KHARISMA TAMIMI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Kecukupan Zat
Gizi, Aktivitas Fisik, dan Kebugaran Pegawai PT. Indocement di Citereup Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Kharisma Tamimi
NIM I14100056
ABSTRAK
KHARISMA TAMIMI. Tingkat Kecukupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik, dan
Kebugaran Pegawai PT. Indocement di Citerureup Bogor. Dibimbing oleh
RIMBAWAN
ABSTRACT
KHARISMA TAMIMI. Nutritional Adequacy, Physical Activity, and
Cardiorespiratory Fitness of Indocement Workers at Citeureup Bogor supervised
by RIMBAWAN.
The general objective of this study was to analyse nutritional adequacy,
physical activity, and cardiorespiratory fitness among Indocement’s workers at
Citeureup Bogor. This study which used cross-sectional design with purposive
sampling, involved 32 office subjects and 32 plant subjects. The result showed
that most of subjects had normal Body Mass Index (BMI) and found no BMI
diferrence between two groups of workers (p>0.05). There were no differences of
level macrocutrients adequacy (energy, protein, fat, and carbohydrate) between
two groups of workers, most of the subjects from two groups had low level of
macronutrients adequacy. Physical activity level of plant group was higher than
the office group, and can be categorized as moderately active, whereas that of
office group can be categorized as sedentary. The office group tended to have
better exercise habit than the plant group. Moreover, there were differences on
physical activity and habitual exercise between two groups (p<0.05).The
significant correlations between age, physical activity, and habitual exercise with
VO2 max were found on plant group (r=0.585, r=0.585), but not on office group
(p>0.05).
Keywords : fitness, nutritional adequacy, physical activity
TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN
KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP
BOGOR
KHARISMA TAMIMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi dari
Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI
MASYARAKAT FAKULTAS
EKOLOGI MANUSIA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
Judul : Tingkat kecukupan zat gizi, aktivitas fisik, dan kebugaran pegawai PT
Indocement di Citeureup Bogor
Nama : Kharisma Tamimi
NIM : I14100056
Disetujui oleh
Dr. Rimbawan
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan
Ketua
Departemen
Tanggal Disetujui:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
pada karya ilmiah ini adalah Tingkat Kecukupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik, dan
Kebugaran Pegawai PT Indocement di Citeureup Bogor. Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, serta dorongan kepada
penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini.
2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing akademik serta
pemandu dalam seminar dan penguji pada ujian skripsi yang telah
memberikan saran, arahan kepada penulis selama menuntut ilmu di
Departemen Gizi Masyarakat hingga penyelesaian tugas akhir.
3. Dr. Devi Dwiratih, MKKK selaku pembimbing di Indocement yang telah
membantu serta mendukung dalam proses pengambilan data.
4. Ibu, Bapak, serta seluruh keluarga yang telah mendukung dan membimbing
hingga saat ini.
5. Seluruh pegawai PT. Indocement yang telah berpartisipai serta membantu
dalam penelitian ini.
6. Sahabat serta Teman-teman Gizi Masyarakat Angkatan 47 yang telah
membantu serta memberikan dukungan.
Bogor,September 2014
Kharisma Tamimi
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kecukupan zat
gizi, aktivitas fisik, dan kebugaran kardiorespiratori pada pegawai PT Indocement
di Citeureup Bogor.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah
1. mengkaji karakteristik subjek (usia dan pendapatan)
2. menilai status gizi (IMT) subjek
3. menilaitingkat kecukupan zat gizi makro subjek
4. menilai aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga subjek
5. menilai tingkat kebugaran kardiorespiratori subjek
6. membandingkaan tingkat kecukupan zat gizi makro, aktivitas fisik, dan
tingkat kebugaran respiratori antara pegawai kantor dan lapang.
7. mengkaji hubungan karakteristik, status gizi, tingkat kecukupan zat gizi
makro, aktivitas fisik subjek dengan tingkat kebugaran kardiorespiratori.
3
Kegunaan Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
Kebiasaan Kebiasaan
olahraga Usia Merokok
Penyakit
Keturunan Tingkat kebugaran (VO2 Degeneratif
max)
Status
Gizi
(IMT)
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
METODE
n=
Karakteristik Subjek
Data usia subjek dikategorikan menjadi (1) remaja (13-19 tahun); (2)
dewasa muda (20-30 tahun); (3) dewasa madya (31-50 tahun); (4) dewasa lanjut
(51-75 tahun). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan BKKBN (1998) yaitu:
(1) kecil (4 orang); (2) sedang (5-6 orang); (3) besar ((≥7 orang). Pendapatan
perkapita dikelompokkan berdasarkan BPS Jawa Barat (2014) menjadi miskin (<
Rp 302 735) dan tidak miskin (≥Rp 302 735).
Keterangan:
KGij = Kandungan zat gizi ke-i dalam bahan makanan ke-j
Bj = Berat makanan ke-j yang dikonsumsi
Gij = Kandungan zat gizi ke-i dalam 100 gram BDD bahan makanan ke-j
BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan ke-j
Status Gizi
Data berat badan dan tinggi badan yang diperoleh dimasukkan ke dalam
rumus perhitungan IMT
IMT = BB (kg)/ TB (m2)
8
Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik diperoleh melalui recall aktivitas fisik 1x24 jam pada
dua hari berbeda,meliputi jenis aktivitas yang dilakukan subjek dan lama waktu
melakukan aktivitas dalam sehari (24 jam). Data aktivitas fisik diolah
menggunakan program Microsoft Excel 2013. Besarnya aktivitas fisik yang
dilakukan subjek selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level).
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat
badan dalam 24 jam. Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis
aktivitas dan tingkat aktivitas fisik mengacu pada WHO/FAO (2001) tercantum
dalam Tabel 3.
Tabel 3 Contoh kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR
Aktivitas Fisik PAR/satuan waktu
Tidur 1.0
Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1.4
Makan 1.5
Duduk 1.5
Mengendarai mobil/berjalan 2.0
Memasak 2.1
Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
PAL =
Keterangan :
PAL =Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR =Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu)
Tingkat Kebugaran
Tingkat kebugaran diukur dengan menghitung estimasi VO2 max
berdasarkan jarak tempuh pada tes Cooper 12 menit. Pengolahan dilakukan
9
Kebiasaan Olahraga
Data kebiasaan olahraga diolah menggunakan Microsoft Excel 2013.
Kebiasaan olahraga dikategorikan berdasarkan durasi berolahraga selama
seminggu menurut Depkes (2005). Kategori kebiasaan olahraga terdiri dari (1)
kurang, jika durasi olahraga <90 menit per minggu; (2) baik, jika durasi olahraga
≥90 menit per minggu.
Kebiasaan Merokok
Data kebiasaan merokok diolah menggunakan Microsoft Excel 2013.
Kebiasaan merokok dikelompokkan berdasarkan jumlah konsumsi rokok per hari
menurut Sitepoe (2000) dalam Alamsyah (2009). Kategori kebiasaan merokok
terdiri dari (1) ringan, jika konsumsi rokok ≤ 10 batang per hari; (2) sedang, jika
konsumsi rokok 11-20 batang per hari; dan (3) berat, jika konsumsi rokok >20
batang per hari.
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan selama satu hari (24 jam) meliputi
jenis dan lama waktu.
Indeks massa tubuh adalah perbandingan antara berat badan (kg) dengan
kuadrat tinggi badan (m2).
Kebiasaan merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satu hari
dinyatakan dalam batang.
Kebiasaan olahraga adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur dan
terencana untuk meningkatkan kesehatan atau kebugaran dinyatakan dalam
durasi kegiatan (menit) selama satu minggu.
Kebugaran kardiorespiratori adalah kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi
untuk memberikan oksigen kepada otot selama seseorang menjalankan
aktivitas fisik serta dikategorikan berdasarkan VO2 max.
Kebutuhan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang diperlukan selama satu hari
berdasarkan referensi AKG (2013).
1
Subjek terdiri dari 32 pegawai lapang dan 32 pegawai kantor. Semua subjek
merupakan pegawai laki-laki. Sebaran subjek berdasarkan usia disajikan dalam
Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan usia
Kantor Lapang
Kategori Usia n % n %
Remaja 1 3 1 3
Dewasa muda 7 22 10 31
Dewasa madya 14 44 17 53
Dewasa lanjut 10 31 4 13
Total 32 100 32 100
Berdasarkan Tabel 6, pegawai kantor (44%) dan pegawai lapang (53%)
sebagian besar termasuk dalam kategori dewasa madya. Jumlah anggota keluarga
rata-rata pegawai kantor adalah sebanyak 3.5 ± 1.9 orang. Jumlah anggota
keluarga pegawai lapang adalah sebanyak 3.4 ± 2.1 orang. Pendapatan perkapita
ditentukan berdasarkan kategori BPS Jawa Barat (2014), menjadi miskin (<Rp
302 735) dan tidak miskin (≥Rp 302 735). Sebaran subjek berdasarkan
pendapatan perkapita disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan per kapita/bulan
Kantor Lapang
Kategori Pendapatan n % n %
Miskin 0 0 0 0
Tidak miskin 32 100 32 100
Total 32 100 32 100
Berdasarkan Tabel 7, semua pegawai kantor termasuk dalam kategori tidak
miskin (100%). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan pegawai kantor adalah
Rp 2 464 844 ± Rp 1 718 286. Pegawai lapang memiliki sebaran yang sama, yaitu
sebanyak 100% termasuk dalam kategori tidak miskin. Rata-rata pendapatan per
kapita per bulan subjek pegawai lapang sebesar Rp 1 906 306 ± Rp 1 192 128.
Status Gizi
yang baik adalah jika perbandingan komposisi energi dari lemak adalah sebesar
20-30% kebutuhan. Rata-rata kontribusi lemak terhadap energi pada kelompok
kantor adalah 22.2 ± 7.7%. Rata-rata kontribusi lemak terhadap energi pada
kelompok 24.4 ± 8.6%. Rata-rata persen kontribusi lemak terhadap energi
kelompok kantor dan lapang berada dalam rentang tingkat kecukupan normal
menurut Kemenkes (2014). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Dabhadker
et al. (2013) yang menunjukkan bahwa rata-rata asupan lemak pekerja tambang
memiliki asupan lemak yang rendah, yaitu dengan selisih pada rentang 18.14%
hingga 38.9% dari standar kebutuhan yang disarankan. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena bentuk olahan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh
subjek adalah digoreng menggunakan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi sehingga konsumsi lemak subjek
meningkat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat
kecukupan lemak pada kedua kelompok subjek (p>0.05) meskipun rata-rata
kecukupan lemak kelompok lapang lebih tinggi dibandingkan kelompok kantor.
baik dibandingkan dengan pegawai kantor. Kondisi tersebut diikuti dengan lebih
baiknya kondisi status gizi pada pegawai lapang. Almatsier (2001) menyatakan
status gizi sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi
Aktivitas Fisik
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa PAL hari kerja antara subjek
kantor dan lapang berbeda secara signifikan (p<0.05). Rata-rata PAL hari kerja
kelompok lapang lebih tinggi dibandingkan kelompok kantor. Aktivitas fisik hari
kerja kelompok kantor sebagian besar berada pada kategori ringan (56.3%).
Sebanyak 40.6% subjek kantor memiliki aktivitas hari kerja sedang dan 3.1%
memiliki aktivitas yang berat. Subjek pegawai lapang memiliki aktivitas fisik
yang berat (62.5%), 34.3% memiliki aktivitas fisik sedang dan 3.2% memiliki
aktivitas fisik ringan. Tingginya aktivitas fisik pada subjek lapang berkaitan
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan di lapang seperti berjalan, naik-turun
tangga, jongkok, berdiri, dan kegiatan pertambangan, sedangkan aktivitas yang
dilakukan subjek kantor cenderung ringan hingga sedang.
Nilai PAL hari libur antara kedua kelompok juga menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (p<0.05). Rata-rata PAL hari libur kelompok lapang
lebih tinggi dibandingkan kelompok kantor. Sebaran aktivitas fisik subjek kantor
pada hari libur terdiri dari aktivitas fisik ringan (71.9), aktivitas sedang (18.8%)
dan aktivitas sangat ringan (6.3%). Subjek lapang memiliki aktivitas fisik tingkat
ringan (37.4%), aktivitas fisik sedang (34.4%), aktivitas berat (18.8%) dan
aktivitas sangat ringan (9.4%). Sebaran subjek berdasarkan rata-rata aktivitas fisik
selama dua hari disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan rata-rata aktivitas fisik selama dua hari
Kantor Lapang
p
Aktivitas Fisik n % n %
Ringan 24 75.0 5 15.6 0.000
Sedang 8 25.0 19 59.4
Berat 0 0.0 8 25.0
Total 32 100 32 100
Berdasarkan Tabel 14, rata-rata aktivitas fisik subjek kantor sebagian besar
(75.0%) berada dalam kategori ringan, sementara itu sebagian besar (59.4%)
17
aktifitas fisik subjek lapang termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata aktivitas
fisik selama dua hari subjek kantor (1.65 ± 0.13) lebih rendah dibandingkan
subjek lapang (1.88 ± 0.20). Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik pegawai kantor dan pegawai
lapang (p<0.05). Hal tersebut didukung oleh perbedaan jenis aktivitas fisik kedua
kelompok pada hari kerja serta hari libur. Penelitian Kruger (2006) menunjukkan
bahwa subjek yang memiliki kategori pekerjaan lebih berat cenderung memiliki
proporsi aktivitas fisik sedang dan berat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
subjek dengan pekerjaan yang lebih ringan (p<0.05). Penelitian Leino-Arjas
(2004) juga sejalan dengan hasil tersebut, yaitu “pegawai kerah biru” (jabatan
lebih rendah) cenderung memiliki total aktivitas fisik yang lebih tinggi
dibandingkan “pegawai kerah putih” (jabatan lebih tinggi).
Kebiasaan Olahraga
Kebiasaan Merokok
Tabel 18 Sebaran subjek pegawai lapang berdasarkan usia dan VO2 max
VO2 Max Kurang Cukup Sedang Baik
Total %
n % n % n % n %
Usia
Remaja 0 0.0 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100
Dewasa muda 1 10.0 6 60.0 2 20.0 1 10.0 10 100
Dewasa madya 6 35.3 9 52.9 2 11.8 0 0.0 17 100
Dewasa lanjut 2 50.0 2 50.0 0 0.0 0 0.0 4 100
Total 9 28.1 18 56.2 4 12.5 1 3.1 32 100
Hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan semakin bertambah usia
subjek lapang semakin meningkat persentasi VO2 max yang berada pada kategori
kurang. Menurut Sephard (1987) dalam Huang et al. (2005) VO2 max sebagai
salah satu indeks dari kebugaran kardiorespiratori mengalami penurunan secara
progresif seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Penelitian Posner et al.
(1995) menunjukkan bahwa pertambahan usia menyebabkan penurunan pada
kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari terkait dengan penurunan
VO2 max pada usia 60 tahun.
Penurunan VO2 max yang terjadi karena pertambahan usia seseorang
disebabkan oleh menurunnya determinan VO2 max. Pertambahan usia
menyebabkan penurunan dalam pengantaran oksigen otot karena penurunan
cardiac output dan kemungkinan karena maldistribusi dari cardiac output. Selain
itu, terjadi penurunan pada kapasitas oksidatif otot rangka seiring dengan
bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada fungsi mitokondria
sehingga terjadi penurunan VO2 max otot rangka mencapai 50% (Betik dan
Hepple 2008). Hasil yang tidak signifikan pada kelompok kantor kemungkinan
disebabkan karena rata-rata pegawai kantor dengan usia yang lebih tinggi tidak
memiliki VO2 max yang rendah karena subjek tersebut memiliki kebiasaan yang
baik seperti kebiasaan olahraga yang baik, tidak merokok, dan diet yang
cenderung mencapai angka kecukupan gizi.
indikator lemak tubuh (CDC 2014) sehingga dapat dikatakan bahwa orang dengan
IMT yang tinggi memiliki kecenderungan massa bebas lemak yang rendah
sehingga VO2 max menjadi rendah. Hasil yang tidak signifikan kemungkinan
disebabkan karena data IMT pada kedua kelompok cenderung homogen,
sementara nilai VO2 max cenderung bevariasi yang dipengaruhi oleh faktor lain
seperti genetika, keadaan fisiologis dan status hidrasi.
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan VO2 max
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dengan VO 2 max subjek kelompok kantor dan
kelompok lapang (p>0.05). Hal tersebut tidak sama dengan penelitian Cuenca-
Garcia et al. (2012) yang menunjukkan bahwa tingginya tingkat kebugaran
kardiorespiratori berhubungan dengan tingginya total asupan energi. Hal yang
sama terdapat pada uji korelasi antara tingkat kecukupan protein dengan VO2
max pada kedua kelompok yang menunjukkan tidak terdapatnya hubungan yang
signifikan (p>005). Hasil uji Spearman juga menunjukkan hubungan yang tidak
signifikan antara asupan lemak dan karbohidrat dengan VO2 max pada kedua
(p>0.05). Hasil uji yang tidak signifikan pada kedua kelompok sejalan dengan
penelitian Adawiyah (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara tingkat kecukupan protein, lemak, dan karbohidrat dengan VO2 max.
Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi dan VO 2 max dapat
diketahui pada Lampiran 6 sampai dengan Lampiran 13. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya kecenderungan hubungan negatif antara tingkat kecukupan
energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan VO2 max. Hubungan yang negatif
kemungkinan disebabkan karena tingginya subjek yang mengalami defisit zat gizi
namun hasil VO2 max tidak menunjukkan kecenderungan yang kurang. Hasil
yang tidak signifikan kemungkinan disebabkan karena terdapatnya faktor lain
yang lebih mempengaruhi nilai VO2 max subjek seperti faktor genetika yang tidak
diukur dalam penelitian ini. Selain itu VO2 max merupakan hasil kumulatif dari
perilaku lampau hingga saat ini termasuk di dalamnya adalah perilaku konsumsi
pangan, sehingga kemungkinan metode recall 1x24 jam selama dua hari pada
penelitian ini belum mampu mewakili kebiasaan makan subjek pada masa
sebelumnya. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pengembangan teknik recall
untuk dapat menggambarkan kebiasaan makan dengan lebih baik.
dengan VO2 max. Sebaran subjek kelompok lapang berdasarkan aktivitas fisik
dan VO2 max disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Sebaran subjek lapang berdasarkan aktivitas fisik dan VO2 max
VO2 Max Kurang Cukup Sedang Baik
Total %
n % n % n % n %
Aktivtias Fisik
Ringan 4 80.0 1 20.0 0 0.0 0 0.0 5 100
Sedang 4 21.1 13 68.4 2 10.5 0 0.0 19 100
Berat 1 12.5 4 50.0 2 25.0 1 12.5 8 100
Total 9 28.1 18 56.2 4 12.5 1 3.1 32 100
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin berat tingkat aktivitas fisik
pegawai lapang, semakin sedikit persentase subjek yang memiliki VO2 max pada
kategori kurang dan persentase subjek dengan VO2 max yang baik semakin besar.
Oleh karena itu, hubungan antara aktivitas fisik dan VO2 max pegawai lapang
bersifat positif. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Wareham et al. (2000)
yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik dan VO2 max memiliki hubungan positif
(p<0.0.01). Aktivitas fisik yang cenderung tinggi menyebabkan kemampuan
tubuh dalam mengedarkan serta memanfaatkan oksigen meningkat, seperti yang
terjadi pada orang yang memiliki kebiasaan olahraga yang baik. Aktivitas fisik
dapat meningkatkan efisiensi mekanis dan mengurangi pengeluaran energi.
Orang-orang yang termasuk dalam kategori aktif memiliki efisiensi mekanis yang
lebih baik daripada orang-orang yang tergolong dalam kategori sedentari serta
jumlah energi yang digunakan lebih sedikit (Keytel et al. 2005).
yang positif terdapat pada kelompok kantor. Hubungan yang tidak signifikan pada
kelompok kantor kemungkinan disebabkan karena faktor lain lebih berpengaruh
terhadap VO2 max seperti genetik dan variasi pada pemanfaatan oksigen (Kravitz
dan Lance 2002).
Penelitian Huang et al. (2005) menujukkan bahwa terdapat peningkatan
VO2 max secara signifikan pada subjek yang mengalami intervensi olahraga
selama lebih dari 20 minggu. Kebiasaan berolahraga menyebabkan peningkatan
pada volume darah dan ukuran bilik jantung, sehingga volume akhir diastolik dan
stroke volume meningkat (Doohan 2000). Peningkatan stroke volume
menyebabkan jumlah darah yang dialirkan ke seluruh tubuh meningkat, maka
jumlah oksigen yang dialirkan mealuli darah juga meningkat. Selain itu, olahraga
juga meningkatkan kapilaritas pembuluh darah, jumlah mitokondria, serta enzim
oksidatif yang berperan dalam peredaran oksigen di dalam darah (Holloszy 2008).
Simpulan
Saran
Saran pada penelitian ini bagi pegawai adalah pegawai sebaiknya lebih
memperhatikan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi agar dapat memenuhi
kebutuhan gizi sehari-hari. Selain itu pegawai perlu meningkatkan kebugaran
dengan cara meningkatkan aktivitas fisik dengan meningkatkan pemanfaatan
fasilitas serta program kebugaran yang terdapat di PT. Indocement. Saran bagi
perusahaan agar perusahaan dapat menyediakan makanan pada waktu untuk
makanan selingan agar dapat membantu meningkatkan pemenuhan kebutuhan zat
gizi pegawai. Selain itu perusahaan sebaiknya menyediakan waktu tambahan bagi
pegawai untuk dapat melakukan aktivitas olahraga. Untuk mengetahui kebiasaan
makan dan aktivitas fisik subjek dengan lebih tepat diperlukan pengembangan
teknik recall makanan dan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
[ASH] Action on Smoking and Health. 2013. Smoking, heart, and circullation
[internet]. [diacu 2014 September 1]. Tersedia dari: http://ash.org.uk
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Tenaga kerja [internet]. [diacu 2014 Agustus
20]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id .
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2104. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis
kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan
kemiskinan (P2) menurut ProvinsiMaret 2014 [internet]. [2014 September
20]. Tersedia dari: www.bps.go.id.
25
[CDC] Center of Disease Control. 2012. Physical activity [internet]. [diacu 2014
Agustus 20].Tersedia dari: http://www.cdc.gov.
. 2014. Body mass index. [internet]. [diacu 2014 Agustus
20]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Panduan
kesehatan olahraga bagi petugas kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.[internet]. [diacu 2014 Agustus 25]. Tersedia
dari:www.depkes.go.id
. 2005. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen
Binkesmas
. 2009. Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah
Haji Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat.
[FAO] Food Association Organization. 2001. Human Energy Requirements. WHO
Technical Report Series, no. 724. Geneva (CH): World Helath Organization.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Strategi Nasional Penerapan
Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik untuk Mencegah Penyakit
Tidak Menular. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2014. Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Gizi, Direktorat
Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Alamsyah RM. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan
hubungannya dengan status penyakit periodontal remaja di Kota Medan
tahun 2007 [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Betik AC, Hepple RT. 2008. Determinants of VO 2 max decline with aging: an
integrated perspective. Appl Physiol Nutr Metab.33(1):130-140. doi:
10.1139/H07-174.
D’Alessio P, Savino M, Santoro A, Gabrielli FA, Pisanello C, Natali R, Loperfido
F. 2007. Cardiorespiratory fitness and arterial stifness in sedentary and not
sedentary hypertensive workers. G Ital Med Lav Ergon. 3 :820-1.
Dabhadker K, Renu S, Aradhana S. 2013. Nutrition of coal mine workers: a case
study of Korba Coal Mine, Chhattisgarh). IJSTR. 5(2):278-287. doi:
22778616.
Doohan J. 2000. Cardiac output and blood preassure [internet]. [diacu 2014
Agustus 20]. Tersedia dari: http://www.biosbcc.net.
Duncan MJ, Hannah MB, William KM. 2010. Physical activity levels by
occupational category in non-metropolitan Australian adults. J Physcl Act
Health. 7-718-723.
Gibney MJ, Barrie M, Margett JMK, Leoney A. Palupi W, Erita AH, editor. 2005.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2
Greenberg JS, George BD, Barbee MO. 2004. Physical Fitness and Wellness:
Changing The Way You Look, Feel, and Perform. Illinois (US): Human
Kinetics.
Haff GG, Charles D. 2011. Laboratory Manual for Exercise Physiology. Illinois
(US): Human Kinetics.
Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan perencanaan asupan pangan. Bogor
(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hoeger WWK, Sharon AH, Marie AB. 2001. Personal Nutrition Principles and
Labs for Fitness and Wellness. Belmont (US): Wadsworth.
Holloszy JO. 2008. Regulation by exercise of skeletal muscle content of
mitochondria and Glut 4. J Physiol Pharmacol. 7:5-18.
Huang G, Cheryl AG, Zung VT, Wwayne H. 2005. Controlled endurance exercise
training and VO2 max changes in older adults: a meta-analysis. Prev Cardio.
8(4):217-225. doi: 10.1111/j.0197-3118.2005.04324.x.
Hui SSC, Neil T, BrianT. 2005. Relationship between physical activity, fitness,
and CHD risk factors in middle-age Chinese. J Physic Activ Health. 3:307-
323.
Kachan DBS, John EL, Evelyn PD, Kristopher LA, William GL, Lora EF, Alberto
JCM, David JL. 2013. Nutrient intake and adherence to dietary
recommendations among US workers. J Occup Environ Med. 54(1): 101-
105. doi: 10.1097/JOM.0b013e31823ccafa.
Keytel L, Geodecke J, Noakes T. 2005. Prediction of energy expenditure from
heart rate monitoring during submaximal exercise. J sports Sci. 23(3):289-
297.
Kruger J, Yore MM, Ainsworth BE, Macera CA. 2006. Is participation in
occupational physical activity associated with lifestyle physical activity
levels?. J Occup Environ Med. 48(11):1143-1148.
La Monte MJ, Carolyn EB, Radim J, James BK, Timothy SC, Steven NB. 2005.
Cardiorespiratory fitness is inversely assosiated with the incidence of
metabolic syndrom: a prospective study of men and women. Circulation.
112:505-512. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.104.503805.
Ledigwe HJ, Heidi MB, Laura KK, Mary KS, Jennifer DS, Beth CT, Barbara JR.
2006. Dietary energy density is associated with energy intake and weight
status in US adults. Am J Clin Nutr . 88 (6): 1362-1368
Leino-Arjas P, Solovieva S, Riihimaki H, Kirjonen J, Telama R. 2004. Leisure
time physicl activity and strenuousness of work as predictors of physical
functioning: a 28 year follow up of a cohort industrial employees. Occup
Environ Med. 61:1032-1038. doi: 10.1136/oem.2003.012054.
Mediawan S. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik
pegawai di Palang Merah DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
27
Wilmore JH, Costill DL. 2005. Physiology of Sport and Exercise. Dallas (US):
Human Kinetics.
29
Lampiran 14 Sebaran subjek kantor berdasarkan aktivitas fisik dan VO2 max
VO2 Max Kurang Cukup Sedang Sangat Baik
Total %
n % n % n % n %
Aktivitas
Ringan 10 41.7 10 41.7 4 16.7 0 0.0 24 100
Sedang 3 37.5 4 50 0 0.0 1 12.5 8 100
Total 13 40.6 14 43.8 4 12.5 1 3.1 32 100
Lampiran 19 Hasil uji hubungan Spearman variabel kelompok kantor dengan VO2
max
Variabel Koefisien korelasi (r) p
Usia -0.336 0.060
IMT -0.277 0.124
Tingkat kecukupan energi -0.179 0.327
Tingkat kecukupan protein -0.086 0.640
Tingkat kecukupan lemak -0.162 0.377
Tingka kecukupan karbohidrat -0.061 0.739
Aktivitas fisik 0.112 0.542
Kebiasaan olahraga 0.153 0.403
Kebiasaan merokok -0.940 0.610
3
KUESIONER
AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRATORI PT INDOCEMEN
7. Divisi/bagian :
A. ANTROPOMETRI
1. Umur :
2. TB : 3. BB :
4. IMT B. SOSIAL/EKONOMI
Selingan pagi
(09.00-12.00)
Siang
(12.00-15.00)
Sore
(15.00-17.00)
Malam
3
Selingan pagi
(09.00-12.00)
Siang
(12.00-15.00)
Sore
(15.00-17.00)
Malam
4
RIWAYAT HIDUP