A. Judul
Pengaruh Konsentrasi Ragi Terhadap Tempe Kombinasi Biji Saga
(Adenanthera pavonina Linn) dan Kedelai (Glycine max Merr) sebagai
Rancangan Booklet Pada Materi Bioteknologi Konvensional SMA
B. Latar Belakang
Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan
masyarakat. Selain aspek kesehatan dan kandungan gizi, faktor yang
menentukan kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek kelezatan/ cita rasa serta
aspek kualitas bahan yang bersifat alami. Diversifikasi pangan dapat melalui
proses fermentasi. Fermentasi makanan bertujuan untuk menambah zat gizi
penting dalam suatu bahan makanan dan meminimalisasi zat gizi yang kurang
bermanfaat. Fermentasi diharapkan dapat memberikan nilai tambah secara
ekonomi maupun kesehatan pada suatu bahan makanan yang tadinya kurang
diminati masyarakat. Fermentasi dapat menjadi salah satu cara untuk
memperoleh sumber nutrisi alternatif saat ini. Salah satu makanan fermentasi
yang paling dikenal adalah tempe.
Tempe merupakan sumber makanan yang baik gizinya karena
memiliki kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh. Namun tingginya permintaan tidak diiringi dengan
ketersediaan bahan baku sehingga terkadang tempe menjadi langka dan mahal
(Agustian Randa, dkk. 2017). Selain itu, meningkatnya kebutuhan akan kedelai
dikarenakan oleh konsumsi yang terus meningkat mengikuti pertambahan
jumlah penduduk. Meningkatnya kebutuhan kedelai dan tidak terpenuhinya
kedelai dalam negeri untuk memasoknya, maka pemerintah melakukan impor
kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri (Della Anggi
Ramadhani dan Rakhmat Sumanjaya H, 2014). Kedelai impor berasal dari
negara yang mengadopsi budidaya kedelai transgenik. Kedelai transgenik hadir
masih menimbulkan rasa khawatir masyarakat terhadap keseimbangan
lingkungan, membahayakan kesehatan dan mempengaruhi perekonomian
global.
2
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi ragi terhadap tempe kombinasi biji saga
(Adenanthera pavonina Linn) dan kedelai (Glycine max Merr)?
2. Bagaimana data hasil penelitian dapat digunakan sebagai rancangan media
booklet pada materi bioteknologi konvensional SMA kelas XII berdasarkan
pendekatan saintifik?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi ragi terhadap tempe kombinasi biji saga
(Adenanthera pavonina Linn) dan kedelai (Glycine max Merr).
2. Menghasilkan rancangan media booklet pada materi bioteknologi
konvensional SMA kelas XII berdasarkan pendekatan saintifik.
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam
memberikan informasi dan membantu untuk mengetahui:
1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca agar dapat
memanfaatkan biji saga (Adenanthera pavonina Linn) sebagai bahan baku
dalam proses pembuatan tempe.
2. Memberikan sumber belajar alternatif bagi peserta didik berupa booklet
untuk mendukung kegiatan belajar pada materi bioteknologi konvensional
SMA kelas XII.
F. Defenisi Operasional
1. Biji saga ( Adenanthera pavonina Linn) mengandung protein sebesar
48,2%, lemak 22,6%, karbohidrat 10 % dan air 9,1% (Eliya Suita, 2013).
6
G. Kajian Teoritis
1. Saga (Adenanthera pavonina Linn)
a. Sifat-Sifat Botanis Saga (Adenanthera pavonina Linn)
Tanaman saga dikenal dengan bermacam-macam nama antara lain
bead tree, circassian bean, circassian seed, coral wood, crab’s eyes, false
sandalwood, jumbie bead, readbead tree, red sandalwood, redwood (Inggris):
anikundumani, lopa, manjadi, raktakambal, Saga (India); Saga, Saga daun
tumpul, Saga tumpil (Malaysia) ; kitoke laut, Saga telik, segawe sabrang
(Indonesia) dan masih banyak nama daerah lainnya. (Eliya Suita, 2013)
7
(a) (b)
Gambar 1. (a) Pohon saga; (b) Polong dan biji saga yang sudah tua
(Dokumentasi Pribadi)
Tabel 1. Komposisi zat gizi biji saga per 100 gram bahan
Komposisi Biji mentah tanpa kulit Biji rebus tanpa kulit
a b a
Energi (kkal) 449 445 485
Protein (g) 30,6 34,5 36,9
Lemak (g) 25,5 18,8 21,7
Karbohidrat (g) 31,9 34,4 35,2
Serat kasar (g) 3,5 11,9 12,6
Abu (g) 3,9 - -
Air (g) 8,1 8,1 1,8
Kalsium (mg) 1062 - -
Fosfor (mg) 161 - -
Besi (mg) 14,2 - -
Karotin (mg) 107 - -
Vitamin A (SI) 0 - -
Vitamin B1 (mg) 0,09 - -
Vitamin C (mg) 7 - -
Keterangan: a: Berdasarkan hasil penelitan direktorat gizi departemen kesehatan RI
(1980)
b: Berdasarkan hasil penelitian Lie dan Oey (1980)
(sumber: Heti Resnawati Rozany, 1986)
Gambar 2. (a) Pohon kedelai; (b) Buah kedelai; dan (c) Biji kedelai.
(http://kombiskedelai.blogspot.com, 2017)
3. Tempe
a. Pengertian Tempe
Tempe adalah makanan yang berasal dari indonesia. Sampai sekarang
cara pembuatan dan budaya makan tempe masih dipelihara dengan baik oleh
rakyat Indonesia. Tempe merupakan produk fermentasi kedelai oleh jamur
Rhizopus yang selama proses fermentasi banyak terjadi perubahan yang
bersifat biokimia dan fisika dengan menggunakan mikroba yang sangat
menguntungkan dari segi gizi dan kesehatan.
Berdasarkan SNI 3144:2015 tempe adalah produk makanan hasil
fermentasi biji kedelai, berbentuk padatan kompak berwarna putih yang
diperoleh dari kedelai kupas yang sudah direbus dan difermentasi
menggunakan kapang Rhizopuss spp. Tempe terbuat dari kedelai atau bahan
lain yang di beri ragi. Ragi tersebut akan membentuk benang-benang kapang
yang tumbuh pada kedelai dan akan membentuk satu kesatuan susunan,
sehinga masing-masing biji kedelai tidak lagi terpisah antara yang satu dengan
yang lain meskipun tempe tersebut diolah (Gambar 3).
13
4. Ragi Tempe
a. Pengertian Ragi Tempe
Ragi tempe adalah bahan yang mengandung biakan jamur tempe dan
digunakan sebagai pengubah bahan baku menjadi tempe dan melakukan
kegiatan fermentasi yang menyebabkan berubahnya sifat karakteristik menjadi
tempe (Kasmidjo, 1990). Ragi tempe biasanya mengandung jamur Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae. Jamur jenis Rhizopus merupakan organisme
yang terpenting dalam fermentasi tempe. Pada umumnya jamur Rhizopus
oligosporus yang biasa digunakan pada fermentasi tempe (Susilowati dalam
Christian Endah Pratiwi, 2018). Salah satu ragi yang pada umumnya digunakan
yaitu ragi merk RAPRIMA (Gambar 4) yang di produksi LIPI Bandung yang
mengandung Rhizopus oligosporus yang telah terseleksi yang menghasilkan
enzim lipase, amilase dan enzim – enzim proteolitik.
15
5) Ukuran huruf
18
Ukuran huruf suatu media cetak disesuaikan dengan siswa, pesan dan
lingkungannya. Ukuran huruf yang baik untuk teks adalah 12 pt, namun untuk
booklet sendiri biasanya menggunakan ukuran 10 pt.
6) Ruang (spasi) kosong
Ruang (spasi) kosong diisi dengan menambahkan kontras. Pemberian
ruang kosong penting untuk memberi kesempatan siswa untuk beristirahat
selama membaca. Ruang kosong dapat berbentuk spasi di sekitar judul, batas
tepi, spasi antar kolom, permulaan paragraf, spasi antar baris dan paragraf.
Penyesuaian spasi antar baris dan penambahan spasi antar paragraf dapat
dimanfaatkan meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.
Menurut Susanti (2013) ada empat aspek yang harus dipenuhi adalah
aspek isi materi, penyajian, bahasa dan keterbacaan, serta aspek grafika,
sehingga booklet dapat menjadi bahan ajar yang baik.
1) Aspek isi materi. Materi di dalam booklet memperhatikan hal-hal berikut:
a) Relevansi, yaitu booklet memuat materi yang relevan dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku, relevan dengan kompetensi lulusan tingkat
pendidikan tertentu, serta relevan dengan tingkat perkembangan dan
karakteristik siswa yang menggunakan.
b) Adekuasi/kecukupan, yaitu booklet memuat materi yang memadai dalam
rangka mencapai kompetensi yang diharapkan.
c) Keakuratan, yaitu isi materi pada booklet yang disajikan benar-benar
secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi kehidupan, dan pengemasan
materi sesuai dengan hakikat pengetahuan.
d) Proporsionalitas, yaitu uraian materi memenuhi keseimbangan antara
materi pokok dengan materi pendukung.
2) Aspek penyajian, dalam hal ini booklet yang baik menyajikan bahan secara
lengkap, sistematis, sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, dan cara penyajian yang enak dibaca dan dipelajari.
3) Bahasa dan keterbacaan, penyampaian dan penyajian bahan dalam booklet
berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa bagi siswa seperti kosa kata,
kalimat, paragraf, dan wacana.
19
artikel tersebut ditujukan. Pada bagian awal, latar belakang dan informasi
umum tentang topik tersebut perlu diungkapkan. Struktur atau isi dari booklet
sama seperti buku biasa, struktur booklet pada umumnya terdiri dari
pendahuluan, isi dan penutup. Hanya saja cara penyajian isinya lebih singkat
dari sebuah buku. Bentuk yang praktis dan menarik akan mempermudah siswa
dalam belajar.
Berikut merupakan contoh media booklet (Gambar 5) berdasarkan
penelitian Hartarti Indah Rukmana (2018):
Gambar 5. (a) Tampilan bagian depan (sisi depan) booklet; (b) Tampilan isi media
booklet; (c) Tampilan bagian belakang (sisi belakang) booklet
H. Metode Penelitian
Tahap I : Pembuatan Tempe
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau untuk
pelaksanaan proses pembuatan tempe dan uji organoleptik. Dan di
Laboratorium Fakultas Perikanan (FAPERIKA) Universitas Riau untuk
pelaksanaan uji kadar air, kadar lemak, kadar protein. Penelitian dilakukan
pada bulan Mei-Juli 2019.
2. Rancangan Penelitian
21
ukuran 33 mm x 80 mm; labu lemak 250 ml; gelas piala 500 ml atau 300 ml;
gelas arloji dan kertas saring bebas lemak. Alat destilasi Kjeldhal konvesional
atau semi otomatis, alat destruksi, dan buret 10 mL, penjepit, erlenmeyer,
tabung reaksi, gelas ukur, batu didih, beaker glass, pipet tetes, water bath,
cawan porselen, inkubator, pH Meter.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah biji saga (Adenanthera
pavonina L) yang berasal dari famili Fabaceae (Leguminosae) sebanyak 3 kg,
kedelai (Glycine max) sebanyak 3 kg dan ragi (merek Raprima). Bahan untuk
menguji kadar lemak, kadar protein yaitu larutan asam klorida (HCl) 8 M;
petroleum eter atau heksan; larutan perak nitrat (AgNO 3) 0,1 M larutkan (17,0
± 0,1) g (AgNO3) p.a di dalam 1.000 mL air suling; air suling. Asam sulfat
(H2SO4) pekat bebas nitrogen, larutan katalis tembaga (CuSO4.5H2O) bebas
nitrogen 0,05 g/mL H2O, katalis selen, kalium sulfat (K2SO4) bebas nitrogen,
larutan indikator methyl red (MR), bromocresol green (BCG), larutan asam
borat (H3BO3) 4 %, larutan natrium hidroksida (NaOH) 30 %, larutan indikator
fenolftalein (PP) 1%.
4. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan prosedur
penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh Kartiko Cahyo Kumoro (2012)
dan Agustian Randa, dkk (2017) dalam pembuatan tempe biji saga yang sudah
dimodifikasi. Dan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh Wisnu
Cahyadi (2007) dalam pembuatan tempe kedelai yang sudah dimodifikasi yang
telah disesuaikan dengan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini.
a) Tahap penyiapan bahan baku
Bahan baku yang disiapkan adalah biji saga 3 kg, biji saga yang
digunakan adalah biji yang tua dan berwarna kemerahan yang dipetik dari
pohon saga di kampus Universitas Riau dan kedelai 3 kg yang dibeli di pasar
selasa Pekanbaru. Bahan selanjutnnya ragi, ragi yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan ragi merk RAPRIMA yang dibeli di pasar selasa
Pekanbaru.
23
c) Tahap fermentasi
Biji saga dan kedelai yang telah dingin dilakukan pencampuran dengan
perlakuan P0 (100 g); P1 (75 g: 25 g); P2: (50 g: 50 g); P3 (25 g: 75 g). kemudian
masing-masing kombinasi biji saga-kedelai ditambahkan ragi tempe dengan
konsentrasi 1 %; 1,5 %; 2 %, dimana 1% (1 g ragi untuk 100 g bahan)
selanjutnya dibungkus dengan plastik, kemudian diberi lubang menggunakan
jarum dibagian sisi atas dan sisi bawah sekitar 2 cm. Tempe di simpan di
tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk mengindari pembusukan
pada tempe selama 36 jam.
Berikut merupakan diagram alir dalam proses pembuatan tempe biji
saga dan kedelai dapat dilihat pada Gambar 6.
Konsentrasi ragi
1 %, 1,5 %, 2 % Peragian (Raprima)
4) Tutup gelas piala tersebut dengan gelas arloji lalu didihkan perlahan-lahan
selama 15 menit.
5) Bilas gelas arloji dengan air suling dan masukkan air pembilas tersebut ke
dalam gelas piala. Saring endapan menggunakan kertas saring bebas lemak.
Bilas gelas piala 3 kali dengan air suling, lakukan pencucian hingga bebas
klor yang dapat ditentukan dengan penambahan 1 tetes sampai 3 tetes
AgNO3 0,1 M pada fitrat, jika tidak terdapat endapan putih (AgCl) maka
telah bebas klor,
6) Pindahkan kertas saring serta isinya ke dalam thimble ekstraksi atau
selongsong kertas saring bebas lemak dan keringkan 6 jam paa temperatur
1000C sampai dengan 1010C.
Perhitungan:
d) Pengukuran Organoleptik
28
2. Uji Hendonik
Uji hendonik bertujuan untuk memberikan nilai berdasarkan tingkat
kesukaan panelis terhadap tempe secara keseluruhan. Uji hedonik dapat dilihat
pada Tabel 6. Skala hedonik yang digunakan ditansformasikan menjadi skala
numerik dari mulai angka terendah hingga angka tertinggi, sangat tidak
menyukai sampai sangat menyukai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
adanya perbedaan tingkat kesukaran antar perlakuan yang ada.
Tabel 6. Skala penilaian uji hendonik
Skor Kriteria
5 Sangat suka
4 Suka
3 Kurang suka
2 Tidak suka
1 Sangat tidak suka
Sumber : (Eliyana, 2017)
30
2. Desain
Tahap ini dilakukan perancangan (desain) terhadap perangkat
pembelajaran yang akan dikembangkan mulai dari silabus, RPP, dan booklet.
Perancangan ini diawali dengan merekonstruksi silabus yang telah dikeluarkan
oleh Kemendikbud 2017 dengan melakukan rekonstruksi pada beberapa aspek
31
seperti materi pokok yang sesuai dengan penelitian ini. Rancana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dirancang sesuai dengan perubahan kurikulum 2013 revisi
tahun 2017 dengan pendekatan saintifik dan merancang indikator pencapaian
kompetensi sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Format pada booklet menurut Zam Zam Fauziyah (2017) yaitu:
1. Halaman sampul (depan)
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. Halaman isi
5. Kuis/evaluasi
6. Daftar pustaka
7. Halaman sampul (belakang)
Berikut diagram alir tahap perancangan booklet meliputi tahap analisis
(analysis) dan desain (design) dapat dilihat pada Gambar 7:
Tahap 1 : Analysis
Analisi Kurikulum
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Media Booklet
Materi Pokok:
Bioteknologi Tahap 2 : Design
Konvensional
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):
Menjelaskan pengertian bioteknologi konvensional
Menjelaskan macam-macam produk bioteknologi
konvensional.
Perancangan Membuat produk pengaruh konsentrasi ragi
terhadap tempe berbahan kombinasi biji saga
Booklet ( Adenanthera pavonina L) dan kedelai Glycine max
Merr)
I. Daftar Pustaka
Achmad Djaeni Sediaoetama. 1999. Nutrisi dalam Keperawatan jilid 2.
Jakarta:PT. Dian Rakyat.
Christian Endah Pratiwi. 2018. Pengaruh Proposi Kedelai (Glycine max) dan
Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) dengan Penambahan Angkak
Terhadap Karakteristik Tempe. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Destika Eka Mumpuni. 2010. Potensi Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonin)
sebagai Pengganti Bahan Baku Pembuatan Tempe (Uji Kadar Protein
dan Organoleptik). Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Semarang.
33
Eliya Suita. 2013. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Saga Pohon
(Adenanthera pavonina L. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Tanaman Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Kementerian Kehutanan. Bogor.
Eliyana. 2017. Evaluasi Sifat Kimia dan Sensori Tempe Kedelai – Jagung
dengan Berbagai Konsentrasi Ragi Raprima dan Berbagai Formulasi.
Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Emilia Jessi Lavenia, Laili Fitri Yeni, dan Titin. 2017. Kelayakan Media
Buklet Keragaman Jamur Makroskopis Di Hutan Lindung Gunung
Juring Pada Materi Jamur. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 6 (9):
1-9. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak.
http://kombiskedelai.blogspot.com/2017/04/klasifikasi-tanaman-kedelai.html.
Diakses tanggal 21 Maret 2019.
Permendikbud No. 24. 2016. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Jakarta.
Wisnu Cahyadi. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Bandung.