PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
YOSEP PASTILA
1810622047
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2022
PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP
PEFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR
PROPOSAL PENELITIAN
YOSEP PASTILA
1810622047
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis mampu meyelesaikan penulisan proposal penelitian
ini sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan penelitian di Fakultas Peternakan Universitas
Andalas dengan judul "Pengaruh Penambahan Beberapa Bahan Herbal Sebagai Antibiotic
Growth Promotore (AGP) Terhadap Peforma Produksi Puyuh Petelur (Coturnix Coturjnix
Japonica)" .
Ucapan terimakasih penulis kepada kedua orangtua yang sudah mendukung penulis.
Kemudian ucapan terimakasih kepada bapak Dr. Montesqrit, S.Pt., M.Si. dan juga bapak sepri
selaku dosen pembimbing yang sudah memberi semangat dan membimbing dengan sabar, serta
memberi masukan positif kepada penulis dalam proses pembuatan proposal ini. Seterusnya
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan sehingga
Penulis menyadari dalam pembuatan proposal ini sangat jauh dari kata sempurna serta
banyak kelemahan dan kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran demi
YOSEP PASTILA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 8. Hasil-hasil Penelitian Pemanfaatan Tanaman Herbal Sebagai Feed Additive Dalam
Ransum Unggas
ransum penelitian.
Tabel 11. Komposisi ransum dan kandungan gizi zat makanan (%) serta energi metabolisme
1. 1. LATAR BELAKANG
Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah mengalami domestikasi. Satu
dari beberapa jenis diantaranya adalah Puyuh Japonica (Coturnix coturnic japonica). Jenis puyuh
Seiring dengan peningkatan kualitas pendidikan dan daya beli masyarakat maka akan di
iringi juga oleh kesadaran akan peningkatan kualitas kesehatan. Telur puyuh adalah produk
utama yang dihasilkan oleh ternak puyuh dengan nilai gizi yang tinggi yang disukai oleh semua
kalangan karena mudah di dapat serta harga juga relatif murah. Burung puyuh (Cortunix-
cortunix Japonica) merupakan salah satu dari varian burung yang mampu memproduksi telur
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha
peternakan, karena 60-70% biaya yang dikeluarkanlah peternak digunakan untuk pembelian
pakan. Untuk mengurangi biaya produksi, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan pakan alternatif yang kandungan nutrisinya baik, selalu tersedia, mudah didapat dan
murah.
Feed additive adalah imbuhan pakan yang jika ditambahkan dapat memacu pertumbuhan
sehingga produktifitas ternak meningkat. Feed additive yang kobanyak digunakan oleh peternak
untuk memacu pertumbuhan ternak adalah Antibiotic Growth Promotore (AGP). Antibiotic
Growth Promotore merupakan imbuhan pakan yang ditambahkan pada pakan dalam jumlah yang
sedikit. Bahri et al., (2005) menyatakan pemberian antibiotik digunakan sebagai feed additive
untuk memacu pertumbuhan, meningkatkan efisiensi pakan serta meningkatkan produksi.
Namun penggunaan antibiotik sintetis pada saat ini sudah dilarang berdasarkan Permentan RI
karena penggunaannya akan meninggalkan residu pada hasil produksi ternak yang dikhawatirkan
akan membahayakan kesehatan masyarakat. Sehingga peternak harus mencari bahan imbuhan
pakan alternatif yang dapat dijadikan sebagai feed additive agar performa produksi tetap baik.
Penggunaan tanaman herbal menjadi salah satu pilihan. satu diantara banyaknya tanaman herbal
yang dapat dijadikan sebagai feed additive dalam pakan ternak unggas adalah daun kelor.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) termasuk tanaman tropis yang mudah tumbuh di
Indonesia. Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh
subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Kelor dapat
tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan terhadap musim
kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan (Mendieta-Araica at al., 2013).
Daun kelor terdapat kandungan flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, dan fenol (Pandey et al.,
2012)
Tanaman salam secara ilmiah mempunyai nama Latin Eugenia polyanthaWight dan
memiliki nama ilmiah lain, yaitu Syzygium polyantha Wight. dan Eugenia lucidula Miq.
Tanaman ini termasuk suku Myrtaceae Dalimartha, 2005; Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Daun salam mengandung zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat antibakteri.
ujungnya tumpul, pangkal membulat dan tepinya rata. Daun jambu biji (Psidium guajava L.)
memiliki panjang 6-14 cm dan lebar 3-6 cm. Daun ini berwarna hijau kekuningan dan
Daun jambu biji mengadung senyawa kimia alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid (Ndukwe et
al, 2013)
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) mengandung senyawa bioaktif antara lain azadiron,
nimbolida, quercetin, dan quercitrin (Biswas et al. 2002; Balaji and Cheralathan 2015; Miarsih
2017).
terpenoid, phytosterol, dan senyawa polyphenol. Beberapa senyawa sepert flavonoid, tannin,
alkaloid, serta tannin berperan sebagai penjaga daya tahan tubuh ternak, antioksidan, antibakteri,
serta antibiotik sehingga mampu menurunkan lemak abdominal ayam broiler. (Wardhani dan
Sulystiani, 2012).
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Termasuk salah satu tanaman tropis yang mudah
tubuh di Indonesia serta dapat berbuah sepanjang tahun (Rahayu, 2013). Buah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) mengandung banyak vitamin C alami yang berguna sebagai penambah
daya tahan tubuh. Belimbing wuluh mengandung asam oksalat dan kalium.
glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase. Sedangkan daunnya mengandung
tannin, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium sitrat. Belimbing wuluh
mengandung banyak zat tannin, saponin, glukosida sulfur, asam format, peroksida, flavonoid,
serta terpenoid.
penelitian Sailan (2017) menyatakan bahwa penambahan tepung daun kelor dalam
ransum dengan taraf 3%, 6%, dan 9% tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat telur
puyuh dan berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan kolesterol telur puyuh. Berdasarkan
penelitian terdahulu maka di lakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Penambahan Campuran
Herbal Dalam Ransum Terhadap Peforma Produksi Puyuh Petelur (Coturnix Coturnix
Japonica)"
herbal sebanyak 1%, 2%, dan 4% dalam ransum terhadap peforma produksi puyuh petelur
Yaitu memberikan informasi kepada peternak puyuh petelur (Coturnix Coturnix Japonica)
yang di beri tambahan bahan herbal ke dalam ransum terhadap peforma produksi nya.
Hipotesis penelitian sementara penelitian ini adalah pengaruh penberian bahan herbal
II TINJAUAN PUSTAKA
Burung puyuh (Quail) disebut Gemak (Bahasa Jawa-Indonesia), merupakan bangsa burung
yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870, yang disebut dengan Bob
White Quail, Colinus Virgianus. Burung puyuh adalah unggas darat yang bertubuh mungil,
hampir tidak memiliki ekor meilikin kemapuan berlari dan terbang dengan cepat serta bersarang
di atas permukaan tanah (Achmad, 2011). Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2009), burung
Ordo : Gallioformes
Genus : Coturnix
Burung puyuh adalah salah satu hewan ternak ternak yang mudah di budidayankan dan
banyak di budidayankan di indonesia guna di manfaatkan telur untuk konsumsi manusia dan
feses guna untuk pupuk selain itu burunh puyuh (Coturnix - Coturnix Japonica memiliki
keunggulan yaitu mampu berproduksi di usia muda, siklus reproduksi singkat, tidak
membutuhkan modala yang besar, serta dapat dipelihara dalam jumlah besar namun pada tempat
yang terbatas, memiliki laju produksi telur yang tinggi dengan rendah konsumsi pakannya (Huss
et al., 2008). Burung puyuh mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap serangan
penyakit (Hartono, 2004). Performa pada puyuh petelur dipengaruhi oleh temperatur lingkungan
sehingga suhu yang nyaman akan meningkatkan konsumsi pakan dan kebutuhan energi akan
tercukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok, pertumbuhan dan produksi telur (Vercese et al.,
2012).
Pemeliharaan burung puyuh petelur terdiri dari tiga fase yaitu fase starter umur 0 - 3
minggu, fase grower umur 4 - 6 minggu dan fase layer umur 7 - 60 minggu. Kandungan protein
pakan puyuh petelur fase grower lebih tinggi dibanding dengan puyuh fase layer. Kebutuhan
protein puyuh petelur fase grower sebesar 21 - 23% dan fase layer berkisar antara 18 - 20%
(Abidin, 2012)
2.1. Kelor (Moringa oleifera lam)
Adalah jenis tanama yang dikenal dengan berbagai nama, masyarakat Sulawesi menyebutnya
Kero, Wori, Kelo, atau Keloro. Orang-orang Madura menyebutnya Maronggih. Di Sunda dan
Melayu disebut Kelor. Di Aceh disebut Murong. Di Ternate dikenal sebagai Kelo. Di Sumbawa
(Krisnadi, 2010). Tanaman kelor dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-35 ℃, tetapi mampu
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Sub kelas : Dialypetalae
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Morfologi daun kelor adalah berupa daun majemuk menyirip ganda 2-3 posisinya tersebar,
tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami metamorfosis sebagai kelenjar-
kelenjar pada pangkal tangkai daun. Daun Kelor berukuran sebesar ujung jari berbentuk bulat
telur, tersusun majemuk dan gugur di musim kemarau, tinggi pohon mencapai 5-12 m, bagian
ujung membentuk payung, batang lurus (diameter 10-30 cm) menggarpu, berbunga sepanjang
tahun berwarna putih / krem, buah berwarna hijau muda, tipis dan lunak. Tumbuh subur mulai
dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut (Schwarz, 2000).
Menurut Haryadi (2011) Daun Kelor kering per 100 g mengandung air 7,5%, kalori 205 g,
karbohidrat 38,2 g, protein 27,1 g, lemak 2,3 g, serat 19,2 g, kalsium 2003 mg, magnesium 368
mg, fosfor 204 mg, tembaga 0,6 mg, besi 28,2 mg, sulfur 870 mg, potasium 1324 mg. Daun
kelor yang masih segar setara dengan 7 kali vitamin C yang terdapat pada jeruk segar sedangkan
daun kelor yang sudah dikeringkan setara dengan setengah kali vitamin C yang terdapat pada
jeruk segar. Manfaat vitamin C menjaga ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi dan racun
Khasiat tanaman kelor (Moringa oleifera) terdapat pada semua bagian tanaman mulai dari
daun, batang, akar hingga biji, Berdasarkan penelitian Verma et al (2009) bahwa daun kelor
mengandung fenol dalam jumlah yang banyak yang dikenal sebagai penangkal senyawa radikal
bebas. Kandungan fenol dalam daun kelor segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang
Sedyaadi, dkk (2018) pada penambahan tepung daun kelor sebesar 3% dalam ransum dapat
Psidium guajava L. atau jambu biji, adalah tanaman yang berasal dari Amerika Serikat
Tengah (Cahyono, 2010). Jambu biji terkenal sebagai sumber antioksidan, phytochemicals,
tannin, fenol, triterpen, flavonoid, saponin, lektin, asam askorbat, karotenoid dan polifenol. Buah
dan daun dari pohon jambu biji memiliki aroma khas karena mengandung minyak atsiri atau
biasa dikenal dengan eugenol. Kandungan minyak atsiri pada buahnya mencapai 14% (Hadiati
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
1 Yulinar Rochmasari, Studi Isolasi Dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia Dalam
Fraksi Netral Daun Jambu Biji Australia (Psidium Guajava L.), Universitas Indonesia, Depok,
2011, hlm. 3.
Tanaman jambu biji berasldari AmerikaTropik dapat tumbuh pada tanah grmbur dan liat,
dan mengandung air yang cukup banyak. Tanaman jambu biji (P. Guajava L.) ditemukan pada
ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun. Perdu atau
pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin,
berwarna coklat kehija – hujauan.
Morfologi Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai
(Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya
pada daunnya bagian terlebar daun jambu biji (P. Guajava L.) berada ditengah-tengah dan memiliki
bagian jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1,5 - 2 : 1 (13 - 15 : 5,6 - 6 Cm). Daun
jambu biji (P. Guajava L.) memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki 1 ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang ke
samping,keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip ikan.
Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun bagian atas tampak lebih hijau
jika dibandingkan sisi bawah daun. Tangkai daun berbentuk selindris dan tidak menebal pada bagian
tangkainya.
memiliki nama ilmiah lain, yaitu Syzygium polyantha Wight. dan Eugenia lucidula Miq.
Tanaman ini termasuk suku Myrtaceae (Dalimartha, 2006). Beberapa daerah Indonesia, daun
salam dikenal sebagai salam (Jawa, Madura, Sunda); gowok (Sunda); kastolam (kangean,
Sumenep); manting (Jawa), dan meselengan (Sumatera). Nama yang sering digunakan dari daun
salam, di antaranya ubar serai, (Malaysia); Indonesian bay leaf, Indonesian laurel, Indian bay
Adapun klasifikasi tumbuhan salam menurut Van Steenis (2003) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Menurut Dian (2021) penambahan tepung daun salam ke dalam ransum puyuh petelur sebanyak
3% dapat meningkatkan berat telur puyuh dan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi
Azadirachta indica A. Juss, mimba merupakan tanaman asli dari India dengan penyebarannya
meliputi hutan-hutan di wilayah Mauritius, Karibia, Fiji, Amerika, Asia Selatan, dan Asia
Tenggara, termasuk Sri Lanka, Malaysia, Pakistan, Thailand,dan Indonesia. Mimba termasuk
Kongdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Pohon mimba dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 30 m dengan diameter batang
mencapai 2 sampai 5 m, sedangkan kanopi daunnya mencapai 10 m (Palupi et al. 2016). Ekstrak
mimba terbukti memiliki spektrum aktivitas biologi yang luas, antara lain antimikroba,
antiinflamasi, dan antioksidan (Ghimeray et al. 2009; Pankaj et al. 2011; Hashmat et al 2012;
Pokhrel et al. 2015;Agustin et al. 2016; Ravishankar et al. 2018) Daun mimba diketahui
mengandung senyawa golongan flavonoid, tanin, saponin, terpenoid, alkaloid, asam lemak,
steroid, dan triterpenoid (Biu et al. 2009). Suirta et al. (2007) menambahkan daun mimba juga
mengandung serat, β-sitosterol, terpenoid, tanin, dan flavonoid. Zat adiktif dalam flavonoid yang
terkandung paling banyak pada daun mimba adalah quercetin dan quercitrin.
adalah tanaman tropis. Nama sirsak berasal dari bahasa Belanda yaitu Zuurzak yang berarti
2012):
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Polycarpiceae
Famili: Annonaceae
Genus: Annona
Morfologi berbentuk bulat, panjang, dengan bentuk daun menyirip ujung daun meruncing,
permukaan daun mengkilap, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di
dalam satu bunga sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat
dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiralatau terpencar, tersusun secara hemisiklis.
Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya hampir
segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar dan lepas
daridasar bunganya. Bunga umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting,atau pohon
Daun A. muricata L. juga mengandung senyawa asetogenin yang memiliki manfaat sebagai
DAPUS
Agromedia Pustaka.
Agustin, S., Asrul, A. & Rosmini, R. (2016) Efektivitas ekstrak daun mimba (Azadirachta
indica A. Juss) terhadap pertumbuhan koloni Alternaria porri penyebab penyakit bercak
oxidation stability and emissions in a methyl ester of neem oil fueled DI diesel engine.
(6), 281–283.
Bahri, S.,E. Masbulan dan A. Kusumaningsih. 2005. Proses praproduksi sebagai faktor
penting dalam menghasilkan produk ternak yang aman untuk manusia. Jurnal Litbang Pertanian.
24:123-127.
Ghimeray, A.K., Jin, C.W., Ghimire, B.K. & Cho, D.H. (2009) Antioxidant activity and
Hashmat, I., Azad, H. & Ahmed, A. (2012) Neem (Azadirachta indica A. Juss)A nature’s
Foild N, Makkar HPS., & Becker. (2007). The Potential Of Moringa Oleifera for Agricultural
Huss, D., G. Poynter, dan R. Lansford. 2008. Japanese quail (Coturnix-coturnix japonica) as a
labotatory animal model. Lab Animal37 in animal diets: review of impact and analytical
Herbie, T. 2015.Kitab Tanaman Berkhasiat Obat 226. Cetakan Pe. Edited by Adhe.
Komputindo, 2011.
Krisnadi, A.D. 2010. Kelorr Super Nutrisi. Blora: Pusat Inforrmasi dan Pengembangan Tanaman
Kelor Indonesia
(2013). Biomass production and chemical composition of Moringa oleifera under different
Miarsih, R.A. (2017) Uji aktivitas antioksidan dan antihemolisis ekstrak rimpang jahe merah
Phytochemical and Mineral Constituents of the Leaves of some Medicinal Plants in Abia State
Jakarta.
Pankaj, S., Lokeshwar, T., Mukesh, B. & Vishnu, B. (2011) Review on neem (Azadirachta
indica):
Pandey A, Pandey RD, Tripathi P, Gupta PP, Haider J, Bhatt S, Singh AV. 2012.
Palupi, D., Kusdiyantini, E., Rahadian, R., & Prianto, A. H. (2016) Identifikasi kandungan
senyawa fitokimia minyak biji mimba (Azadirachta Indica A. Juss).Jurnal Akademika Biologi, 5
(3), 23–28.
Pokhrel, B., Rijal, S., Raut, S. & Pandeya, A. (2015) Investigations of antioxidant and
(46), 3159–3163.
Ravishankar, T.L., Kaur, R., Kaur S. & Bhattacharyya, S. (2018) Neem (Azadirachta indica): An
Sailan. 2017. Pengaruh Ransum Terhadap Kandungan Kolesterol, Bobot Telur dan Bobot
Performance and egg quality of Japanese quails submitted to cyclic heat stress. Revista Brasileira
Universitas Hasanudin.
Suirta I.W., Puspawati N.M., & Gumiati N.K. (2007) Isolasi dan identifikasi senyawa aktif
larvasida dari biji mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap larva nyamuk demam berdarah
Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budi Daya Untuk Menghasilkan Buah
Verma, A.R., Vijayakumar, M., Mathela, C.S., Rao, C.V., 2009. In vitro and in vivo
antioxidant properties of different fractions of Moringa oleifera leaves. Food Chem. Toxicol. 47,
2196–2201.
WardhaniL.K. dan N. Sulistyani. 2012. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun binahong
Widyaningrum, Herlina. 2012. Sirsak Si Buah Ajaib 10.000x Lebih Hebat dari Kemoterapi.
Yogyakarta: MedPress.