NIA OKTAVIA
USULAN PENELITIAN
Nia Oktavia
C2501222008
PENAMBAHAN BAHAN ADITIF PADA PAKAN UNTUK MENINGKATKAN
EFISIENSI PAKAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)
DALAM UPAYA MENGURANGI LIMBAH ORGANIK KE PERAIRAN
NIA OKTAVIA
USULAN PENELITIAN
Disetujui oleh,
Pembimbing 1:
Prof. Dr.Ir. Ridwan Affandi, DEA __________________
Pembimbing 2 :
Prof. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si __________________
Diketahui oleh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan usulan penelitian berjudul “Penambahan Bahan Aditif pada
Pakan untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei, Boone 1931) dalam Upaya Mengurangi Limbah Organik ke
Perairan”.
Usulan penelitian ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk melakukan
penelitian di Departemen Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Program
Matching Fund KEDAIREKA 2022 yang memberikan fasilitas dan dana untuk
melakukan penelitian ini. Penulis juga turut berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membimbing dalam proses penulisan usulan penelitian yaitu Prof. Dr.Ir.
Ridwan Affandi, DEA sebagai pembimbing I dan Prof. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti
Pratiwi, M.Si sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan,
dan saran dalam penyusunan usulan penelitian. Penulis juga berterima kasih kepada
kedua orang tua dan teman–teman SDP angkatan 2021 yang telah memberikan
dukungan, semangat, dan doa dalam penyelesaian usulan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan usulan
penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan
dosen pembimbing sangat diterima dalam penyempurnaan usulan penelitian ini.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Nia Oktavia
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang adalah salah satu komoditas yang dapat meningkatkan devisa negara
dari sektor non-migas. Udang menjadi komoditas yang digemari oleh konsumen di
negara maju karena mempunyai rasa yang gurih dan kandungan gizi yang tinggi.
Udang mempunyai banyak jenis baik itu udang yang hidup di perairan tawar atau
yang hidup di perairan laut (Manijo 2021). Salah satu jenis udang yang banyak
digemari dan dibudidayakan adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei). Udang
vaname adalah salah satu komoditas akuakultur yang mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi. Udang vaname juga menjadi komoditas ekspor di Indonesia yang
mengalami peningkatan dan mempunyai prospek yang baik secara ekonomi.
Menurut data BPS (2018) nilai ekspor udang budidaya di Indonesia pada periode
Januari-Agustus 2018 mengalami peningkatan sebesar 71,16% dibanding pada
periode Januari-Agustus tahun 2016 yakni sebesar 13,25 juta dollar. Selain itu,
keunggulan dari budidaya udang vaname adalah mempunyai kebutuhan protein
pada pakan yang relatif tidak terlalu tinggi, pertumbuhan yang relatif cepat, toleran
terhadap suhu air, dan oksigen terlarut yang relatif rendah (Cholik et al. 2005).
Udang vaname (Litopeaneus vannamei) merupakan salah satu komoditas
akuakultur yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Adanya peningkatan
produksi budidaya udang vaname harus oleh adanya ketersediaan pakan yang
berkualitas, mudah didapat, dan harga yang terjangkau. Pakan yang digunakan di
tambak salah satunya adalah pakan jenis NOVO yang mempunyai kandungan
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan NOVO yang digunakan
diduga mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan proteinnya. Pakan komersil biasanya meningkatkan kandungan
karbohidrat sebagai strategi dalam meminimalkan penggunaan protein pada pakan.
Hal tersebut dilakukan karena tingginya harga pakan yang mengandung protein
yang tinggi. Menurut Shiau et al. (1991) udang mempunyai kemampuan yang
terbatas dalam memanfaatkan karbohidrat dan tidak dapat beradaptasi pada
karbohidrat dalam level yang tinggi. Adanya pernyataan tersebut membuktikan
bahwa kebutuhan protein pada pakan sangat diperlukan karena dapat mempercepat
pertumbuhan udang vanname, memperbaiki, dan memelihara fungsi-fungsi rutin
tubuh udang (Cuzon et al. 2015). Oleh karena itu, pakan yang diberikan diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh udang vaname
dengan metode penambahan feed additive pada pakan.
Pemberian pakan yang sesuai dapat memacu pertumbuhan dan
perkembangan udang vaname secara optimal sehingga produktivitasnya dapat
ditingkatkan. Upaya peningkatan produktivitas tersebut dapat dilakukan dengan
penerapan efisiensi penggunaan pakan. Penggunaan pakan yang efisien dapat
menekan biaya dan dapat meningkatkan efisiensi produksi, sehingga diperlukan
suatu sistem yang dapat membuat pakan termanfaatkan optimal oleh udang
(Ulumiah et al. 2020). Ketersediaan pakan yang tepat baik secara kualitas dan
kuantitas menjadi syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhan udang vaname.
Pemberian pakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan biaya
produksi dan menyebabkan peningkatan sisa pakan yang dapat berakibat pada
penurunan kualitas air yang berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan udang
2
(Wyban dan Sweeny 1991). Penurunan kualitas air akibat adanya sisa pakan dapat
mempengaruhi kondisi fisiologis udang dan turunnya nafsu makan pada udang.
Kondisi fisiologis udang yang terjadi akibat perubahan lingkungan adalah udang
akan mengalami stress sehingga mudah terkena serangan penyakit (Hermawan et
al. 2016).
Efisiensi penggunaan pakan adalah salah satu upaya untuk mengurangi biaya
pakan agar tetap efisien namun tidak mengurangi laju pertumbuhan. Kandungan
nutrien lemak, protein, karbohidrat, dan lainnya perlu disesuaikan dengan nutrien
udang sehingga dapat mencapai pertumbuhan dan sintasan yang optimum sehingga
pakan yang terbuang seminimum mungkin (Tahe dan Suwoyo 2011). Salah satu
upaya untuk meningkatkan efisiensi pakan dengan tetap memperhatikan
pertumbuhan udang adalah dengan menambahkan bahan aditif pada pakan.
Penambahan feed additives dapat meningkatkan pertumbuhan udang dan efisiensi
pakan sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan menurunkan limbah organik
yang berpotensi mencemari lingkungan perairan (Soetomo 1990).
Feed additive adalah suatu bahan yang ditambahkan pada pakan dengan
jumlah yang relatif sedikit untuk mencapai tujuan tertentu (Agustono et al. 2011).
Adanya feed additive diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan dan
mengurangi dampak lingkungan yang terjadi sehingga tetap menjaga kondisi
fisiologis udang serta meningkatkan pertumbuhan udang. Kondisi fisiologis udang
terlihat dari kadar gula darah yang ditimbulkan saat udang mengalami penurunan
nafsu makan dan stress. Kadar glukosa digunakan untuk merespon dan beradaptasi
pada stres atau mengalihkan peran energi yang seharusnya digunakan untuk proses
metabolisme menjadi proses pengaktifan sistem fisiologis untuk menghadapi stres
(Andrade et al. 2015).
Feed additive yang ditambahkan pada pakan dalam penelitian ini adalah
produk inovasi Aquapro-IPB Boost yang dapat meningkatkan nafsu makan,
pertumbuhan udang vaname, dan pemanfaatan pakan secara optimal. Penelitian
terkait efektifitas produk Aquapro-IPB Boost terhadap udang vaname yang
diaplikasikan pada skala lapangan belum ada sebelumnya sehingga perlu dilakukan
kajian lebih lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan nilai retensi nutrien dalam
tubuh udang, pertumbuhan, melihat respon fisiologis, dan meningkatkan efisiensi
pakan yang dapat mengurangi beban limbah. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat mengkaji beberapa indikator berupa pengaruh produk terhadap
kondisi fisiologis, komposisi tubuh udang, pertumbuhan, dan efisiensi pakan udang
vaname yang dipelihara dalam skala laboratorium.
3
Rumusan Masalah
Udang vaname merupakan komoditas unggulan dalam sektor akuakultur
yang memerlukan perhatian dalam upaya peningkatan produktivitasnya. Jumlah
pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi penggunaan energi pada udang.
Energi tersebut diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi
oksidasi terhadap komponen pakan seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam amino, asam lemak, dan
glukosa sehingga dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan (Afrianto dan
Liviawaty 2005). Pakan merupakan komponen biaya produksi yang paling besar
dalam budidaya udang sehingga penggunaannya secara optimal perlu dilakukan.
Penggunaan pakan yang efisien dapat menekan biaya dan dapat meningkatkan
efisiensi produksi, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat pakan
termanfaatkan secara optimal oleh udang (Ulumiah et al. 2020).
Nutrien yang terdapat dalam pakan yaitu protein, lemak, karbohidrat, mineral,
dan vitamin yang dapat dijadikan sebagai sumber energi dan reproduksi.
Kekurangan pakan dapat menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat,
ukuran tidak seragam, tubuh tampak keropos, dan kanibalisme. Selebihnya,
kelebihan pakan dapat memperburuk kualitas air, udang mudah stres, dan
pertumbuhan udang menjadi terlambat (Nuhman 2009). Oleh karena itu, dalam
peningkatan produksi budidaya udang vaname dibutuhkan ketersedian pakan yang
berkualitas, mudah didapat, dan harga yang terjangkau.
Kegiatan budidaya udang vaname tidak hanya menghasilkan keuntungan,
tetapi dapat berdampak negatif jika tidak dikelola secara optimal. Permasalahannya
adalah tidak semua pakan dapat dikonsumsi oleh udang, sehingga ada sisa pakan
yang terbuang yang dapat mengapung di air dan mengendap pada dasar kolam.
Sebagian besar pakan yang diberikan dimanfaatkan udang sebagai sumber energi
dan nutrien dalam proses pertumbuhan yang disimpan sebagai biomassa udang.
Proses eksresi udang mengeluarkan urin yang larut pada air tambak. Kemudian, sisa
pakan yang tidak termakan melalui proses sedimentasi dan mengendap pada dasar
kolam. Kandungan terbesar dalam sisa pakan dan kotoran udang adalah nitrogen
(N) dan fosfor (P) yang dapat menyebabkan kualitas air menjadi buruk baik pada
air tambak maupun air limbah yang terbuang (Wulandari 2020). Permasalahan lain
yang terjadi pada pemberian pakan yang dilakukan petambak adalah tidak
memperhatikan kandungan gizi pada pakan sehingga tidak sesuai dengan standar
kebutuhan nutrien udang. Pakan yang digunakan misalnya mie kadaluarsa, roti
kadaluarsa, atau biskuit kadaluarsa (Rahman et al. 2018). Pakan yang digunakan
dalam kegiatan budidaya udang vanname secara intensif adalah pakan komersil
yang diduga masih mempunyai nilai efisiensi pakan yang rendah (Pantjara et al.
2012).
4
Kerangka Pemikiran
Feed additive merupakan bahan yang dapat ditambahkan ke dalam pakan
untuk memaksimalkan fungsi pakan sebagai penopang keberlangsungan hidup dan
pertumbuhan (Pangaribuan et al. 2017). Feed additive diharapkan mampu
meningkatkan nutrien pakan, penyerapan protein, lemak, dan energi optimum
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan udang vaname. Pemberian pakan
buatan yang tepat bertujuan agar udang vaname tidak mengalami kekurangan pakan
atau kelebihan pakan yang dapat mempengaruhi kualitas air dan kondisi udang
5
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh feed additive terhadap :
1. Kondisi fisiologis dan tingkat kesehatan udang vaname
2. Kualitas udang vaname
3. Kondisi biologis (SR, SGR, EP) udang vaname
4. Jumlah limbah organik
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi terkait
pengaruh bahan aditif pakan terhadap kualitas, nutrisi udang, pertumbuhan, dan
efisiensi pakan udang vaname. Pengaplikasian produk tersebut diharapkan dapat
menjadi informasi mengenai efisiensi pakan yang sesuai agar tidak mencemari
lingkungan dan meningkatkan produktivitas udang vaname. Penelitian ini dapat
menjadi informasi dasar dalam merumuskan strategi pengelolaan dan
pengembangan tambak udang vaname yang tepat melalui penggunaan pakan yang
efisien agar tidak mencemari lingkungan perairan serta mampu meningkatkan
kualitas udang vaname.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
Udang Vaname
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Sub Filum : Crustacea
Kelas : Malascostraca
Sub Kelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)
8
Kualitas pakan yang baik tergantung pada kandungan protein, lemak, serat
kasat dan beberapa nutrien lain yang perlukan bagi pertumbuhan udang. Pakan
dengan kadar protein 35%, 15,20% lemak dan serat kasar 5,31% menghasilkan
pertumbuhan yuwana udang vaname dan konversi pakan terbaik. Selain kadar
protein yang sesuai, kadar lemak yang tidak terlalu tinggi membuat udang
mengkonsumsi pakan yang cukup untuk pertumbuhannya. Pada perlakukan dengan
kadar lemak mencapai 17,36%, konsumsi pakan menjadi rendah sebab pada batas
jumlah tertentu udang akan menghentikan aktivitas makannya, ketika energi yang
terlalu tingggi pada pakan serta nutrien pakan seperti protein akan kecil
kemungkinannya untuk masuk ke tubuh udang sehingga laju pertumbuhan menjadi
rendah. Nutrisi pada pakan seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin
menjadi faktor penting yang mendukung kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan
pada udang (Heptarina et al. 2010). Komposisi pakan udang yang dapat
meningkatkan kelulushidupan dan laju pertumbuhan yang optimal adalah : Protein
sebesar 47.51%, Lemak 13.11, Kadar air 9.17%, Serat Kasar 2,32%, Kadar abu
12.40% dan BETN 15.46% (Yustianti et al. 2013).
Feed Additive
Budidaya yang ramah lingkungan bisa dilakukan dengan beberapa
pendekatan, salah satunya adalah dengan manajemen pakan. Pendekatan
manajemen pakan menekankan upaya pemanfaatan pakan alami (organik) yang
mempunyai dampak positif bagi organisme. Salah satu komponen penting dalam
pakan adalah dengan penambahan feed additive sebagai bahan pemacu
pertumbuhan dan peningkatan efisiensi pakan (Rahayu dan Budiman 2005). Upaya
yang dapat dilakukan dalam peningkatan nutrisi pakan adalah dengan
meningkatkan kualitas pakannya yang dapat meningkatkan pertumbuhan lebih
cepat. Feed additive adalah bahan yang dapat ditambahkan ke dalam pakan dengan
tujuan untuk memaksimalkan fungsi pakan sebagai penopang keberlangsungan
hidup dan pertumbuhan (Pangaribuan et al. 2017). Adapun jenis kandungan yang
terkandung didalam feed aditive dapat berfungsi sebagai atraktan, antioksidan,
immunostimulan, mineral mikro, multivitamin, prebiotik, probiotik, bahan
prekursor hormon, dan binder. Bahan feed additive dapat berbentuk serbuk atau cair
tergantung pada pakan yang ditambahkan.
Pakan diberikan pada udang untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan
udang. Penambahan bobot dan laju pertumbuhan dipengaruhi oleh penyerapan
nutrisi yang terkandung pada pakan (Suwoyo dan Mengampa 2010). Salah satu
contoh pengaplikasian feed additive salah satunya adalah penambahan bahan
imunostimulan (ragi komersial, vitamin C, β-glukan dan kromium yeast) pada
pakan uji yang mengandung protein 48,49%, karbohidrat 12,46%, dan lemak
19,15% yang mampu memberikan pengaruh yang sama dengan pakan komersil
terhadap laku pertumbuhan ikan (Suprayudi et al. 2006). Beragam penelitian
mengenai pakan buatan yang tepat untuk usaha budidaya dan upaya penambahan
feed additive pada pakan guna mendukung optimalisasi penyerapan pakan dan
peningkatan kualitas kesehatan udang telah banyak dilakukan. Menurut Amrina et
al. (2013) pemberian pakan buatan 10% silase ikan Gabus terbukti berpengaruh
pada pertumbuhan mutlak dapat memberikan asupan protein yang cukup untuk
pertumbuhan udang. Hal ini disebabkan semakin banyak protein yang disimpan
12
dalam tubuh dan semakin sedikit yang dikatabolisme menjadi energi maka nilai
pertumbuhan akan semakin besar (Heptarina et al. 2010).
Suhu
Suhu air adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas serta
dapat memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan. Suhu
yang meningkat dapat meningkatkan metabolisme dan respirasi organisme air dan
selanjutnya dapat meningkatkan konsumsi oksigen (Murjani 2011). Adapun
kualitas air suhu yang layak untuk pemeliharaan udang vaname berkisar 28-31℃
(toleransi 16-36℃). Suhu lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Suhu memiliki hubungan dengan metabolisme tubuh ikan. Jika suhu meningkat
maka metabolisme akan meningkat. Suhu adalah indikator atau nilai dari derajat
panas atau dingin dari suatu zat cair maupun zat padat.
Nilai suhu pada kegiatan pembesaran udang dapat berhubungan dengan siklus
kehidupan dari udang. Sebab suhu berhubungan oksigen terlarut udang, semakin
tinggi suhu dalam perairan tambak maka oksigen terlaruh semakin rendah (Rafiqie
2021).
Salinitas
Salinitas dapat menunjukkan kadar garam terlarut di perairan dan salinitas
dapat menjadi faktor penentu pertumbuhan udang dan ikan di tambak. Menurut
Anas et al. (2015) ketika terjadi perubahan salinitas yang ekstrim dan tidak sesuai
dengan kondisi dari habitat biota akan berpengaruh terhadap pertumbuhan biota.
Salinitas pada tambak harus sesuai dengan sumber air yang ada di tambak, apabila
sumbernya berasal dari air laut maka salinitas yang sesuai adalah kisaran dari 30-
36 ppt. Namun, udang mampu hidup pada salinitas 15-25 ppt dan akan tetap hidup
ketika salinitas kurang dari 15 ppt jika perubahan salinitas tidak terlalu besar.
Adapun kualitas air salinitas yang layak untuk pemeliharaan udang vaname berkisar
10-25 ppt. Ketika salinitas mengalami perubahan yang ekstrim maka dapat
menyebabkan tekanan osmotic terganggu sehingga udang tidak mampu beradaptasi
dan berdampak pada stress (Aliafatri 2017). Udang vaname dapat hidup pada
kisaran salinitas 1-2 ppt hingg 40 ppt di perairan (Hernandez et al. 2006).
batas optimum dapat menyebabkan ikan mengalami stres dan mengalami gangguan
fisiologis dan kematian (Soesono 1988).
Oksigen Terlarut
Menurut Effendi et al. (2006), oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang
terkandung didalam air dan parameter kualitas air yang penting karena
keberadaanya yang mutlak diperlukan oleh biota perairan untuk proses respirasi.
Kebutuhan oksigen yang diperlukan organisme bervariasi tergantung umur, ukuran,
dan kondisinya. Kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen atau DO) perairan adalah
salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang kehidupan semua
organisme. Oksigen dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Adapun oksigen terlarut yang layak untuk pemeliharaan
udang vaname yaitu > 4 mg/L dengan toleransi maksimum 0,8 mg/L. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Herlina et al.
2012).
Amonia
Amonia adalah produk sisa metabolisme utama dari ikan. Sumber utama
amonia berasal dari protein pada pakan yang dimakan oleh ikan untuk kebutuhan
energi dan nutrien. Amonia kemudian dikeluarkan melalui insang dan urin.
Amonia dapat mempengaruhi pertumbuhan biota dalam perairan, karena ikan tidak
dapat bertoleransi terhadap kadar amonia yang terlalu tinggi yang dapat
mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah dan pada akhirnya akan
menyebabkan terganggunya sistem tubuh ikan (Nisa et al. 2013). Menurut
Wulandari (2015) kandungan senyawa organik seperti amonia pada perairan media
budidaya udang vannamei dapat mempunyai kencenderungan meningkat dengan
seiring bertambahnya umur udang. Kemudian, peningkatan padat tebar dapat
berpengaruh terhadap tingginya kandungan amonia yang ada di tambak karena
pakan akan bertambah dan sisa-sisa pakan yang tidak termakan serta feses akan
meningkat. Prinsip pemberian pakan yaitu jika semakin tinggi padat tebar maka
semakin sedikit pakan alami sehingga kebutuhan pakan buatan akan semakin tinggi
dan bahan organik akan meningkat (Muzaki 2004). Adapun oksigen terlarut yang
layak untuk pemeliharaan udang vaname yaitu < 0,1 mg/L.
14
III METODE
Rancangan percobaan
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Rancangan terbagi menjadi perlakuan dan ulangan. Perlakuan yang dilakukan
terbagi menjadi tiga yaitu P1(Kontrol), P2, dan P3. Setiap perlakuan dilakukan
sebanyak tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian dapat dilihat
pada Tabel 1.
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan menggunakan akuarium yang telah diatur dan dipasang
dengan peralatan pendukung berupa aerasi, filter akuarium, dan termometer
minimum-maksimum. Akuarium yang digunakan sebanyak 9 buah yang berukuran
30 × 30 × 40 cm3 dengan volume air sebesar 30 liter. Berikut Gambar 2 yang
menunjukkan wadah percobaan yang digunakan.
Komposisi Nutrien
Jenis Pakan Protein Lemak Karbohidrat Abu
(%) (%) (%) (%)
Pakan Konvensional 31,81 5,6 50,1 12,5
Pakan Komersial 44,4 7,7 33,5 14,4
Pakan Campuran 34,32 6,02 47,58 12,08
Nt
SR = × 100
N0
Keterangan :
SR = Sintasan (%)
Nt = Jumlah udang di akhir percobaan (ekor)
N0 = Jumlah udang di awal percobaan (ekor)
Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan suatu keadaan kemontokan ikan yang dinyatakan
dalam angka-angka berdasarkan perhitungan dari panjang berat udang vaname
(Maghfiroh et al.2019). Faktor kondisi menggunakan persamaan (Effendi 2000)
sebagai berikut :
100W
FK=
L^3
17
Keterangan :
FK = Faktor kondisi
W = Bobot udang (g)
L = Panjang udang (cm)
̅ t-Ln𝑊
Ln 𝑊 ̅o
LPS = × 100
t
Keterangan :
LPS = Laju pertumbuhan spesifik
𝑊̅ t = Bobot rata-rata ikan diakhir percobaan (gr)
𝑊̅ o = Bobot rata-rata ikan diawal percobaan (gr)
t = Lama periode percobaan (hari)
F
RKP =
(Bt+D)-Bo
Keterangan :
RKP = Rasio konversi pakan
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (gr)
Bt = Biomassa akhir (gr)
Bo = Biomassa awal (gr)
D = Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (gr)
18
Keterangan :
EPP = Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
W0 = Bobot udang pada awal pemeliharaan (gr)
Wt = Bobot udang pada akhir pemeliharaan (gr)
F = Jumlah pakan ikan yang diberikan selama pemeliharaan (gr)
D = Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (gr)
Limbah Organik
Limbah organik pada kegiatan pemeliharaan dan pembesaran udang
merupakan hasil sisa pakan yang terakumulasi didasar perairan dan meningkatkan
sedimentasi (Zai et al. 2023).
40
Limbah Organik = FCR ×
100
Keterangan :
100 = Total Pakan (%)
40 = Pakan yang tidak termakan (%)
FCR = Feed conversion rate (%)
Lk-L
% Penurunan limbah organik (feses) = × 100
1000
Keterangan :
Lk = Limbah Kontrol (gr)
L = Limbah perlakuan (gr)
19
Glukosa
Parameter fisiologi udang dilakukan dengan mengambil kadar glukosa pada
darah udang yang dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, IPB. Kadar glukosa
cairan tubuh udang diukur sebelum proses adaptasi dan hari ke-5 setelah
sebelumnya dipuasakan selama 1 hari setelah akhir masa adaptasi. Pengukuran
glukosa cairan tubuh benur udang vaname dilakukan dengan metode whole body
melalui penggerusan. Hasil gerusan ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung
eppendorf yang telah dilapisi EDTA. Tabung eppendorf disentrifus selama 5 menit
dengan kecepatan 10000 g. Cairan tubuh diambil dari bagian supernatant
menggunakan spuit suntik dan ditempatkan di tabung eppendorf kosong yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Metode pengukuran kadar cairan tubuh udang
menggunakan kit GOD-PAP dengan bantuan pembacaan spektrofometer.
1
𝑇𝐻𝐶 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 – 𝑟𝑎𝑡𝑎 ∑𝑆𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × × 100 × 𝐹𝑝 × 100
Volume kotak besar
DAFTAR PUSTAKA
Davis, D.A., I.P. Saoud, W.J. McGraw, and D.B. Rouse. 2002. Considerations for
Litopenaeus vannamei reared in inland low salinity waters. In: CruzSuárez
et al. (eds.). Avances en Nutrición Acuícola VI. Memorias del VI
Simposium Internacional de Nutrición Acuícola. 3 al 6 de Septiembre del
2002. Cancún, Quintana Roo, México. 73-90pp.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Elfidiah. 2016. Study kasus optimalisasi tambak udang dari pencemaran amoniak
(NH3) dengan metode bioremediasi. Distilasi. 1(1): 57-61.
Fitasari E, Reo K, Niswi N. 2016. Penggunaan kadar protein berbeda pada ayam
kampung terhadap penampilan produksi dan kecernaan protein. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan. 26(2):73-83.
Garno YS. 2004. Pengembangan budidaya udang dan potensi pencemarannya pada
perairan pesisir. Badan Penerapan Pengkajian dan Teknologi. 5(3):187-
192.
Hardi, Esti H, Sukenda, Enang H, Angela ML. 2011. Karakteristik dan patogenitas
Streptococcus agalactiae tipe β-hemolitik dan non-hemolitik pada ikan nila.
Jurnal Veteriner. 12(2): 152-164.
Hartinah, Sennung LPL, Hamal R. 2014. Performa jumlah dan diferensiasi sel
hemosit juvenil udang windu (Penaeus monodon Fab.) pada pemeliharaan
kematian mendadak pada tambak intensif yang kemungkinan besar
disebabkan terjadi stress pada udang windu. Jurnal Bionature, 15(2), 104–110.
Heptarina D. 2010. Pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda
terhadap pertumbuhan yuwana udang putih Litopenaeus vanamei.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Herlina, Burhanuddin, Malik A, Murni, Saleh S. 2023. Pengaruh oksigen terlarut
terhadap laju mineralisasi ammonia, nitrit, nitrat, dan fosfat pada budidaya
udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ruaya. 11(1):80-85.
Hermawan O, Satyantini WH, Prayogo. 2016. Efek penambahan kitosan terhadap
perubahan jumlah total hemosit dan daya tahan terhadap stress salinitas
pada udang vaname (Litopenaeus vannamei). Journal of Aquaculture and
Fish Health. 5(3):100-107.
Hernandez MR, Buckle LFR, Palacios E, Baron BS. 2006. Preferential behavior of
white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) by progressive
temperature salinity simultaneous interaction. Journal of Thermal Biology.
31: 565-572.
Hidayat R. 2017. Efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan udang windu
(Penaeus monodon) pada media bioflok dengan C/N ratio berbeda. Jurnal
Sains Teknologi Akuakultur. 1(1):11-20.
Hill AD, Taylor AC, Strang RHC. 1991. Physiological and metabolic responses of
the shore crab Carcinus maenans (L) during environmental anoxia and
subsequent recovery. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 150 : 31-50.
Isman H, Rupiwardani I, Sari D. 2022. Gambaran pencemaran limbah cair industri
tambak udang terhadap kualitas air laut di pesisir Pantai Lombeng. Jurnal
Pendidikan dan Konseling. 4(5): 3531-3541.
Kale A, Bandela N, Kulkarni J, Raut K. 2020. Factor analysis and spatial
distribution of water quality parameters of Aurangabad District, India.
23
Verdian AH, Witoko P, Aziz R. 2020. Komposisi kimia daging udang vaname dan
udang windu dengan sistem budidaya keramba jarring apung. Jurnal
Polinela. 20(1):1-4.
Wedemeyer GA. Barton BB. McLeay DJ. 1990. Stress and acclimation. In C.B.
Schreck and P.B. Moyle (Eds). Methods for Fish Biology. Bethesda MD:
American Fisheries Society.
Wulandari A. 2020. Estimasi beban limbah nutrient terhadap daya dukung
lingkungan untuk budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei)
semi intensif di Desa Banjar Kemuning. [Skripsi]. Surabaya (ID):
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Wulandari, E. (2015). Hubungan Pengelolaan Kualitas Air Dengan Kandungan
Bahan Organik, NO2 dan NH3 Pada Budidaya Udang Vannamei
(Ltopenaeus vannamei) di Desa Keburuhan Purworejo. Journal of
Maquares Management of Aquaculture. 4(3):42-48.
Zaidy AB, Hadie W. 2009. Pengaruh penambahan kalsium pada media terhadap
siklus molting dan pertumbuhan biomassa udang galah, Macrobrachium
rosenbergii (de Man). Jurnal Riset Akuakultur. 4(2):179-189.
26