Anda di halaman 1dari 13

Judul Proposal : Pertumbuhan Eksplan Pisang (Musa

paradisiaca) dengan Penambahan Jenis


Senyawa Organik Kompleks secara in vitro
Nama : Lidya Dwi Aprilia
NPM : E1J017084
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rustikawati, M.Si
Pembimbing Pendamping : Dr. Ir. Marlin, M.Sc

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman hortikultura yang termasuk
ke dalam famili Musaceae. Pisang (Musa sp.) merupakan salah satu tanaman budidaya paling
penting untuk masyarakat yang hidup di daerah tropis dan subtropics. Pisang dikenal sebagai
tanaman buah berupa herba yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Maulida et
al., 2018). Pisang (Musa sp) adalah salah satu buah tropis yang dianggap sebagai komoditas
penting dan merupakan komunitas pangan keempat terpenting di dunia setelah padi, gandum
dan jagung (Rahmawati, 2013).
Produksi pisang di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2021), produksi pisang pada tahun 2020
yaitu 8,18 juta ton dan meningkat pada tahun 2021 yaitu mencapai 8,74 juta ton. Permintaan
pisang yang terus meningkat dan besarnya peluang ekspor maka perlu adanya antisipasi
dengan teknik budidaya yang baik untuk memenuhi ketersediaan akan permintaan pasar
domestik dan internasional. Kultur jaringan tanaman pisang merupakan usaha yang banyak
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat (Yudha et al., 2015).
Alternatif perbanyakan yang diharapkan dapat disediakan dalam jumlah yang banyak
dan seragam adalah dengan kultur jaringan. Menurut Kurniana (2017), kultur jaringan adalah
suatu usaha untuk memperbanyak atau mengembangkan tanaman generatif sehingga dapat
dihasilkan tanaman baru dari bibit yang diinginkan dalam jangka waktu tertentu. Menurut
Roy et al., (2010) metode kultur jaringan dapat menghasilkan bibit yang bebas hama dan
penyakit, tanaman dengan multiplikasi yang tinggi serta secara genetik seragam.
Penggunaan ZPT yang berasal dari bahan organik lebih menguntungkan karena
bersifat ramah lingkungan, mudah di dapat, aman digunakan dan lebih murah (Nurlaeni dan
Muhammad, 2015). Salah satu ZPT organik yang digunakan yaitu air kelapa. Di dalam air

1
kelapa muda terkandung hormon giberelin dan auksin, kadar kalium, kalsium, dan nitrogen
(Darlina et al., 2016). Selain itu, menurut Pratama (2018) di dalam air kelapa terdapat
kandungan sitokinin, zeatin dan auksin, vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan
multiplikasi tanaman in vitro. Penambahan air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh alami
diharapkan dapat mengurangi biaya penggunaan ZPT sintetik sehingga dapat lebih ekonomis.
Beberapa penelitian kultur jaringan dengan menggunakan air kelapa sudah banyak
dilakukan. Hasil penelitian Eriansyah et al (2014) menunjukkan bahwa dengan pemberian air
kelapa 20% menghasilkan jumlah tunas dan tinggi tunas paling baik pada kultur pisang ketan
(Musa paradisiaca). Penambahan air kelapa 20% berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas,
tinggi planlet serta menghasilkan jumlah daun terbanyak pada tanaman temulawak (Kristina
dan Syahid, 2012).
Selain air kelapa, zat pengatur tumbuh organik lainnya yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk merangsang pertumbuhan tunas rimpang yaitu ekstrak tauge. Ekstrak
tauge dapat dijadikan sebagai media kultur jaringan alami karena mengandung berbagai hara,
vitamin, karbohidrat dan zat pengatur tumbuh yaitu auksin yang berfungsi sebagai stimulan
dalam memperlancar proses metabolisme sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Rupina et al., 2015). Dalam ekstrak tauge mengandung zat pengatur
tumbuh auksin, giberelin, dan sitokinin (Ulfa, 2014). Berdasarkan pada penelitian Asmara
(2019) konsentrasi ekstrak tauge 50 ml/L dapat meningkatkan pertumbuhan anggrek macan
(Grammatophyllum scriptum (Lindl) Bl.). Pada konsentrasi 20 g/L penambahan ekstrak tauge
dapat menghasilkan jumlah akar terbaik pada planlet kentang (Solanum tuberosum L.)
Fadhillah (2015). Diharapkan dengan penambahan ekstrak tauge dapat meningkatkan
persentase tumbuh eksplan pisang
Bawang merah juga dilaporkan mengandung ZPT organik. Kandungan pada bawang
merah yaitu minyak atsiri, sikloalin, metilalin, dihidroalin, flavonglikosida, kuersetin,
saponin, peptide, fitohormon, vitamin, dan zat pati. Selain itu fitohormon yang dikandung
bawang merah adalah auksin dan giberelin (Muslimah et al., 2016). Mohamed (2013)
menambahkan, berbagai kandungan senyawa bioaktif pada bawang merah mempunyai
kemampuan antioksidan, kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid seperti quercetin, alluisida
dan kamferol. Terdapat pula senyawa allithiamin yang membuat vitamin B1 akan lebih
efisien dimanfaatkan oleh tanaman (Masitoh, 2016). Bawang merah diketahui memiliki
kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon auksin dan giberelin yang dapat memacu
pertumbuhan benih (Marfirani, 2014). Hasil dari penelitian M Fatimah (2020), pemberian
ekstrak bawang merah berpengaruh nyata terhadap presentase eksplan yang hidup, berat

2
basah tunas dan jumlah tunas dengan perlakuan terbaik menggunakan dosis 30 g/L.
Sementara itu informasi penambahan ekstrak bawang merah untuk perbanyakan pisang
belum ditemukan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
penambahan zat pengatur tumbuh organik yang sesuai agar diperoleh peningkatan
pertumbuhan pisang.

1.2 Rumusan Masalah


Pengembangan kebun pisang secara komersial memerlukan bahan tanam dalam
jumlah yang besar dan serentak. Pertanaman pisang dalam skala industri terkendala
oleh kurangnya ketersediaan bibit tanaman. Tanaman pisang dapat diperbanyak dengan
anakan, atau belahan bonggol yang bermata tunas, namun pengadaan benih secara
konvensional seperti itu menghadapi kendala karena jumlah anakan yang dihasilkan
sedikit sehingga tidak kunjung dapat memenuhi kebutuhan untuk penanaman komersial
skala luas. Perbanyakan melalui teknik kultur jaringan diharapkan dapat mengatasi
masalah ini karena memiliki potensi untuk menghasilkan benih secara massal dalam
waktu yang relatif singkat. Banyak metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
respon eksplan dalam media kultur jaringan, diantaranya adalah penambahan bahan
organik kompleks. Penggunaan bahan organik kompleks memiliki beberapa kelebihan
yaitu bahan yang mudah didapat, tidak menghasilkan senyawa yang bersifat toksik,
murah, aman serta mengandung berbagai hara, vitamin, karbohidrat dan zat pengatur
tumbuh. Adapun senyawa organik kompleks yang akan diuji yaitu air kelapa muda,
ekstrak tauge dan ekstrak bawang merah untuk perbanyakan tunas pisang.

1.3 Tujuan Penelitian


Mendapatkan jenis bahan organik kompleks terbaik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tunas pisang secara in vitro.

3
II METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2022 dan dilakukan di
Laboratorium Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
2.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah propagul pisang yang telah steril, 2,4 D, Alkohol 96%
dan 70%, NaOH, HCl, aquades steril, deterjen, agar-agar, plastik wraping, kertas label, media
MS, bahan organik kompleks air kelapa muda, tauge dan bawang merah.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Laminar Airflow Cabinet
(LAC), Autoclave, botol kultur, plastik penutup, panci, karet gelang, timbangan analitik,
gelas ukur, gelas piala, hot plate, blender, korek api, pH meter, petridish, lampu bunsen,
magnetic stirrer, pinset bengkok, pipet tetes, pisau skalpel, sprayer, tisu, kain lap dan alat-
alat kultur jaringan standart.
2.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal
yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu:
T0 = Kontrol
T1 = Media MS + 2,4 D + Air kelapa muda
T2 = Media MS + 2,4 D + Ekstrak tauge
T3 = Media MS + 2,4 D + Ekstrak bawang merah
Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Setiap unit
percobaan terdiri atas 5 botol yang masing-masing ditanami satu eksplan sehingga jumlah
total eksplan yang ditanam 100 eksplan. Lampiran 1.

2.4 Tahapan Penelitian


1. Sterilisasi Alat dan Lingkungan Kerja
Alat-alat kultur seperti petridish, pisau skalpel, pinset dan botol kultur, dicuci bersih
dan dikeringkan. Sterilisasi botol kultur dilakukan dengan autoclave pada suhu 121 o C
dengan tekanan 15 psi selama 15 menit. Lalu untuk pisau skalpel, petridish dan pinset
dibungkus dengan kertas aluminium dan dibungkus lagi dengan kertas kemudian
disterilisasi pada medical sterilizer pada suhu 121 o selama 30 menit. Laminar Airflow
Cabinet (LAC) disemprot dengan alkohol 70%, lampu UV dihidupkan selama 40

4
menit sebelum penanaman setelah itu matikan dan hidupkan blower sebelum LAC
digunakan.
2. Pembuatan Larutan Stok
Untuk memudahkan pengambilan bahan kimia dalam pembuatan media MS dibuat
larutan stok. Perhitungan dan komposisi hara dalam stok dicantumkan pada lampiran
2. Larutan tersebut diaduk sampai homogen dengan magnetic stirrer, dimasukkan
dalam gelas Erlenmeyer yang telah diberi label lalu disimpan dalam ruang kultur
jaringan.
3. Persiapan Sediaan Air Kelapa
Kelapa muda yang digunakan berumur kurang lebih 6-8 bulan atau dengan ciri-ciri
kulit buah yang berwarna hijau licin, belum mempunyai serabut kasar, volume air
kelapa yang masih memenuhi buah dan daging buah yang berlendir atau belum
menebal (Marliah et al., 2010). Air kelapa muda diambil 200 ml/L dan disaring
dengan menggunakan kertas saring kemudian langsung dimasukkan pada media
perlakuan.
4. Pembuatan Ekstrak Tauge
Tauge yang digunakan berumur 48 jam sebanyak 100 gram lalu bagian kulit
kepalanya dibuang langsung atau dengan cara merendamnya didalam air selama
beberapa menit. Tauge yang sudah dibuang bagian kulit kepalanya dicuci hingga
bersih dan diblender dengan 100 ml air. Tambahkan aquades hingga larutan mencapai
500 ml. Untuk memisahkan ampas tauge dari ekstraknya, didiamkan terlebih dahulu
selama 1 jam kemudian saring dan dimasukkan pada media perlakuan (Asmara, D.T,
2019).
5. Pembuatan Ekstrak Bawang Merah
Bawang merah yang telah disiapkan dikupas dan ditimbang sebanyak 30 gram,
kemudian dicuci sampai bersih lalu masukkan bawang merah kedalam wadah blender,
tambahkan aquades 50 ml dan diblender hingga halus (M Fatimah, 2020). Hasil dari
bawang merah yang sudah diblender kemudian disaring menggunakan kain lap untuk
mendapatkan ekstraknya.
6. Pembuatan Media Tanam
Untuk membuat 1 liter media perlakuan, terlebih dahulu dipipet stok A 20 ml, stok B
20 ml, stok C 10 ml, stok D 10 ml, stok E 5 ml, stok F 2 ml, stok G 10 ml, stok H 10
ml dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 ml, sebagai pembanding diberikan hormon
2,4 D 2 ppm selanjutnya larutan tersebut ditambah akuades lebih kurang 500 ml

5
diaduk hingga larut. Kemudian ditambah 30 gram gula dan bahan organik sesuai
perlakuan. Terakhir ditambah akuades hingga volumenya menjadi 1 liter. pH larutan
diukur menjadi 5,8, jika pH lebih dari 5,8 atau basa ditambahkan HCl dan jika pH
kurang dari 5,8 atau asam ditambahkan NaOH. Tahap selanjutnya larutan media
dituangkan kedalam wadah panci yang telah diisi agar-agar 1 bungkus atau 7 g/l
diaduk dan dipanaskan diatas kompor (tidak sampai mendidih). Larutan media yang
sudah siap dimasukkan ke dalam botol kultur kira-kira 30 ml/botol, tutup rapat
penutup plastik dengan karet gelang. Botol yang sudah berisi media disterilisasi dalam
autoclave selama 20 menit dengan suhu 121°C dan tekanan 15 psi. Botol yang sudah
steril diletakkan pada rak kultur di ruang inkubasi.
7. Penanaman Eksplan
Eksplan pisang yang berasal dari inisiasi yang tunasnya sudah membengkak
dikeluarkan dari botol kultur menggunakan pinset steril dan diletakkan kedalam
petridish lalu dipotong dengan pisau skapel steril menjadi 4 bagian dengan ukuran 1
cm x 1 cm kemudian dipindahkan kedalam media perlakuan. Penanaman dilakukan di
laminar air flow cabinet pada media yang telah dibuat sesuai perlakuan. Setiap botol
kultur ditanam satu eksplan. Botol kultur yang berisi eksplan lalu ditutup rapat dengan
plastik bening dan diikat dengan karet gelang. Selanjutnya dibungkus dengan plastik
wrap agar tidak ada udara yang masuk kemudian diberi label dan disimpan pada rak
kultur di ruang inkubasi.
8. Pemeliharaan Eksplan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara rutin memantau suhu di ruang inkubasi yang
diatur 18oC - 22oC dan intensitas cahaya lampu selama 24 jam setiap hari yang ada di
rak botol kultur. Apabila ada tanaman yang terkontaminasi maka dijauhkan dari
tanaman yang lain untuk meminimalisir penyebaran kontaminasi.

2.5 Variabel Pengamatan


Variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu:
Waktu tumbuh tunas
Pengamatan waktu tumbuh tunas dilakukan dengan cara mengamati eksplan setiap hari
dan mencatat pada hari keberapa mata tunas terbentuk.
Jumlah tunas
Pengamatan jumlah tunas dilakukan setiap satu minggu sekali dengan mengamati dan
menghitung semua tunas yang muncul dari seluruh eksplan.

6
Waktu muncul daun pertama
Pengamatan dimulai dari waktu tanam sampai munculnya daun pertama dengan ciri-ciri
bakal daun yang terbentuk masih kecil dan melengkung berwarna hijau.
Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap satu minggu sekali dengan mengamati dan
menghitung semua daun yang terbentuk dari seluruh eksplan.
Panjang daun
Mengukur daun dengan menggunakan benang mulai dari pelepah batang sampai pada
ujung daun yang terpanjang, setelah itu mengukur benang dengan menggunakan mistar
ukur kemudian mencatat hasil pengukuran benang.
Waktu muncul akar
Pengamatan dimulai dari waktu setelah tanam sampai munculnya akar pertama dengan
ciri-ciri adanya rambut akar yang keluar dari pangkal eksplan.
Jumlah akar
Pengamatan jumlah akar dilakukan setiap minggu dengan mengamati dan menghitung
eksplan yang membentuk akar pada setiap perlakuan.
Panjang akar
Mengukur akar terpanjang dengan menggunakan benang mulai dari pangkal akar
sampai pada ujung akar, setelah itu mengukur benang dengan menggunakan mistar
ukur kemudian mencatat hasil pengukuran benang.
Waktu muncul kalus
Pengamatan waktu muncul kalus dilakukan dengan cara mengamati eksplan setiap hari
dan mencatat pada hari keberapa kalus terbentuk.
Tinggi eksplan
Mengukur planlet dengan menggunakan benang mulai dari pangkal batang yang
berbatasan dengan pangkal akar sampai pada ujung batang, setelah pengukuran batang
selesai dengan menggunakan benang selanjutnya benang tersebut diukur dengan mistar
ukur.

2.6 Analisis Data

7
Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan uji F dengan taraf 5% untuk mengetahui
pengaruh perlakuan. Apabila terdapat perbedaan atau berpengaruh nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).

8
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, D.T. 2019. Pengaruh ekstrak kecambah kacang hijau (Vigna radiata (L) R. Wilczek)
pada pertumbuhan planlet anggrek macan (Grammatophyllum scriptum (Lindl) Bl.)
secara in vitro. Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi tanaman hortikultura Indonesia.
https://www.bps.go.id/publication/2022/06/08/44e935e8c141bcb37569aed3/statistik-
hortikultura-2021.html diakses pada 5 Juli 2022
Darlina, H dan R. Rahmatan. 2016. Pengaruh penyiraman air kelapa (Cocos nucifera L.)
terhadap pertumbuhan vegetatif lada (Piper nigrum L.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Biologi. 1(1):20–28.
Eriansyah, M, Susiyanti dan Putra, Y. 2014. Pengaruh pemotongan eksplan dan pemberian
beberapa konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan
pisang ketan (Musa paradisiaca) secara in vitro. Agrologia. 3(1):54-61.
Fadhillah, L. 2015. Pengaruh pemberian ekstrak tauge pada media MS modifikasi terhadap
pertumbuhan planlet kentang granola (Solanum tuberosum L. cv Granola) secara in
vitro. Skripsi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kristina, N. N dan S.F. Syahid. 2012. Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi tunas in
vitro, produksi rimpang, dan kandungan xanthorrhizol temulawak di lapangan. Jurnal
Littri. 18(3):125-134.
Kurniana, R.O.B. 2017. Pengaruh variasi zat pengatur tumbuh BAP dan NAA terhadap
pembentukan organ, kalus, dan senyawa aktif pada daun zodia (Evodia suaveolens
Scheff.). Skripsi. Universitas Setia Budi. Surakarta.
M Fatimah, K. 2020. Pengaruh penambahan ekstrak bawang merah Allium cepa L.terhadap
pertumbuhan planlet talas jepang Colocasia esculenta var. antiqourum (Schott) F.T.
Hubb & Rehder secara in vitro. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Marfirani, M. 2014. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi filtrat umbi bawang merah dan
rootone F terhadap pertumbuhan stek melati “Rato Ebu”. Lentera Bio. 3(1):73–76.
Marliah, A., Nasution, M., dan Azmi, S. 2010. Pengaruh masa kadaluarsa dan penggunaan
berbagai ekstrak bahan organik terhadap viabilitas dan vigor benih semangka
(Citrullus Vulgaris Schard.). Agrista. 14(2):44-50.
Masitoh, S. 2016. Pengaruh konsentrasi ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan stek
batang buah naga merah (Hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose). Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Maulida, D., Lisa, E., dan Rizka, N.S. 2018. Multiplikasi mata tunas pisang ‘cavendish’ in
vitro pada berbagai konsentrasi benziladenin. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.
17(3): 16-21.
Mohamed, G. A. 2013. Alliuocide A: a new antioxidant flavonoid from Allium cepa L.
Phytopharmacology. 4(2):220-227.
Muslimah, Y., I. Putra dan L. Diana. 2016. Pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur
tumbuh organik terhadap pertumbuhan stek lada (Piper nigrum L.). Jurnal Agrotek
Lestari. 2(2):27-36.

9
Nurlaeni, Y., dan Muhammad, I. S. 2015. Respon stek pucuk Camelia japonica terhadap
pemberian zat pengatur tumbuh organik. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Cibodas. Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cipanas-Cianjur Jawa Barat PROS
SEMNAS MASY BIODIV INDON. 1(5):1211–1215.
Pratama, J. 2018. Modifikasi media MS dengan penambahan air kelapa untuk subkultur I
anggrek Cymbidium. Jurnal Agrium. 15(2):97-103.
Rahmawati, M., dan Hayati, E. 2013. Pengelompokan berdasarkan karakter morfologi
vegetatif pada plasma nutfah pisang asal kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agrista.
17(3):111-118.
Roy, O.S., P. Bantawa.S.K. Ghosh, J. A. T da Silva, P. Debghosh, T.K. Mondal. 2010.
Micropropagation and Field Performance of ‘Malbhog’ (Musa Paradisiaca, AAB
group): a popular banana cultivar with high keeping quality of North East India. Tree
and Forestry Science and Biotechnology. 4:52-58.
Rupina, P. M dan R. Limda. 2015. Kultur jaringan mahkota nanas (Ananas comosus (L.)
Merr) dengan penambahan ekstrak tauge dan Benzyl Amino Purin (BAP). Jurnal
Protobiont. 4(3):31-35.
Saparinto, C dan R. Susiana. 2016. Grow your own medical plant – panduan praktis
menanam 51 tanaman obat populer di pekarangan. Lily Publisher. Yogyakarta.
Ulfa, F. 2014. Peran senyawa bioaktif tanaman sebagai zat pengatur tumbuh dalam memacu
produksi umbi mini kentang (Solanum tuberosum L) pada sistem budidaya aeroponik.
Disertasi. Universitas Hassanudin: Makassar.
Yudha, H., S. Rahayu., dan S. Hannum. 2015. Induksi tunas pisang barangan (Musa
acuminata L.) dengan pemberian NAA dan BAP berdasarkan sumber eksplan basal.
J. Biosains. 1(2):13-18.

10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Percobaan

T0 (3) T3 (4) T3 (5) T1 (5)


(1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5)
T0 (4) T2 (2) T3 (2) T1 (2)
(1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5)
T0 (5) T0 (1) T3 (1) T0 (2)
(1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5)
T2 (4) T3 (3) T1 (4) T1 (1)
(1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5)
T2 (3) T1 (3) T2 (1) T2 (5)
(1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5) (1 2 3 4 5)

Keterangan:
T0 = Kontrol
T1 = Media MS + Air kelapa muda
T2 = Media MS + Ekstrak tauge
T3 = Media MS + Ekstrak bawang merah
: Ulangan
(1), (2), (3). (4), (5)
Setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman

Lampiran 2. Komposisi Media MS


Stok Bahan Kimia Komposisi Kepekatan Kebutuhan Jumlah
(mg/L) (mg/L) yang dipipet
(ml/L)
A NH4NO3 1.650 50 82500 20
B KNO3 1.900 50 95000 20
C CaCl2.2H2O 440 100 44000 10
MgSO4.7H2O 370 100 37000
D 10
KH2PO4 170 100 17000
FeSO4.7H2O 28 200 5600
E 5
Na2EDTA 37.3 200 7460

MnSO4.4H2O 22.3 500 11150


ZnSO4.7H2O 8.6 500 4300
H3BO3 6.2 500 3100
F KI 0.83 500 415 2

11
Na2MoO4.2H2O 0.25 500 125
CoCl2.6H2O 0.025 500 12.5
CuSO4.5H2O 0.025 500 12.5
G Myo-inositol 100 100 10000 10
Thiamin 0.1 1000 100
Nicotinic Acid 0.5 1000 500
H 10
Pyridoxine 0.5 1000 500
Glycine 2 1000 2000
Gula 30 gr/L
Agar 7 gr/L
Ph 5,8

Lampiran 3. Jadwal Penelitian

Kegiatan Juli Agustus September


Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sterilisasi botol kultur

Pembuatan larutan stok

Pembuatan media tanam dan


sterilisasi media
Penanaman eksplan

Pemeliharaan tanaman

Waktu tumbuh tunas

Jumlah tunas
Waktu muncul daun pertama

Jumlah daun
Panjang daun
Waktu muncul akar

Jumlah akar
Panjang akar
Waktu muncul kalus
Tinggi eksplan

12
13

Anda mungkin juga menyukai