53
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 60
RIWAYAT HIDUP 75
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesinoner Penelitian 61
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
pada kelompok penduduk usia ≥10 tahun paling banyak adalah konsumsi bumbu
penyedap yaitu sebesar 77.3%, diikuti makanan dan minuman manis sebesar 53.1%
dan makanan berlemak sebesar 40.7%.
Remaja menurupakan penerus bangsa dalam pembangunan nasional. Perlu
adanya pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan remaja agar proses tumbuh
kembangnya dapat berlangsung secara optimal, baik pertumbuhan fisik maupun
mental. Lingkungan menjadi faktor terbesar yang memiliki pengaruh terhadap taraf
kesehatan individu. Faktor lingkungan fisik yang memiliki pengaruh penting
terhadap proses tumbuh kembang yang optimal adalah zat gizi yang harus dipenuhi
dari makanan sehari-hari (Fauzi 2012). Permasalahan gizi yang banyak ditemui di
kalangan remaja adalah permasalahan gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi remaja usia 16-18 tahun yang
mengalami kegemukkan di Indonesia meningkat dari 1.4% pada tahun 2007 mejadi
7.3% pada tahun 2013. Sedangkan prevalensi kurus pada remaja usia 16-18 tahun
2013 di Indonesia sebesar 9.4%. Masalah gizi ganda pada remaja terjadi
dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi
gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Depkes 2003).
Golongan remaja sudah lebih aktif dalam memilih makanan yang disukai
dan sudah tidak bergantung kepada orang tua seperti saat masih anak-anak.
Kebutuhan energi kelompok remaja juga lebih besar terkait dengan aktivitas fisik
yang lebih banyak. Oleh sebab itu sangat penting bagi kelompok remaja untuk
mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya. Pola makan yang tidak
sehat pada remaja terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi akibat dari
penyampaian informasi kesehatan yang diberikan dengan tidak benar dan tidak
tepat Banyak remaja yang memiliki kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang
rendah gizi, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, kebiasaan tidak sarapan pagi,
dan malas minum air putih. Selain itu juga banyak remaja yang sangat membatasi
pola makan karena takut mengalami kegemukkan. Remaja yang mengalami
masalah gizi akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dan
dapat berakibat pada hilangnya generasi muda (loss generation) serta berdampak
pada keadaan perekonomian bangsa di masa yang akan datang (Fauzi 2012).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik
untuk menganalisis pengetahuan, sikap, dan praktik PHBS dan PGS serta
hubungannya dengan konsumsi pangan dan status gizi siswa SMA di kota dan desa.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengetahuan,
sikap, dan praktik PHBS dan PGS serta hubungannya dengan konsumsi pangan dan
status gizi pada siswa SMA di kota dan desa.
Tujuan khusus
Secara khusus tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi karakteristik siswa SMA, pengetahuan, sikap, dan praktik
PHBS dan PGS siswa SMA di kota dan desa.
2. Menganalisis perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik PHBS dan PGS
antara siswa SMA di kota dan di desa.
3. Mempelajari konsumsi pangan dan status gizi siswa SMA di kota dan desa.
4. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik PHBS dan PGS
dengan konsumsi pangan dan status gizi siswa SMA di kota dan desa.
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik siswa:
-Usia
-Jenis Kelamin
-Urutan Anak
Pekerjaan dan
Sanitasi lingkungan pendapatan Konsumsi pangan
sekolah dan rumah orangtua
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan praktik PHBS dan PGS
serta hubungannya dengan konsumsi pangan dan status gizi siswa SMA di kota dan
desa.
METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berusia 13-18 tahun
di SMA Negeri 6 Bogor dan SMAN 1 Leuwiliang. Pemilihan subjek berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara wawancara dan pengukuran langsung dengan
menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dijelaskan oleh peneliti sedangkan
data sekunder yaitu gambaran sekolah dan jumlah siswa yang ada di sekolah
tersebut. Data primer yang dikumpulkan antara lain: karakteristik siswa dan
orangtua yang diperoleh melalui wawancara kuesioner. Pengetahuan, sikap dan
praktik PHBS dan PGS diperoleh dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada
siswa terkait PHBS dan PGS yang diisi langsung oleh siswa menggunakan lembar
isian terstruktur. Konsumsi pangan diperoleh menggunakan formulir Food
Frequency Questionnaire (FFQ). Data antropometri untuk penilaian status gizi
6
Pengetahuan subjek terkait PHBS dan PGS dinilai dengan memberikan skor
1 pada jawaban benar dan skor 0 pada jawaban salah. Sikap subjek terkait PHBS
dan PGS terbagi atas jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Praktik PHBS dan
PGS subjek terbagi atas jawaban tidak pernah (skor 0 pada pernyataan positif),
kadang-kadang (skor 1) dan selalu (skor 2 pada pernyataan positif). Persepsi subjek
terhadap sanitasi lingkungan sekolah dan rumah dinilai dengan memberikan skor
terhadap masing-masing kategori yang diberikan kepada subjek. Jawaban terbagi
atas jawaban sangat kurang, kurang, cukup, baik dan jawaban sangat baik, yang
diberikan skor 1 sampai 5. Seluruh jawaban dikategorikan menjadi rendah (skor
<60%), sedang (skor 60-80%) dan tinggi (skor >80%) (Khomsan 2000).
8
Definisi Operasional
Pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat adalah informasi yang diketahui
oleh siswa terkait perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-
hari.
Praktik gizi seimbang adalah kebiasaan siswa dalam memilih makanan yang sehat
dan bergizi serta gaya hidup sehat.
Praktik hidup bersih dan sehat adalah kebiasaan siswa terkait perilaku hidup
bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya .
Sekolah adalah lembaga yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran.
Sikap gizi seimbang adalah reaksi atau respon siswa terkait makanan yang sehat
dan bergizi dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap hidup bersih dan sehat adalah reaksi atau respon siswa terkait perilaku
hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
Status gizi adalah keadaan gizi subjek yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan yang diperoleh dari data
antropometri. Perhitungan status gizi yang digunakan adalah IMT/U.
Subjek adalah remaja berusia 13-18 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan yang duduk di kelas X SMA Negeri 6 Bogor atau SMA Negeri
1 Leuwiliang.
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal dalam satuan cm.
Usia merupakan lama hidup dalam satuan tahun.
dan 2 kelas jurusan IPS. Jumlah keseluruhan murid kelas X sebanyak 362 siswa
yang terdiri dari 171 laki-laki dan 191 perempuan. Sekolah SMA Negeri 6 Bogor
terletak di dalam perumahan dan cukup jauh dari jalan raya sehingga sekolah ini
jauh dari kebisingan dan polusi asap kendaraan. Banyak terdapat pohon yang besar
dan rindang di lingkungan sekolah ini sehingga menambah kesejukkan
lingkungannya. Sekolah ini memiliki aturan agar siswa melepas alas kakinya saat
masuk ke dalam kelas untuk mengurangi kotoran di kelas.
Karakteristik Responden
ini berlawanan dengan ayah responden yang bekerja sebagai Wiraswasta, Ayah
responden yang bekerja sebagai Wiraswasta di daerah desa lebih tinggi
dibandingkan di daerah kota yaitu sebesar 35.9% untuk daerah desa dan 20.5%
untuk daerah kota. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada pekerjaan ayah dan
ibu responden di kota dan di desa. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh ibu responden
di daerah kota adalah sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 79.5%, Ibu Rumah
Tangga juga merupakan pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh ibu responden
di daerah desa dengan persentase sebesar 71.8%. Hal ini menunjukkan bahwa
pekerjaan ibu reponden didominasi oleh Ibu Rumah Tangga baik di daerah kota dan
desa. Namun terdapat juga ibu responden yang bekerja sebagai PNS, Pegawai
Swasta, Wiraswata dan di bidang Jasa.
Pendapatan adalah imbalan yang diterima baik berbentuk uang maupun
barang, yang dibayarkan perusahaan, kantor atau majikan (BPS 2017). Menurut
Murohman (2011), pendapatan mempunyai hubungan yang searah dengan tingkat
konsumsi, kenaikan pendapatan akan diikuti oleh kenaikan tingkat konsumsi,
sedangkan penurunan pendapatan akan menurunkan tingkat konsumsi. Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (2015), status ekonomi seseorang dikategorikan tidak miskin
apabila memiliki pendapatan per kapita lebih dari Rp 317 430 dan dikategorikan
miskin apabila memiliki pendapatan per kapita kurang dari atau sama dengan Rp
317 430. Distribusi responden berdasarkan karakteristik ekonomi dapat dilihat pada
Tabel 7.
hampir seluruh keluarga responden memiliki status ekonomi tidak miskin. Rata-
rata pendapatan per kapita responden di daerah kota (Rp 1 466 331 ± 1 050 661)
lebih tinggi dibandingkan responden di daerah desa (Rp 1 107 051 ± 618 467.4)
Menurut Sari (2016) Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin kecil
proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga.
Dapat dikatakan bahwa rumah tangga akan semakin sejahtera bila persentase
pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran
untuk non makanan.
tinggi pula. Begitu juga dengan umur, semakin bertambahnya umur seseorang maka
pengetahuannya juga semakin bertambah (Wawan 2010).
7 Olahraga teratur membuat tubuh sehat dan bugar 39 100 39 100 78 100
langsung pada perilaku individu menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap
kesehatan hampir pasti berdampak pada perilakunya (Notoatmodjo 2007). Menurut
Azwar (2004) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting dan pengaruh
kebudayaan. Sebagian besar pernyataan sikap ditanggapi dengan jawaban setuju
lebih dari 80% oleh responden, seperti pernyataan menggunakan sabun dalam
mencuci tangan (92.3%), menggunakan air mengalir dalam mencuci tangan
(84.6%), membersihkan jamban setelah digunakan (98.7%), membuang sampah di
tempat yang telah disediakan (92.3%), melakukan pemberantasan jentik nyamuk
(85.9%), dan tidak merokok di sekolah dan di dalam rumah (96.2%).
Responden yang tidak setuju terhadap pernyataan terkait membersihkan
kelas sesuai jadwal beralasan bahwa tidak terdapat jadwal piket yang ditetapkan.
Responden yang tidak bersedia mengonsumsi sayur dan buah 3 porsi sehari
menyatakan tidak suka memakan buah dan sayur. Sedangkan responden yang tidak
setuju untuk tidak meludah sembarangan tidak memiliki alasan tersendiri.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan
dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta
lingkungan (Notoatmodjo 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Riskesdas (2013) mencatat terdapat
beberapa indikator untuk menilai praktik PHBS individu diantaranya adalah cuci
tangan, BAB dengan jamban, konsumsi sayur dan buah dan aktivitas fisik.
Penilaian perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan jawaban responden terhadap
pernyataan-pernyataan yang diberikan. Responden diberi nilai 2 jika menjawab
“selalu” pada pernyataan positif atau menjawab “tidak pernah” pada pernyataan
negatif, diberi nilai 1 jika menjawab “kadang-kadang”, dan diberi nilai 0 jika
menjawab “tidak pernah” pada pernyataan positif atau menjawab “selalu” pada
pernyataan negatif. Sebaran responden berdasarkan praktik PHBS dapat dilihat
pada Tabel 12.
Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar reponden di daerah kota dan desa
memiliki nilai praktik hidup bersih dan sehat yang tergolong sedang. Sebanyak
69.2% responden di daerah kota memiliki nilai praktik hidup bersih dan sehat yang
tergolong sedang, sedangkan di daerah desa, sebanyak 56.4% responden tergolong
sedang. Namun responden yang memiliki nilai praktik hidup bersih dan sehat yang
tergolong tinggi lebih banyak terdapat di daerah desa (38.5%) dibandingkan di
daerah kota (23.1%). Hasil ini menunjukkan praktik hidup bersih dan sehat
responden di daerah desa lebih baik dibanding responden di daerah kota. Terdapat
3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin,
dan faktor penguat. Faktor predisposisi adalah yang mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan lain-lain.
Faktor pemungkin adalah faktor yang menjadi sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat adalah faktor yang
memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan
mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak mempraktikannya. Misalnya, ada
anjuran dari orang tua atau guru (Notoatmodjo 2005).
Menurut Kemenkes (2011), PHBS dapat dibagi dalam 5 tatanan, yaitu
tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan
tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. PHBS di institusi pendidikan adalah
upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan sasaran primer (siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah) untuk mempraktikkan perilaku yang dapat
menciptakan institusi pendidikan yang berprilaku hidup bersih dan sehat. PHBS di
institusi pendidikan mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun,
mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat,
membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi narkoba,
alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang
tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
Mayoritas responden selalu mencuci tangan sebelum makan, hal ini sudah
tergolong baik dengan persentase 41% responden di daerah kota selalu mencuci
tangan sebelum makan dan di daerah desa sebesar 51.3%. Sedangkan sisanya
menjawab kadang-kadang. Pada kebiasaan mencuci dangan dengan air mengalir
dan sabun, sebanyak 61.5% di daerah kota dan 59.0% responden di daerah desa
selalu mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. Sedangkan
sisanya yaitu 38.5% di daerah kota dan 41% di daerah desa menjawab “kadang-
kadang”. Biasanya responden yang tidak selalu mencuci tangan dengan air mengalir
dan sabun, hanya mencuci tangan dengan air yang disediakan di dalam wadah.
Mengeringkan tangan setelah dengan lap atau tisu adalah langkah yang dilakukan
setelah mencuci tangan. Berdasarkan Tabel 13, sebanyak 28.2% responden di
daerah kota dan 53.8% responden di daerah desa selalu mengeringkan tangan
setelah mencuci tangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rabie dan Curtis
(2006), praktik cuci tangan dapat menurunkan insiden diare hingga 43-47%,
menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, dan dapat menurunkan 50%
insiden flu burung.
Makanan jajanan juga dikenal sebagai “street food” adalah jenis makanan yang
dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta tempat
yang sejenisnya (Mudjajanto 2005). Jajanan yang kurang terjamin kesehatan dan
kebersihannya dapat berpotensi menyebabkan keracunan dan gangguan pencernaan.
Survey BPOM tahun 2004 menunjukkan bahwa 60% jajanan sekolah tidak memenuhi
standar mutu dan keamanan. Survey BPOM tahun 2007 juga membuktikan bahwa 45%
jajanan sekolah merupakan makanan jajanan yang berbahaya (BPOM 2009). Sebaran
responden berdasarkan kebiasaan jajan dapat dilihat pada Tabel 10. Sebagian besar
responden di daerah kota tidak selalu memilih jajanan yang bersih dan sehat untuk
dikonsumsi yaitu sebanyak 41%, sedangkan sebagian besar responden di daerah desa
selalu memilih jajanan yang bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Pada kebiasaan
membeli jajanan dengan warna mencolok, mayoritas responden di daerah kota dan di
daerah desa menjawab “kadang-kadang”. Terdapat 5.1% responden di daerah kota
selalu mengonsumsi jajanan dengan warna mencolok dan 2.6% responden di daerah
desa mengonsumsi jajanan dengan warna mencolok. Remaja biasanya membeli jajan
21
Berdasarkan Tabel 16, hanya sebesar 23.1% responden di kota dan 20.5%
responden di desa yang melakukan olahraga dengan teratur. Responden yang
melakukan olahraga teratur menyatakan bahwa dirinya mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Sedangkan sebagian besar lainnya tidak selalu
melakukan olahraga dengan teratur, dapat dilihat dari persentase responden yang
menjawab “kadang-kadang” yaitu sebesar 74.4% baik di daerah kota dan desa.
Olahraga teratur merupakan cara yang untuk mempertahankan berat badan
normal, hal ini tentunya harus dilakukan bersamaan dengan pola konsumsi
makanan yang memiliki susunan gizi seimbang dan beraneka ragam. Pemantauan
berat badan secara teratur dilakukan minimal 1 bulan sekali. Pemantauan berat
badan dan mempertahankannya dalam rentang normal memungkinkan seseorang
dapat mencegah berbagai penyakit tidak menular (Kemenkes 2014). Hasil
penelitian yang didapat menunjukkan hanya sebesar 12.8% responden di kota dan
7.7% responden di desa yang selalu mengukur berat badannya secara rutin.
Sedangkan 82.1% responden di kota dan 74.4% responden di desa menjawab
“kadang-kadang”. Responden di daerah kota yang menjawab tidak pernah
mengukur berat badannya dengan teratur adalah responden yang memiliki status
gizi obesitas dan berlebih
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan
(Kemenkes 2011). Praktik perilaku hidup bersih dan sehat dimulai dari unit terkecil
yaitu individu. Sebaran responden berdasarkan kebiasaan dalam menjaga
kebersihan diri dapat dilihat pada Tabel 17.
sebelum tidur yaitu sebesar 53.8%, sedangkan di daerah desa sebagian besar
responden (56.4%) tidak selalu menggosok gigi sebelum tidur.
Riskesdas (2013) menjelaskan definisi berperilaku benar dalam menyikat
gigi adalah kebiasaan menyikat gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum
tidur. Menurut Cahyadi (2015), kurangnya kebersihan gigi dan mulut menyebabkan
tertimbunnya mikroorganisme pada permukaan gigi yang disebut dengan plak gigi.
Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan
mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, di mana akan
mempengaruhi jugaa ngka karies dan penyakit penyangga gigi.
Selain kebersihan diri, perilaku hidup bersih dan sehat seseorang dapat
dilihat dari upaya individu tersebut dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kebiasaan responden dalam membersihkan ruang kamar tidur dan ruang kelas
memiliki persentase yang lebih baik di daerah desa dibandingkan daerah kota.
Persentase responden di daerah desa yang selalu membersihkan ruang tidur adalah
sebesar 59.0% sedangkan di daerah kota sebesar 56.4%. Terdapat 5.1% responden
di kota yang tidak pernah membersihkan kamar tidurnya, responden menyatakan
kamar tidurnya dibersihkan oleh orang tua atau asisten rumah tangga sehingga
mereka tidak perlu lagi membersihkan kamar tidurnya. Kebiasaan dalam mengikuti
piket juga lebih baik di daerah desa dengan persentase 66.7% selalu mengikuti
jadwal piket sedangkan di daerah kota hanya 25.6%. Hal ini diduga karena sekolah
24
di daerah kota memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik, dalam hal ini adalah
petugas kebersihan, sehingga siswa dan siswi lebih cenderung mengandalkan
petugas kebersihan dalam membersihkan kelas.
Menurut hasil Riskesdas (2013), perilaku merokok penduduk 15 tahun ke
atas masih terjadi peningkatan dari 34.3% pada 2007 menjadi 36.3% pada 2013.
Pada kelompok usia 15-19 tahun persentase perokok setiap hari adalah sebesar
11.2% sedangkan perokok kadang-kadang sebesar 7.1%. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan 10.3% responden di kota dan 12.8% responden di desa
merupakan perokok kadang-kadang, angka ini lebih tinggi dibandingkan hasil
Riskesdas 2013. Sedangkan responden yang selalu merokok hanya terdapat di
daerah desa dengan persentase sebesar 2.6%, angka ini lebih rendah dibandingkan
hasil Riskesdas 2013 yaitu sebesar 11.2%.
Usia remaja merupakan periode rentan gizi. Hal ini disebabkan karena pada
usia remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi, perubahan gaya hidup dan
kebiasan makan remaja mempengaruhi suatu asupan maupun kebutuhan gizinya
(Soetjiningsih 2007). Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa ini perlu diperhatikan
karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja akan
sangat mempengaruhi asupannya (Pritasari 2017). Masalah gizi yang sering terjadi
pada usia remaja adalah gizi lebih dan gizi kurang. Gizi kurang disebabkan karena
tingkat konsumsi energi dan zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi yang terjadi
secara kronis sedangkan gizi lebih terjadi karena asupan makan yang melebihi
angka kecukupan gizi disertai dengan kebiasaan makan yang kurang baik dan
kurang aktivitas fisik (Supariasa 2002). Salah satu penyebab timbulnya masalah
gizi dan perubahan kebiasaan makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang
rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah (Emilia 2009).
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia merupakan
pengganti slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952
namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk
dengan memantau berat badan secara teratur. Pilar-pilar tersebut adalah
mengonsumsi anekaragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih,
melakukan aktivitas fisik dan memantau berat badan secara teratur untuk
mempertahankan berat badan normal (Kemenkes 2014).
29
Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa air
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak
dapat memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar 2/3 dari berat tubuh
kita adalah air. Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan dengan mengatur jumlah masukan
air dan keluaran air yang seimbang. Bagi tubuh, air berfungsi sebagai pengatur
proses biokimia, pengatur suhu, pelarut, pembentuk atau komponen sel dan organ,
33
media tranportasi zat gizi dan pembuangan sisa metabolisme, pelumas sendi dan
bantalan organ. Proses biokimiawi dalam tubuh memerlukan air yang cukup.
Gangguan terhadap keseimbangan air di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko
berbagai gangguan atau penyakit, antara lain (konstipasi), infeksi saluran kemih,
batu saluran kemih dan gangguan ginjal akut. Sebagian besar air yg dibutuhkan
tubuh dilakukan melalui minuman yaitu sekitar dua liter atau delapan gelas sehari
bagi remaja dan dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi temperatur
harian di kantor/rumah tropis (Kemenkes 2014). Berdasarkan Tabel 28, Sebagian
besar responden sudah mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas sehari, dengan
persentase sebesar 61.5% responden di daerah kota dan 64.1% responden di daerah
desa selalu mngonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari. Namun terdapat 5.1%
responden di daerah kota yang tidak pernah mengonsumsi air putih sebanyak 8
gelas sehari. Responden beralasan jumlah tersebut terlalu banyak untuk dikonsumsi
dalam sehari. Perlu adanya edukasi gizi kepada responden agar tidak terjadi
anggapan yang salah terkait praktik gizi yang salah.
Pangan sumber protein terdiri dari sumber protein hewani dan protein
nabati. Kelompok pangan sumber protein hewani meliputi daging, ikan, telur, susu
34
di daerah kota memberikan nilai yang sangat baik dan 23.1% menilai baik untuk
kebersihan kelasnya. Sedangkan responden di daerah desa, hanya 2.6% yang
menilai kebersihan kelasnya sangat baik dan 5.1% yang menilai baik. Hasil ini
menunjukkan kebersihan kelas di sekolah daerah kota lebih baik dibandingkan
sekolah di daerah desa. Kebersihan kelas merupakan tanggung jawab bersama
seluruh siswa penghuninya, namun terdapat pihak lain yang ikut berperan dalam
kebersihan kelas yaitu petugas kebersihan sekolah. Jadi walaupun perilaku hidup
bersih dan sehat responden di desa lebih baik dibandingkan responden di daerah
kota, kebersihan kelas sekolah di daerah kota bisa mendapat penilaian lebih baik
karena petugas kebersihannya.
Menurut persepsi responden di daerah kota, sebanyak 7.7% responden
menilai kebersihan jamban di sekolahnya sudah sangat baik, 23.1% menilai baik
dan 59% responden menilai cukup. Sedangkan di daerah desa tidak terdapat
responden yang menilai kebersihan jamban sekolahnya dengan sangat baik dan
hanya terdapat 10.3% responden yang memiliki persepsi baik terhadap kebersihan
jamban sekolahnya. Sebagian besar responden di daerah desa memiliki persepsi
yang cukup dan kurang terkait kebersihan jamban sekolahnya yaitu sama-sama
sebesar 41%. Selain itu terdapat responden yang menilai kebersihan jamban
sekolahnya sangat kurang. Menurut pengamatan peneliti, hal ini disebabkan oleh
lokasi jamban yang ada di sekolah. Lokasi jamban sekolah yang menjadi tempat
penelitian di daerah kota bersebelahan dengan ruang kelas sehingga jamban dapat
diakses tanpa keluar kelas terlebih dahulu, berbeda dengan jamban sekolah yang
menjadi lokasi penelitian di daerah desa yang menempatkan jamban secara terpisah.
Hal ini dapat mempengaruhi kepedulian siswa terhadap kebersihan jamban. Lokasi
jamban yang bersebelahan di sekolah daerah kota membuat kesadaran siswa
meningkat, karena jika jamban tersebut kotor dan berbau, dapat mengganggu proses
pembelajaran mereka secara langsung sehingga siswa memiliki tanggungjawab
lebih atas jamban kelas mereka, selain itu hanya siswa-siswi kelas tersebut yang
dapat mengakses jamban tersebut. Berbeda dengan sekolah yang menjadi lokasi
penelitian di daerah desa, penempatan jamban yang terpisah dan jauh dari kelas
tidak akan mengganggu proses pembelajaran mereka secara langsung, sehingga
siswa-siswi tidak merasa memiliki tanggungjawab yang tinggi atas kebersihan
jamban sekolah, selain itu siswa-siswi merasa kebersihan jamban sekolahnya
merupakan tanggungjawab petugas kebersihan yang ada di sekolah.
Kebersihan lingkungan sekolah yang dinilai dari kebersihan lingkungan
sekitar sekolah, lorong dan lapangan sekolah. Kebersihan lingkungan sekolah
menjadi tanggungjawab semua masyarakat sekolah, seperti guru, siswa dan
masyarakat lingkungan sekolah. Mayoritas responden memiliki persepsi yang baik
terhadap sekolahnya baik responden di daerah kota dan daerah desa dengan
persentase masing-masing 69.2% dan 51.3%. Tidak terdapat responden yang
memiliki persepsi sangat kurang terhadap kebersihan lingkungan sekolah mereka.
Hal ini menunjukkan kebersihan lingkungan sekolah yang menjadi lokasi penelitian
sudah tergolong baik. Selain itu sebagian besar persepsi responden terhadap kantin
sekolah juga baik, yaitu sebesar 51.3% untuk masing-masing daerah kota dan desa.
Penggunaan jamban yang bersih dan sehat merupakan salah satu dari
indikator PHBS, menggunakan jamban yang bersih dan sehat setiap buang air besar
dan buang air kecil dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih,
sehat dan tidak berbau. Selain itu, tidak mencemari sumber air yang ada di sekitar
38
lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat
menularkan penyakit seperti diare, demam tifoid, kecacingan dan penyakit lainnya
(Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2009). Indikator jamban yang bersih dan sehat dapat
dilihat dari kebersihan air yang tersedia, kecukupan air yang tersedia dan
kecukupan jumlah jamban yang tersedia. Sebaran jawaban responden terhadap
fasilitas jamban sekolah dapat dilihat pada Tabel 32.
kebersihan air di sekolah mereka cukup, sedangkan 20.5% menilai kurang dan 5.1%
menilai sangat kurang. Hal ini juga terjadi terhadap penilaian kecukupan air dan
jumlah jamban, persentase penilaian kecukupan air sekolah di daerah kota lebih
baik dibandingkan sekolah di daerah desa. Sebanyak 25.6% responden di daerah
kota menilai kecukupan air di sekolahnya sangat baik dan 33.3% menilai baik,
sedangkan di daerah desa hanya 2.6% menilai sangat baik dan 5.1% menilai baik.
Penilaian terhadap kecukupan jamban sekolah di daerah kota terdapat 48.7%
respoden menilai sangat baik dan 28.2% menilai baik, sedangkan di daerah desa
hanya 2.6% yang menilai sangat baik dan 17.9% menilai baik.
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra 2007). Umumnya sampah dibagi menjadi dua
jenis, yakni sampah non organik dan sampah organik. Sampah organic adalah
sampah yang tidak dapat membusuk seperti logam, kaca dan plastik, sedangkan
sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk seperti sisa-
sisa makanan, daun-daunan dan buah-buahan (Notoatmodjo 2003). Sampah
berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat menimbulkan
dampak positif dan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, baik atau
buruknya dampak tersebut tergantung kepada pengelolaannya. Pengelolaan sampah
yang baik akan memberikan dampak menguntungkan seperti dapat digunakan
sebagai pupuk, sedangkan pengelolaan yang kurang baik dapat memberikan
dampak yang merugikan seperti menjadi sumber penyakit yang ditularkan melalui
bakteri pathogen dan serangga sebagai vektor (Rohani 2007). Pada Tabel 18 dapat
dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang baik terhadap
pengelolaan sampah di sekolah mereka dengan persentase sebesar 56.4% di daerah
kota dan 38.5% di daerah desa. Diikuti dengan persepsi yang cukup dengan
persentase 25.6% di daerah kota dan 33.3% di daerah desa. Selain itu 17.9%
responden di daerah kota menilai pengelolaan sampah di sekolahnya tergolong
sangat baik sedangkan di daerah desa 15.4% responden menilai sangat baik.
Pengelolaan sampah di kedua sekolah yang menjadi lokasi penelitian memiliki
kesamaan yaitu sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya, kemudian pada sore hari
petugas kebersihan sekolah akan mengangkut sampah tersebut ke penampungan
yang lebih besar di dalam sekolah. Sampah organik akan dijadikan pupuk kompos
sedangkan sampah non organik akan diangkut oleh truk dan dan dibuang ke TPA.
Pada responden di daerah desa, terdapat 10.3% responden yang menilai
pengelolaan sampah di sekolah mereka kurang baik dan 2.6% menilai sangat
kurang baik. Mereka beralasan masih terdapat siswa-siswi yang tidak memilah
sampah organik dengan sampah non organik sebelum dibuang.
Salah satu permasalahan lingkungan sekarang adalah mengenai sampah
karena sampah dihasilkan oleh setiap individu terus-menerus tiap harinya, baik itu
sampah organik maupun non organik. Sementara sampah baru dihasilkan setiap
harinya, tempat untuk menampung sampah-sampah tersebut tidaklah bertambah
sehingga jika dibiarkan akan mengakibatkan penumpukan sampah yang berujung
pada timbulnya berbagai penyakit juga merusak keindahan lingkungan. Mengingat
hal ini, jumlah tempat sampah yang disediakan oleh pihak sekolah juga harus
diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan sampah yang berlebih (Kusumaningtiar
2016). Sebagian besar responden di daerah kota memiliki persepsi jumlah tempat
sampah di sekolah mereka sudah sangat baik yaitu 43.6%, sedangkan di daerah desa
40
hanya 12.8% yang menilai sangat baik. Responden yang memiliki persepsi baik
sebesar 38.5% baik di daerah kota dan daerah desa. Berdasarkan pengamatan
peneliti, sekolah yang menjadi lokasi penelitian di daerah kota memiliki 2 buah
tempat sampah yang di letakkan di depan setiap kelas, sedangkan di sekolah yang
berada di desa, tempat sampah hanya terdapat 2 buah di setiap ujung lorong dan 2
buah di bagian ujung lainnya. Hal ini yang menyebabkan perbedaan terhadap
persepsi kecukupan jumlah tempat sampah yang tersedia. Sebaran jawaban
terhadap pertanyaan terkait pengelolaan sampah dapat dilihat pada Tabel 33.
Kualitas udara yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas bakan
pencemar penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan
penghuni. Kualitas udara dalam ruang sebenarnya ditentukan secara sengaja
ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri. Ada gedung yang secara
khusus diatur, baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai
peralatan ventilasi khusus, ada pula yang dilakukan dengan memanfaatkan keadaan
cuaca alamiah dengan mengatur bagian gedung yang dapat dibuka (Candrasari dan
Mukono 2013).
Persepsi responden terhadap kondisi udara di lingkungan sekolahnya sudah
tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase responden yang
memiliki persepsi sangat baik dan baik. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian di
daerah kota memiliki 51.3% responden dengan persepsi sangat baik dan 46.2%
responden dengan persepsi baik. Sedangkan sekolah yang menjadi lokasi penelitian
di daerah desa memiliki 23.1% responden dengan persepsi sangat baik dan 53.8%
dengan persepsi baik. Tidak terdapat responden yang memiliki persepsi kurang atau
sangat kurang, baik di sekolah daerah kota maupun di daerah desa. Berdasarkan
pengamatan peneliti, hasil yang baik ini disebabkan oleh lingkungan sekolah yang
asri, kedua sekolah banyak terdapat pohon-pohon yang dapat menyejukkan dan
41
memperbaiki kualitas udara, terlebih lagi pada sekolah di daerah kota yang terletak
jauh dari jalan raya sehingga jauh dari polusi kendaraan.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah juga memiliki aspek fisik
dan lingkungan. Rumah yang ideal bukan hanya dilihat dari segi kemewahan,
keindahan arsitektural atau segi kemegahan dari bangunannya, melainkan
ditentukan dari seberapa besar pengaruhnya bagi kehidupan penghuninya. Pada
dasarnya, rumah membuat penghuninya merasa aman, nyaman dan tenang tinggal
di dalamnya. Terlepas seberapa besar atau kecil rumah tersebut. Rumah yang sehat
tidak hanya memberikan dampak positif bagi penghuninya, namun juga
menyebarkan aura positif disekitarnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Adrian (2015), kondisi lingkungan rumah ideal yang paling banyak diharapkan oleh
responden penelitiannya adalah kebersihan, kemudian diikuti oleh kemanan,
kenyamanan dan sehat. Kondisi lingkungan rumah ideal akan lebih baik jika
didukung oleh karakter lingkungan yang baik. Sebaran responden berdasarkan
persepsi lingkungan rumah dapat dilihat pada Tabel 35.
rumah lainnya juga memiliki tanggung jawab atas kebersihan dari lingkungan
rumah. Rumah merupakan tempat berkumpul sehingga dapat terjadi penularan
penyakit dengan cepat apabila perilaku yang tidak mendukung kesehatan,
kebersihan lingkungan rumah kurang baik dan kebersihan individu kurang baik
(Harahap 2014).
desa sebesar 17.9%. Responden yang memberikan penilaian baik adalah sebesar
51.3% di daerah kota dan 48.7% di daerah desa.
Konsumsi Pangan
konsumsi terhadap daftar nama makanan yang sudah dibuat. Frekuensi pangan yang
ditulis berupa jumlah konsumsi dalam satu hari hingga dalam satu tahun, setelah itu
dibuat rata-rata dalam satu hari atau satu minggu. Sebaran frekuensi konsumsi
makanan responden dapat dilihat pada Tabel 40.
dikonsumsi adalah susu bubuk. Jenis susu dapat mempengaruhi jumlah kalsium
yang dikonsumsi seseorang. Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan, kandungan
kalsium pada 100 gram setiap jenis susu berbeda-beda.
Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang dipersiapkan
dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian
umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan
lebih lanjut. Makanan jajanan juga dikenal sebagai “street food” adalah jenis makanan
yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta
tempat yang sejenisnya (Mudjajanto 2005). Secara keseluruhan frekuensi konsumsi
jajanan responden di daerah desa (9.6 kali/minggu) lebih tinggi dibandingkan
responden di daerah kota (6.0 kali/minggu). Jenis jajanan yang paling banyak
dikonsumsi responden di daerah kota adalah bakso dengan frekuensi 1.5 kali per
minggu sedangkan jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi responden di daerah
desa adalah gorengan. Selain makanan jajanan, frekuensi konsumsi minuman
responden di daerah desa juga lebih tinggi dibandingkan di daerah kota. Rata-rata
frekuensi konsumsi minuman responden di daerah desa sebanyak 9.7 kali sedangkan
di daerah kota sebanyak 11.3 kali per minggu. Jenis minuman yang paling banyak
dikonsumsi responden di daerah kota adalah teh yaitu sebanyak 3.5 kali per minggu,
sedangkan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi di daerah desa adalah teh
kemasan. Perbedaan teh dengan teh kemasan adalah penyajiannya. Teh kemasan adalah
teh yang sudah siap dikonsumsi tanpa persiapan lebih lanjut sedangkan teh biasa adalah
hasil olahan daun teh yang masih perlu diseduh sebelum disajikan.
Status Gizi
Status gizi merupakan kondisi tubuh yang terjadi sebagaik akibat dari
konsumsi makanan dan pengunaan zat gizi. Status gizi merupakan gambaran dari
kondisi terpenuhinnya kebutuhan enegri dan zat gizi yang berasal dari makanan
yang dapat diukur dan ditentukan kedalam kategori gizi tertentu (Almatsier 2004).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat pada level individu. Faktor yang
mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak
langsung dari status gizi yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak
dan lingkungan kesehatan yang tepat termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan
(Riyadi 2001).
Status gizi dibedakan menjadi gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi
lebih. Status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
yang baik (Almatsier 2004). Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi
konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh. Asupan gizi yang
kurang dalam makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang
yang asupan gizinya berlebih akan menderita gizi lebih (Almatsier 2010).
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter,
kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan.
Penilaian status gizi secara langsung dikelompokkan menjadi 5 metode, yaitu
antropometri, laboratorium, klinis, survei konsumsi pangan dan faktor ekologi
(Gibson 2005). Penilaian status gizi dengan metode antropometri adalah menilai
pertumbuhan dari individu. Contoh parameter antropometri yang sering digunakan
49
untuk menentukan status gizi adalah umur, tinggi badan dan berat badan (Thamaria
2017). Hasil pengukuran parameter antropometri dapat digunakan untuk
menghitung indeks antropometri, indeks antropometri yang digunakan pada
kelompok usia remaja adalah IMT/U. Indikator IMT/U dapat digunakan untuk
identifikasi kurus dan gemuk yang dapat berakibat pada resiko berbagai penyakit
degeneratif saat dewasa (Riskesdas 2013). Sebaran responden berdasarkan status
gizi dapat dilihat pada Tabel 41.
dan 3 orang memiliki praktik gizi seimbang yang baik. Hasil tabulasi silang antara
praktik PGS dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 45.
Simpulan
Saran
Secara umum pengetahuan dan sikap PHBS dan PGS siswa di kota dan desa
sudah baik, namun perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran terkait
pentingnya penerapan praktik PHBS dan PGS siswa baik di daerah kota dan daerah
desa. Praktik PHBS perlu ditingkatkan guna membiasakan siswa dalam berperilaku
hidup bersih yang akan berimplikasi dengan rasa tanggung jawab terhadap
kebersihan lingkungan, sedangkan praktik PGS perlu ditingkatkan guna
memperbaiki pola konsumsi siswa yang akan berimplikasi dengan status gizi siswa.
55
DAFTAR PUSTAKA
Adrian A. 2015. Lingkungan rumah ideal. Prosiding Temu Ilmiah IPBLI 2015. 3
(1): 57-62.
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
______. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Aprilia SF. 2017. Studi perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku gizi seimbang, dan
konsumsi pangan santri di pondok pesantren Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.
Azwar S. 2004. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta (ID):
Pustaka Pelajar.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2009. Food Watch: Sistem
Keamanan Pangan Terpadu Pangan Jajanan Anak Sekolah. Jakarta (ID):
BPOM RI.
[Balibangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta
(ID): Kementerian Kesehatan.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1997. Gerakan
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015 Garis kemiskinan menurut kabupaten/kota
(rupiah/kapita/bulan.[online]. [Diakses pada 02 April 2018]. Terdapat:
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1264.
______. 2017. Indeks Pembangunan Manusia 2016. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
______. 2017. Statistik Pendapatan Februari 2017. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik.
Cahyadi ED. 2015. Akumulasi plak, status karies dan pH saliva pada anak usia 4-5
tahun berdasarkan kebiasaan menyikat gigi dan diet [Thesis]. Yogyakarta
(ID): Universitas Gadjah Mada.
Candrasari CP, Mukono J. 2013. Hubungan kualitaas udara dalam ruang dengan
keluhan penghuni lembaga pemasyarakatan kelas IIA Kabupaten Sidoarjo.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7 (1): 21-25.
Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): EGC.
Chandra, Fauzan A, Aquarista MF. 2017. Hubungan antara pengetahuan dan sikap
dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa sekolah dasar
(SD) di Kecamatan Cerbon tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Khatulistiwa. 4 (3): 201-205.
56
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2009. Petunjuk Teknis Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga. Bandung (ID): Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2002. Panduan Manajemen PHBS Menuju
Kabupaten/Kota Sehat. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta (ID): Depkes RI.
______. 2003. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Panduan Untuk Petugas. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
______. 2008. Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat Di Wilayah
Kecamatan. Jakarta (ID): Kemenkes.
Dwipayanti U. 2008. Ketersediaan dan pengelolaan toilet di tempat wisata Pulau
Bali [skripsi]. Bali (ID): Universitas Udayana.
Emilia E. 2009. Pengetahuan sikap dan praktek gizi pada remaja dan implikasinya
pada sosialisasi perilaku hidup sehat. Media Pendidikan Gizi dan Kuliner. 1
(1): 1-10.
Fauzi CA. 2012. Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut pesan
ke-6, 10, 11, 12 dari pedoman umum gizi seimbang (PUGS) pada remaja.
Jurnal Kesehatan Reproduksi. 3 (2): 91-105.
Gibson RS. 2005. Principle Nutrition Assessment. New York (US): Oxford
University Press.
Harahap LS, Cahaya I, Hasan W. 2014. Gambaran konsisi lingkungan kamar
hunian dan personal hygiene di asrama akademi kebidanan barunan husada
sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun
2013. Jurnal Lingkungan dan Kesehatan Kerja. 3 (2): 1-8.
Hardinsyah, Damayanthi E, Zulianti W. 2008. Hubungan konsumsi susu dan
kalsium dengan densitas tulang dan tinggi badan remaja. Jurnal Gizi dan
Pangan. 3 (1): 43-48.
Hardinsyah, Supariasa IDN. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta (ID):
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hardinsyah. 2008. Cerdas dengan Pangan Hewani. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Hidayati N. 2016. Persepsi siswa terhadap kebersihan lingkungan di SDN 51 Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD. 1 (1): 78-87.
Idayanti, Darmawati S, Nurullita U. 2009. Perbedaan variasi lama simpan telur
ayam pada penyimpanan suhu almari es dengan suhu kamar terhadap total
mikroba. Jurnal Kesehatan. 1 (2): 19-26.
Jayati LD, Madanijah S, Khomsan A. 2014. Pola konsumsi pangan, kebiasaan
makan, dan densitas gizi pada masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, Jawa
Barat. Penel Gizi Makan. 37 (1): 33-42.
Johnston PK, Haddad EH. 1996. Adolescent Nutrition Assessment and
Management. New York (US): Chapman & Hall.
57
Wawan A. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta (ID): Nurha Medika.
Widajanti L. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang (ID): Universitas Diponegoro
Wong Y, Huang HC, Ohen SL, Yamanoto. 1999. Is the college environment
adequate for accessing to nutrition education? A study in Taiwan. Nutrition
Research. 19: 1327-1337.
60
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
..............................................................
No. Telp/HP : .............................................................
Kode responden :
Nama :
Alamat :
No. Telp/HP :
1. Identitas subjek
2. Karakteristik subjek
3. Karakteristik keluarga
4. Pengetahuan, sikap, dan praktik PHBS dan PGS
5. Konsumsi pangan selama 1 bulan (metode Food Frequency
Questionnaire)
6. Tinggi badan dan berat badan
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak
manapun untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, 2018
( …………………………)
Kode responden :
62
B. Karakteristik Keluarga
1. Besar keluarga : orang
2. Pendidikan ayah [1] Tidak sekolah
[2] Tamat SD atau sederajat
[3] Tamat SMP atau sederajat
[4] Tamat SMA atau sederajat
[5] Tamat PT
3. Pendidikan ibu [1] Tidak sekolah
[2] Tamat SD atau sederajat
[3] Tamat SMP atau sederajat
[4] Tamat SMA atau sederajat
[5] Tamat PT
4. Pekerjaan ayah [1] Tidak bekerja
[2] Buruh tani
[3] Buruh non tani
[4] Jasa (ojeg/supir)
[5] PNS/TNI
[6] Pegawai swasta
[7] Pedagang/wiraswasta
[8] Lainnya, sebutkan .................
5. Pekerjaan ibu [1] Ibu rumah tangga
[2] Buruh tani
[3] Buruh non tani
[4] PNS
[5] Pegawai swasta
[6] Pedagang
[7] Lainnya, sebutkan .................
6. Pendapatan ayah : Rp.
7. Pendapatan ibu : Rp.
63
Jika pernyataan di bawah ini menurut anda BENAR, maka berilah tanda
silang pada kolom B, dan jika pernyataan di bawah ini menurut anda SALAH,
maka berilah tanda silang pada kolom S.
Jawaban
No. Pernyataan
B S
1. Fungsi sabun adalah untuk membunuh kuman dan virus
Air mengalir dan sabun adalah komponen yang penting pada
2.
saat melakukan cuci tangan
Membuang sampah sembarangan dapat menjadi sarang
3.
penyakit
Ciri makanan yang sehat adalah makanan yang berwarna
4.
mencolok
Ciri makanan yang bersih adalah makanan yang tidak
5.
dibiarkan di tempat terbuka
Jamban yang bersih dan sehat adalah jamban yang
6.
mengeluarkan bau tidak sedap
7. Olahraga teratur membuat tubuh sehat dan bugar
Penyebab timbulnya jentik-jentik nyamuk adalah
8. banyaknya genangan air dan sampah yang dibiarkan
menumpuk
Membersihkan ruang kelas dan kamar tidur setiap hari
9.
adalah salah satu cara memberantas jentik nyamuk
Kebiasaan merokok dapat menimbulkan penyakit kanker
10.
paru-paru yang mengganggu sistem pernapasan
Berat badan dan tinggi badan diukur secara teratur bertujuan
11.
untuk memantau pertumbuhan badan
Tidak mencuci tangan sebelum makan dapat menyebabkan
12.
timbulnya penyakit diare
Pada setiap ruangan (kelas, kantin, jamban) di sekolah wajib
13.
disediakan tempat sampah
Contoh olahraga sederhana yang bisa kita lakukan sehari-
14.
hari adalah jalan santai rutin setiap pagi
Makanan yang sehat dan bersih adalah makanan yang diolah
15.
dengan aman dan bergizi
(Sumber: Aprilia 2017)
64
Jika pernyataan di bawah ini menurut anda BENAR, maka berilah tanda
silang pada kolom B, dan jika pernyataan di bawah ini menurut anda SALAH,
maka berilah tanda silang pada kolom S.
Jawaban
No. Pernyataan
B S
Sarapan pagi berfungsi untuk memberikan energi bagi tubuh
1.
dan meningkatkan konsentrasi
Porsi sarapan pagi yang baik adalah tidak terlalu banyak
2.
jumlahnya
Manfaat zat gizi protein adalah membentuk sel dan jaringan
3.
baru untuk tubuh dan zat pembangun tubuh
Dampak kekurangan gizi protein adalah tubuh mengalami
4.
gangguan pertumbuhan
Jenis makanan sumber protein adalah jagung, mie, roti,
5.
singkong, dan nasi
Manfaat mengonsumsi buah dan sayur antara lain adalah
6. untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memenuhi
kebutuhan serat untuk tubuh
Zat gizi yang terkandung dalam buah dan sayur adalah
7.
vitamin dan mineral
Dampak terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji /
8. fast food (McD, KFC, CFC, dll) adalah mengalami
kegemukan
9. Makanan cepat saji banyak mengandung lemak
Konsumsi air putih yang baik dalam sehari adalah sebanyak
10.
8 gelas
Kurang mengonsumsi air putih dapat mengakibatkan tubuh
11.
mengalami dehidrasi
12. Sebelum tidur kita tidak harus menyikat gigi terlebih dahulu
13. Merokok dapat mengakibatkan penyakit jantung
14. Konsumsi sayur dan buah yang baik adalah 3 porsi/hari
Contoh jenis makanan yang mengandung protein nabati
15.
adalah tahu, tempe, dan telur
(Sumber: Aprilia 2017)
65
Jika anda SETUJU dengan pernyataan di bawah ini maka berilah tanda silang
pada kolom S, jika anda RAGU-RAGU dengan pernyataan di bawah ini maka
berilah tanda silang pada kolom RR, dan jika anda TIDAK SETUJU dengan
pernyataan di bawah ini maka berilah tanda silang pada kolom TS.
Jawaban
No. Pernyataan
S RR TS
1. Saya harus mencuci tangan menggunakan sabun
2. Saya harus mencuci tangan dengan air yang
mengalir
3. Saya harus membersihkan jamban setelah selesai
digunakan
4. Saya harus membuang sampah di tempat sampah
yang telah disediakan
5. Saya harus membersihkan kelas sesuai dengan
jadwal piket
6. Saya bersedia melakukan pemberantasan jentik
nyamuk untuk mencegah penyebaran penyakit
7. Saya tidak akan merokok di sekolah dan di dalam
rumah
8. Saya bersedia membatasi konsumsi makanan asin,
manis dan berlemak
9. Saya bersedia mengonsumsi sayur dan buah
minimal 3 porsi dalam sehari
10. Saya tidak akan meludah di sembarang tempat
66
Jika anda SETUJU dengan pernyataan di bawah ini maka berilah tanda silang
pada kolom S, jika anda RAGU-RAGU dengan pernyataan di bawah ini maka
berilah tanda silang pada kolom RR, dan jika anda TIDAK SETUJU dengan
pernyataan di bawah ini maka berilah tanda silang pada kolom TS.
Jawaban
No. Pernyataan
S RR TS
1. Saya bersedia mengonsumsi aneka ragam makanan
diperlukan untuk mendukung gizi seimbang
2. Saya bersedia membiasakan diri untuk melakukan
sarapan pagi
3. Saya bersedia meminum 8 gelas air dalam satu hari
4. Saya akan melakukan aktivitas fisik secara rutin
agar tetap sehat dan bugar
5. Saya bersedia membatasi konsumsi gorengan
6. Saya bersedia membatasi konsumsi makanan cepat
saji / fast food (McD, KFC, CFC, dll)
7. Mengonsumsi lemak tidak jenuh lebih baik
daripada lemak jenuh
8. Kebiasaan mengonsumsi alkohol dapat
mengganngu fungsi hati
9. Saya akan melakukan pengecekan label setiap
membeli makanan dalam kemasan
10. Saya akan melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan perlu dilakukan secara rutin untuk
memantau pertumbuhan
67
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling
sesuai.
Jawaban
No. Pernyataan Kadang- Tidak
Selalu
kadang pernah
1. Apakah anda selalu mencuci tangan
sebelum makan?
2. Apakah anda mencuci tangan
menggunakan air bersih yang mengalir dan
sabun?
3. Apakah setelah mencuci tangan anda
mengeringkan tangan menggunakan
lap/tissue?
4. Apakah anda memilih jajanan yang sehat
dan bersih untuk dikonsumsi?
5. Apakah anda suka membeli jajanan yang
terlihat dengan warna mencolok?
6. Apakah anda menyiram jamban dengan
bersih setiap selesai menggunakannya?
7. Apakah anda melakukan olahraga dengan
teratur?
8. Apakah anda membersihkan ruang kamar
tidur?
9. Apakah anda mengikuti jadwal piket untuk
membersihkan ruang kelas?
10. Apakah anda merokok?
11. Apakah anda mengukur berat badan secara
rutin?
12. Apakah anda membuang sampah pada
tempat sampah?
13. Apakah anda melihat sampah yang
menumpuk di kamar tidur anda?
14. Apakah anda mandi sebanyak 2 kali
sehari?
15. Apakah anda menggosok gigi sebelum
tidur?
68
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling
sesuai .
Jawaban
No. Pernyataan Kadang- Tidak
Selalu
kadang pernah
1. Apakah anda melakukan sarapan pagi?
2. Apakah anda mengonsumsi buah tiap hari?
3. Apakah anda mengonsumsi sayur tiap hari?
4. Apakah anda mengonsumsi makanan cepat
saji/fast food (McD, KFC, CFC, dll)?
5. Apakah anda mengonsumsi cemilan
gorengan?
6. Apakah anda mengonsumsi cemilan (snack)
manis?
7. Apakah anda mengonsumsi air putih 8 gelas
sehari?
8. Apakah anda menyikat gigi sebanyak 2 kali
sehari?
9. Apakah anda merokok?
10. Apakah anda minum susu?
11. Apakah anda mengonsumsi mie instan?
12. Apakah anda mengonsumsi daging sebagai
lauk pauk?
13. Apakah anda mengonsumsi ikan sebagai
lauk pauk?
14. Apakah anda mengonsumsi telur sebagai
lauk pauk?
15. Apakah anda mengonsumsi tahu/tempe
sebagai lauk pauk?
69
Berilah tanda silang pada kolom skor yang sesuai dengan persepsi anda.
Keterangan:
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
Berilah tanda silang pada kolom skor yang sesuai dengan persepsi anda.
Keterangan:
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
Nama / Kelas :
Tanggal Wawancara :
B. LAUK HEWANI
Abon sapi
Ayam
Bebek
Corned beef
Daging sapi
Daging kambing
Hati ayam
Hati sapi
Ikan asin
Ikan bandeng
Ikan bawal
Ikan kakap
Ikan kembung
Ikan lele
72
C. LAUK NABATI
Kacang hijau
Kacang merah
Kacang tanah
Oncom
Sari kacang ijo
Sari kedelai
Tahu
Tauco
Tempe
Lainnya….
D. SAYURAN
Bayam
Brokoli
Buncis
Daun melinjo
Daun singkong
Jamur
73
E. BUAH-BUAHAN
Alpukat
Apel
Belimbing
Bengkuang
Jambu
Jeruk
Kedondong
Manga
Melon
Nanas
Papaya
Pisang
Salak
Semangka
Lainnya….
G. JAJANAN
Batagor
Bakso
Cilok
Gorengan
Mie ayam
Seblak
Siomay
Lainnya….
H. MINUMAN
Jus
Kopi
Teh
Soft drink
Teh kemasan
Lainnya….
RIWAYAT HIDUP