Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Abdidas Volume 1 Nomor 6 Tahun 2020 Halaman 789-796

JURNAL ABDIDAS
http://abdidas.org/index.php/abdidas

Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) Padat Gizi

Dyah Ratna Budiani1, Muthmainah2, Jarot Subandono3, Sarsono4, Martini5


Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, UNS, Indonesia1,4,5
Bagian Histolog, Fakultas Kedokteran, UNS, Indonesia2
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, UNS, Indonesia3
E-mail: dyahratna1967@mail.com1 muthmain@mail.com2 jrtsbdn@staff.uns.ac.id3 sarsono@staff.uns.ac.id4
martini57@staff.ums.ac.id5

Abstrak
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) akan berakhir saat bayi berusia 6 bulan. Pada usia selanjutnya sampai dengan 24
bulan bayi memerlukan makanan pendamping ASI. MPASI merupakan makanan pelengkap gizi sebagai penopang
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Daun tanaman kelor (Moringa oleifera, Lam) merupakan bahan makanan
padat nilai gizi. Tepung kering daun ini digunakan sebagai komponen pembuatan MPASI yang murah, aman,
mudah didapatkan dan bergizi tinggi. Padukuhan Morobangun salah satu padukuhan yang memiliki populasi bayi
usia 6-24 bulan yang cukup tinggi, dan 28,8% diantaranya merupakan bayi yang memiliki berat badan minimal,
dikhawatirkan akan memunculkan balita stunting di kemudian hari. Pengabdian Masyarakat dilaksanakan di
Padukuhan Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, pada tanggal 12-13 Oktober 2020, dengan
sasaran ibu-ibu PKK dan kader kesehatan balita. Metode yang digunakan adalah penyuluhan yang dilaksanakan
dengan ceramah baik secara daring maupun luring. Difusi iptek yang digunakan adalah pelatihan dan
pendampingan pembuatan MPASI yang berupa baby cookies dengan komponen tepung daun kelor dan puding.
Dihasilkan MPASI baby cookies versi gluten, gluten free, semprit dan puding kelor jagung manis. MPASI tepung
daun kelor merupakan makanan bayi yang sehat, murah, aman, mudah dibuat, serta kaya gizi dan disukai bayi.
Kata kunci: MPASI, daun kelor, baby cookies
Abstract
Breastfeeding (ASI) will end when the baby is 6 months old. At a later age up to 24 months, babies need
complementary foods with breast milk. MPASI is a nutritional complementary food to support infant growth and
development. Plant leaves of Moringa (Moringa oleifera, Lam) is a solid food ingredient nutritional value. This
leaf dry flour is used as a component for making complementary foods that are cheap, safe, easy to obtain and
highly nutritious. Morobangun Village is one of the hamlets that has a fairly high population of infants aged 6-24
months, and 28.8% of them are babies with minimum weight, it is feared that it will cause stunting toddlers in the
future. Community Service was carried out at the Morobangun Village, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, on
12-13 October 2020, with the target of PKK mothers and toddler health cadres. The method used is counseling
which is carried out by lecturing both online and offline. The diffusion of science and technology used is training
and assistance in making complementary foods in the form of baby cookies with components of moringa leaf flour
and puding. MPASI produced baby cookies version of gluten, gluten free, semprit and sweet corn moringa puding.
MPASI moringa leaf flour is a baby food that is healthy, cheap, safe, easy to make, and rich in nutrients and loved
by babies.
Keywords: complementary food, moringa leaves, baby cookies

Copyright (c) 2020 Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
 Corresponding author
Address : Bagian Patologi Anatomi, FK, UNS, Surakarta ISSN 2721- 9224 (Media Cetak)
Email : dyahratna@gmail.com ISSN 2721- 9216 (Media Online)
Phone : 0271632494
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


790 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

PENDAHULUAN lebih banyak vitamin A dari pada wortel, 17 kali


Masa pemberian ASI eksklusif akan lebih banyak kalsium daripada susu, 9 kali lebih
berakhir pada bayi usia 6 bulan dan selanjutnya banyak protein daripada yoghurt, 15 kali lebih
bayi akan dikenalkan makan dewasa untuk banyak pisang kaliumthan dan 25 kali lebih
mencukupi kebutuhan gizi dalam menopang banyak zat besi daripada bayam (Rockwood,
pertumbuhannya pada fase pertumbuhan Anderson, & Casamatta, 2013). Negara Senegal
selanjutnya. Pemberian makanan pendamping ASI dan Uganda telah memanfaatkan Moringa atau
pada bayi usia 6 sampai dengan 24 bulan harus daun kelor untuk mengatasi masalah malnutrisi
disesuaikan dengan kemampuan pencernaan bayi (Kasolo, Bimenya, Ojok, Ogwal-okeng, 2010).
serta AKG (Angka Kecukupan Gizi). MPASI yang Fitokimia teriidentifikasi secara kualitatif
baik adalah MPASI yang mampu menopang menggunakan bahan kimia standar dan hasil
tumbuh kembang bayi tanpa menimbulkan standar. Dua puluh empat kandungan senyawa
gangguan kesehatan. Syarat utama MPASI adalah berkhasiat obat ditemukan terkandung di dalam
makanan kaya gizi, mudah dicerna bayi, menarik, daun M. oleifera. Fitokimia yang diidentifikasi
menumbuhkan selera makan, tidak mengandung berupa tanin, steroid dan triterpenoid, flavonoid,
zat berbahaya termasuk diantaranya pestisida, saponin, anthraquinones, alkaloid,dan gula reduksi
tidak mengandung gula dan garam dalam kadar (Kasolo, Bimenya, Ojok, Ogwal-okeng, 2010).
tinggi, tidak mengandung penguat rasa, tidak Tepung daun kelor mengandung 18 asam amino,
mengandung bumbu-bumbu pedas, terlalu asam Delapan diantaranya merupakan asam amino
atau pahit, mudah didapatkan dengan harga yang esensial (Winarno, 2018). Kandungan asam amino
terjangkau . daun kelor kering 3 sampai 10 kali lebih tinggi dari
Kelor (Moringa oleifera, Lam) adalah salah pada daun segar pada berat yang sama.
satu tanaman pagar di Indonesia. Daun kelor yang Menyebutkan bahwa daun kelor mengandung
dewasa ini sangat poluler di Indonesia. WHO protein, asam amino, mineral dan vitamin yang
menetapkannya sebagai bahan makanan super tinggi (Fletcher, 1998). Dilaporkan oleh Oleg,
food, karena nilai gizi yang sangat tinggi. Selain Ilona, Alexey, Irina, Ivan, dan Vladimir, (2018),
super food, daun kelor juga disebut sebagai bahan bahwa moringa merupakan pohon ajaib, karena
makanan fungsional (Winarno, 2018), Moringa mengandung banyak zat bioaktif dan hampir
oleifera termasuk famili Moringaceae, kandungan semua bagian tanaman memiliki potensi farmasi
gizinya yang sangat lengkap sangat bermanfaat yang baik. Potensi moringa sebagai herba berkasiat
untuk mengatasi masalah malnutrisi. Moringa kaya obat antara lain adalah sebagai anti-inflamasi,
akan nutrisi kandungan berbagai fitokimia esensial antioksidan, pelindung jaringan, analgesik, anti
yang ada dalam daun, polong, dan biji-bijiannya. ulker, anti hypertensif .Semua ini karena daun
Dilaporkan bahwa daun kelor mengandung 7 kali kelor mengandung polifenol, asam fenolik,
lebih banyak vitamin C daripada jeruk, 10 kali flavonoid, Glukosinolat dan alkaloid. Daun kelor

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


791 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

mengandung makronutrien, mikronutrien serta pentingnya menyiapkan MPASI yang kaya akan
kandungan gizi yang tinggi yang dibutuhkan oleh gizi menjadi meningkat. Selain Penyuluhan,
ibu hamil (Guevara, Vargas, Sakurai, Fujiwara, pelatihan dan pendampingan peserta juga
Hashimoto, Maoka, Kozuka, Ito, Tokuda, & menerima buku saku tentang pemanfaatan tepung
Nishino, 1999. ; Sinduraju & Backer , 2003.). daun kelor sebagai komponen MPASI yang kaya
Pedukuhan Morobangun, Jogotirto, Berbah gizi, untuk mempermudah pemahaman atas
dipilih sebagai lokasi pengabdian masyarakat informasi yang diberikan.
karena padukuhan ini memiliki memiliki populasi Gambar 1, berikut merupakan bagan
bayi usia 6-24 bulan yang cukup tinggi, sementara kegiatan pelaksanaan pengabdian masyarakat
28,8% diantaranya merupakan bayi yang memiliki tentang pemanfaatan tepung daun kelor sebagai
berat badan minimal Hal ini dikhawatirkan akan komponen pembuatan MPASI.
memunculkan balita stunting di kemudian hari,
apabila pemenuhan gizi tidak tercapai.
Dengan diadakannya pengabdian
masyarakat di Padukuhan Morobangun,
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman,
kesadaran dan ibu-ibu yang memiliki bayi 6-24
bulan untuk menyiapkan MPASI yang memiliki
kandungan gizi yang cukup, antara lain dengan
MPASI tepung daun kelor.

METODE
Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada
12 dan 13 Oktober 2020 di Padukuhan
Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman,
Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu PKK
dan kader kesehatan balita.
Metode pengabdian yang digunakan adalah
metode penyuluhan, melalui ceramah daring dan
luring. Difusi iptek juga dilaksanakan dengan
mengadakan pelatihan dan pendampingan
pembuatan tepung daun kelor dan MPASI baby
cookies dan puding kelor. Penyuluhan, pelatihan
dan pendampingan ini dilaksanakan agar Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan
pemahaman serta kesadaran masyarakat akan Pengabdian Masyarakat .

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


792 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

Pembuatan Tepung Daun Kelor : Resep Baby Cookies Versi Semprit


Daun kelor muda dari daun ke-3 sampai Margarin 125 gram bisa dicampur dengan
dengan ke-6 dari pucuk dipetik, dilepaskan dari butter dengan perbandingan 1:1, Dua puluh gram
tangkai-tangkainya, dicuci dengan air bersih. gula halus, dua butir kuning telur, terigu protein
Selanjutnya daun yang sudah terlepas tanpa sedang 160 gram, tepung daun kelor 8 gram, lima
tangkai daun dikeringkan dengan oven pada suhu gram susu formula, lima gram maizena, setengah
45⁰C selama 24 jam. Setelah mengering di sendok teh vanili bubuk, sdt vanili bubuk, keju
haluskan menggunakan blender kering, digiling parut atau choco chips untuk hiasan.
selama 5 menit dengan kecepatan tinggi. Serbuk
sebaiknya diayak dengan ukuran 100 mesh, untuk Cara Membuat Baby Cookies Kelor Secara
memisahkan tepung dari serpihan tulang daun dan Umum:
tangkai daun yang terikut. Tepung daun kelor yang Kuning telur dimasukkan ke dalam baskom,
didapatkan selanjutnya digunakan untuk membuat Dikocok hingga rata. Dimasukkan tepung daun
campuran tambahan dalam pembuatan baby kelor, dikocok hingga rata. Selanjutnya
cookies MPASI. dimasukkan susu bubuk dan maizena, kocok
hingga rata. Matikan mixer, masukkan tepung
Resep Baby Cookies Varian Gluten Free: terigu (atau tepung beras) sedikit demi sedikit dan
Seratus gram margarin, bisa dicampur diaduk balik menggunakan spatula. (Jumlah
dengan butter perbandingan (1:1), dua puluh gram tepung terigu yang digunakan bisa lebih atau
gula halus, empat puluh gram susu formula, dua kurang dari jumlah yang tertera tergantung
butir-butir kuning telur, tepung beras yang sudah konsistensi adonan). Cetak sesuai selera bisa
disangrai sebanyak 170 gram, lima gram tepung dicetak dengan menggunakan cetakan kue kering
daun kelor (sekitar 1 sdm), setengah sendok teh bentuk apapun sesuai selera. Tata cookies pada
vanili bubuk . loyang yang sudah dialasi margarin dan baking
paper (jika tidak ada baking paper, dialasi
Resep Baby Cookies Varian Gluten: margarin saja sudah cukup). Panggang pada suhu
165 gram margarin (bisa dicampur dengan oven 160⁰C selama 10 dengan api atas dan bawah.
butter dengan perbandingan 1: 1, gula halus
sebanyak 20 gram, dua butir kuning telur, tepung Puding Jagung Manis Lapis Hijau Kelor
terigu protein sedang sebanyak 230 gram, sepuluh a. Bahan :
gram tepung daun kelor (sekitar 2 sdm), lima gram Dua bungkus agar-agar bubuk tanpa warna,
susu formula, lima gram maizena, setengah sendok Dua jagung manis ukuran sedang disisir dan
teh vanili bubuk. dibelender, kemudian disaring, 1 sendok
tepung daun kelor, garam halus seujung
sendok teh. Tuangkan 1 bungkus tepung agar-

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


793 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

agar tanpa warna dan campurkan jus jagung


manis yang sudah disaring sebelumnya ke Pelaksanaan
pelatihan
dalam suatu panci, dengan penambahan air 1 pembuatan
gelas belimbing. Aduk sampai matang, masak MPASI

dengan api sedang. Kemudian dituangkan ke


dalam cetakan agar-agar.
Pelaksanaan
b. Cara membuat lapisan hijau daun kelor, pelatihan
pembuatan
sebagai berikut :
MPASI
Satu Bungkus tepung agar-agar, dimasukkan
ke dalam panci yang berisi 1 gelas belimbing Gambar 2. Dokumentasi Kegiatan Pengabdian
air, aduk bersama tepung daun kelor sampai Masyarakat

mendidih, tuangkan ke dalam cetakan di atas


Hasil pelatihan dan pendampingan dalam
lapisan kuning jagung manis tadi.
pengabdian pemanfaatan tepung daun kelor
sebagai komponen pembuatan MPASI yang kaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
gizi di bagi dalam dua tipe produk MPASI, yaitu
Pengabdian masyarakat sosialisasi
baby cookies dan puding. Baby cookies terdiri dari
pemanfaatan tepung daun kelor muda sebagai
varian gluten free, gluten dan semprit.
komponen MPASI yang padat gizi dilaksanakan
pada tanggal 12-13 Oktober 2020. Dokumentasi Tabel 1. Varian MPASI yang Dihasilkan.
kegiatan dirangkum dalam gambar 2, di bawah ini:
Nama Tipe Gambar
Produk Produk

Pelaksanaan Baby Varian


ceramah daring Cookies Gluten Free
dan luring Kelor

Varian
Gluten

Pelaksanaan
ceramah daring
dan luring Versi
Semprit

Puding Puding
Pelaksanaan Kelor jagung
pelatian Manis
pembuatan
MPASI

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


794 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

Perbandingan penggunaan jenis tepung tinggi bila dibandingkan dengan daun basah pada
tepung pada pembuatan baby cookies, berat yang sama. Tepung daun kelor memenuhi
dicantumkan dalam tabel berikut ini: persyaratan sebagai salah satu komponen MPASI.
Rockwood dkk (2013: 2) berpendapat bahwa daun
Tabel 2. Perbandingan Jenis dan Berat Tepung moringa atau daun kelor kaya akan nurisi dan kaya
yang Digunakan .
akan fitokimia esensial. Dilaporkan lebih lanjut
Varian Baby Jenis tepung Berat oleh Rockwood dkk (2013 :3) bahwa kandungan
cookies (gr)
Gluten Tepung beras disangrai 170 Vitamin C daun moringa 7 kali lebih banyak
Free Maizena - daripada vitamin C jeruk, kandungan vitamin A
Tepung daun kelor 5
Gluten Terigu protein sedang 230 sebesar 10 kali lebih banyak daripada wortel, 17
Maizena 5
Tepung daun kelor 5 kali kalsium lebih banyak dari pada susu, 9 kali
Semprit Terigu protein sedang 160 kalium lebih banyak daripada pisang, dan
Maizena 5
Tepung daun kelor 8 kandungan zat besinya 25 kali lebih banyak
daripada bayam. Menurut laporan Lalida dkk
Penambahan mentega dan kuning telur (2013) daun kelor merupakan sumber berbagai
sebanyak 2 butir untuk masing-masing varian vitamin, kalsium, zat besi (Fe), β – karoten, dan
cookies. Berat bersih masing-masing adonan baby phenolic acid. Kandungan protein daun kelor jauh
cookies berkisar 450-500 mg, 1 baby cookies lebih tinggi bila dibandingkan dengan telur dan
dibuat dengan berat 5 gr dibentuk dengan diameter susu (Fahey, 2005). Selain hal-hal di atas daun
3-4cm dengan ketebalan 0,5 cm, agar kelor menurut Oleg dkk (2018) memiliki potensi
pemangangan tidak terlalu lama, sehingga sebagai anti inflamasi, anti oksidan, analgesik,
kandungan gizi tidak terganggu. Penambahan susu Pelindung jaringan, antiulcer dan anti hipersensitif.
formula sesuai selera bayi disarankan sebanyak 40 Berdasarkan hal-hal diatas, daun kelor memenuhi
sampai dengan 50 gram, untuk setiap varian. persyaratan untuk ditambahkan sebagai komponen
Puding jagung manis berlapis hijau daun kelor pembuatan MPASI.
tidak menggunakan penambahan gula. Pada pembuatan MPASI penambahan
komponen lain seperti tepung terigu protein
Pembahasan sedang atau tepung beras, tepung maizena, gula
Syarat MPASI yang baik diantaranya adalah mentega dan telur akan lebih memperkaya nilai
memiliki kandungan gizi lengkap mengandung gizi MPASI yang dibuat.
makro dan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh Penambahan garam pada bayi 6-12 bulan
untuk mendukung pertumbuhan, tidak mengadung tidak melebihi 0,9 gr per hari, sedangkan
bahan beracun dan berbahaya, mudah dicerna, pemberian gula maksimum diperbolehkan sampai
memiliki kandungan non gizi yang rendah. dengan 5 gram/ 100 kkal (Hidayati, 2020).
Kandungan zat gizi pada daun kelor kering lebih Penambahan 20 gr gula dalam 1 resep MPASI di

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


795 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

atas tidak akan melampaui batasan konsumsi gula kue kering dan puding kelor dengan
yang dianjurkan, karena 1 resep baby cookies bisa pengembangan kreasi sesuai selera bayi.
disajikan dalam 7 sampai 14 hari sebagai finger
foods (snack) atau semi solid food. SIMPULAN
Varian baby cookies varian gluten free, Pemanfaatan tepung daun kelor kering
khusus diperuntukkan bayi yang tidak toleran sebagai salah satu komponen dalam pembuatan
terhadap protein gluten. Gluten adalah protein MPASI yang berupa baby cookies dan puding
yang disebut sebagai prolamin biasanya berupa kelor, merupakan alternatif MPASI memenuhi
glutenin dan gliadin. Gluten ditemukan di dalam syarat sebagai makanan bayi, murah, aman dan
jelay (barley) gandum, gandum hitam (rye), dan mudah membuatnya.
beberapa jenis biji-bijian. Dalam pengolahan Pembuatan MPASI dalam bentuk baby
makanan gluten membantu meningkatkan cookies bisa dilaksanakan 1-2 minggu sekali,
konsistensi makanan kenyal, elastis dan sehingga bisa menghemat waktu penyiapan dan
mengembang Djie, 2019). Sebagian bayi yang memperpanjang waktu pengasuhan. MPASI bisa
tidak toleran terhadap protein gluten antara lain disimpan di dalam lemari pendingin dalam wadah
adalah bayi yang menderita penyakit celiac. yang tertutup.
Penyakit celiac adalah penyakit kronis gangguan
pencernaan akibat reaksi sistem kekebalan tubuh UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap gluten. Gejala penyakit ini adalah perut Terima kasih kepada Bp. Budi Santoso,
kembung, diare, dan rasa sakit pada perut. Kondisi kepada dukuh Morobangun, dan ketua PKK
ini disebabkan oleh peradangan mukosa usus, setempat yang telah mendukung pelaksananan
sehingga terjadi gangguan penyerapan nutrisi dan pengabdian ini. Ucapan terima kasih juga kami
mineral. Sifat dan potensi antiinflamasi yang sampaikan kepada ibu-ibu PKK dan kader
dimiliki daun kelor dimungkinkan akan kesehatan balita, yang telah menyediakan
meringankan kondisi bayi yang mengidap penyakit waktunya demi terselenggarakannya acara ini
celiac. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat dengan baik. Rekan-rekan tim P2M Mandiri RG.
tentang pemanfaatan daun kelor muda sebagai Bimoli.com yang telah berpartisipasi dalam acara
komponen MPASI yang kaya gizi telah tercapai. ini.
Indikator keberhasilan antara lain adalah
DAFTAR PUSTAKA
munculnya kesadaran masyarakat memanfaatkan
lahan pekarangannya untuk ditanami kelor baik Fahey, Jed W. (2005), Moringa oleifera: A review
of the medical evidence for its nutritional,
sebagai tanaman pagar maupun sebagai tanaman
therapeutic and prophylactic properties Part
peneduh. Kesadaran para ibu untuk meningkatkan 1: Trees for Life Journal.
pemanfaatan daun kelor kering untuk pembuatan Fletcher, R. (1998). Moringa oleifera (the kelor
tree). The Australian New Crops Newsletter.

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


796 Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) Padat Gizi - Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163

Guevara, A. P., Vargas, C., Sakurai, H., Fujiwara, Winarno, F.G. (2018). Tanaman Kelor (Moringa
Y., Hashimoto, K., Maoka, T., Kozuka, M., oleifera): Nilai Gizi, Manfaat, dan Potensi
Ito, Y., Tokuda, H., & Nishino, H. (1999). Usaha. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
An antitumor promoter from Moringa
oleifera Lam. Mutation research, 440(2),
181–188.
Hidayati, F.(2020), Informasi penting tentang-
pemberian mpasi pada bayi, kemenkes,
https://www.alodokter.com/informasi-
penting-tentang-pemberian-mpasi-pada-bayi
Kasolo, J.N., Bimenya, G.S., Ojok, L., Ochieng, J.,
Ogwal-Okeng, J.W., (2010), Phytochemicals
and uses of Moringa oleifera leaves in
Ugandan rural communities (Article) ,
Journal of Medicinal Plants Research, Vol.
4, Issue 9, Pages 753-757.
Khalafalla, MM., Abdellatef E., Dafalla HM.,
Nassrallah AA., Aboul-Enein KM., et al .
(2010). Active principle from Moringa
oleifera lam leaves effective against two
leukemias and a hepatocarcinoma. Afr J
Biotech 9: 8467–8471.
Shank, L. P., Riyathong, T., Lee, V. S., &
Dheeranupattana, S. (2013). Peroxidase
activity in native and callus culture of
Moringa Oleifera, Lam . J Med Bioeng, 2(3),
163-167.
Oleg, P., Ilona, G., Alexey, G., Irina, S., Ivan, S.,
Vladimir, K.(2018). Biological activities of
derived bioactive components from moringa
species: an overview. Entomol Appl Sci Lett,
5 (1): 82-87.
Rockwood, J., Anderson, B., & Casamatta,
C.(2013). Potential uses of Moringa
oleifera and an examination of antibiotic
efficacy conferred by M. oleifera seed and
leaf extracts using crude extraction
techniques available to underserved
indigenous populations. Int. J. Phytothearpy
Res., 3 pp. 61-7.
Siddhuraju P., and Becker K. (2003). Antioxidant
properties of various solvent extracts of total
phenolic constituents from three different
agroclimatic origins of drumstick tree
(Moringa oleifera (Lam) leaves, J. Agric
Food Chem. , 51(8) pp. 2144-2155

Jurnal Abdidas Vol 1 No 6 Tahun 2020 p-ISSN 2721-9224 e-ISSN 2721-9216


Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

Pelatihan Pembuatan MPASI Lokal Dengan Bahan Dasar Singkong


Untuk Batita Pada Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Hajimena Lampung Selatan

The Training of Making Local MPASI With Cassava For Batita in Cadre
of Integrated Services Post (Posyandu) in Hajimena Health Center
Lampung Selatan

Sefanadia Putri1*, Reni Indriyani1, Yulia Novika1


1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Bandar Lampung
Jl. Raya Hajimena No. 100 Natar, Lampung Selatan
*Penulis Korespondensi: sefanadia@poltekkes-tjk.ac.id

Abstrak: Bahan makanan yang banyak dijumpai di sekitar wilayah kerja Puskesmas Hajimena dan belum
banyak dimanfaatkan untuk pembuatan MPASI adalah singkong. Masalah kekurangan konsumsi pangan
akan berdampak nyata pada timbulnya masalah gizi terutama masalah gizi kurang pada balita. Berdasarkan
data cakupan status balita gizi kurang desa pemnggilan adalah sebanyak 34 balita, angka ini termasuk tinggi
dibandingkan dengan dua desa lainnya yaitu desa hajimena dan sidosari Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap masalah gizi kurang pada balita adalah masih rendahnya pengetahuan kader yaitu
sebesar 20 % dilihat dari hasil pretest sebelum dilakukannya pelatihan. Pengetahuan kader dalam
pemeliharaan gizi balita masih rendah sehingga konsumsi zat gizi anak akan berkurang. Selama ini, praktek
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada balita, seringkali tidak diperhatikan terutama dalam hal
kepadatan zat gizinya. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan ibu balita dalam
hal cara membuat dan menyajikan MPASI yang padat gizi, Rangkaian kegiatan meliputi penyuluhan dengan
tema pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan (Food based approach) mengenai MPASI
bergizi seimbang, pemanfaatan pangan lokal dalam penggunaannya untuk MPASI serta teknologi pangan
dalam pembuatan MPASI serta pelatihan kader di desa Pemanggilan dengan melibatkan tenaga kesehatan
dari Puskesmas Hajimena mengenai praktik pembuatan dan penyajian MPASI yang berkualitas dan padat
gizi dengan cara memodifikasi pangan lokal sehingga memiliki kandungan gizi yang berkualitas. Jumlah
kader yang dilatih sebanyak 20 orang kader dari 5 posyandu yang ada di desa Pemanggilan. Penilaian
pelatihan dilihat dari hasil pretest dan post test dan terjadi peningkatkan pengetahuan sebesar 44,26%,
Serta terjadi peningkatan keterampilan sebesar 90% dalam pengolahan MP-ASI Lokal. Peningkatan
ketrampilan kader dapat dinilai pada saat praktik membuat menu MPASI lokal, Sehingga menghasilkan
produk MP-ASI Lokal padat gizi dengan menggunakan bahan dasar singkong yaitu paha dakong, kue
kacamata dan nugget singkong ati ayam dengan rasa, aroma dan tekstur yang disukai.

Kata kunci: MPASI padat gizi, Nugget Singkong, Paha Dakong

Abstract: A food ingredient that is often found around the Hajimena Community Health Center working area
and which has not been widely used for making complementary foods is cassava. The problem of lack of
food consumption will have a real impact on the emergence of nutritional problems, especially malnutrition
problems in children under five. Based on the data, the coverage of malnourished children under five in the
calling village is as many as 34 children under five, this figure is high compared to the other two villages,
namely the villages of Hajimena and Sidosari. the pretest results before the training. Cadres' knowledge in
maintaining nutrition for children under five is still low so that children's nutritional consumption will decrease.
So far, the practice of complementary feeding (complementary feeding) to toddlers has often been neglected,
especially in terms of nutrient density. This happens because the knowledge and skills of mothers under five
are still low in how to make and present nutrient-dense complementary foods. The series of activities
included counseling with the theme of fulfilling balanced nutrition based on food consumption (Food based
approach) regarding balanced nutritious complementary foods, the use of local food in its use for
complementary foods and food technology in making complementary foods and training for cadres in the
calling village involving health workers from Hajimena Community Health Center regarding practice making
and serving quality and nutrient-dense complementary foods by modifying local food so that it has quality

29
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

nutritional content. The number of cadres trained is 20 cadres from 5 posyandu in the Summon village. The
training assessment was seen from the results of the pretest and posttest and there was an increase in
knowledge by 44.26%, as well as an increase in skills by 90% in the processing of local complementary
foods. Increased skills of cadres can be assessed during the practice of making local complementary foods,
resulting in nutrient-dense local complementary foods using cassava as the basic ingredients, namely
dakong thighs, glasses cake and cassava liver nuggets with preferred taste, aroma and texture.
.
Keywords: MPASI nutrient dense, Cassava Nugget, Paha Dakong

PENDAHULUAN pengabdian kepada masyarakat dengan


menerapkan teknologi tepat guna dalam upaya
Program indonesia sehat merupakan salah meningkatkan kesehatan di masyarakat.
satu program dari agenda ke-5 nawa cita yang Berdasarkan data rencana pembangunan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-
manusia indonesia. Kebijakan program yang 2024 kabupaten lampung selatan menyatakan
dicanangkan kementerian kesehatan republik bahwa penyediaan gizi di kabupaten lampung
indonesia diantaranya program indonesia sehat selatan masih cukup rendah yaitu sebesar 30%.
dengan pendekatan keluarga (PIS-PK), sehingga prevalensi stunting masih tinggi.
pemberian makanan tambahan (pmt), dan 1000 Salah satu arah kebijakan dan strategi dari
hari pertama kehidupan (HPK) (Wisnu, 2018). rpjmn 2020-2024 kabupaten lampung selatan
UU perlindungan kesehatan anak nomor 23 mengenai peningkatan pengetahuan ibu dan
tahun 2012 menyatakan bahwa setiap anak di keluarga khususnya masalah gizi dengan cara
indonesia memiliki hak untuk hidup dan percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan
berkembang secara optimal. Bilamana mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis
dikaitkan dengan gizi, maka hak anak tersebut konsumsi pangan (food based approach).
adalah terbebasnya dari masalah gizi, termasuk Data puskesmas hajimena kabupaten
stunting dan masalah gizi lebih yaitu obesitas lampung selatan, terdata sampai dengan maret
(Hapsari, 2019). 2019 menunjukkan jumlah balita tertimbang
Masalah kekurangan konsumsi pangan akan 3054 jiwa, dimana 103 diantaranya mengalami
berdampak nyata pada timbulnya masalah gizi stunting, dengan rincian desa hajimena,
terutama masalah kurang gizi pada balita. sidosari dan pemanggilan berturut-turut yaitu 17,
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap 52 dan 34 balita stunting. Berdasarkan laporan
masalah kurang gizi ini adalah masih kegiatan pengabdian masyarakat pada tahun
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang 2018 di puskesmas hajimena dan berdasarkan
pemeliharaan gizi balita sehingga konsumsi zat informasi dari kader, dijumpai masih banyak
gizi anak akan berkurang. Berkurangnya yaitu sebesar 80% ibu balita yang hanya
konsumsi zat gizi sehari-hari (Sarbini, 2008). memberikan makanan berupa bubur beras saja
Selama ini, praktek pemberian makanan tanpa dilengkapi dengan bahan makanan lain
pendamping asi (MPASI) pada balita, seringkali yang bergizi, seperti lauk hewani dan sayuran.
tidak diperhatikan terutama dalam hal Masih terdapat pula, ibu balita memberikan
kepadatan zat gizinya. Hal ini terjadi karena makanan kepada balita hanya berupa kuah
masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan sayur- sayuran tanpa bahan makanan sumber
ibu balita dalam hal cara membuat dan protein. Di samping itu, ditemui pula adanya
menyajikan MPASI yang padat gizi (Utomo, pendapat masyarakat bahwa MPASI padat gizi
taqiyudin, farizal, nayyiroh, & dkk., 2018). hanya dapat dibuat dari bahan makanan
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber hewani, yang harganya relatif mahal.
ibu balita dalam hal cara membuat dan MPASI dapat dibuat dari bahan makanan
menyajikan MPASI yang padat gizi merupakan campuran yang padat gizi, dengan harga relatif
salah satu kegiatan pengabdian kepada terjangkau dan bahan mudah didapatkan.
masyarakat sesuai dengan misi poltekkes Pembuatannya pun mudah, salah satunya
tanjungkarang pada bidang pengabdian dengan menggunakan bahan makanan
masyarakat yaitu menyelenggarakan kegiatan campuran lokal seperti kacang-kacangan,

30
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

sayur-sayuran, serelia dan umbi-umbian dari 5 Posyandu, dengan melibatkan tenaga


(Krisnana, rachmawati, & airlangga, 2017). kesehatan dari Puskesmas Hajimena. Desa
Pemberian MPASI lokal memiliki beberapa Pemanggilan dipilih sebagai tempat kegiatan
dampak positif, antara lain ibu lebih memahami pengabmas dikarenakan Desa pemanggilan
dan lebih terampil dalam membuat MPASI dari merupakan wilayah yang memiliki angka
bahan pangan lokal sesuai dengan kebiasaan stunting yang tinggi yaitu sebesar 34 orang
dan sosial budaya setempat, sehingga ibu balita dibandingkan 2 (dua) desa lainnya yaitu
dapat melanjutkan pemberian MPASI lokal desa Hajimena dan Sidosari.
secara mandiri. Bahan makanan yang banyak Materi penyuluhan berupa MPASI bergizi
dijumpai di sekitar wilayah kerja puskesmas seimbang, pemanfaatan pangan lokal dalam
hajimena dan belum banyak dimanfaatkan penggunaannya untuk MPASI serta teknologi
untuk pembuatan MPASI adalah singkong. pangan dalam pembuatan MPASI.
Provinsi lampung merupakan penghasil Pelaksanaan kegiatan kedua pada tanggal 2
singkong terbesar pertama dengan nilai Oktober 2020 mengenai praktik pembuatan dan
produktivitas 9.725.345 ton pertahun (BPS, penyajian MPASI yang berkualitas dan padat
2015). gizi dengan cara memodifikasi pangan lokal
Dari informasi di atas, bahwa ketersediaan sehingga memiliki kandungan gizi yang
bahan pangan (singkong) di masyarakat sangat berkualitas. Praktik pembuatan MPASI dengan
banyak dan masyarakat sangat membutuhkan menu paha dakong, kue kacamata dan nugget
informasi tentang bagaimana cara membuat singkong, dimana ketiga menu tersebut
dan menyajikan MPASI yang berkualitas dan berbahan baku dari singkong. Kegiatan terakhir
padat gizi, sehingga sinergis untuk menjadikan yaitu monitoring dan evaluasi kader dalam
bahan pangan singkong menjadi bahan utama pembuatan MPASI di wilayahnya.
dalam modifikasi untuk mendukung program
MPASI. Singkong merupakan bahan makanan HASIL DAN PEMBAHASAN
lokal yang dapat dimanfaatkan untuk membuat
MPASI yang padat gizi. Mekanisme penjelasan Kegiatan pertama
tentang pembuatan MPASI dari bahan Kegiatan pertama berupa penyuluhan
singkong kepada ibu balita akan lebih efektif dengan tema MPASI bergizi seimbang untuk
jika dilakukan oleh kader posyandu. Kader mencegah stunting, Pemilihan MPASI dengan
posyandu merupakan pioneer yang dapat menggunakan bahan pangan lokal, Teknologi
menindaklanjuti semua kegiatan workshop / Pangan dalam Pembuatan MPASI.
pelatihan yang telah dialalminya (diikutinya), Pelaksanaan kegiatan dihadiri oleh Ketua Tim
sehingga kader posyandu juga disebut sebagai PKK Desa Pemanggilan, Ketua Tim Penggerak
pembawa dan penyampain misi pembangunan PKK Desa Pemanggilan, Tim PPG wilayah
kesehatan ditingkat paling bawah yang kerja puskesmas hajimena, Bidan Desa
langsung berhubungan dengan masyarakat. Pemanggilan serta Kader Posyandu. Sebagian
besar kader posyandu aktif dan berprofesi
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN sebagai ibu rumah. Pada saat pelatihan,
dilakukan kegiatan tes secara tertulis yang
Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilaksanakan sesaat sebelum pelatihan (Pre
masyarakat di Desa Pemanggilan Natar Test) dan setelah kegiatan pelatihan (Post
Kabupaten Lampung Selatan pada bulan April Test). Komponen yang dinilai dalam lembar
–Oktober 2020. Rangkaian kegiatan pre-post test adalah pengetahuan mengenai:
Pengabdian Masyarakat antara lain: a. Menu MPASI seimbang
pelaksanaan kegiatan pertama pada tanggal 25 b. Pemberian Makan Bayi dan Anak yang
September 2020 yaitu mengenai penyuluhan tepat
dengan tema pemenuhan gizi seimbang c. Tahapan dan tekstur MPASI
berbasis konsumsi pangan (Food based d. Teknologi pengolahan MPASI
approach) dilanjutkan dengan pelatihan kader e. Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan
di Desa Pemanggilan yang berjumlah 20 orang dalam penggunaan MPASI

31
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

f. Pemanfaatan pangan lokal untuk g. Persyaratan pemilihan pangan lokal yang


pengolahan MPASI tepat

Grafik Perbandingan Perubahan Jawaban


Pre-Post Test
20
Jumlah peserta yang benar

15
menjawab

10
pretest

5 posttest

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pertanyaan ke-

Gambar 1. Perbandingan Perubahan Jawaban Pre-Post Test

Grafik Peningkatan Pengetahuan Peserta Pelatihan


100
90
80
70
60
Nilai

50
40
30
pretest
20
postest
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
pretest 65 60 70 55 50 45 60 40 50 50 65 45 45 55 45 60 50 60 60 60
postest 85 80 75 85 60 80 85 80 75 80 90 65 80 65 80 90 60 60 85 85
selisih 20 20 5 30 10 35 25 40 25 30 25 20 35 10 35 30 10 0 25 25
Peningkatan (%) 30. 33. 7.1 54. 20. 77. 41.10050. 60. 38. 44. 77. 18. 77. 50. 20. 0.0 41. 41.
Peserta

Gambar 2. Perbandingan Nilai Pre-Post Test

Total pertanyaan pada pre-post test benar terendah (0%) dengan tafsiran soal
sebanyak 20 soal, dimana 10 soal pilihan benar dalam kategori “sangat sukar” diperoleh pada
salah dan 10 soal pilihan ganda yang harus pertanyaan mengenai “pengertian dari
dikerjakan oleh para peserta penyuluhan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)”
MPASI. Pada pretest, persentase jawaban dimana para peserta pelatihan tidak ada yang

32
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

menjawab benar. Dapat disimpulkan bahwa bearti dari 20 peserta pelatihan 19 peserta yang
pengetahuan peserta pelatihan mengenai mengalami peningkatan pengetahuan dan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) stagnan sebesar 5% yang bearti dari 20
termasuk ke dalam kategori kurang. Setelah peserta pelatihan ada 1 peserta yang tingkat
dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan yakni pengetahuannya tidak mengalami peningkatan.
sebanyak 12 peserta pelatihan yang menjawab Dari hasil pre-post test tersebut menunjukkan
benar dengan persentase tingkat kesukaran bahwa terjadi perubahan pengetahuan peserta
menjadi 60% dengan tafsiran soal dalam kader mengenai MPASI lokal padat gizi .
kategori “sedang”. Persentase tersebut Sebelum diadakan pelatihan, skor
meningkat sebesar 60% sesudah diberikan pengetahuan kader termasuk kategori kurang
penyuluhan (post-test). Adapun perbandingan dengan skor rata-rata pengetahuan dibawah 70%
hasil perubahan jawaban pre-post test dapat yaitu 54,5%. Sedangkan hasil post test
dilihat pada Gambar 1 menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan kader
Terdapat 3 (tiga) pertanyaan yang sebagian mengalami peningkatan yaitu 77,25% atau
besar peserta pelatihan dapat menjawab, memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan
pertanyaan tersebut memiliki persentase tingkat hasil rekapitulasi nilai skor pretest dan post test
kesukaran sebesar 90 % yang tergolong dalam dari peserta pelatihan diperoleh prevalensi
kategori sangat mudah. Tiga pertanyaan peningkatan pengetahuan peserta sebesar
tersebut meliputi pengetahuan tentang usia 44,26%. Hal ini menunjukkan bahwa peserta
anak memulai konsumsi makanan keluarga, memahami materi yang disampaikan dengan
pemberian sufor disaat anak terkena diare serta cukup baik. Setelah kegiatan penyuluhan
selingan MPASI. Tingkat pengetahuan para semua peserta telah memiliki pengetahuan
kader mengenai pemberian makan pada anak yang cukup baik tentang MPASI Lokal padat
dan bayi termasuk dalam kategori baik. Pada gizi sehingga dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan ke-12 mengenai jenis-jenis MPASI, pelaksanaan pelatihan dikategorikan berhasil.
terjadi penurunan jawaban benar pre ke postest. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Diduga para peserta pelatihan masih sedikit Purnawan (1990) bahwa pelatihan akan
bingung dengan pertanyaan serta jawaban mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi kader
yang ada. Berdasarkan regulasi/SNI, MPASI karena dalam setiap pelatihan selain
dibagi 4 jenis yaitu Bubuk instan, biskuit, siap mendapatkan materi pokok pelatihan, kader
masak dan siap santap. MPASI bubuk instan juga dapat bertanya tentang masalah lain yang
merupakan MPASI yang telah diolah sehingga menyangkut kesehatan dan gizi. Seorang kader
dapat disajikan seketika dengan hanya akan lebih mudah untuk menerima suatu
menambahkan air minum atau cairan yang informasi apabila didapatkan sedikit demi
sesuai, seperti: bubur bayi instan, tim instan. sedikit tetapi frekuensinya sering. Hal ini
Biskuit MPASI merupakan produk yang sejalan dengan pendapat Notoatmojo (1997)
diperoleh dengan memanggang adonan dari bahwa pengetahuan kader didapat dari
tepung terigu dengan penambahan bahan beberapa sumber melalui tingkat pendidikan
makanan lain dan dengan atau tanpa formal, pengetahuan yang diterima selama
penambahan bahan tambahan pangan yang mengikuti pelatihan dan frekuensi mengikuti
diizinkan. MPASI siap masak adalah MPASI pembinaan dan kegiatan serta pengalaman.
yang telah diproses dan harus dimasak dengan
air atau cairan lain yang sesuai sebelum Kegiatan Kedua
dikonsumsi, seperti: ekstrudat, pasta (mie, Pada kegiatan kedua mengenai praktik
makaroni). MPASI siap santap merupakan pembuatan MPASI lokal berbahan dasar
MPASI yang telah diolah melalui proses singkong dengan mengikut sertakan para
sterilisasi komersial sehingga dapat dikonsumsi peserta pelatihan yang telah dibekali
langsung, seperti : pure buah dan sayur. pengetahuan mengenai MPASI pada
Hasil pre-post test peserta pelatihan terhadap pertemuan sebelumnya. Terdapat tiga produk
penyuluhan mengenai MPASI mengalami MPASI padat gizi yang dilatih dalam kegiatan
peningkatan pengetahuan sebesar 95% yang ini, terdiri dari paha dakong, kue kacamata,

33
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

nugget singkong-hati. Pembagian kelompok Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebanyak 20


terdiri dari 5 kelompok yang dilakukan oleh tim peserta yang memberikan penilaian, ternyata
PPG puskesmas Hajimena. Capaian kegiatan seluruh peserta menyukai rasa paha dakong.
pelatihan ini diharapkan para peserta mampu Warna, aroma dan tekstur ada yang
dan berkompeten dalam membuat 3 produk memberikan penilaian netral sejumlah 2
MPASI padat gizi berbahan dasar singkong. peserta netral dalam penilaian warna, 4 peserta
Metode pelatihan yang digunakan pada netral dalam penilaian aroma dan 3 peserta
kegiatan ini adalah pemberian instruksi tentang netral dalam penilain tekstur paha dakong.
prosedur pembuatan MPASI padat gizi Secara deskriptif paha dakong memiliki rasa
berbahan baku singkong disertai dengan yang gurih khas singkong dengan penambahan
penunjukkan video pembuatannya dan daging ayam sehingga peserta menyukai paha
pembagian leaflet prosedur pembuatan MPASI dakong tersebut.
padat gizi. Diakhir pelaksanaan praktik
pembuatan MPASI padat gizi dilakukan Tabel 2. Hasil Penilaian Uji Hedonik Kue Kacamata
kegiatan tanya jawab dan peserta diminta
menilai secara hedonik dengan menggunakan Pendapat peserta
formulir hedonik produk MPASI padat gizi (paha Penilaian Suka Netral Tidak
dakong, kue kacamata, nugget singkong-hati) Suka
yang telah mereka praktikan. Penilaian peserta Rasa 20 - -
Warna 20 - -
pelatihan pada produk paha dakong, kue
Aroma 17 3 -
kacamata, nugget singkong-hati meliputi rasa, Tekstur 18 2 -
warna, bau dan tekstur. Setelah dilakukan
rekapitulasi penilaian diperoleh data secara Tabel 2 tampak dari 20 peserta yang
umum seluruh peserta menyukai ketiga produk memberikan penilaian, ternyata seluruh peserta
MPASI padat gizi berbahan dasar singkong menyukai rasa dan warna kue kacamata.
tersebut. Aroma dan tekstur ada yang memberikan
Kegiatan praktek membuat paha dakong, kue
penilaian netral yakni sejumlah 3 peserta netral
kacamata, nugget singkong-hati ayam sebagai dalam penilaian aroma dan 2 peserta netral
berikut:
dalam penilaian tekstur kue kacamata. Secara
1. Menyiapkan peralatan meliputi kompor, deskriptif rasa kue kacamata manis khas
kukusan, panci, parutan, wajan, sutil, pisau, singkong-pisang serta gurih dikarenakan ada
ulekan, baskom, loyang, piring saji dan tambahan kelapa parut serta taburan keju
sebagainya. sehingga peserta menyukai kue kacamata
2. Menyiapkan bahan meliputi singkong, hati, tersebut. Warna kue kacamata juga cukup
ayam, pisang, wortel, kelapa, keju, dan menarik dikarenakan kue kacamata memiliki
bumbu pelengkap lainnya. warna bewarna-warni yaitu bewarna merah,
3. Praktik pembuatan paha dakong, kue kuning dan hijau dimana warna kue kacamata
kacamata, nugget singkong-hati. didapatkan dari pewarna yang diperbolehkan
4. Paha dakong, kue kacamata, nugget oleh BPOM.
singkong-hati antar kelompok siap untuk
dicicip. Tabel 3. Hasil Penilaian Uji Hedonik Nugget
5. Hasil penilaian kader ditunjukkan pada Singkong-Hati
tabel dibawah.
Pendapat peserta
Tabel 1. Hasil Penilaian Uji Hedonik Paha Dakong Penilaian
Suka Netral Tidak Suka
Rasa 16 4 -
Pendapat peserta Warna 14 6 -
Penilaian
Suka Netral Tidak Suka Aroma 15 5 -
Rasa 20 - - Tekstur 20 0 -
Warna 18 2 -
Aroma 16 4 - Tabel 3 tampak dari 20 peserta yang
Tekstur 17 3 -

34
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

memberikan penilaian, ternyata seluruh peserta Indonesia (2017) diperoleh hasil perhitungan
menyukai tekstur nugget singkong-hati. Rasa, paha dakong, kue kacamata dan nungget
aroma dan tekstur ada yang memberikan singkong yang dapat dilihat pada tabel 4.
penilaian netral yakni sejumlah 4 peserta netral Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dalam 1
dalam penilaian rasa, 6 peserta netral dalam resep paha dakong dihasilkan energi sebesar
penilaian warna serta 5 peserta netral dalam 5188,3 Kkal dimana dalam 1 resep diperoleh 20
penilaian aroma kue kacamata. Secara porsi paha dakong dengan berat per porsi 65
deskriptif tekstur nugget singkong-hati adalah gram sehingga kandungan gizi per porsi paha
gurih khas hati ayam. Tekstur nugget disukai dakong sebesar 259,415 kkal, protein 5,055
karena memiliki kelembutan yang pas sehingga gram, lemak 19,945 gram dan karbohidrat
susah untuk dikunyah. 16,475 gram dan gizi mikro vit A 805,5 µg,
Berdasarkan perhitungan zat gizi Kalsium 19,675 mg, Fosfor 75,97 mg, Besi
menggunakan Tabel Komposisi Pangan 0,845 mg, Zink 0,515 mg.

Tabel 4. Kandungan Gizi MPASI Padat Gizi

Paha Dakong Kue kacamata Nugget singkong


Takaran saji 65 g 90 g 90 g
Jumlah persajian % AKG % AKG % AKG
Energi total 259,415 kkal 19,22% 196,67 kkal 14,57% 183,04 kkal 13,56%
Protein 5,055 g 25,28% 3,79 g 18,95% 5,37 g 26,85%
Lemak 19,945 g 44,32% 5,56 g 12,36% 12,29 g 27,31%
Karbohidrat 16,475 g 7,66% 34,83 g 16,20% 13,69 g 6,37%
Vitamin A 805,5 µg 201,38% 36,35 µg 9,09% 1946,5 µg 486,63%
Kalsium 19,675 mg 3,03% 98,7 mg 15,18% 20,64 mg 3,18%
Fosfor 75,97 mg 16,52% 108,38 mg 23,56% 94,24 mg 20,49%
Besi 0,845 mg 12,07% 0,81 mg 11,57% 1,57 mg 22,43%
Zink 0,515 mg 17,17% 0,7 mg 23,33% 0,84 mg 28,00%
Ket: Hasil Perhitungan Nilai Gizi Berdasarkan TKPI 2018

Satu resep kue kacamata dihasilkan energi (2006), MPASI dari bahan pangan lokal sesuai
sebesar 1966,7 Kkal dimana dalam 1 resep dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat,
diperoleh 10 porsi kue kacamata dengan berat sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian
per porsi 90 gram sehingga kandungan gizi per MPASI lokal secara mandiri, meningkatkan
porsi kue kacamata sebesar 196,67 kkal, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
protein 3,79 gram, lemak 5,56 gram dan serta memperkuat kelembagaan seperti PKK
karbohidrat 34,83 gram dan gizi mikro vit A dan Posyandu. Pelatihan Pembuatan memiliki
36,35 µg, Kalsium 98,7 mg, Fosfor 108,38 mg, potensi meningkatkan pendapatan masyarakat
Besi 0,81 mg, Zink 0,7 mg. 1 resep nugget melalui penjualan hasil pertanian dan sebagai
singkong dihasilkan energi sebesar 1830,4 Kkal sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.
dimana dalam 1 resep diperoleh 10 porsi kue Sebanyak 5 kader posyandu telah
nugget singkong dengan berat per porsi 90 mempraktekkan resep-resep MPASI lokal yang
gram sehingga kandungan gizi per porsi nugget diberikan selama pelatihan. Resep-resep
singkong sebesar 183,04 kkal, protein tersebut dibuat untuk PMT pada saat
5,37gram, lemak 12,29 gram dan karbohidrat penimbangan balita di posyandu masing-
13,69 gram dan gizi mikro vit A 1946,5 µg, masing peserta. Berdasarkan kunjungan lapang
Kalsium 20,64 mg, Fosfor 94,24 mg, Besi 1,57 yang dilakukan pada saat penimbangan,
mg, Zink 0,84 mg. posyandu SriMulyo 1 dan 2 setelah 1 minggu
Hal yang menjadikan pertimbangan pelatihan mempraktekkan resep paha dakong.
penggunaan bahan makanan lokal adalah Posyandu Serbajadi 1 dan 2 mempraktekkan
harga terjangkau dan mudah didapatkan serta nugget singkong hati ayam. Sedangkan
mengandung nilai gizi. Menurut Depkes RI posyandu Induk Desa Pemanggilan membuat

35
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan

kue kacamata. Dari data tersebut dapat DAFTAR PUSTAKA


disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
ketrampilan didalam menyusun dan membuat Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi
menu MPASI lokal padat gizi dengan Padi, Jagung, Ubi kayu dan Kedelai
menggunakan bahan dasar singkong. Hal ini Provinsi Lampung tahun 2014. Berita
sesuai dengan pendapat Purnawan (1990) Resmi Statistik. Lampung.
bahwa melalui pelatihan yang harapkan MPASI Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
yang diberikan di Posyandu menjadi lebih 2006. Pedoman umum pemberian
bermutu dan bernilai gizi tinggi. makanan pendamping air susu ibu (MPASI)
lokal 2006. Jakarta: Departemen
SIMPULAN Kesehatan Republik Indonesia.
Krisnana, I., Rachmawati, P. D., & Airlangga, U.
Kesimpulan dari kegiatan pengabdian (2017). UPAYA PENCEGAHAN GIZI
kepada masyarakat ini meliputi : BURUK PADA BALITA Improving
1. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan Knowledge of Posyandu Cadre About PMT
meningkatkan pengetahuan peserta to Prevent Malnutrition on Children.
mengenai MPASI Lokal padat gizi dengan Notoatmodjo, S. 1997. Pendidikan dan Perilaku
prevalensi peningkatan pengetahuan Kesehatan dalam Ilmu Kesehatan
peserta pelatihan sebesar 44,26 %. Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Terdapat peningkatan keterampilan yaitu Purnawan. 1990. “Kader Dalam Program
sebesar 90% didalam menyusun dan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga Kelurahan,
membuat menu MPASI lokal padat gizi Kemampuan dan Popularitasnya”.
dengan menggunakan bahan dasar Prosiding Simposium Pangan Dan Gizi
singkong yaitu paha dakong, kue kacamata Serta Konggres IV perhimpunan Peminaan
dan nugget singkong ati ayam. Pangan Dan Gizi Indonesia. Padang
Selanjutnya saran dari kegiatan pengabdian Rosmiati, M., Maulani, R. R., & Dwiartama, A.
kepada masyarakat ini adalah diterapkannya (2018). Efisiensi Usaha Dan Nilai Tambah
pemberian MPASI padat gizi untuk anak Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Modified
dengan gizi kurang di Posyandu agar dapat Cassava Flour (Mocaf) Pada Kelompok
meningkatkan pertumbuhan dan Wanita Tani Medal Asri, Desa Sukawangi
perkembangan secara optimal. Serta perlunya Kecamatan Pamulihan Kabupaten
pembinaan berkelanjutan kepada kader agar Sumedang. Jurnal Sosioteknologi, 17(1),
memperoleh pembaruan pengetahuan dan 14–19.
keterampilan khususnya yang berkaitan dengan Sarbini, D. (2008). Pelatihan pembuatan MPASI
penerapan gizi seimbang agar mempunyai lokal dengan bahan dasar bmc (bahan
bekal yang cukup dalam memberdayakan gizi makanan campuran) untuk balita pada
keluarga. kader posyandu di wilayah kerja
puskesmas stabelan surakarta, (1), 82–89.
UCAPAN TERIMA KASIH Utomo, M., Taqiyudin, J. N., Farizal, A.,
Nayyiroh, U. I., & Dkk. (2018). Laporan
Kami mengucapkan terima kasih kepada Akhir Kuliah Pengabdian Masyarakat.
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang yang telah Tabel Komposisi Pangan. Indonesia (TKPI).
memberikan dana pada skema Pengabdian 2018. Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Kepada Masyarakat Kemitraan Masyarakat Jakarta : Gramedia.
sehingga pengabdian ini dapat berjalan. Tidak
lupa kami sampaikan kepada Puskesmas
Hajimena, Perangkat Desa Pemanggilan,
Kader, dan Masyarakat yang turut berperan
aktif.

36
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri)
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm
Vol. 5, No. 3, Juni 2021, Hal. 901-907
e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN 2598-8158
:https://doi.org/10.31764/jmm.v5i3.4456

PENINGKATAN GIZI ANAK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN


STUNTING MELALUI PEMBUATAN MP-ASI BERBAHAN IKAN
MAIRO
Andi Maryam1, Rahmawati2, Andi Elis 3, Lismayana4, Yurniati5
1,2,3,4,5Universitas Indonesia Timur, Indonesia

andimaryam379@gmail.com1, rahmads.laka@gmail.com2, eliztsuki13@gmail.com3, lismayana@uit.ac.id4,


yurniati1974@gmail.com5

ABSTRAK
Abstrak:Kabupaten Takalar berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di
Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Salah satu Desa yang cukup tinggi adalah Desa
Palalakkang, Kecamatan Galesong. Berdasarkan survey awal bahwa kelompok ibu
memiliki kecenderungan kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mencegah stunting. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan gizi anak sebagai upaya pencegahan stunting melalui pembuatan MP-
ASI berbahan pangan lokal yaitu ikan mairo. Metode sosialisasi dalam bentuk
interaktif dialog dan demonstrasi membuat makanan tambahan MP-ASIuntuk
mencegah stunting yang kaya gizi dan mudah diolah. Kegiatan ini berhasil
meningkatkan pengetahuan peserta dengan 51% mengenai stunting dan pengolahan
makanan tambahan berbahan lokal. Setelah kegiatan dilakukan, dapat dilihat bahwa
terdapat perubahan perilaku peserta dalam mengolah dan memilih makanan tambahan
untuk anak dalam mencegah stunting.

Kata Kunci: Ikan Mairo; MP-ASI;, Stunting; Pangan Lokal

Abstract: Takalar Regency contributes to the high stunting rate in South Sulawesi
Province, Indonesia. One of the villages that is quite high is Palalakkang Village,
Galesong District. Based on the initial survey that the group of mothers have a tendency
to lack knowledge and skills in preventing stunting. The purpose of this community
service is to improve children's nutrition as an effort to prevent stunting through the
manufacture of MP-breast milk made from local food, namely mairo fish. Socialization
methods in the form of interactive dialogues and demonstrations make mp-breast milk
supplemental foods to prevent stunting that is rich in nutrients and easy to process.
This activity succeeded in increasing participants' knowledge with 51% about stunting
and processing additional food made from local materials. After the activity, it can be
seen that there is a change in participants' behavior in processing and choosing
additional food for children in preventing stunting.

Keywords: Local Food , Mairo Fish, MP-ASI, Stunting

Article History:
Received: 06-04-2021
Revised : 26-04-2021
Accepted: 28-04-2021 This is an open access article under the
Online : 14-06-2021 CC–BY-SA license

A. LATAR BELAKANG
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan
salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini(Hasliani
& Rahmawati, 2020; Saputri & Tumangger, 2019). Pada tahun 2017, 22,2%

901
902| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 3, Juni 2021, hal. 901-907

atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting(Rustiyani &


Susilo, 2020). Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia
berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di
Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal
dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%)
(Sary, 2020). Data Prevalensi balita stuntingyang dikumpulkan World
Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke
dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR)(Ibrahim,Alam,dkk,2020.). Rata-
rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah
36,4%(Cahyadi, 2020; Ri, 2018). Di Indonesia, stunting merupakan
masalah serius dan juga merupakan masalah gizi utama yang sedang
dihadapi(Elis,Mustari,Marlina, 2020; Ri, 2018). Bila masalah ini bersifat
kronis, maka akan memengaruhi fungsi kognitif yakni tingkat kecerdasan
yang rendah dan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia(Aryastami,
2017).
Masalah stunting memiliki dampak yang cukup serius; antara lain,
jangka pendek terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi/balita,
jangka menengah terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif
yang rendah, dan jangka panjang terkait dengan kualitas sumberdaya
manusia dan masalah penyakit degeneratif di usia dewasa(Aryastami,
2017). Sementara itu, anak merupakan aset bangsa di masa depan. Bisa
dibayangkan, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa
mendatang jika saat ini banyak anak Indonesia yang menderita stunting.
Bangsa ini akan tidak mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
menghadapi tantangan global. Maka, untuk mencegah hal tersebut
permasalahan stunting mesti segera diatasi secara serius. Pengalaman dan
bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja,
sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products)
serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%(Ulfa & Almira,
2019). Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya
kesenjangan/ inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan
seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi(Archda &
Tumangger, 2019; Rahmawati et al., 2020; Saputri, 2019)
Generasi yang tumbuh optimal alias tidak stunting memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih baik, akan memberikan daya saing yang baik
dibidang pembangunan dan ekonomi(Marini et al., 2017). Disamping itu,
pertumbuhan optimal dapat mengurangi beban terhadap risiko penyakit
degeneratif sebagai dampak sisa yang terbawa dari dalam kandungan.
Penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, jantung, ginjal,
merupakan penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi.
Dengan demikian, bila pertumbuhan stuntingdapat dicegah, maka
diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik, tanpa dibebani oleh
903
Andi Maryam, Peningkatan Gizi Anak...

biaya-biaya pengobatan terhadap penyakit degeneratif(Aryastami, 2017).


Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menurunkan angka stunting di Indonesia.
Sebanyak 151.398 anak di Sulawesi Selatan menderita Stunting atau
kondisi gagal tumbuh pada tahun 2020. Mereka tersebar pada lima
kabupaten yang memiliki angka stunting tertinggi.Kabupaten Takalar
masuk dalam 1 dari 10 Kabupaten di Sulawesi Selatan yang berkontribusi
terhadap tingginya angka stunting di Sulawesi Selatan. Persentase angka
kejadian stunting di Kab. Takalar mencapai 44 % di tahun 2018 dan turun
menjadi 25 % di tahun 2019(Ulfah & Sididi, 2021).
Dengan demikian diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai pencegahan stunting disertai strategi pemberian
MP-ASI yang baik yaitu melalui suatu promosi kesehatan pencegahan
stunting dan pengolahan menu MP-ASI dengan memanfaatkan bahan-
bahan lokal yang murah dan mudah didapat(Maryam, 2017; Witari et al.,
2020). Hal ini diharapkan dapat bermanfaat meningkatkan pengetahuan
Ibu hamil dan Ibu yang memiliki bayi dibawah dua tahun untuk mencegah
stunting. Akses kesehatan terdekat adalah pustu yang berlokasi cukup
strategis di tengah desa. Posyandu juga rutin diadakan setiap bulan. Peran
posyandu penting dalam pemantauan tumbuh kembang balita sebagai
generasi penerus(Budiarti et al., 2020; Noordiati, 2020). Warga tergolong
cukup aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu. Sebagian besar warga
sudah memiliki jaminan kesehatan.

B. METODE PELAKSANAAN
Proses pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat pada
kelompok ibu balita stunting di Desa Palalakkang Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar meliputi beberapa tahapan, yaitu persiapan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dan pelaporan. Tahapan persiapan
dengan melakukan koordinasi kegiatan kepada Kepala Puskesmas,Kepala
Desa, Kader Posyandu di Kecamatan Galesong kabupaten Takalar
mengenai penentuan waktu pelaksanaan, sosialisasi kegiatan yang akan
dilaksanakan. Adapun tahap kegiatan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Tahapan pelaksanaan
Tahap ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu: pertama, dialog interaktif
dilakukan kepada kelompok ibu (ibu rumah tangga yang memiliki balita
yang ada di Desa Palalakang, Kecamatan Galesng, Kabupaten Takalar
beserta pasangan dan atau keluarganya) saat posyandu mengenai dengan
topik mengenai pengertian, dampak serta pencegahan stunting seperti
gambar 1 berikut.
904| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 3, Juni 2021, hal. 901-907

Gambar 1. Penyuluhan bersama kelompok ibu

Kedua, memberikan demontrasi pembuatan MPASI kepada mitra


disertai dengan penayangan video pembuatan, leaflet resep MPASI dan
pemberian bahan MPASI kepada mitra. MPASI yang dibuat diberi
nama ”Peyek Mairo” sebagai makanan pendamping ASI berbahan utama
pangan lokal yaitu ikan teri ringan dikonsumsi berat di Gizi, dan Ketiga,
Melakukan pendampingan kepada ibu-ibu dalam perencanaan dan
pembuatan MP ASI yang seimbang. Kedua kegiatan ini berlangsung
dengan baik seperti gambar 2 berikut.

Gambar 2. Pembuatan Menu MPASI

2. Tahap monitoring dan evaluasi


Tahap ini meliputi: a) Proses monitoring pelaksanaan program
dilakukanselama 3 (tiga) bulan mulai dari masa sosialisasi sampai
pendampingan pada Kelompok Ibu Balita Stunting Desa Palalakkang
Kecamatan Galesoang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, sedangkan b)
Proses evaluasi menggunakan metode pretest dan posttest. Sebelum
dimulai dialog diberikan prettest dan sesudah dialog diberikan posttest
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan kelompok ibu.
3. Tahap akhir
Menyusun laporan mulai dari proses rangkaian kegiatan program
pengabdian kepada masyarakatsampaihasil yang diperoleh. Hal ini
diperlukan merefleksi keberlanjutan kegiatan peningkatan gizi anak di
pelaksanaan tahun tahun berikutnya.
905
Andi Maryam, Peningkatan Gizi Anak...

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan
program peningkatan gizi anak sebagai upaya pencegahan stunting melalui
pembuatan MP-ASI berbahan ikan mairo di Desa Palalakkang Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan berjalan dengan lancar
sesuai dengan jadwal. Kegiatan ini melibatkan bidan desa, kader posyandu
dan kelompok ibu yang memiliki anak di Desa Palalakkang.
Tahap Pelaksanaan diawali dengan pretest kepada mitra yang
berisikan pertanyaan mengenai pengertian stunting, penyebab stunting,
pencegahan stunting, waktu pemberian MP-ASI, serta bahan makanan
sumber protein. Kegiatan dilanjutkan dengan dialog interaktifdan
penyuluhan yang disampaikan dalam bentuk powerpoint, dan video
kepada kelompok ibu untuk meningkatkan pengetahuannya tentang
stunting,serta demonstrasi pembuatan MP-ASI dan pembagian leaflet
resep kepada seluruh peserta. Hasil prestet dan posttest setelah menerima
penyuluhan terlihat bahwa terdapat peningkatan pengetahuan mengenai
penyebab dan pencegahan stunting, waktu terbaik pemberian MP-ASI dan
jenis makanan tambahan berbahan lokal yang kaya akan sumber protein.
Hasil peningkatan pengetahuan kelompok ibu dapat dilihat pada tabel 1
berikut.

Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest


Frekuensi (%)
No Kategori
Pre Post
1 Pengertian Stunting 23(77%) 30 (100%)
2 Dampak Stunting 17 (57%) 30 (100%)
3 Pencegahan Stunting 14 (47%) 30 (100%)
4 Waktu Terbaik MP-ASI 9 (30%) 30 (100%)
5 Jenis makanan tambahan 10 (33%) 30 (100%)
bergizi berbahan pangan lokal
Total rata-rata 49% 100%

Rangkaian kegiatan pengabdian dilanjutkan dengan demonstrasi


pembuatan MPASI yang seimbang kepada kelompok ibu. Pelaksana
memberikan komposisi MPASI yang seimbang disertai dengan tabel menu
harian kepada mitra. Demontrasi yang diberikan kepada mitra adalah
pembutan ”Bona” bola nasi sebagai makanan pendamping ASI pangan lokal
satu gigit sejuta gizi, dengan menggunakan sumber pangan yang mudah
didapatkan disekitar rumah mitra.Setelah pemberian demonstrasi kepada
mitra, pelaksana memberikan bingkisanberisi bahan MPASI serta menu
MPASI Seimbang.
Evaluasi kegiatan pengabdian dilakukan dengan pendampingan kepada
mitra. Evaluasi dengan melakukan observasi pada mitra dan penjelasan
kembali kepada mitra jika masih terdapat permasalahan meneganai
stunting dan MPASI. Hasil dari post test terdapat peningkatan
906| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 3, Juni 2021, hal. 901-907

pengetahuan peserta penyuluhan dengan hasil test yang diperoleh terdapat


peningkatan dari per test ke post test.
Tahap Pelaporan yang dilakukan pada pengabdian kepada masyarakat
yakni pada tahapan ini, dilaporkan semua proses rangkaian kegiatan
pengabdian dan output dari kegiatan ini. Luaran yang telah diperoleh juga
dilaporkan pada tahapan ini. Luaran yang telah diperoleh adalah artikel,
poster kegiatan, modul, dan brosur promosi.Adapun hambatan dalam
pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah komunikasi dengan mitra,
sehingga solusi yang dilakukan adalah dengan berupaya meyakinkan mitra
untuk dapat memperbaiki usahanya.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Proses kegiatan peningkatan pengetahuan mengenai pencegahan
stunting disertai strategi pemberian MP- ASI yang baik yaitu melalui suatu
promosi kesehatan pencegahan stunting dan pengolahan menu MP-ASI
dengan memanfaatkan bahan lokal di Desa Palalakkang bejalan sesuai
dengan jadwal yang sudah disepakati. Kegiatan ini berhasil meningkatkan
pengetahuan kelompok ibu mengenai stuntingdan MPASI Seimbang.
Setelah dilakukan penyuluhan dan pendampingan dapat dilihat perubahan
prilaku mitra dalam memberikan MPASI.
Kami berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan secara
berkelanjutan oleh petugas puskesmas maupun kader posyandu yang ada
di Desa Palalakkang, sehingga dapat membantu meningkatkan
pengetahuan ibu mengenai stunting dan gizi seimbang pada anak. Harapan
jangka panjangnya dapat meningkatkan gizi anak dalam upaya pencegahan
stunting melalui pembuatan MP-ASI berbahan pangan lokal yaitu ikan
mairo.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Indonesia Timur; Puskesmas Kecamatan Galesongdan
Kelompok ibu dan anak Desa Palalakkang, serta Kader Posyandu yang
telah memfasilitasi sehingga kegiatan ini berjalan dengan baik dan
memenuhi target luaran.

DAFTAR RUJUKAN
Archda, R., & Tumangger, J. (2019). Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di
Indonesia.
Aryastami, N. K. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi
Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(4), 233–240.
Budiarti, T., Pangesti, I., Kartiyani, T., & Kusumawati, D. D. (2020). Upaya
Peningkatan Pengetahuan Dan Ketrampilan Kader Dalam Pemantauan
Pertumbuhan Dan Gizi Anak Melalui Penimbangan Di Desa Slarang.
WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 3(1), 117–123.
Cahyadi, A. (2020). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Dengan Pendekatan Teori Family
907
Andi Maryam, Peningkatan Gizi Anak...
Centered Nursing. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Elis, A., Mustari, R., & Marlina, M. (2020). The Role of Presenting Exclusive
Breastfeeding for The Prevention of Stunting Based on The Culture of Tudang
Sipulung. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 1230–1237.
Hasliani, A., & Rahmawati, R. (2020). Pendekatan Health Education Tentang 1000
Hpk Terhadap Upaya Pencegahan Stunting Di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 15(2), 279–284.
Ibrahim, I. A., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (n.d.). Hubungan
Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. Al
GIZZAI: PUBLIC HEALTH NUTRITION JOURNAL, 1(1), 16–26.
Marini, A., Gallagher, P., & Rokx, C. (2017). Standing tall: Peru’s success in
overcoming its stunting crisis. World Bank.
Maryam, A. (2017). The Effects of Lipid Nutrient Supplement (LNS) Feedings on
the Improvement of Vitamin A and Zinc Levels on Children in Nusa Tenggara
Timur Province. 2nd International Conference on Education, Science, and
Technology (ICEST 2017).
Noordiati, N. (2020). Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Melalui Pelatihan
Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kereng Bangkirai Kecamatan Sebangau Palangka Raya.
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(4), 328–335.
Rahmawati, R., Bagata, D. T. R., Raodah, R., Almah, U., Azis, M. I., Zadi, B. S.,
Noormansyah, D. A., Khodijah, S., Al Jauhariy, M. R., & Risyki, M. F. (2020).
Sosialisasi Pencegahan Stunting Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Unggul. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M), 1(2), 79–84.
Ri, K. (2018). Situasi balita pendek (Stunting) di Indonesia. Bul Jendela Data Dan
Inf Kesehatan Semester I.
Rustiyani, L., & Susilo, R. (2020). Analisis Faktor Yang Menyebabkan Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemangkon. Human Care Journal, 5(4), 1025–1033.
Saputri, R. A. (2019). Upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan stunting
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. JDP (JURNAL DINAMIKA
PEMERINTAHAN), 2(2), 152–168.
Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-hilir penanggulangan stunting di
Indonesia. Journal of Political Issues, 1(1), 1–9.
Sary, Y. N. E. (2020). Pendidikan Kesehatan Kepada Nenek Pengasuh Dalam
Mencegah Stunting Anak Usia 36 Bulan Di Daerah Pesisir Pantai. Pratama
Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 89–94.
Ulfa, M. P. R., & Almira, S. (2019). Status Ekonomi Orang Tua Dan Ketahanan
Pangan Keluarga Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten
Gunungkidul. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Ulfah, N., & Sididi, M. (2021). Pengolahan Daun Kelor oleh Kelas Ibu Fatayat NU
Untuk Pencegahan Stunting di Kab. Takalar. Window of Community
Dedication Journal, 57–61.
Witari, N. P. D., Aryastuti, A. A. I., & Rusni, N. W. (2020). Pemberdayaan
Kelompok Ibu Yang Memiliki Balita Berisiko Stunting Di Banjar Triwangsa-
Payangan Gianyar Bali. JURNAL SEWAKA BHAKTI, 5(2), 1–7.

Anda mungkin juga menyukai