JURNAL ABDIDAS
http://abdidas.org/index.php/abdidas
Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera, Lam) sebagai Komponen Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) Padat Gizi
Abstrak
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) akan berakhir saat bayi berusia 6 bulan. Pada usia selanjutnya sampai dengan 24
bulan bayi memerlukan makanan pendamping ASI. MPASI merupakan makanan pelengkap gizi sebagai penopang
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Daun tanaman kelor (Moringa oleifera, Lam) merupakan bahan makanan
padat nilai gizi. Tepung kering daun ini digunakan sebagai komponen pembuatan MPASI yang murah, aman,
mudah didapatkan dan bergizi tinggi. Padukuhan Morobangun salah satu padukuhan yang memiliki populasi bayi
usia 6-24 bulan yang cukup tinggi, dan 28,8% diantaranya merupakan bayi yang memiliki berat badan minimal,
dikhawatirkan akan memunculkan balita stunting di kemudian hari. Pengabdian Masyarakat dilaksanakan di
Padukuhan Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, pada tanggal 12-13 Oktober 2020, dengan
sasaran ibu-ibu PKK dan kader kesehatan balita. Metode yang digunakan adalah penyuluhan yang dilaksanakan
dengan ceramah baik secara daring maupun luring. Difusi iptek yang digunakan adalah pelatihan dan
pendampingan pembuatan MPASI yang berupa baby cookies dengan komponen tepung daun kelor dan puding.
Dihasilkan MPASI baby cookies versi gluten, gluten free, semprit dan puding kelor jagung manis. MPASI tepung
daun kelor merupakan makanan bayi yang sehat, murah, aman, mudah dibuat, serta kaya gizi dan disukai bayi.
Kata kunci: MPASI, daun kelor, baby cookies
Abstract
Breastfeeding (ASI) will end when the baby is 6 months old. At a later age up to 24 months, babies need
complementary foods with breast milk. MPASI is a nutritional complementary food to support infant growth and
development. Plant leaves of Moringa (Moringa oleifera, Lam) is a solid food ingredient nutritional value. This
leaf dry flour is used as a component for making complementary foods that are cheap, safe, easy to obtain and
highly nutritious. Morobangun Village is one of the hamlets that has a fairly high population of infants aged 6-24
months, and 28.8% of them are babies with minimum weight, it is feared that it will cause stunting toddlers in the
future. Community Service was carried out at the Morobangun Village, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, on
12-13 October 2020, with the target of PKK mothers and toddler health cadres. The method used is counseling
which is carried out by lecturing both online and offline. The diffusion of science and technology used is training
and assistance in making complementary foods in the form of baby cookies with components of moringa leaf flour
and puding. MPASI produced baby cookies version of gluten, gluten free, semprit and sweet corn moringa puding.
MPASI moringa leaf flour is a baby food that is healthy, cheap, safe, easy to make, and rich in nutrients and loved
by babies.
Keywords: complementary food, moringa leaves, baby cookies
Copyright (c) 2020 Dyah Ratna Budiani, Muthmainah, Jarot Subandono, Sarsono, Martini
Corresponding author
Address : Bagian Patologi Anatomi, FK, UNS, Surakarta ISSN 2721- 9224 (Media Cetak)
Email : dyahratna@gmail.com ISSN 2721- 9216 (Media Online)
Phone : 0271632494
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i6.163
mengandung makronutrien, mikronutrien serta pentingnya menyiapkan MPASI yang kaya akan
kandungan gizi yang tinggi yang dibutuhkan oleh gizi menjadi meningkat. Selain Penyuluhan,
ibu hamil (Guevara, Vargas, Sakurai, Fujiwara, pelatihan dan pendampingan peserta juga
Hashimoto, Maoka, Kozuka, Ito, Tokuda, & menerima buku saku tentang pemanfaatan tepung
Nishino, 1999. ; Sinduraju & Backer , 2003.). daun kelor sebagai komponen MPASI yang kaya
Pedukuhan Morobangun, Jogotirto, Berbah gizi, untuk mempermudah pemahaman atas
dipilih sebagai lokasi pengabdian masyarakat informasi yang diberikan.
karena padukuhan ini memiliki memiliki populasi Gambar 1, berikut merupakan bagan
bayi usia 6-24 bulan yang cukup tinggi, sementara kegiatan pelaksanaan pengabdian masyarakat
28,8% diantaranya merupakan bayi yang memiliki tentang pemanfaatan tepung daun kelor sebagai
berat badan minimal Hal ini dikhawatirkan akan komponen pembuatan MPASI.
memunculkan balita stunting di kemudian hari,
apabila pemenuhan gizi tidak tercapai.
Dengan diadakannya pengabdian
masyarakat di Padukuhan Morobangun,
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman,
kesadaran dan ibu-ibu yang memiliki bayi 6-24
bulan untuk menyiapkan MPASI yang memiliki
kandungan gizi yang cukup, antara lain dengan
MPASI tepung daun kelor.
METODE
Pengabdian masyarakat dilaksanakan pada
12 dan 13 Oktober 2020 di Padukuhan
Morobangun, Jogotirto, Berbah, Sleman,
Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu PKK
dan kader kesehatan balita.
Metode pengabdian yang digunakan adalah
metode penyuluhan, melalui ceramah daring dan
luring. Difusi iptek juga dilaksanakan dengan
mengadakan pelatihan dan pendampingan
pembuatan tepung daun kelor dan MPASI baby
cookies dan puding kelor. Penyuluhan, pelatihan
dan pendampingan ini dilaksanakan agar Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan
pemahaman serta kesadaran masyarakat akan Pengabdian Masyarakat .
Varian
Gluten
Pelaksanaan
ceramah daring
dan luring Versi
Semprit
Puding Puding
Pelaksanaan Kelor jagung
pelatian Manis
pembuatan
MPASI
Perbandingan penggunaan jenis tepung tinggi bila dibandingkan dengan daun basah pada
tepung pada pembuatan baby cookies, berat yang sama. Tepung daun kelor memenuhi
dicantumkan dalam tabel berikut ini: persyaratan sebagai salah satu komponen MPASI.
Rockwood dkk (2013: 2) berpendapat bahwa daun
Tabel 2. Perbandingan Jenis dan Berat Tepung moringa atau daun kelor kaya akan nurisi dan kaya
yang Digunakan .
akan fitokimia esensial. Dilaporkan lebih lanjut
Varian Baby Jenis tepung Berat oleh Rockwood dkk (2013 :3) bahwa kandungan
cookies (gr)
Gluten Tepung beras disangrai 170 Vitamin C daun moringa 7 kali lebih banyak
Free Maizena - daripada vitamin C jeruk, kandungan vitamin A
Tepung daun kelor 5
Gluten Terigu protein sedang 230 sebesar 10 kali lebih banyak daripada wortel, 17
Maizena 5
Tepung daun kelor 5 kali kalsium lebih banyak dari pada susu, 9 kali
Semprit Terigu protein sedang 160 kalium lebih banyak daripada pisang, dan
Maizena 5
Tepung daun kelor 8 kandungan zat besinya 25 kali lebih banyak
daripada bayam. Menurut laporan Lalida dkk
Penambahan mentega dan kuning telur (2013) daun kelor merupakan sumber berbagai
sebanyak 2 butir untuk masing-masing varian vitamin, kalsium, zat besi (Fe), β – karoten, dan
cookies. Berat bersih masing-masing adonan baby phenolic acid. Kandungan protein daun kelor jauh
cookies berkisar 450-500 mg, 1 baby cookies lebih tinggi bila dibandingkan dengan telur dan
dibuat dengan berat 5 gr dibentuk dengan diameter susu (Fahey, 2005). Selain hal-hal di atas daun
3-4cm dengan ketebalan 0,5 cm, agar kelor menurut Oleg dkk (2018) memiliki potensi
pemangangan tidak terlalu lama, sehingga sebagai anti inflamasi, anti oksidan, analgesik,
kandungan gizi tidak terganggu. Penambahan susu Pelindung jaringan, antiulcer dan anti hipersensitif.
formula sesuai selera bayi disarankan sebanyak 40 Berdasarkan hal-hal diatas, daun kelor memenuhi
sampai dengan 50 gram, untuk setiap varian. persyaratan untuk ditambahkan sebagai komponen
Puding jagung manis berlapis hijau daun kelor pembuatan MPASI.
tidak menggunakan penambahan gula. Pada pembuatan MPASI penambahan
komponen lain seperti tepung terigu protein
Pembahasan sedang atau tepung beras, tepung maizena, gula
Syarat MPASI yang baik diantaranya adalah mentega dan telur akan lebih memperkaya nilai
memiliki kandungan gizi lengkap mengandung gizi MPASI yang dibuat.
makro dan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh Penambahan garam pada bayi 6-12 bulan
untuk mendukung pertumbuhan, tidak mengadung tidak melebihi 0,9 gr per hari, sedangkan
bahan beracun dan berbahaya, mudah dicerna, pemberian gula maksimum diperbolehkan sampai
memiliki kandungan non gizi yang rendah. dengan 5 gram/ 100 kkal (Hidayati, 2020).
Kandungan zat gizi pada daun kelor kering lebih Penambahan 20 gr gula dalam 1 resep MPASI di
atas tidak akan melampaui batasan konsumsi gula kue kering dan puding kelor dengan
yang dianjurkan, karena 1 resep baby cookies bisa pengembangan kreasi sesuai selera bayi.
disajikan dalam 7 sampai 14 hari sebagai finger
foods (snack) atau semi solid food. SIMPULAN
Varian baby cookies varian gluten free, Pemanfaatan tepung daun kelor kering
khusus diperuntukkan bayi yang tidak toleran sebagai salah satu komponen dalam pembuatan
terhadap protein gluten. Gluten adalah protein MPASI yang berupa baby cookies dan puding
yang disebut sebagai prolamin biasanya berupa kelor, merupakan alternatif MPASI memenuhi
glutenin dan gliadin. Gluten ditemukan di dalam syarat sebagai makanan bayi, murah, aman dan
jelay (barley) gandum, gandum hitam (rye), dan mudah membuatnya.
beberapa jenis biji-bijian. Dalam pengolahan Pembuatan MPASI dalam bentuk baby
makanan gluten membantu meningkatkan cookies bisa dilaksanakan 1-2 minggu sekali,
konsistensi makanan kenyal, elastis dan sehingga bisa menghemat waktu penyiapan dan
mengembang Djie, 2019). Sebagian bayi yang memperpanjang waktu pengasuhan. MPASI bisa
tidak toleran terhadap protein gluten antara lain disimpan di dalam lemari pendingin dalam wadah
adalah bayi yang menderita penyakit celiac. yang tertutup.
Penyakit celiac adalah penyakit kronis gangguan
pencernaan akibat reaksi sistem kekebalan tubuh UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap gluten. Gejala penyakit ini adalah perut Terima kasih kepada Bp. Budi Santoso,
kembung, diare, dan rasa sakit pada perut. Kondisi kepada dukuh Morobangun, dan ketua PKK
ini disebabkan oleh peradangan mukosa usus, setempat yang telah mendukung pelaksananan
sehingga terjadi gangguan penyerapan nutrisi dan pengabdian ini. Ucapan terima kasih juga kami
mineral. Sifat dan potensi antiinflamasi yang sampaikan kepada ibu-ibu PKK dan kader
dimiliki daun kelor dimungkinkan akan kesehatan balita, yang telah menyediakan
meringankan kondisi bayi yang mengidap penyakit waktunya demi terselenggarakannya acara ini
celiac. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat dengan baik. Rekan-rekan tim P2M Mandiri RG.
tentang pemanfaatan daun kelor muda sebagai Bimoli.com yang telah berpartisipasi dalam acara
komponen MPASI yang kaya gizi telah tercapai. ini.
Indikator keberhasilan antara lain adalah
DAFTAR PUSTAKA
munculnya kesadaran masyarakat memanfaatkan
lahan pekarangannya untuk ditanami kelor baik Fahey, Jed W. (2005), Moringa oleifera: A review
of the medical evidence for its nutritional,
sebagai tanaman pagar maupun sebagai tanaman
therapeutic and prophylactic properties Part
peneduh. Kesadaran para ibu untuk meningkatkan 1: Trees for Life Journal.
pemanfaatan daun kelor kering untuk pembuatan Fletcher, R. (1998). Moringa oleifera (the kelor
tree). The Australian New Crops Newsletter.
Guevara, A. P., Vargas, C., Sakurai, H., Fujiwara, Winarno, F.G. (2018). Tanaman Kelor (Moringa
Y., Hashimoto, K., Maoka, T., Kozuka, M., oleifera): Nilai Gizi, Manfaat, dan Potensi
Ito, Y., Tokuda, H., & Nishino, H. (1999). Usaha. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
An antitumor promoter from Moringa
oleifera Lam. Mutation research, 440(2),
181–188.
Hidayati, F.(2020), Informasi penting tentang-
pemberian mpasi pada bayi, kemenkes,
https://www.alodokter.com/informasi-
penting-tentang-pemberian-mpasi-pada-bayi
Kasolo, J.N., Bimenya, G.S., Ojok, L., Ochieng, J.,
Ogwal-Okeng, J.W., (2010), Phytochemicals
and uses of Moringa oleifera leaves in
Ugandan rural communities (Article) ,
Journal of Medicinal Plants Research, Vol.
4, Issue 9, Pages 753-757.
Khalafalla, MM., Abdellatef E., Dafalla HM.,
Nassrallah AA., Aboul-Enein KM., et al .
(2010). Active principle from Moringa
oleifera lam leaves effective against two
leukemias and a hepatocarcinoma. Afr J
Biotech 9: 8467–8471.
Shank, L. P., Riyathong, T., Lee, V. S., &
Dheeranupattana, S. (2013). Peroxidase
activity in native and callus culture of
Moringa Oleifera, Lam . J Med Bioeng, 2(3),
163-167.
Oleg, P., Ilona, G., Alexey, G., Irina, S., Ivan, S.,
Vladimir, K.(2018). Biological activities of
derived bioactive components from moringa
species: an overview. Entomol Appl Sci Lett,
5 (1): 82-87.
Rockwood, J., Anderson, B., & Casamatta,
C.(2013). Potential uses of Moringa
oleifera and an examination of antibiotic
efficacy conferred by M. oleifera seed and
leaf extracts using crude extraction
techniques available to underserved
indigenous populations. Int. J. Phytothearpy
Res., 3 pp. 61-7.
Siddhuraju P., and Becker K. (2003). Antioxidant
properties of various solvent extracts of total
phenolic constituents from three different
agroclimatic origins of drumstick tree
(Moringa oleifera (Lam) leaves, J. Agric
Food Chem. , 51(8) pp. 2144-2155
The Training of Making Local MPASI With Cassava For Batita in Cadre
of Integrated Services Post (Posyandu) in Hajimena Health Center
Lampung Selatan
Abstrak: Bahan makanan yang banyak dijumpai di sekitar wilayah kerja Puskesmas Hajimena dan belum
banyak dimanfaatkan untuk pembuatan MPASI adalah singkong. Masalah kekurangan konsumsi pangan
akan berdampak nyata pada timbulnya masalah gizi terutama masalah gizi kurang pada balita. Berdasarkan
data cakupan status balita gizi kurang desa pemnggilan adalah sebanyak 34 balita, angka ini termasuk tinggi
dibandingkan dengan dua desa lainnya yaitu desa hajimena dan sidosari Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap masalah gizi kurang pada balita adalah masih rendahnya pengetahuan kader yaitu
sebesar 20 % dilihat dari hasil pretest sebelum dilakukannya pelatihan. Pengetahuan kader dalam
pemeliharaan gizi balita masih rendah sehingga konsumsi zat gizi anak akan berkurang. Selama ini, praktek
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada balita, seringkali tidak diperhatikan terutama dalam hal
kepadatan zat gizinya. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan ibu balita dalam
hal cara membuat dan menyajikan MPASI yang padat gizi, Rangkaian kegiatan meliputi penyuluhan dengan
tema pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan (Food based approach) mengenai MPASI
bergizi seimbang, pemanfaatan pangan lokal dalam penggunaannya untuk MPASI serta teknologi pangan
dalam pembuatan MPASI serta pelatihan kader di desa Pemanggilan dengan melibatkan tenaga kesehatan
dari Puskesmas Hajimena mengenai praktik pembuatan dan penyajian MPASI yang berkualitas dan padat
gizi dengan cara memodifikasi pangan lokal sehingga memiliki kandungan gizi yang berkualitas. Jumlah
kader yang dilatih sebanyak 20 orang kader dari 5 posyandu yang ada di desa Pemanggilan. Penilaian
pelatihan dilihat dari hasil pretest dan post test dan terjadi peningkatkan pengetahuan sebesar 44,26%,
Serta terjadi peningkatan keterampilan sebesar 90% dalam pengolahan MP-ASI Lokal. Peningkatan
ketrampilan kader dapat dinilai pada saat praktik membuat menu MPASI lokal, Sehingga menghasilkan
produk MP-ASI Lokal padat gizi dengan menggunakan bahan dasar singkong yaitu paha dakong, kue
kacamata dan nugget singkong ati ayam dengan rasa, aroma dan tekstur yang disukai.
Abstract: A food ingredient that is often found around the Hajimena Community Health Center working area
and which has not been widely used for making complementary foods is cassava. The problem of lack of
food consumption will have a real impact on the emergence of nutritional problems, especially malnutrition
problems in children under five. Based on the data, the coverage of malnourished children under five in the
calling village is as many as 34 children under five, this figure is high compared to the other two villages,
namely the villages of Hajimena and Sidosari. the pretest results before the training. Cadres' knowledge in
maintaining nutrition for children under five is still low so that children's nutritional consumption will decrease.
So far, the practice of complementary feeding (complementary feeding) to toddlers has often been neglected,
especially in terms of nutrient density. This happens because the knowledge and skills of mothers under five
are still low in how to make and present nutrient-dense complementary foods. The series of activities
included counseling with the theme of fulfilling balanced nutrition based on food consumption (Food based
approach) regarding balanced nutritious complementary foods, the use of local food in its use for
complementary foods and food technology in making complementary foods and training for cadres in the
calling village involving health workers from Hajimena Community Health Center regarding practice making
and serving quality and nutrient-dense complementary foods by modifying local food so that it has quality
29
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
nutritional content. The number of cadres trained is 20 cadres from 5 posyandu in the Summon village. The
training assessment was seen from the results of the pretest and posttest and there was an increase in
knowledge by 44.26%, as well as an increase in skills by 90% in the processing of local complementary
foods. Increased skills of cadres can be assessed during the practice of making local complementary foods,
resulting in nutrient-dense local complementary foods using cassava as the basic ingredients, namely
dakong thighs, glasses cake and cassava liver nuggets with preferred taste, aroma and texture.
.
Keywords: MPASI nutrient dense, Cassava Nugget, Paha Dakong
30
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
31
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
15
menjawab
10
pretest
5 posttest
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pertanyaan ke-
50
40
30
pretest
20
postest
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
pretest 65 60 70 55 50 45 60 40 50 50 65 45 45 55 45 60 50 60 60 60
postest 85 80 75 85 60 80 85 80 75 80 90 65 80 65 80 90 60 60 85 85
selisih 20 20 5 30 10 35 25 40 25 30 25 20 35 10 35 30 10 0 25 25
Peningkatan (%) 30. 33. 7.1 54. 20. 77. 41.10050. 60. 38. 44. 77. 18. 77. 50. 20. 0.0 41. 41.
Peserta
Total pertanyaan pada pre-post test benar terendah (0%) dengan tafsiran soal
sebanyak 20 soal, dimana 10 soal pilihan benar dalam kategori “sangat sukar” diperoleh pada
salah dan 10 soal pilihan ganda yang harus pertanyaan mengenai “pengertian dari
dikerjakan oleh para peserta penyuluhan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)”
MPASI. Pada pretest, persentase jawaban dimana para peserta pelatihan tidak ada yang
32
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
menjawab benar. Dapat disimpulkan bahwa bearti dari 20 peserta pelatihan 19 peserta yang
pengetahuan peserta pelatihan mengenai mengalami peningkatan pengetahuan dan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) stagnan sebesar 5% yang bearti dari 20
termasuk ke dalam kategori kurang. Setelah peserta pelatihan ada 1 peserta yang tingkat
dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan yakni pengetahuannya tidak mengalami peningkatan.
sebanyak 12 peserta pelatihan yang menjawab Dari hasil pre-post test tersebut menunjukkan
benar dengan persentase tingkat kesukaran bahwa terjadi perubahan pengetahuan peserta
menjadi 60% dengan tafsiran soal dalam kader mengenai MPASI lokal padat gizi .
kategori “sedang”. Persentase tersebut Sebelum diadakan pelatihan, skor
meningkat sebesar 60% sesudah diberikan pengetahuan kader termasuk kategori kurang
penyuluhan (post-test). Adapun perbandingan dengan skor rata-rata pengetahuan dibawah 70%
hasil perubahan jawaban pre-post test dapat yaitu 54,5%. Sedangkan hasil post test
dilihat pada Gambar 1 menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan kader
Terdapat 3 (tiga) pertanyaan yang sebagian mengalami peningkatan yaitu 77,25% atau
besar peserta pelatihan dapat menjawab, memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan
pertanyaan tersebut memiliki persentase tingkat hasil rekapitulasi nilai skor pretest dan post test
kesukaran sebesar 90 % yang tergolong dalam dari peserta pelatihan diperoleh prevalensi
kategori sangat mudah. Tiga pertanyaan peningkatan pengetahuan peserta sebesar
tersebut meliputi pengetahuan tentang usia 44,26%. Hal ini menunjukkan bahwa peserta
anak memulai konsumsi makanan keluarga, memahami materi yang disampaikan dengan
pemberian sufor disaat anak terkena diare serta cukup baik. Setelah kegiatan penyuluhan
selingan MPASI. Tingkat pengetahuan para semua peserta telah memiliki pengetahuan
kader mengenai pemberian makan pada anak yang cukup baik tentang MPASI Lokal padat
dan bayi termasuk dalam kategori baik. Pada gizi sehingga dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan ke-12 mengenai jenis-jenis MPASI, pelaksanaan pelatihan dikategorikan berhasil.
terjadi penurunan jawaban benar pre ke postest. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Diduga para peserta pelatihan masih sedikit Purnawan (1990) bahwa pelatihan akan
bingung dengan pertanyaan serta jawaban mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi kader
yang ada. Berdasarkan regulasi/SNI, MPASI karena dalam setiap pelatihan selain
dibagi 4 jenis yaitu Bubuk instan, biskuit, siap mendapatkan materi pokok pelatihan, kader
masak dan siap santap. MPASI bubuk instan juga dapat bertanya tentang masalah lain yang
merupakan MPASI yang telah diolah sehingga menyangkut kesehatan dan gizi. Seorang kader
dapat disajikan seketika dengan hanya akan lebih mudah untuk menerima suatu
menambahkan air minum atau cairan yang informasi apabila didapatkan sedikit demi
sesuai, seperti: bubur bayi instan, tim instan. sedikit tetapi frekuensinya sering. Hal ini
Biskuit MPASI merupakan produk yang sejalan dengan pendapat Notoatmojo (1997)
diperoleh dengan memanggang adonan dari bahwa pengetahuan kader didapat dari
tepung terigu dengan penambahan bahan beberapa sumber melalui tingkat pendidikan
makanan lain dan dengan atau tanpa formal, pengetahuan yang diterima selama
penambahan bahan tambahan pangan yang mengikuti pelatihan dan frekuensi mengikuti
diizinkan. MPASI siap masak adalah MPASI pembinaan dan kegiatan serta pengalaman.
yang telah diproses dan harus dimasak dengan
air atau cairan lain yang sesuai sebelum Kegiatan Kedua
dikonsumsi, seperti: ekstrudat, pasta (mie, Pada kegiatan kedua mengenai praktik
makaroni). MPASI siap santap merupakan pembuatan MPASI lokal berbahan dasar
MPASI yang telah diolah melalui proses singkong dengan mengikut sertakan para
sterilisasi komersial sehingga dapat dikonsumsi peserta pelatihan yang telah dibekali
langsung, seperti : pure buah dan sayur. pengetahuan mengenai MPASI pada
Hasil pre-post test peserta pelatihan terhadap pertemuan sebelumnya. Terdapat tiga produk
penyuluhan mengenai MPASI mengalami MPASI padat gizi yang dilatih dalam kegiatan
peningkatan pengetahuan sebesar 95% yang ini, terdiri dari paha dakong, kue kacamata,
33
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
34
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
memberikan penilaian, ternyata seluruh peserta Indonesia (2017) diperoleh hasil perhitungan
menyukai tekstur nugget singkong-hati. Rasa, paha dakong, kue kacamata dan nungget
aroma dan tekstur ada yang memberikan singkong yang dapat dilihat pada tabel 4.
penilaian netral yakni sejumlah 4 peserta netral Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dalam 1
dalam penilaian rasa, 6 peserta netral dalam resep paha dakong dihasilkan energi sebesar
penilaian warna serta 5 peserta netral dalam 5188,3 Kkal dimana dalam 1 resep diperoleh 20
penilaian aroma kue kacamata. Secara porsi paha dakong dengan berat per porsi 65
deskriptif tekstur nugget singkong-hati adalah gram sehingga kandungan gizi per porsi paha
gurih khas hati ayam. Tekstur nugget disukai dakong sebesar 259,415 kkal, protein 5,055
karena memiliki kelembutan yang pas sehingga gram, lemak 19,945 gram dan karbohidrat
susah untuk dikunyah. 16,475 gram dan gizi mikro vit A 805,5 µg,
Berdasarkan perhitungan zat gizi Kalsium 19,675 mg, Fosfor 75,97 mg, Besi
menggunakan Tabel Komposisi Pangan 0,845 mg, Zink 0,515 mg.
Satu resep kue kacamata dihasilkan energi (2006), MPASI dari bahan pangan lokal sesuai
sebesar 1966,7 Kkal dimana dalam 1 resep dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat,
diperoleh 10 porsi kue kacamata dengan berat sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian
per porsi 90 gram sehingga kandungan gizi per MPASI lokal secara mandiri, meningkatkan
porsi kue kacamata sebesar 196,67 kkal, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
protein 3,79 gram, lemak 5,56 gram dan serta memperkuat kelembagaan seperti PKK
karbohidrat 34,83 gram dan gizi mikro vit A dan Posyandu. Pelatihan Pembuatan memiliki
36,35 µg, Kalsium 98,7 mg, Fosfor 108,38 mg, potensi meningkatkan pendapatan masyarakat
Besi 0,81 mg, Zink 0,7 mg. 1 resep nugget melalui penjualan hasil pertanian dan sebagai
singkong dihasilkan energi sebesar 1830,4 Kkal sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.
dimana dalam 1 resep diperoleh 10 porsi kue Sebanyak 5 kader posyandu telah
nugget singkong dengan berat per porsi 90 mempraktekkan resep-resep MPASI lokal yang
gram sehingga kandungan gizi per porsi nugget diberikan selama pelatihan. Resep-resep
singkong sebesar 183,04 kkal, protein tersebut dibuat untuk PMT pada saat
5,37gram, lemak 12,29 gram dan karbohidrat penimbangan balita di posyandu masing-
13,69 gram dan gizi mikro vit A 1946,5 µg, masing peserta. Berdasarkan kunjungan lapang
Kalsium 20,64 mg, Fosfor 94,24 mg, Besi 1,57 yang dilakukan pada saat penimbangan,
mg, Zink 0,84 mg. posyandu SriMulyo 1 dan 2 setelah 1 minggu
Hal yang menjadikan pertimbangan pelatihan mempraktekkan resep paha dakong.
penggunaan bahan makanan lokal adalah Posyandu Serbajadi 1 dan 2 mempraktekkan
harga terjangkau dan mudah didapatkan serta nugget singkong hati ayam. Sedangkan
mengandung nilai gizi. Menurut Depkes RI posyandu Induk Desa Pemanggilan membuat
35
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
Beguai Jejama – Jurnal Pengabdian Kesehatan
36
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2021
ISSN 2721-950X (Print), ISSN 2722-6743 (Online)
http://jpt.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/1234
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri)
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm
Vol. 5, No. 3, Juni 2021, Hal. 901-907
e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN 2598-8158
:https://doi.org/10.31764/jmm.v5i3.4456
ABSTRAK
Abstrak:Kabupaten Takalar berkontribusi terhadap tingginya angka stunting di
Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Salah satu Desa yang cukup tinggi adalah Desa
Palalakkang, Kecamatan Galesong. Berdasarkan survey awal bahwa kelompok ibu
memiliki kecenderungan kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mencegah stunting. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan gizi anak sebagai upaya pencegahan stunting melalui pembuatan MP-
ASI berbahan pangan lokal yaitu ikan mairo. Metode sosialisasi dalam bentuk
interaktif dialog dan demonstrasi membuat makanan tambahan MP-ASIuntuk
mencegah stunting yang kaya gizi dan mudah diolah. Kegiatan ini berhasil
meningkatkan pengetahuan peserta dengan 51% mengenai stunting dan pengolahan
makanan tambahan berbahan lokal. Setelah kegiatan dilakukan, dapat dilihat bahwa
terdapat perubahan perilaku peserta dalam mengolah dan memilih makanan tambahan
untuk anak dalam mencegah stunting.
Abstract: Takalar Regency contributes to the high stunting rate in South Sulawesi
Province, Indonesia. One of the villages that is quite high is Palalakkang Village,
Galesong District. Based on the initial survey that the group of mothers have a tendency
to lack knowledge and skills in preventing stunting. The purpose of this community
service is to improve children's nutrition as an effort to prevent stunting through the
manufacture of MP-breast milk made from local food, namely mairo fish. Socialization
methods in the form of interactive dialogues and demonstrations make mp-breast milk
supplemental foods to prevent stunting that is rich in nutrients and easy to process.
This activity succeeded in increasing participants' knowledge with 51% about stunting
and processing additional food made from local materials. After the activity, it can be
seen that there is a change in participants' behavior in processing and choosing
additional food for children in preventing stunting.
Article History:
Received: 06-04-2021
Revised : 26-04-2021
Accepted: 28-04-2021 This is an open access article under the
Online : 14-06-2021 CC–BY-SA license
A. LATAR BELAKANG
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan
salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini(Hasliani
& Rahmawati, 2020; Saputri & Tumangger, 2019). Pada tahun 2017, 22,2%
901
902| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 3, Juni 2021, hal. 901-907
B. METODE PELAKSANAAN
Proses pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat pada
kelompok ibu balita stunting di Desa Palalakkang Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar meliputi beberapa tahapan, yaitu persiapan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dan pelaporan. Tahapan persiapan
dengan melakukan koordinasi kegiatan kepada Kepala Puskesmas,Kepala
Desa, Kader Posyandu di Kecamatan Galesong kabupaten Takalar
mengenai penentuan waktu pelaksanaan, sosialisasi kegiatan yang akan
dilaksanakan. Adapun tahap kegiatan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Tahapan pelaksanaan
Tahap ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu: pertama, dialog interaktif
dilakukan kepada kelompok ibu (ibu rumah tangga yang memiliki balita
yang ada di Desa Palalakang, Kecamatan Galesng, Kabupaten Takalar
beserta pasangan dan atau keluarganya) saat posyandu mengenai dengan
topik mengenai pengertian, dampak serta pencegahan stunting seperti
gambar 1 berikut.
904| JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 5, No. 3, Juni 2021, hal. 901-907
DAFTAR RUJUKAN
Archda, R., & Tumangger, J. (2019). Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di
Indonesia.
Aryastami, N. K. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi
Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(4), 233–240.
Budiarti, T., Pangesti, I., Kartiyani, T., & Kusumawati, D. D. (2020). Upaya
Peningkatan Pengetahuan Dan Ketrampilan Kader Dalam Pemantauan
Pertumbuhan Dan Gizi Anak Melalui Penimbangan Di Desa Slarang.
WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 3(1), 117–123.
Cahyadi, A. (2020). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Dengan Pendekatan Teori Family
907
Andi Maryam, Peningkatan Gizi Anak...
Centered Nursing. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Elis, A., Mustari, R., & Marlina, M. (2020). The Role of Presenting Exclusive
Breastfeeding for The Prevention of Stunting Based on The Culture of Tudang
Sipulung. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 1230–1237.
Hasliani, A., & Rahmawati, R. (2020). Pendekatan Health Education Tentang 1000
Hpk Terhadap Upaya Pencegahan Stunting Di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 15(2), 279–284.
Ibrahim, I. A., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (n.d.). Hubungan
Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. Al
GIZZAI: PUBLIC HEALTH NUTRITION JOURNAL, 1(1), 16–26.
Marini, A., Gallagher, P., & Rokx, C. (2017). Standing tall: Peru’s success in
overcoming its stunting crisis. World Bank.
Maryam, A. (2017). The Effects of Lipid Nutrient Supplement (LNS) Feedings on
the Improvement of Vitamin A and Zinc Levels on Children in Nusa Tenggara
Timur Province. 2nd International Conference on Education, Science, and
Technology (ICEST 2017).
Noordiati, N. (2020). Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Melalui Pelatihan
Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kereng Bangkirai Kecamatan Sebangau Palangka Raya.
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(4), 328–335.
Rahmawati, R., Bagata, D. T. R., Raodah, R., Almah, U., Azis, M. I., Zadi, B. S.,
Noormansyah, D. A., Khodijah, S., Al Jauhariy, M. R., & Risyki, M. F. (2020).
Sosialisasi Pencegahan Stunting Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Unggul. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M), 1(2), 79–84.
Ri, K. (2018). Situasi balita pendek (Stunting) di Indonesia. Bul Jendela Data Dan
Inf Kesehatan Semester I.
Rustiyani, L., & Susilo, R. (2020). Analisis Faktor Yang Menyebabkan Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemangkon. Human Care Journal, 5(4), 1025–1033.
Saputri, R. A. (2019). Upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan stunting
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. JDP (JURNAL DINAMIKA
PEMERINTAHAN), 2(2), 152–168.
Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-hilir penanggulangan stunting di
Indonesia. Journal of Political Issues, 1(1), 1–9.
Sary, Y. N. E. (2020). Pendidikan Kesehatan Kepada Nenek Pengasuh Dalam
Mencegah Stunting Anak Usia 36 Bulan Di Daerah Pesisir Pantai. Pratama
Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 89–94.
Ulfa, M. P. R., & Almira, S. (2019). Status Ekonomi Orang Tua Dan Ketahanan
Pangan Keluarga Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten
Gunungkidul. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Ulfah, N., & Sididi, M. (2021). Pengolahan Daun Kelor oleh Kelas Ibu Fatayat NU
Untuk Pencegahan Stunting di Kab. Takalar. Window of Community
Dedication Journal, 57–61.
Witari, N. P. D., Aryastuti, A. A. I., & Rusni, N. W. (2020). Pemberdayaan
Kelompok Ibu Yang Memiliki Balita Berisiko Stunting Di Banjar Triwangsa-
Payangan Gianyar Bali. JURNAL SEWAKA BHAKTI, 5(2), 1–7.