Anda di halaman 1dari 31

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAWAL BINTANG

Trachinotus blochii YANG DIBERI PAKAN DENGAN


KADAR PROTEIN BERBEDA DENGAN PEMBANDING
PAKAN KOMERSIL

IRBAH UFAIROH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Pertumbuhan


Ikan Bawal Bintang Trachinotus blochii yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein
Berbeda dengan Pembanding Pakan Komersil adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2018

Irbah Ufairoh
NIM C14130009
iv
ABSTRAK
IRBAH UFAIROH. Kinerja Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang Trachinotus
blochii yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein Berbeda dengan Pembanding
Pakan Komersil. Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan
SURYADI SAPUTRA.

Protein merupakan nutrien yang menjadi komponen terbesar dari daging dan
bahan pembentuk jaringan tubuh ikan. Menentukan kandungan protein dalam
pakan adalah hal mendasar dalam memformulasikan pakan yang berkualitas tinggi
dan efektif. Kadar protein optimum untuk pakan ikan bawal bintang Trachinotus
blochii masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
protein yang baik bagi pertumbuhan ikan bawal bintang. Ikan yang digunakan
yaitu ikan bawal bintangT.Blochii berukuran 49,3 ± 0,74 g/ekor. Penelitian terdiri
atas tiga perlakuan dengan tiga ulangan yaitu K = pakan komersil dengan kadar
protein 46%, P1 = pakan formulasi dengan kadar protein 46% dan P2 = pakan
formulasi dengan kadar protein 48%. Hasil penelitian menunjukan laju
pertumbuhan harian (LPH), tingkat kelangsungan hidup (TKH), PER dan retensi
protein ketiga perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Jumlah
konsumsi pakan (JKP) ketiga perlakuan semua berbeda nyata satu sama lain,
namun FCR-nya tidak berbeda nyata. Kualitas pakan formulasi sudah dapat
menyamai kualitas pakan komersil. Pakan dengan kadar protein 46% sudah baik
bagi pertumbuhan ikan bawal bintang stadia penggelondongan.

Kata kunci: ikan bawal bintang, pakan, pertumbuhan, protein

ABSTRACT
IRBAH UFAIROH. Growth Performance of Silver Pompano Trachinotus blochii
which are Given Feed with Different Protein Levels with Comparison of
Commercial Feed. Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI and
SURYADI SAPUTRA.
Protein is a nutrient which is the biggest component of meat and the
ingredients that form fish body tissues. Determining protein content in feed is
fundamental in formulating high-quality and effective feed. The optimum protein
content for silver pompano Trachinotus blochii feed is still unknown. This study
aimed to determine the protein content that is good for the growth of silver
pompano. The fish used is T. blochii with 49.3 ± 0.74 g of body weight. The study
consisted of three treatments with three replications which are K = commercial
feed with protein content of 46%, P1 = formulated feed with protein content of
46% and P2 = formulated feed with protein content of 48%. The results showed
daily growth rate (LPH), survival rate (TKH), PER and protein retention of the
three treatments were not significantly different. The amount of feed consumption
(JKP) of all three treatments were significantly different from each other, but the
FCR was not. Formulated feed can match the quality of commercial feed well, and
protein level of 46% is best for growth of silver pompano fish.

Keywords: feed, growth, protein, silver pompano


vi

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAWAL BINTANG


Trachinotus blochii YANG DIBERI PAKAN DENGAN
KADAR PROTEIN BERBEDA DENGAN PEMBANDING
PAKAN KOMERSIL

IRBAH UFAIROH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Kinerja Pertumbuhan Ik:an Bawal Bintang Trachinotus blochii
yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein Berbeda dengan
Pembanding Pakan Komersil
Nama : Irbah Ufairoh
NIM : C14130009
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

�r
- .
,.....

Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Supravudi, M.Si. Dr. Suryadi Saputra, S.Pd. M.Si.
Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si.


Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 1 5 OC! 2018


viii
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Kinerja Pertumbuhan
Ikan Bawal Bintang Trachinotus blochii yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein
Berbeda dengan Pembanding Pakan Komersil” berhasil diselesaikan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program
Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penelitian dan penulisan
skripsi ini tidak akan berjalan baik tanpa dukungan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si.dan Dr. Suryadi Saputra, S.Pd.
M.Si.sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
saran yang berarti.
2. Seluruh staf kependidikan dan laboran Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3. Seluruh staf BBPBL Lampung yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan penelitian.
4. Orang tua tercinta ayahanda Mimid Abdul Hamid dan ibunda Rosiah serta adik
tersayang Nuha Rufaidah A.,Katsumi M. Izzuddindan Mushab Fajrul K. atas
segala perhatian, doa, dan dukungannya.
5. Sahabat BDPserta rekan penelitian saya (Bayu Pranata) atas segala dorongan
semangat, dan motivasi.
6. Rekan-rekan BDP 50 atas kebersamaannya selama studi di Departemen
Budidaya Perairan.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan
memberikan pahala yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu akuakultur.

Bogor, Desember 2018

Irbah Ufairoh
x
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Rancangan Penelitian 2
Prosedur Penelitian 2
Pengambilan Data 4
Parameter Penelitian 4
Analisis Proksimat 6
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 7
SIMPULAN DAN SARAN 9
Simpulan 9
Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 12
RIWAYAT HIDUP 17

DAFTAR TABEL

1 Formulasi pakan (g/100g) untuk ikan bawal bintang dan hasil


analisis proksimat 3
2 Parameter kualitas air 4
3 Kinerja pertumbuhan ikan bawal bintang Trachinotus blochii yang
diberi pakan dengan kadar protein berbeda 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis Proksimat 12
2 ANOVA parameter uji perlakuan pemberian pakan dengan kadar
protein berbeda 13
3 Hasil uji lanjut Duncan parameter tingkat kelangsungan hidup
(TKH) 14
4 Hasil uji lanjut Duncan parameter selisih pertambahan bobot 14
5 Hasil uji lanjut Duncan parameter laju pertumbuhan harian (LPH) 15
6 Hasil uji lanjut Duncan parameter jumlah konsumsi pakan (JKP) 15
7 Hasil uji lanjut Duncan parameter rasio konversi pakan (FCR) 15
8 Hasil uji lanjut Duncan parameter rasio efisiensi protein (PER) 15
9 Hasil uji lanjut Duncan parameter retensi protein (RP) 16
xii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawal bintang Trachinotus blochii merupakan spesies budidaya ikan laut


yang terbilang masih baru di Indonesia.Pemijahan buatan bawal bintang telah
berhasil dilakukan pada tahun 2006 (Xan 2007). Saat ini, ikan ini menjadi salah
satu jenis ikan air laut yang potensial untuk dibudidayakan karena mempunyai
pertumbuhan yang cepat, mudah dalam pemeliharaannya (Retnani dan Abdulgani
2013) dan pemanfaatan pakannya cukup efisien karena FCR ikan ini berkisar
antara 1,9–2,2(Arrokhman et al. 2012).
Daging ikan bawal bintang memiliki kandungan omega 3 yang sangat
tinggi yaitu mengandung DHA sebesar 2,560 mg per 100 gram dan EPA sebesar
390 mg per 100 gram (Ashari et al. 2014). Mengingat kandungan gizinya yang
tinggi, ikan ini sangat diminati baik pasar lokal maupun internasional seperti di
Singapura, Taiwan, Cina dan Hongkong. (Arrokhman et al. 2012). Harga ikan
bawal bintang dapat mencapai Rp. 65.000-90.000/kg atau sekitar 6-8 USD/kg
(Junianto et al. 2008).
Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh asupan pakan yang dimakan beserta
kandungan nutrien di dalamnya. Protein merupakan nutrien yang menjadi
komponen terbesar dari daging dan bahan pembentuk jaringan tubuh ikan, oleh
karena itu protein memegang peranan penting. Protein berfungsi untuk bahan
bakar metabolisme, bahan penyusun pertumbuhan somatik ikan, serta disimpan
dalam tubuh untuk dimanfaatkan selanjutnya (Houlihan et al. 2001). Sebanyak
65%-75% dari berat kering ikan terdiri dari protein yang juga diketahui sebagai
komponen yang paling mahal dalam pakan ikan. Sejumlah protein tertentu yang
terkandung dalam pakan mempengaruhi pertumbuhan sehingga pemberian protein
yang cukup dalam pakan ikan sangat diperlukan agar ikan dapat tumbuh secara
optimal dan membentuk protein tubuh dengan efisien (Suprayudiet al. 2014).
Protein dalam pakan harus dalam jumlah yang tepat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing ikan. Kelebihan protein dalam pakan akan
menyebabkan protein tersebut tidak digunakan untuk pertumbuhan tapi akan
dibuang dalam bentuk amonia (Yudiarto et al. 2012).Sedangkan apabila kadar
protein kurang dari kebutuhan ikan, akan mengakibatkan pertumbuhan rendah dan
daya tahan terhadap penyakit dan parasit akan menurun (Sanjayasari dan Kasprijo
2010). Oleh karena itu, menentukan kandungan protein dalam pakan adalah hal
mendasar dalam memformulasikan pakan yang berkualitas tinggi dan efektif dari
segi ekonomi (Wang et al. 2012). Sampai saat ini, kadar protein optimum untuk
pakan ikan bawal bintang T. blochii masih belum diketahui sehingga penelitian ini
perlu dilakukan untuk mengetahui kadar protein yang baik bagi pertumbuhan ikan
bawal bintang.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein pakan yang terbaik
dan paling efisien bagi pertumbuhan ikan bawal bintang Trachinotus blochiiyang
dipelihara di dalam bak terkontrol dengan pembanding pakan komersil.
2

METODE
Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak


Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan penelitian
sebagai berikut:
1. Perlakuan K : Pakan komersil dengan kadar protein 46%
2. Perlakuan P1 : Pakan mandiri dengan kadar protein 46%
3. Perlakuan P2 : Pakan mandiri dengan kadar protein 48%

Prosedur Penelitian

Formulasi dan Pembuatan Pakan


Sebelum pakan dibuat bahan baku dianalisa proksimat terlebih dahulu.
Setelah kadar nutrien masing-masing bahan baku diketahui, pakan dibuat sesuai
perlakuan yaitu dengan kadar protein 46% dan 48%.Penentuan kadar protein
pakan percobaan ini mengacu pada beberapa sumber. Kebutuhan protein ikan
Florida pompano (T. carolinus) yang diketahui sebesar 400g/kg (40%) pada
pakan komersil T. ovatus di Cina (Niu et al. 2013). Selain itu ada pula kebutuhan
protein ikan T. ovatus berukuran 25 g yaitu sebesar 43% (Liu et al. 2011). Pakan
komersil yang digunakan pada penelitian ini mengandung kadar protein 46%
sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, diambil kadar protein pakan perlakuan
yang sama dan lebih tinggi (48%) sebagai pembanding. Adapun formulasi pakan
dan hasil analisa proksimat dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan-bahan pakan
ditimbang sesuai perlakuan kemudian dicampurkan hingga rata, dikukus dan
dicetak menggunakan mesin pencetak pakan dengan diameter 3 mm dan 5 mm
tergantung besar bukaan mulut ikan. Pakan basah kemudian dioven hingga kering
untuk menghindari tumbuhnya jamur saat penyimpanan. Setelah pakan dibuat
sesuai dengan formulasi dilakukan uji proksimat kembali.

Persiapan Wadah Penelitian


Wadah yang digunakan dalam penelitian ini ialah bak fiber berukuran
silinder dengan kapasitas 1,5m3.Wadah ini memiliki satu inlet dan outlet di bagian
tengah yang dilengkapi dengan pipa. Bak dibersihkan dan didesinfeksi
menggunakan kaporit 100 ppm dan didiamkan selama sehari semalam. Setelah itu
bak dibilas hingga residu kaporit hilang dan dilakukan pengisian air. Pengisian air
dilakukan sampai air memenuhi 70% dari volume wadah (1,05 m3) dengan 2 titik
aerasi di setiap wadah.

Persiapan dan Penebaran Ikan


Ikan yang digunakan yaitu ikan bawal bintang T. blochiiberukuran 49.3 ±
0.74 g/ekor yang diperoleh dari kegiatan pendederan di Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Penelitian dilakukan di BBPBL Lampung
pada Juli hingga September 2017. Sebelum ditebar, ikan diseleksi terlebih dahulu
agar semua benih yang ditebar tidak sakit dan ukurannya seragam. Ikan ditebar
dengan padat tebar 150 ekor/bak.
3

Tabel 1 Formulasi pakan (g/100g pakan) untuk ikan bawal bintang dan hasil
analisis proksimat
Perlakuan
Bahan Baku Pakan K (46%) P1 (46%) P2 (48%)
Tepung Ikan TD 47,2 51,83
Tepung MBM TD 25,3 28,8
Tepung PMM TD 2,3 1,0
Tepung SBM TD 9,2 2,4
Tepung CGM TD 2,1 2,1
Tepung Tapioka TD 2,5 2,5
Tepung Terigu TD 5,5 5,5
Minyak Ikan TD 3,5 3,5
Lesitin TD 0,4 0,4
Vitamin C TD 0,03 003
Vitamin Pre-mix TD 1,0 1,0
Anti mold TD 0,1 0,1
Anti oksidan TD 0,1 0,1
Enzim TD 0,04 0,04
Garam TD 0,1 0,1
Suplemen TD 0,5 0,5
Polymethylolcarbamide (binder) TD 0,1 0,1
Jumlah 100 100 100
Hasil proksimat pakan (g/100g)
Kadar Protein 46,35 46,56 48,56
Kadar Lemak 11,88 8,86 9,77
Kadar Karbohidrat 21,05 16,84 14,52
Kadar Air 7,89 9,89 6,4
Kadar abu 12,83 17,85 20,75
GE (kkal/kg) 4.517,34 4.070,68 4.170,4
C/P 9,75 8,74 8,59
MBM: meat bone meal; PMM: poultry meat meal; SBM: soy bean meal; CGM: corngluten meal;
TD: tidak diketahui
GE = Gross energy
1 gram protein = 4,11 kkal
1 gram karbohidrat = 5,64 kkal
1 gram lemak = 9,44 kkal (Bureau et al. 2002)
C/P = perbandingan antara GE dan protein pakan
4

Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari pada pukul 08.00 dan pukul
14.00 WIB secara at satiation. Pakan diberikan sesuai dengan perlakuan masing-
masing.

Pemeliharaan Ikan
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 45 hari. Pengelolaan kualitas air
dengan menggunakan sistem flow through yaitu air mengalir secara terus menerus.
Untuk menghilangkan sisa pakan di dasar bak dilakukan penyiponan sebanyak
dua kali sehari setelah pemberian pakan.Selain itu dilakukan pengukuran
parameter kualitas air yaitu suhu, pH, DO, salinitas dan amoniayang diukur pada
awal dan akhir pemeliharaan.Hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan
dapat dilihat pada tabel 2. Setiap hari dilakukan monitoring terhadap ikan, ikan
yang mati dipisahkan dan ditimbang bobotnya.

Tabel 2 Parameter kualitas air


Parameter Satuan Kisaran nilai Standar**
Oksigen terlarut mg L-1 3,70-5,18 >4
pH - 7,48-7,89 7-8,5
o
Suhu C 28,8-29,3 Alami tropis
Amonia mg L-1 0,24-0,73 0,3
Salinitas Psu 32 30-34
*) Retnani dan Abdulgani 2013, Kepmen Lingkungan Hidup 2004, Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Laut PP 1991

Pengambilan Data

Pengambilan data untuk parameter tingkat kelangsungan hidup dilakukan


dengan menghitung jumlah populasi ikan pada awal tebar dan akhir pemeliharaan.
Sampling pertumbuhan dilakukan satu minggu sekali dengan mengambil sampel
sebanyak 10% dari jumlah total ikan yang dipelihara di setiap bak kemudian
ditimbang bobot dan diukur panjang tubuhnya. Jumlah pakan selama
pemeliharaan ditimbang bobotnya untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan.

Paramater Penelitian

Parameter penelitian ini meliputi tingkat kelangsungan hidup (TKH),


pertambahan bobot tubuh (ΔW), laju pertumbuhan harian (LPH), jumlah
konsumsi pakan (JKP), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER)
dan retensi protein.

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)


Tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup
selama waktu pemeliharaan(Effendie 1979).
𝑵𝒕
TKH = 𝑵𝒐 x 100%
5

Keterangan :
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah individu ikan pada akhir percobaan (ekor)
No = Jumlah individu ikan pada awal percobaan (ekor)

Pertambahan Bobot Tubuh


Pertambahan bobot tubuh ikan dihitung dengan persamaan berikut
(Poernomo 2015).
𝜟𝑾 = 𝑾𝒕 − 𝑾𝟎
Keterangan :
𝛥W = Pertambahan bobot tubuh (g)
Wt = Bobot individu pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot individu pada awal pemeliharaan (g)

Laju Pertumbuhan harian (LPH)


Laju pertumbuhan harian adalah perbandingan waktu pemeliharaan
terhadap bobot rata-rata yang merupakan selisih dari bobot rata-rata ikan pada hari
ke-t dengan bobot rata-rata ikan pada awal dilakukan pemeliharaan(Effendie
1979).

𝒕 𝑾𝒕
LPH = ( √𝑾𝒐 − 𝟏 ) x 100 %

Keterangan :
LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
t = Lama waktu percobaan
Wt = Bobot rata-rata individu pada hari ke-t (g)
Wo = Bobot rata-rata individu pada awal percobaan (g)

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)


Jumlah konsumsi pakan (JKP) merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi
selama pemeliharaan. Menurut Poernomo (2015), JKP dihitung dengan persamaan
berikut.
𝑱𝑲𝑷 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 − 𝑺𝒊𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏

Rasio Konversi pakan (FCR)


Konversi pakan adalah jumlah pakan (kg) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu kilogram daging ikan.
𝑱𝑲𝑷
FCR = 𝑩𝒕+𝑩𝒎−𝑩𝒐
Keterangan :
JKP = Jumlah konsumsi pakan (kg)
Bt = Biomassa ikan pada akhir penelitian (kg)
Bm = Biomassa ikan mati selama penelitian (kg)
Bo = Biomassa ikan pada awal penelitian (kg)
6

Protein Efficiency Ratio (PER)


Protein Efficiency Ratio merupakan standar yang digunakan untuk
mengevaluasi kualitas protein dari suatu bahan baku pakan atau pakan. PER
adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah protein pakan
(Albreksten et al. 2006). Semakin baik kulitas suatu pakan maka semakin tinggi
pula nilai PER-nya. Berikut ini merupakan rumus Protein Efficiency
Ratio(Bhilave et al. 2012).
𝜟𝑾
PER = 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒌𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒑𝒓𝒐𝒕𝒆𝒊𝒏 𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 (𝒈)
Keterangan :
PER = Protein Efficiency Ratio
ΔW = Pertambahan bobot (g)

Retensi Protein (RP)


Retensi protein merupakan nilai yang menunjukkan besarnya protein yang
tersimpan dalam tubuh ikan dari protein yang dikonsumsi (Takeuchi 1988).

𝑭−𝑰
RP = × 100
𝑷
Keterangan :
RP = retensi protein (%)
F = jumlah protein tubuh pada akhir penelitian (g)
I = jumlah protein tubuh pada awal penelitian (g)
P = jumlah protein yang dikonsumsi (g)

Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan uji untuk memastikan


kandungan proteinnya telah sesuai dengan protein target. Analisis yang dilakukan
meliputi pengukuran kadar air, serat kasar, lemak, protein, abu dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN). Kadar air diukur dengan metode pemanasan sampel
dengan cawan dalam oven pada suhu 110°C. Serat kasar diukur dengan sampel
dilarutkan menggunakan asam dan basa kuat serta pemanasan dalam tanur pada
suhu 600°C. Analisis lemak dilakukan dengan metode Soxhlet sedangkan analisis
protein menggunakan Metode Kjeldahl. Kadar abu diukur dengan metode
pemanasan sampel dalam tanur pada suhu 600°C. Tahap-tahap analisis proksimat
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Data

Analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Exceldan


SPSS 16.0. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan
berpengaruh nyata terhadap parameter penelitian, perlakuan yang memberikan
pengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjutan berupa uji Duncan dengan
selang kepercayaan 95%.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kinerja pertumbuhan ikan hasil percobaan dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Tabel 3 Kinerja pertumbuhan pertumbuhan ikan bawal bintangTrachinotus blochii


yang diberi pakan dengan kadar protein berbeda
Perlakuan
Parameter Pengamatan
K (46%) P1 (46%) P2 (48%)
TKH (%) 100 ± 0,0a 100 ± 0,0a 100 ± 0,0a
ΔW (g) 50,90 ± 7,90a 64,70 ± 5,80a 60,13 ± 6,45a
LPH (% per hari) 1,61 ± 0,24a 1,85 ± 0,10a 1,78 ± 0,13a
JKP (kg) 13,05 ± 0,33a 19,04 ± 0,78c 17,72 ± 0,53b
FCR 1,73 ± 0,23a 1,96 ± 0,10a 1,98 ± 0,25a
a a
PER 1,10 ± 0,17 1,39 ± 0,12 1,24 ± 0,13a
a a
Retensi protein (%) 20,20 ± 5,6 19,27 ± 1,75 19,13 ± 7,31a
Huruf superscript yang berbeda dalam baris yang sama menyatakan perbedaan nyata pada selang
kepercayaan 95% (P<0,05). K: komersil; P1: perlakuan 1; P2: perlakuan 2; TKH: tingkat
kelangsungan hidup; ΔW: pertambahan bobot tubuh; LPH: laju pertumbuhan harian; JKP: jumlah
konsumsi pakan;FCR: feed convertion ratio; PER: protein efficiency ratio

Bobot awal, panjang awal, laju pertumbuhan harian (LPH), tingkat


kelangsungan hidup (TKH), PER dan retensi protein ketiga perlakuan
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P > 0,05). Pemberian pakan dengan
kadar potein berbeda juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot
tubuh ikan (ΔW) masing-masing perlakuan. Sedangkan jumlah konsumsi pakan
(JKP) ketiga perlakuan semua berbeda nyata satu sama lain (P < 0,05), namun
FCR-nya tidak berbeda nyata (P > 0,05). Nilai JKP terbesar yaitu perlakuan P1
dan yang terkecil yaitu perlakuan kontrol.

Pembahasan

Pertumbuhan merupakan penambahan ukuran tubuh berupa panjang, berat


dan volume serta jumlah sel-sel tubuh yang seiring dengan pertambahan waktu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain genetik, seks, umur,
parasit, penyakit, makanan dan suhu perairan (Dani et al. 2005).
Kebutuhan protein bervariasi menurut spesies ikan, dan pemanfaatan
protein pakan untuk pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh ukuran ikan, kualitas
protein, kandungan energi pakan, keseimbangan kandungan nutrisi, serta tingkat
pemberian pakan. Kandungan protein pakan sangat menentukan harga pakan
karena sebagian besar komponen pakan adalah protein (Giri et al. 2006). Oleh
karena itu banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan kandungan protein
yang baik dan efisien bagi pertumbuhan ikan. Pertumbuhan bobot (ΔW) dan laju
pertumbuhan harian (LPH) ikan dalam penelitian ini tidak berbeda nyata satu
sama lain (P > 0,05), artinya perbedaan kandungan protein pakan yang diberikan
tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan. Kandungan protein pakan
yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari 46% dan 48% kadar protein
8

dapat menunjang pertumbuhan ikan dengan baik. Peningkatan kadar protein


pakan yang diberikan dari 46% pada pakan komersil yang umum digunakan untuk
pendederan ikan bawal bintang ke 48% tidak memberikan pengaruh nyata pada
pertumbuhan ikan, sehingga kadar protein 46% sudah cukup untuk pedederan ikan
bawal bintang. Untuk ikan bawal bintang sendiri, hingga kini belum ditemukan
studi yang merepresentasikan kebutuhan proteinnya secara pasti. Salah satu yang
sudah diketahui yaitu kebutuhan nutrisi ikan Florida pompano (T. carolinus) yaitu
kadar protein kasar sebanyak 400g/kg (40%) dan lemak kasar 120g/kg (12%) dan
golden pompano T. ovatus sebesar 43% untuk ikan berukuran 25 g (Liu et al.
2011).
Tingkat kelangsungan hidup(TKH) ikan pada penelitian ini sangat baik
yaitu 100%. Tingkat kelangsungan hidup ikan merupakan salah satu parameter
yang menunjukkan keberhasilan suatu budidaya (Thantowi et al. 2015). TKH
yang baik menggambarkan pakan yang diberikan telah mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi ikan T. blochii. Ikan akan berusaha memenuhi kebutuhan
energinya melalui pakan. Dengan demikian, ikan yang kandungan protein
pakannya lebih rendah tingkat konsumsi pakannya akan lebih tinggi, sehingga
kebutuhan energi yang berasal dari protein dapat terpenuhi (Giri et al. 2006). Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu perlakuan P1 memiliki jumlah konsumsi
pakan (JKP) yang paling besar karena walaupun kadar protein pakannya sama
dengan kadar protein pakan kontrol yaitu sebesar 46% namun jumlah energi
pakannya lebih rendah. Kandungan energi pakan yang lebih tinggi pada pakan
komersil membuat konsumsi pakan ikan perlakuan kontrol menjadi lebih sedikit
dibandingkan perlakuan pakan mandiri.
Konversi pakan atau FCR merupakan suatu nilai yang menggambarkan
seberapa banyak pakan (kg) yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram
daging ikan. Semakin kecil nilai FCR, maka semakin baik dan efisien pakan
tersebut atau bisa dikatakan efisiensi pakannya tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian, ketiga perlakuan memiliki FCR yang tidak berbeda nyata secara
statistik. FCR perlakuan kontrol paling baik dibandingkan dua perlakuan lainnya,
Hal ini sejalan dengan JKP yang didapatkan karena bisa dilihat dari hasil bahwa
jumlah konsumsi pakan ikan dengan perlakuan K lebih kecil dibandingkan dua
perlakuan lainnya. FCR perlakuan P2 menunjukkan hasil yang paling buruk, hal
ini diduga disebabkan karena pakan dengan kadar protein 48% sudah termasuk ke
dalam kategori kelebihan protein dalam pakan. Kelebihan protein dalam pakan
justru mengakibatkan protein dibuang dalam bentuk amonia sehingga protein
pakan tidak bisa dimanfaatkan secara optimal (Yudiarto et al. 2012).Nilai FCR
pada hasil penelitian ini masuk dalam rentang nilai FCR ikan bawal bintang pada
umunya yaitu sebesar 1,9-2,2 (Arrokhman et al. 2012).
Kebutuhan energi pakan dan nilai perbandingan antara protein pakan
dengan energi yang dikandungnya juga mempengaruhi pertumbuhan ikan. Dapat
dilihat dari formulasi pakan bahwa pakan perlakuan K memiliki nilai energi pakan
yang paling besar dibandingkan P1 dan P2. Energi pakan perlakuan K yang besar
diduga menyebabkan nilai retensi protein pakan kontrol paling baik dibandingkan
kedua perlakuan lainnya, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Retensi
protein menggambarkan proporsi protein pakan yang tersimpan sebagai protein
dalam jaringan tubuh ikan (Giri et al. 2006). Pertumbuhan ikan ditentukan oleh
banyaknya protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh ikan sebagai zat
9

pembangun. Protein yang masuk ke dalam tubuh ikan dan berhasil dicerna tidak
seluruhnya diubah menjadi daging, ada sebagian yang dimanfaatkan untuk
aktivitas hidup atau metabolisme dan ada juga yang dikeluarkan dari tubuh.
(Suprayudi et al. 2000). Hasil dari penelitian ini pada sebagian besar parameter uji
yaitu TKH, ΔW, LPH, FCR, PER dan RP menunjukan hasil yang tidak berbeda
nyata, artinya perbedaan kandungan protein pakan sebesar 46% dan 48% dan juga
perbedaan jenis pakan yaitu pakan komersil dan pakan mandiri memberikan hasil
pertumbuhan yang relatif sama. Dapat dikatakan bahwa pakan mandiri sudah
dapat menyamai kualitas pakan komersil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pakan mandiri sudah dapat menyamai kualitas pakan komersil dilihat dari
pertumbuhan ikan. Pakan dengan perlakuan kadar protein 46% menghasilkan
pertumbuhan yang sama dengan pakan kadar protein 48% sehingga disarankan
menggunakan pakan dengan kadar protein 46% untuk pendederan ikan bawal
bintang.

Saran

Penelitan selanjutnya disarankan melakukan formulasi pakan ikan bawal


bintang dengan kadar protein yang lebih rendah dibandingkan pakan komersil.
10

DAFTAR PUSTAKA
Albreksten, Mundheim H, Aksnes A. 2006. Growth, feed efficiency, digestibility
and nutrient distribution in Atlantic cod (Gadus morhua) fed two different
fish meal qualities at three levels of vegetable protein sources. Aquaculture
261: 626-640.
Arrokhman S, Abdulgani N, dan Hidayati D. 2012. Survival rate ikan bawal
bintang (Trachinotus blochii) dalam media pemeliharaan menggunakan
rekayasa salinitas. JurnalSains dan Seni ITS. 1(1):32–35.
Ashari SA, Rusliadi, Putra I. 2014. Pertumbuhan dan kelulushidupan ikan bawal
bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) dengan padat tebar berbeda yang
dipelihara di keramba jaring apung. Jurnal Universitas Riau.
Bhilave MP, Bhosale SV, Nadaf SB. 2012. Protein efficiency ratio (PER) of
Ctenopharengedon idella fed on soybean formulated feed. Biological Forum
– An International Journal, 4(1): 79-81.
Bureau DP, Kaushik SJ, Cho CY. 2003. Fish Nutrition (Third Edition):
Bioenergetics. USA: Elsevier Science.
Dani NP, Budiharjo A, Listyawati S. 2005. Komposisi pakan buatan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan tawes (Puntius
javanicus Blkr.). Jurnal BioSmart, Vol. 7(2): 83-90.
Devani V, Basriati S. 2015. Optimasi kandungan nutrisi pakan ikan buatan degan
menggunakan Multi Objective (Goal) Programming Model. Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri, Vol. 12 (2): 255-261.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Dewi Sri Bogor. 112
hal.
Giri NA, Suwirya K, Marzuqi M. 2006. Kebutuhan protein, lemak dan vitamin C
untuk yuwana ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia Vol. 5(3): 38-46.
Houlihan D, Boujard T, Jobling ME. 2001. Food Intake in Fish. Oxford. Wiley-
Blackwell.
Junianto NM, Akbar S, Zakimin. 2008. Breeding and seed production of silver
pompano (Trachinotus blochii, Lacepede) at the Mariculture Deveopment
Centre of Batam. Marine finfish Aquaculture. Aquaculture Asia
Magazine:46-49.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Laut.
Liu X, Wang H, Zhang H, Xu D. 2011. Optimum dietary protein to energy ratio in
juvenile pompano, Trachinotus ovatus. Fish Science, 30: 136-139 (in
Chinese with English abstract).
Niu J, Du Q, Lin HZ, Cheng YQ, Huang Z, Wang Y, Chen YF. 2013.
Quantitative Dietary Metionine Requirement of Juvenile Golden Pompano
Trachinotus ovatus at a Constant Dietary Cystine Level. Journal of
Aquaculture Nutrition, Vol. 19: 677-686.
Poernomo N. 2015. Kinerja Pertumbuhan dan Kualitas Daging Ikan Patin
(Pangasianodonhypophthalmus) yang Diberi Pakan Komersial dengan
Kadar Protein Berbeda. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Retnani TH, Abdulgani N. 2013. Pengaruh salinitas terhadap kandungan protein
dan pertumbuhan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii). Jurnal Sains
dan Seni Pomits. Vol. 2(2):177–181.
11

Salamudin. 2012. Pembesaran Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides Blkr.) dalam


Jaring di Kolam dengan Pemberian Pakan yang Mengandung Hormon
Tiroksin (T4) [Skripsi]. Riau: Universitas Riau.
Sanjayasari D, Kasprijo. 2010. Estimasi nisbah protein-energi pakan untuk
senggaringan (Mystus nigriceps) dasar nutrisi untuk keberhasilan
domestikasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol. 15 (2): 89-97.
Suprayudi MA, Ihu MZ, Utomo NP, Ekasari J. 2014. Protein and Energy: Protein
ratio in diets for juvenile bluefin trevally Caranx melampygus. Journal of
Applied Aquaculture, 26: 187-196.
Suprayudi MA, Takeuchi T, Mokoginta I, Kartikasari AT. 2000. The effect of
additionl arginine in the high defatted soybean meal diet on the growth of
giant gouramy Osphronemus gouramy Lac. Journal of Fisheries Science,
Vol. 55 (5): 807-811.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work---chemical evaluation of dietary nutrients. Di
dalam: Watanabe T, editor. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo: JICA
Textbook the General Aquaculture Course. hlm. 179-233.
Tanthowi MI, Tang UM, Putra I. 2015. Effect of Thyroxine Hormone (T4)
Addition in Feed to the Growth Rate Trachinotus blochii, Lacepede. Jurnal
Universitas Riau.
Wang F, Han H, Wang Y, Ma X. 2012. Growth, feed utilization and body
composition of juvenile golden pompano Trachinotus ovatus fed at different
dietary protein and lipid levels. Journal of Aquaculture Nutrition.
Xan L. 2007. Study on biology, grow-out and broodstock farming technique of
five potential marine fish species: Brown-marbled grouper (Ephinephelus
fuscoguttatus), Giant grouper (Ephinephelus lanceolatus), Humpback
grouper (Cromileptes altivelis), Mangrove red snapper (Lutjanus
argentimaculatus), Pompano (Trachinotus blochii) (in Vietnamese). Project
Report (2004-2006). Ministry of Agriculture and Rural Development.
Yudiarto S, Arief M, Agustono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang
berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energi benih
ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, Vol. 4 (2): 135-140.
12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Proksimat
A. Kadar air
1. Cawan dimasukkan ke dalam oven (110°C) selama 1 jam kemudian dimasukkan ke
dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X1).
2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A).
3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam oven (110°C) selama 4 jam kemudian
dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).
(X1+A)−X2
Kadar air ; × 100%
𝐴
B. Kadar serat kasar
1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110°C setelah itu
didinginkan dalam eksikator (X1).
2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250
ml.
3. H2SO4 0,3 N ebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan
selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebnayak 25 ml dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer lagi dan dipanaskan selmaa 30 menit.
4. Larutan dan bahan yang dipanaskan kemudian disaring dalam corong Bucher dan
dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat filtrasi.
5. Laruta yang ada dalam corong Bucher kemudian dibilas secara berturt-turut dengan
50 ml air panas, H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton.
6. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin, lali dikeringkan
selama 1 jam kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbng (X2).
7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600°C hingga berwarna putih, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang (X3).
(X2−X1− X3)
Kadar serat kasar : × 100%
𝐴

C. Kadar lemak
1. Labu ekstraksi dimasukkan dipanaskan di dalam oven (110°C) selama 1 jam.
Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu
tersebut (X1).
2. Sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram (A) dan dimasukkan ke dalam tabung filter lalu
dipanaskan pada suhu 90-100°C selama 2-3 jam.
3. Tabung filter ditempatkan ke dalam ekstrak dari alat soxhlet. Kemudian
disambungkan labu ekstraksi yang telah diisi 100 ml petroleum eter dengan
kondensor.
4. Eter dipanaskan pada labu ekstraks dengan menggunakan water bath pada suhu 70°C
selama 16 jam.
5. Labu ekstraksi dipnskan pada suhu 100°C kemudian ditimbang (X2).
X2− X1
Kadar lemak : 𝐴 × 100%
D. Kadar protein
Cara kerja analisa protein dibagi ke dalam tiga tahap.
1. Oksidasi
Bahan sebanyak 0,5-1 gram ditimbang dalam aluminium foil, kemudian bahan
tersebut dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Katalis ditambahkan sebanyak 3 gram
dan H2SO4 pekat sebanyak 10 ml. Selajutnya dipanaskan dalam rak oksidasi selama
3-4 jam sampai berubah warna menjadi hijau bening. Bahan didinginkan kemudian
13

diencerkan dengan akuades hingga volume 100 ml dalam gelas ukur yang kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Destilasi
Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu yang setengahnya telah diisi dengan
akuades, kemudian ddidhkan selama 10 menit. Erlenmeyer yang berisi 10 ml H2SO4
0,05 N dan 2 tetes larutan indicator disimpan di bawah pipa pembuangan kondensor
dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan. Dimasukkan 5
ml larutan sampel e dalam taung destilasi melalui corong yang telah dibilas dengan
akuade. Kemudian sebanyak 10 ml NaOH 30% dimasukkan melalui corong dan
ditutup. Alkaline dicampurkan dalam labu kemudian disuling menjadi uap air selama
10 menit setelah terjadi pengembunan pada kondensor. Labu Erlenmeyer diturunkan
sehingga ujung pipa kondensor berada di leher labu, di atas permukaan larutan.
Kondensor dibilas dengan akuades selama 1-2 menit.
3. Titrasi
Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N hingga berubah warna,
catat volume titran dan lakukan prosedur yang sama terhadap blanko.
0,0007 ×(𝑉𝑏−𝑉𝑠)×6,25∗∗ ×20
Kadar protein : × 100%
𝐴
Keterangan:
Vb : volume 0,05 N titran NaOH untuk blanko (ml)
Vs : volume 0,05 N titran NaOH untuk sampel
A : bobot sampel (g)
* : setiap ml 0,05 NaOH ekuivalen dengan 0,0007 gram N
** : faktor nitrogen
E. Kadar abu
1. Cawan dimasukkan ke dalam oven (110°C) selama 1 jam kemudian dimasukkan ke
dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X1).
2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A).
3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam oven (600°C) sampai bahan menjadi abu
kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 dan ditimbang (X2).
(X2− X1)
Kadar abu : × 100%
𝐴

Lampiran 2 ANOVA parameter uji perlakuan pemberian pakan dengan kadar protein berbeda

Parameter Jumlah Kuadrat df Rerata Kuadrat F Sig.

Antar Kelompok ,000 2 ,000

TKH Dalam kelompok ,000 6 ,000

Total ,000 8

Antar Kelompok 296.549 2 148,247 3,231 ,112

ΔW Dalam kelompok 275.307 6 45.884

Total 571.856 8

LPH Antar Kelompok ,092 2 ,046 1,592 ,279


14

Dalam kelompok ,173 6 ,029

Total ,265 8

Antar Kelompok 59,431 2 29,716 90,680 ,000

JKP Dalam kelompok 1,966 6 ,328

Total 61,398 8

Antar Kelompok ,113 2 ,056 1,361 ,325

FCR Dalam kelompok ,248 6 ,041

Total ,361 8

Antar Kelompok ,126 2 ,063 3,145 ,116

PER Dalam kelompok ,120 6 ,020

Total ,247 8

Antar Kelompok 2,027 2 1,013 ,035 ,966

RP Dalam kelompok 175,853 6 29,309

Total 177,880 8

Lampiran 3 Hasil uji lanjut Duncan parameter tingkat kelangsungan hidup (TKH)

Subset for alpha = 0,05


Perlakuan N
1
K 3 100,0000
P1 3 100,0000
P2 3 100,0000
Sig. 1,000
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous yang diperlihatkan.

Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan selisih pertambahan bobot

Subset for alpha = 0,05


Perlakuan N
1
K 3 50,9000
P2 3 60,1333
P1 3 64,7000
Sig. ,053
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous yang diperlihatkan.
15

Lampiran 5 Hasil uji lanjut Duncan parameter laju pertumbuhan harian (LPH)

Subset for alpha = 0,05


Perlakuan N
1
K 3 1,6087
P2 3 1,7747
P1 3 1,8507
Sig. 143
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous yang diperlihatkan.

Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan parameter jumlah konsumsi pakan (JKP)

Subset for alpha = 0,05


Perlakuan N
1 2 3
K 3 13,0533
P2 3 17,7233
P1 3 19,0433
Sig. 1,000 1,000 1,000
Rata-rata untuk tiap kelompok padahomogenous yang diperlihatkan.

Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan parameter rasio konversi pakan (FCR)

Subset for alpha =


Perlakuan N 0,05
1
K 3 1,7367
P1 3 1,9633
P2 3 1,9833
Sig. ,201
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous yang diperlihatkan.

Lampiran 8 Hasil uji lanjut Duncan parameter rasio efisiensi protein (PER)

Subset for alpha =


Perlakuan N 0,05
1
K 3 1,1000
P2 3 1,2400
P1 3 1,3900
Sig. ,052
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous yang diperlihatkan.
16

Lampiran 9 Hasil uji lanjut Duncan parameter retensi protein (RP)

Subset for alpha =


Perlakuan N 0,05
1
P2 3 19,1233
P1 3 19,2667
K 3 20,2000
Sig. ,823
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous yang diperlihatkan.
17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1996 dari Ayahanda Mimid
Abdul Hamid dan Ibunda Rosiah. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis yaitu penulis bersekolah di SMPN 7 Kota Jambi
(2008−2010), dan SMAN 1 Kota Jambi (2010-2013). Penulis diterima menjadi mahasiswa
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Himpunan Mahasiswa
Akuakultur (Himakua) (2014−2016) dan asisten praktikum Dasar-dasar Akuakultur (2015-
2017).
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur pada tahun 2016 di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BPPBL) Gondol, Buleleng, Bali dengan judul
“Pembenihan Kerapu Sunu di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut
Gondol Bali”. Tugas akhir dalam memperoleh gelar sarjana diselesaikan dengan menyusun
skripsi yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang Trachinotus blochii
yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein Berbeda dengan Pembanding Pakan
Komersil”.

Anda mungkin juga menyukai