DISUSUN OLEH :
TAHUN 2019
i
LEMBAR PERSETUJUAN
MPM : 1851900P
MENGETAHUI MENGETAHUI
PEMBIMBING I PEMBIMBING I
( ) ( )
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
aktifitas fisik penderita obesitas sentral pada satuan polisi pamong praja (satpol
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
proposal ini.
pengetahuan gizi, sikap dan aktifitas fisik dengan obesitas sentral pada satuan
polisi pamong praja (satpol pp) di kota metro ini dapat memberikan manfaat
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
keluar. Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan
obesitas apabila IMT-nya ≥ 30 kg/m2 atau lingkar perut ≥ 102 cm pada pria dan ≥
Prevalensi obesitas sentral di Indonesia sebesar 7,2% pada laki-laki dan 46,3%
perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih pada
jaringan lemak subkutan dan lemak viseral perut. Penumpukkan lemak pada
jaringan lemak viseral merupakan bentuk dari tidak berfungsinya jaringan lemak
Despres, 2013). Data Riskesdas 2013, prevalensi obesitas sentral pada penduduk
umur ≥15 tahun adalah 26.6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 yaitu
1
Menurut pengukuran lingkar perut, secara umum obesitas sentral di
namun terjadi peningkatan prevalensi dari tahun 2007 ke tahun 2013 yaitu 11,4%
menjadi 18,9%. Menurut data Riskesdas Lampung 2013 obesitas sentral umur ≥15
35,9%, kedua Lampung Utara 27,2%, ketiga Kota Bandar Lampung 23,6%,
Lampung Timur 22,8%, Lampung Selatan 22,1%, Tulang Bawang Barat 19,9%,
Lampung Barat 18,1%, Way Kanan 17,7%, Pesawaran 17,5%, Mesuji 14,6%,
Tanggamus 14,0%, Pringsewu 12,6%, Lampung Tengah 11,1%, dan yang paling
penyakit jantung dari mereka yang normal. Obesitas sentral berhubungan dengan
Orang yang mempunyai berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata
dengan berat badan rata-rata (Lew & Garfinkel, 1979 dalam Hadi, 2005).
2
orang (16,7%) dan tidak obesitas sebanyak 55 orang (65,5%). Sedangkan yang
yang obesitas sebanyak 9 orang (10,7%) dan tidak obesitas sebanyak 6 orang
obesitas.
berdampak langsung pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang
(Notoatmodjo, 2003).
Tidak hanya sikap, aktivitas fisik juga sangat erat kaitannya dengan
obesitas. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang mengeluarkan energi. Aktivitas fisik yang cukup dapat menurunkan risiko
Lampung Barat (45,2%) dan Lampung Utara (40,2%), sedangkan untuk kategori
yang kurang aktif tertinggi di Kota Metro (100%) dan kabupaten Lampung
Tengah (90%).
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas, risiko obesitas semakin rendah dengan
aktifitas fisik yang tinggi. Penelitian Widiantini dan Tafal (2014) mengenai
3
Responden yang biasa melakukan aktivitas ringan sebanyak 33,9% sisanya
melakukan aktivitas fisik sedang yaitu 36,5% dan sekitar 29,6% melakukan
aktifitas fisik berat. Kejadian obesitas lebih rendah jika responden mempunyai
yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas, risiko obesitas
semakin rendah dengan aktifitas fisik yang tinggi. Responden yang biasa
melakukan aktivitas sedang berisiko 0,4 kali lebih kecil untuk mengalami obesitas
dari pada yang beraktivitas fisik ringan. Dan responden yang beraktivitas fisik
berat berisiko 0,6 kali lebih kecil untuk mengalami obesitas dari pada yang
beraktivitas fisik ringan. Ketidak seimbangan energi pada tubuh disebabkan oleh
Aktivitas fisik yang rutin diketahui dapat mendorong penurunan yang cukup
besar pada jaringan lemak dalam tubuh seseorang (Tchernof dan Despres, 2013).
Hal ini disebabkan aktivitas fisik dapat meningkatkan massa jaringan bebas lemak
dan menurunkan massa jaringan lemak. Pada penelitian Pujiati (2010) diketahui
bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan dengan obesitas sentral pada orang
dewasa. Selain itu, pada penelitian Sugianti dkk (2009) menunjukkan bahwa
obesitas sentral lebih banyak terjadi pada seseorang yang tidak memiliki aktivitas
fisik berat.
besar pada jaringan lemak, bahkan tanpa adanya penurunan berat badan
(Tchernof dan Despres, 2013). Hal ini dikarenakan olahraga dapat meningkatkan
massa jaringan lemak. Menurut penelitian Pujiati (2010), ada hubungan antara
aktifitas fisik dengan obesitas sentral pada orang dewasa, orang yang memiliki
4
aktivitas fisik kurang beresiko mengalami obesitas sentral sebesar 1,2 kali lebih
besar.
tentang hubungan antara pengetahuan gizi, sikap dan aktifitas fisik dengan
obesitas sentral pada satuan polisi pamong praja (satpol pp) di kota metro, alasan
pegawai. Menurut data Riskesdas (2018) pegawai berada pada urutan ke empat
sebagai salah satu pekerjaan yang beresiko mengalami obesitas sentral. Polisi,
Satpol PP, TNI dan sederajatnya merupakan pegawai yang dituntut untuk sigap
dalam bekerja, karena tubuh yang tidak proporsional dan kelebihan berat badan
B. Rumusan Masalah
masalah, yaitu “hubungan antara pengetahuan gizi, sikap dan aktifitas fisik dengan
obesitas sentral pada satuan polisi pamong praja (satpol pp) di kota metro”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
dengan obesitas sentral pada satuan polisi pamong praja (satpol pp) di kota
metro.
5
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
khususnya mengenai hubungan antara pengetahuan gizi, sikap dan aktifitas fisik
dengan obesitas sentral pada satuan polisi pamong praja (satpol pp) di kota metro.
6
2. Manfaat bagi Lokasi atau Wilayah penelitian
obesitas sentral yang terjadi dikalangan Satuan Polisi Pamong Praja serta faktor
penyebabnya dan bisa digunakan oleh peneliti lain sebagai referensi untuk ilmu
pengetahuan gizi, sikap dan aktifitas fisik dengan obesitas sentral pada satuan
polisi pamong praja (satpol pp) di kota metro. Penelitian ini, dilakuakan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas Sentral
bagian perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih
pada jaringan lemak subkuntan dan lemak viseral perut. Menurut Tchernof dan
seseorang memiliki aktifitas fisik kurang dan tingginya perilaku sedentari. Selain
berlebih akan menyebabkan produksi lemak yang dapat menumpuk pada bagian-
bagian tubuh yang tidak diinginkan, seperti hati, jantung, ginjal, otot dan
kelenjar pankreas.
obesitas viseral dan obesitas perifer. Menurut Tchernof dan Depres (2013),
obesitas viseral atau biasa disebut dengan obesitas intra-abdominal, sentral atau
maskulin terjadi ketika distribusi lemak terlokalisasi pada bagian perut atau
bagian atas tubuh. Obesitas viseral ini biasanya dihasilkan bentuk tubuh seperti
buah apel. Sedangkan obesitas perifer terjadi ketika distribusi lemak tubuh
8
2. Penilaian Obesitas Sentral
(Indeks Massa Tubuh). Indeks massa tubuh ini merupakan alat yang sederhana
dalam memantau status gizi, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan (Supariasa dkk, 2012). Akan tetapi, IMT ini tidak dapat
dikarenakan IMT tidak dapat menilai distribusi timbunan lemak tubuh sehingga
kurang sensitif dalam menentukan obesitas sentral (Sunarti dan Maryani, 2013).
lingkar pinggang dilakukan dengan mengukur titik tengah antara bagian atas
puncak tulang panggul dengan tulang rusuk terakhir, sedangkan lingkar pinggul
diukur pada lingkaran pinggul terbesar (WHO, 2008). Pengukuran rasio lingkar
Pinggul (LP) > 90 cm dan wanita LP >80 cm (WHO, 2008). Selain itu, rasio
RLPP >0,85 untuk perempuan dan RLPP >0,90 untuk laki-laki (WHO, 2008).
tubuh (Sunarti dan Maryani, 2013). Hal ini dikarenakan lingkar pinggang baik
9
3. Dampak Obesitas Sentral
tidak menarik, selain dari segi estetika obesital sentral memiliki dampak bagi
hipertensi, kanker, sleep apnea dan sindrom metabolik (Tchernof dan Despres,
obesitas sentral, dislipidemia dan resistensi insulin pada waktu yang bersamaan
trigliserida, penurunan HDL, kenaikan kadar gula puasa dan kenaikan tekanan
dan Maryani (2013), diketahui bahwa ada hubungan antara rasio lingkar
rasio lingkar pinggang panggul tidak normal beresiko 1,76 kali menderita
lingkar pinggang pinggul normal. Selain itu, lingkar pinggang juga diketahui
memiliki hubungan dengan tekanan darah, baik tekanan darah diastolik meupun
10
merupakan faktor prediktor dari kematian akibat penyakit kardiovaskular dan
serangan jantung.
Tingginya kadar NEFA ini akan membebani otot dan hati dengan lemak
dengan obesitas sentral ialah kanker kolorektal atau kanker yang menyerang
usus besar dan rektum, yaitu bagian kecil dari usus besar sebelum anus. Selain
itu, obesitas sentral juga berhubungan dengan terjadinya obstruktif sleep apnea
(OSA). OSA terjadi karena adanya penumpukan lemak pada bagian dada atau
dan mulut walaupun dengan usaha nafas (Supriyatno dkk, 2005). Menurut
Tchernof dan Depres (2013), OSA dikaitkan dengan penurunan tingkat aktifitas
Obesitas sentral juga dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, hormon,
genetik, ras, stres, asupan gizi dan aktifitas fisik (Tchernof dan Despres, 2013).
11
a. Umur
perubahan dalam komposisi tubuh, dimana pada usia 20-30 tahun terjadi
penurunan pda massa bebas lemak dan peningkatan pada massa lemak.
b. Jenis Kelamin
Proporsi lemak pada laki-laki banyak terdapat pada bagian atas tubuh,
wanita lebih banyak pada bagian bawah tubuh, seperti pada pinggang dan
panggul (Pujiati, 2010). Pada pria, total lemak viseral pada umumnya
meningkat dengan total lemak tubuh, sedangkn pada wanita, lemak viseral
2013). Estimasi lemak tubuh viseral yang dimiliki laki-laki ialah 5.23 ±
2,39 liter, sedangkan perempuan ialah 3,61 ± 1,91 liter (Tchernof dan
Despres, 2013).
12
c. Hormon
fungsi kelenjar pituari yang tidak normal atau adanya gangguan dari
d. Genetik
dan Despres, 2013). Jika seseorang berasal dari keluarga yang obesitas
sentral 2-8 kali dibandingkan berasal dari keluarga yang tidak obesitas
e. Ras
obesitas sentral. Wanita kulit hitam memiliki risiko lebih rendah terkena
obesitas sentral dibandigkan wanita kulit putih (Despres dkk, 2000). Hal
ini dikarenakan, pada wanita kulit hitam memiliki kadar HDL yang tinggi,
13
f. Stres
emosional mental.
tubuh seseorang.
g. Asupan Gizi
1) Asupan Energi
14
melakukan aktivitas fisik (Almatsier, 2010). Seseorang membutuhkan
fisik, kebutuhan energi juga dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
sedangkan untuk usia 19-29 tahun pada laki-laki dan perempuan ialah
2725 kkal dan 2250 kkal (Kemenkes RI, 2013). Dalam rangaka untuk
energi makanan sehari ialah 10-20% berasal dari protein 20-30 % dari
< 0,001 dimana ada hubungan antara asupan energi dengan obesitas
15
karbohidrat berada pada sirkulasi darah dalam bentuk glukosa,
sebagian pada hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen dan
sederhana, yaitu gula sukrosa, memiliki resiko 4,2 kali lebih tinggi
2013).
3) Asupan Protein
serta jaringan tubuh (Almatsier, 2010). Protein ini merupakan zat gizi
yang besar kedua yang berada dalam tubuh setelah air. Angka
16
protein yang tinggi memiliki resiko 13,2 kali mengalami obesitas
4) Asupan Lemak
energi lebih besar dari pada karbohidrat dan protein (Almasier, 2010).
faktor resiko dari obesitas sentral (Burhan dkk, 2013), dimana ada
rendah.
(panggul) dan bagian bagian atas tubuh (pinggang dan perut). jika rasio
antar pinggang dan pangul untuk perempuan >0,85 dan untuk laki-laki
>0,95 maka berkaitan dengan obesitas sentral dan orang yang mempunyai
berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata populasi
17
mempunyai resiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan
berat badan rata-rata (Lew & Garfinkel, 1979 dalam Hadi, 2005).
b. Lingkar Perut
diukur antara crista illiciaca dan costa XII pada lingkar kecil, diukur
dengan pita meteran non elastis (ketelitian 1 mm), untuk penduduk Asia
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
(Notoadmojo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
18
a. Tahu
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan ynag
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
sebagainya.
b. Memahami
c. Aplikasi
d. Analisis
19
e. Sintesis
f. Evaluasi
wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek
penelitian.
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan
dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai untuk jawaban salah.
20
C. Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang – tidak senang, setuju –tidak setuju, baik – tidak baik, dan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor
2. Komponen sikap
1) Komponen kognitif
21
2) Komponen efektif
3) Komponen konatif
22
3. Cara Mengukur Sikap
skala Likert. Skala Likert adalah skala pengukuran yang dikembangkan oleh
Likert (1932). Skala Likert mempunyai empat atau lebih butir-butir pertanyaan
Dalam proses analisis data, komposit skor, biasanya jumlah atau rataan, dari
semua butir pertanyaan dapat digunakan. Penggunaan jumlah dari semua butir
pertanyaan valid karena setiap butir perta- nyaan adalah indikator dari variabel
Likert untuk mengukur sifat individu dalam hal kebiasan memakan makanan
sehat.
Aktivitas fisik ialah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot-
23
Berdasarkan International Activity Quetionnaire (IPAQ), aktivitas fisik dibagi
yang tidak termasuk kedalam kategori aktivitas fisik berat atau sedang.
aktivitas fisik berat 3 hari atau lebih dalam seminggu minimal 20 menit
per hari. Selain itu, seseorang dikatakan memiliki aktivitas fisik sedang
apabila melakukan aktivitas fisik sedang atau berjalan 5 hari atau lebih
dalam seminggu selama minimal 30 menit per hari dan dapat pula
selama 5 hari atau lebih dan memiliki minimal 600 MET (The Metabolic
kg.
24
c. Aktivitas fisik berat
kriteria. Pertama, apabila melakukan aktivitas fisik berat 3 hari atau lebih
jenis aktivitas fisik berat antara lain berlari, mendaki, bersepeda cepet,
sepakbola, voli dan basket), menyekop atau menggali parit, dan membawa
aktivitas fisik menjadi indeks kegiatan, yaitu indeks kegiatan waktu kerja
25
yaitu pekerjaan tingkat ringan, sedang, dan berat. Menurut Baecke et al
Tabel 1
Jenis Pekerjaan Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
(skor = 5) olahragawan/olahragawati.
Untuk pertanyaan nomor 2-8 diberi nilai sesuai dengan skor yang
Tabel 2
Jenis Olahraga berdasarkan Tingkat Olahraga
26
Olahraga tingkat berat Tinju,basket,sepak bola dan 1,76
voli
jam per minggu (0,5), 3-4 jam per minggu (3,5), >4 jam perminggu
(4,5).
berolahraga, 1 bulan per tahun (0,04), 4-6 jam per tahun (0,17), >9
27
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai yang kemudian
dikategorikan aktivitas fisik tidak aktif ≤ 6,5 dan aktifitas fisik aktif > 6,5.
E. Kerangka Teori
banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Menurut teori yang dijelaskan oleh
Tchernof dan Despres 2013, obesitas dipengaruhi oleh umur, asupan gizi, ras,
jenis kelamin, hormon, genetik, stres, dan aktivitas fisik, yang digambarkan
Aktivitas Fisik
Umur Ras
Obesitas
Asupan Gizi Jenis kelamin
sentral
Hormon genetik
Stres
Gambar 1.
F. Kerangka konsep
dan aktivitas fisik penderita obesitas sentral pada Satpol PP di Kota Metro.
disebkan oleh berapa faktor yaitu umur, asupan gizi,ras, jenis kelamin, hormon,
genetik, stres, dan aktivitas fisik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusun
28
kerangka konsep dengan menggambarkan beberapa variabel seperti pengetahuan
Pengetahuan Gizi
Aktivitas Fisik
G. Hipotesis
1. ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan obesitas sentral pada satuan
2. ada hubungan antara sikap dengan obesitas sentral pada satuan polisi
obesitas sentral pada satuan polisi pamong praja (satpol pp) di kota metro.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
pengetahuan gizi, sikap dan aktifitas fisik dengan obesitas sentral pada satuan
polisi pamong praja (satpol pp) di Kota Metro. Dimana penelitian variabel
independen dan dependen dilakukan dalam waktu yang sama atau pada saat itu
juga.
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2019. Lokasi dalam penelitian
ini dilaksanakan di Satuan Polisi Pamong Praja (Sat pol PP) Kota Metro.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
30
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang
Sat Pol PP Kota Metro. Populasi yang ada di Sat Pol PP Kota Metro sebanyak
Keterangan :
Z²1- 𝑎/2 = nilai kepercayaan dalam penelitian ini, ditetapkn sebesar 95%
(1,96)
sampel yang tidak dapat hadir karena sakit, tidak dapat hadir atau tidak
31
bersedia menjadi sampel. Dengan ditambah 10% peneliti masih mempunyai
cadangen 13 orang.
a) Kriteria Inklusi
b) Kriteria Eksklusi
penelitian ini :
32
yang diundi keluar no 3 maka sampel kedua adalah 3 + 2 = 5, sampel
D. Variabel
1. Variabel Dependen
2. Variabel Independen
independen pada penelitian ini adalah pengetahuan gizi, sikap dan aktivitas
fisik.
33
E. Definisi Oprasional
. Oprasional Ukur
1. Obesitas Suatu keadaan penumpukan Pengukuran Pita ukur “0” = tidak obesitas sentral (lingkar perut <80 cm pada Ordinal
Sentral lemak yang terkonsentrasi lingkar perempuan dan <90 cm pada laki-laki )
pada perut perut “1” obesitas sentral (lingkar perut ≥80 cm pada
(Kemenkes ,2013)
2. Pengetahuan Kemampuan individu dalam Angket Kuesioner “0” = kurang,jika pertanyaan yang dijawab benar <60% Ordinal
Gizi menjawab pertanyaan “1” = cukup,jika pertanyaan yang dijawab benar 60-
(Khomsan, 2000)
3. Sikap Penilaian atau persepsi dan Angket Kuesioner “0”= kurang baik, jika jumlah skor responden < Ordinal
34
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
. Oprasional Ukur
mean/median
4. Aktivitas Kegiatan yang dilakukan Wawancara Kuesioner “0” = tidak aktif jika nilai aktifitas fisik ≤ 6,5 Ordinal
Fisik individu sehari-hari,yaitu “1” = aktif, jika nilai aktifitas fisiknya > 6,5
bekerja,olahraga dan
35
F. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
tanggal lahir, usia, alamat rumah, jenis kelamin. Data primer yang lain
meliputi pengukuran lingar perut, pengetahuan gizi, sikap dan aktivitas fisik
responden.
1) Lingkar Perut
sebagai berikut :
pengukuran.
36
tengah tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri
2) Pengetahuan Gizi
3) Sikap
37
dengan memberikan skor 1 jika sangat tidak setuju, 2 tidak setuju, 3
nilai dari seluruh sampel dan dibagi dengan jumlah seluruh sampel.
4) Aktivitas fisik
fisik terdiri dari waktu bekerja, waktu olahraga, dan aktivitas saat
b. Data Sekunder
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
38
sekunder diperoleh dari berbagai sumber sepertu nama pegawai, jumlah
G. Instrumen Penelitian
2. Kuesioner identitas
4. Kuesioner sikap
H. Pengolahan Data
1. Editing
data, yakni :
39
2. Coding
pada data menurut jenisnya. Coding atau pemberian kode ini bertujuan untuk
3. Entry Data
komputer. Sebelum dianalisis lebih lanjut data yang ada dikelompokan sesui
4. Cleaning
I. Analisis Data
1. Analisa Univariat
tiap variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.
Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
40
(0 − 𝐸)²
𝑋² = ∑
𝐸
Keterangan :
X² = Chi squere
∑ = Jumlah
41
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Harikedua, Vera dan Tando, Naomi, 2012, Aktifitas Fisik dan Pola Makan dengan
Obesitas
Hutajulu, Merlin Mey Sartika, 2012, Hubungan Asupan Makanan dan Faktor
Lain dengan Aktifitas Fisik pada Pegawai Unit Pelayanan Gizi
Pelayanan Kesehatan ST. Carolus Jakarta, Skripi, Fakultas Kesehatan
Mastarakat. Universitas Indonesia.
Kartawidjaja). Jakarta: Radar Jaya Offset
Pujiati, S. 2010. Prevalensi dan Faktor Resiko Obesitas sentral pada Penduduk
Desa dan Kabupaten Indonesia Tahun 2007. Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia. Obesitas Sentral pada Tokoh Agama di Kota
Manado, Jurnal Publikasi. Poltekkes Manado.
Sinaga, Taruli Rohana dan Mendrofa, Hellen, 2012, Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di Sma Negeri 1 Medan
Tahun 2012, Jurnal obesitas no. 3.
Sugiati, Elya, 2009, Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di
Sulawesi Utara, Gorontalo dan DKI Jakarta, Skripso, Departemen
Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institusi Pertanian Bogor.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
43