Pemeriksaan neurologi adalah pengkajian dari respon saraf sensorik dan motorik
khususnya refleks, untuk menentukan apakah ada gangguan pada sistem saraf.
Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai alat skrining dan investigasi adanya
ketidaknormalan. Pemeriksaan neurologi meliputi 7 bagian yaitu pemeriksaan
status mental, test saraf kranial, pemeriksaan sensasi (sensori), sistem motorik,
pemeriksaan refleks tendon dalam, pemeriksaan koordinasi, dan test khusus. Alat-
alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ini antara lain:
Reflex Hammer
128 and 512 (or 1024) Hz Tuning Forks
A Snellen Eye Chart atau Pocket Vision Card
Pen Light atau Otoscope
Wooden Handled Cotton Swabs
Klip kertas
B. Saraf Kranial
http://www.web-
books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Nervous/cranial_nerves.jpg
Observasi adanya:
Ptosis adalah kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal
seperti mata normal ketika memandang lurus ke depan. Kelainan pada saraf ke III.
Facial Droop or Asymmetry : kelumpuhan otot wajah karena trauma, infeksi,
atau pengangkatan tumor di dekat atau pada saraf wajah. (VII)
Hoarse Voice (X)
Articulation of Words (V, VII, X, XII)
Abnormal Eye Position (III, IV, VI)
Abnormal or Asymmetrical Pupils (II, III)
Saraf Olfaktori (I)
Teknik pemeriksaan Respon Normal Respon Abnormal
- Stimulus tidak yang mengiritasi.
- Tes salah satu nostril dan yang lainnya ditutup.
- Pasien tidak melihat stimulus - Dapat menerima dan merespon bau. - Kehilangan
sebagian fungsi mungkin untuk menjadi signifikan dan mengimplikasikan lesi
struktur otak yang mempengaruhi jalur olfaktori.
- Kehilangan bilateral dapat terjadi dengan rinitis.
Saraf Optik (II)
a. Visual acuity
Teknik pemeriksaan:
- Setiap mata dites bergantian
- Setiap orang dengan ketidaktepatan visual acuity, kurang dari 20/20 seharusnya
diperiksa dengan pinhole.
- Jarak test dengan snellen 10-20 kaki atau 6 meter atau menggunakan near vision
card berjarak 14 inchi.
- Pasien diinstruksikan untuk membaca secara progresif pada garis yang lebih kecil
sampai tidak terlihat
Respon normal: Sebagian besar anak muda mamiliki kemmapuan visual 20/20
b. Lapang pandang
Teknik Pemeriksaan Respon normal
- Jarak pemeriksa sekitar 1 m.
- Sarankan pasien melihat mata pemeriksa untuk monokular test.
- Objek (jari dari samping)mata pemeriksa, pasien diminta menyebutkan pertama
kali ia melihat objek. - Lapang pandang normal monokular sekitar 100 derajat
samping 60 derajat tengahsuperior, dan 75 derajat inferior.
c. Reaksi pupil terhadap cahaya
- Matikan lampu jika perlu
- Minta pasien untuk melihat ke satu sisi depan
- Sinari setiap pupil dari samping
- Lihat respon pupil langsung dan konsensual.
- Hitung ukuran pupil dan kesimetrisannya
- Jika abnormal, lanjutkan dengan test untuk akomodasi.
Refleks kornea
Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan
Stimulasi kornea sejak konjungtiva sklera sedikit sensitif.
Sentuh kornea ringan dengan kapas, observasi gerakan mata, kedipan.
Ulangi pada sisi yang sebelahnya.
Nyeri dan temperatur
Motorik jaw jerk refleks
C. MOTORIK
Observasi adanya pergerakan involunter, kesimetrisan otot (kiri ke kanan,
proksimal ke distal), atrofi (lengan, bahu, dan betis), dan cara berjalan.
Tonus otot
- Minta pasien relaks
- Fleksi dan ekstensikan jari tangan, pergelangan tangan dan siku.
- Fleksi dan ekstensikan pergelangan kaki dan lutut.
- Observasi penurunan (flaccid) atau peningkatan (rigid/spatic) tonus.
Kekuatan otot:
- Minta pasien untuk melawan tahanan
- Bandingkan satu sisi dengan yang lainnya
Grading Motor Strength
Grade Description
0/5 No muscle movement
1/5 Visible muscle movement, but no movement at the joint
2/5 Movement at the joint, but not against gravity
3/5 Movement against gravity, but not against added resistance
4/5 Movement against resistance, but less than normal
5/5 Normal strength
Pronator Drift
- Minta pasien untuk berdiri 20-30 detik dengan kedua lengan diluruskan kedepan,
telapak tangan, dan mata tertutup.
- Instruksikan pasien untuk menjaga tanggannya tetap saat pemeriksa menekan
tangannya ke bawah.
- Pasien tidak akan dapat mempertahankan ekstensi dan supinasi dengan penyakit
saraf motorik bagian atas.
D. KOORDINASI
Serebelum adalah bagian dari otak yang mengontrol pergerakan volunter dan
koordinasi motorik, mencakup postur. Test koordinasi menyediakan hasil tentang
kondisi yang berdampak pada serebelum. Pemeriksa meminta pasien untuk
memindahkan jarinya dari hidung ke jari pemeriksa, ke balakang dan selanjutnya
dari hidung ke jari, menyentuh ujung. Pasien diminta untuk mengetuk jarinya
bersama secara cepat dalam bentuk koordinasi atau memindahkan tangannya satu
ke atas, belakang dan seterusnya. Koordinasi di ekstremitas bawah dapat ditest
dengan meminta pasien menggosok tumit naik turu perlahan.
Romberg
- Bersiap untuk menangkap pasien jika ia tidak stabil
- Minta pasien berdiri dengan kaki dan mate tertutup 5-10 detik tanpa dukungan.
- Test dikatakan positif jika pasien menjadi tidak stabil (mengindikasikan masalah
pada vestibular atau proprioseptif).
E. REFLEKS
Refleks tendon dalam
- Pasien haus relaks dan diposisikan sebelum dimulai.
- Respon refleks bergantung pada tenaga dari stimulus yang diberikan. Gunakan
tidak lebih dari tenaga yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon.
- Refleks dapat dikuatkan dengan meminta pasien menunjukkan kontraksi isometi
dari otot yang lain. (merapatkan gigi).
Tendon Reflex Grading Scale
Grade Description
0 Absent
1+ or + Hypoactive
2+ or ++ "Normal"
3+ or +++ Hyperactive without clonus
4+ or ++++ Hyperactive with clonus
Biceps (C5, C6)
1. Lengan pasien seharusnya difleksikan
2. Tempatkan jempol atau jari pemeriksa ke tendon bisep.
3. Lakukan refleks hammer pada jari.
Triceps (C6, C7)
1. Dukung lengan atas dan biarkan lengan bawah pasien menjuntai.
2. Lakukan refleks hamer diatas siku.
3. Jika pasien duudk atau berbaring, feksikan lengannya pada siku dan pegang
mendekati dada.
Brachioradialis (C5, C6)
1. Letakkan lengan di pangkuan
2. Lakukan refleks pada 1-2 inchi diatas pergelangan tangan
3. Lihat fleksi dan supinasi telapak tangan.
Abdominal (T8, T9, T10, T11, T12)
1. Gunakan objek tumpul seperti kunci
2. Serang abdomen lembut pada setiap sisi kedalam dan ke arah bawah atas (T8,
T9, T10) dan bawah umbilikus (T10, T11, T12).
3. Catat kontraksi otot abdomen dan deviasi umbilikus terhadap stimulus.
Knee (L2, L3, L4)
1. Tempatkan pasien duduk dengan kaki menjuntai
2. Serang tendon patelanya dibawah patela.
3. Catat kontraksi dari quadrisep dan ekstensi lutut.
Ankle (S1, S2)
1. Dorsofleksi kaki
2. Serang tendon achiles
3. Lihat dan rasakan plantar flesi dari pergelangan kaki.
Refleks biseps Refleks triseps Refleks brakioradialis
F. SENSORI
Vibrasi
Gunakan garputala (128 Hz)
- Pertama tes dengan garpu tala yang tidak bergetar untuk memastikan bahwa
pasien berespon terhadap stimulus yang tepat.
- Tempatkan batang garpitala pada sendi interphalangeal distal di jari pasien dan
jarikakinya.
- Minta pasien mengungkapkan apa yang dirasakan
Subjective Light Touch
Gunakan jari untuk menyentuh kulit secara ringan pada kedua sisi serentak
Tes beberapa are pada ekstremitas atas dan bawah.
Minta pasien untuk menceritakan jika ada perbedaan antar sisi sensasi
kekuatan.
Position Sense
1. Pegang kaki besar pasien terus menjauh dari jari kaki lain untuk menghindari
gesekan. + +
2. Minta pasien "naik" dan "turun
3. Dengan mata pasien tertutup meminta pasien untuk mengidentifikasi arah Anda
memindahkan jari kaki.
4. Jika rasa posisi terganggu pindah posisi proksimal untuk menguji sendi
pergelangan kaki.++
5. Uji jari dengan cara yang sama.
6. Jika diindikasikan pindah proksimal ke sendi metakarpofalangealis, pergelangan
tangan, dan siku. + +
http://smartanddelicious.blogspot.com/2010/11/pemeriksaan-neurologi.html