Anda di halaman 1dari 62

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH,

AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN


INDEKS DENYUT NADI MAKSIMAL IBU-IBU PKK DI
KELURAHAN BANGUN REJO KECAMATAN
GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2021

POPOSAL PENELITIAN

OLEH :
ADINDA QAMARA PRATIWI
NPM 1804001

PROGRAM STUDIGIZI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH,
AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN
INDEKS DENYUT NADI MAKSIMAL IBU-IBU PKK DI
KELURAHAN BANGUN REJO KECAMATAN
GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2021

POPOSAL PENELITIAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Gizi

OLEH :
ADINDA QAMARA PRATIWI
NPM 1804001

PROGRAM STUDIGIZI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal :

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH,


AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN INDEKS
DENYUT NADI MAKSIMAL IBU-IBU PKK DI KELURAHAN BANGUN
REJO KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG
TENGAH TAHUN 2021

Nama : ADINDA QAMARA PRATIWI


NPM : 1804001

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar proposal.

Pringsewu, 21 Juni 2021


Pembimbing

(Ramadhana Komala, S.Gz., M.Si)


NIDN. 0224039102

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala atas segala limpahan


Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan proposal penelitian
yang berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,
Aktivitas Fisik Dan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Nilai Denyut Nadi
Maksimal Ibu-Ibu PKK Kelurahan Bangun Rejo, Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021”, dapat saya selesaikan.
Penyelesaian proposal penelitian ini juga berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Sukarni, S.ST., M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Pringsewu.
2. Wisnu Probo, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Rektor Universitas Aisyah
Pringsewu.
3. Wiwi Febriani, S.Gz., M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Aisyah Pringsewu.
4. Ramadhana Komala, S.Gz., M.Si, selaku ketua Program Studi Gizi Pringsewu
dan pembimbing.
5. Seluruh ibu-ibu PKK Kelurahan Bangun Rejo yang bersedia menjadi
responden.
6. Kedua orang tua dan keluargaku yang telah memberikan semangat dan
dukungan, baik secara moril maupun materi.
7. Teman-teman di Program Studi Gizi angkatan 2018 yang saling
menyemangati.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
kekurangan untuk itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang
membangun guna perbaikan selanjutnya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala
senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Pringsewu, 21 Juni 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR..............................................................................i


HALAMAN JUDUL DALAM.........................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Teori............................................................................... 7
B. Penelitian Terkait......................................................................... 24
C. Kerangka Teori............................................................................. 26
D. Kerangka Konsep......................................................................... 26
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian..............................................................................28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................28
C. Rancangan Penelitian....................................................................28
D. Subyek Penelitian .........................................................................29
E. Variabel Penelitian........................................................................31
F. Definisi Operasional Variabel.......................................................31
G. Pengumpulan Data........................................................................32
H. Pengolahan Data............................................................................36
I. Analisis Data.................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................39


LAMPIRAN ....................................................................................................40

v
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman


Tabel 1 Klasifikasi Indeks Kebugaran Tes Havard..........................................11
Tabel 2 Kategori Persen Lemak Tubuh ............................................................14
Tabel 3 Phsiycal Activity Rate (PAR) berbagai aktivitas fisik .........................16
Tabel 4 Metode Pengukuran Asupan Makan Food Recall................................21
Tabel 5 Penelitian Terkait.................................................................................25
Tabel 6 Definisi Operasional Variabel..............................................................31

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori................................................................................26
Gambar 2. Kerangka Konsep............................................................................26

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden.......................................46
Lampiran 2 Persetujuan setelah penjelasan (informed consent) .......................47
Lampiran 3 Metode Harvard Step Test ............................................................48
Lampiran 4 Form perhitungan Harvard Step Test............................................49

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebugaran merupakan kemampuan tubuh melakukan aktivitas fisik yang

dilakukan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebih. (Nenggala, 2016).

Menurut Safitri (2017) kebugaran yaitu kemampuan dan daya tahan tubuh

seseorang dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan frekuensi denyut

nadi. Jika seseorang melakukan aktivitas secara rutin maka daya tahan

kardiovaskular akan berfungsi optimal (Ridiaseprina, 2014). Untuk mengetahui

daya tahan kardiovaskuler dapat dilakukan dengan pengukuran frekuensi denyut

nadi (Len, 2001). Manfaat aktivitas fisik secara teratur akan mengurangi risiko

dari penyakit jantung (Hoeger & Hoeger, 2011). Menurut Kusuma et al (2020)

denyut nadi seeorang yang rutin melakukan aktivitas fisik lebih rendah dibanding

yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik. Menurut Chu et al (2020), seseorang

dengan kebugaran yang rendah maka akan beresiko mengalami penyakit

kardiovaskular. Menurut Nawawinetu & Lutfiya (2020), semakin tinggi denyut

nadi seseorang, maka kebugaranya semakin rendah sehingga semakin besar pula

peluang mengalami penyakit kardiovaskular.

Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebugaran orang dewasa

menurun sementara persen lemak tubuhnya meningkat (Herianti, 2012). Podung

(2013) telah melakukan penelitian terkait kebugaran ibu-ibu PKK di Talikurang,

Sulawesi Utara dimana tingkat kebugaran ibu-ibu PKK berkategori sedang (33%)

dan berkategori kurang (67%). Hasil penelitian yang sejalan pula dilakukan oleh

Viandra (2015) menunjukkan 72% orang dewasa memiliki kebugaran yang

1
kurang baik dimana sebanyak 33,9% memiliki tingkat kebugaran kurang dan

sebagian besar kurang melakukan aktivitas fisik sebanyak 45,3%. Penelitian yang

dilakukan oleh Lubis (2017), menunjukkan bahwa aktivitas fisik bisa

mempercepat 10-20 denyut nadi pemulihan sehingga jantung bekerja lebih efisien

dan daya tahan kardiorespirasi seperti denyut nadi dapat meningkat. Sepriani

(2018) melakukan penelitian lain tentang kebugaran dan disimpulkan bahwa

kebugaran pada ibu-ibu di Pasaman, Sumatera Barat menunjukka bahwa 39,28%

kebugarannya cukup, 17,87% kebugarannya kurang, 42,85% kebugarannya sangat

kurang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran yaitu indeks massa tubuh,

persen lemak tubuh, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi makro. Menurut Hasir

(2017), Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indeks pengkuran status gizi

yang biasa diguunakan untuk mengukur status gizi dewasa. Menurut Sharkey

(2011), seseorang yang berstatus gizi obesitas atau dengan Indeks Massa Tubuh

>25,0 kg/m2 cenderung malas beraktivitas sehhingga kebugaran berkurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2013) menemukan bahwa ada

hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kebugaran. Penelitian yang

dilakukan oleh Firdaus dan Achmad (2014) pada orang dewasa didapatkan bahwa

responden yang tidak bugar memiliki rata-rata gizi lebih sebesar 96,7 % dan rata-

rata gizi baik sebesar 50%. Kemudian responden yang bugar memiliki rata-rata

gizi lebih sebesar 3,3% dan rata-rata gizi baik sebesar 50%.

Persen lemak tubuh juga mempengaruhi kebugaran. Persen lemak tubuh

diperoleh menggunakan alat Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA)

(Murbawani, 2017). Menurut Kurnia (2020), persen lemak tubuh yang berlebih

2
dapat mempengaruhi kebugaran, karena dapat mengakibatkan terjadinya kelainan

pada tubuh, terjadinya kegemukan, stroke, dan serangan jantung. Penelitian yang

telah dilakukan oleh Komala (2013), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

antara persen lemak tubuh dengan kebugaran pada dewasa muda dimana rata-rata

persen lemak tubuh pada kelompok yang tidak bugar adalah 29,19%. Sedangkan,

rata-rata persen lemak tubuh pada kelompok yang bugar adalah 27,36%.

Aktivitas fisik berpengauh pada komponen kebugaran dimana akan

mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan daya tahan jantung (Fatmah, 2011).

Aktifitas fisik yang rutin juga akan memberikan dampak positif pada kebugaran

seseorang. Menurut Sandi (2016), aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan dalam jangka waktu lama, maka akan terjadi penurunan

frekuensi denyut nadi. Sassen B (2010), melakukan penelitian dan menunjukkan

bahwa di Belanda terdapat hubungan antara kebiasaan aktivitas fisik dengan

kebugaran tubuh. Kebugaran daya tahan denyut jantung dipengaruhi oleh faktor

latihan rutin. Penelitian pada dewasa muda yang telah dilakukan oleh Hasir

(2017), menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kebugaran

dimana 40% responden dinyatakan bugar dan 60% responden dinyatakan tidak

bugar.

Faktor lain yang dapat mempengaruh kebugaran seseorang yaitu asupan zat

gizi makro. Menurut Fatmah (2011), asupan gizi merupakan salah satu faktor

yang menentukkan kebugaran karena berkaitan dengan aktivitas fisik dan status

gizi. Kebugaran seseorang yang baik memelukan kecukupan dan keseimbangan

zat gizi mikro dan makro. Penelitian yang dilakukan Yunitasari et al (2019),

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara asupan lemak dengan frekuensi

3
denyut nadi (tingkat kebugaran). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sugiarsi (2012), terdapat 28,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan

karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini terjadi karena karbohidrat berfungsi pada

proses metabolik anabolisma dan katabolisme, memastikan persediaan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan energi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebugaran

seseorang di usia dewasa tergolong rendah dan belum ada penelitian terkait

kebugaran di lingkungan Kampung Bangun Rejo. Berdasarkan hal tersebut

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan Status Gizi, Persen Lemak

Tubuh, Aktifitas Fisik dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Kebugaran Ibu-Ibu

PKK di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini

adalah apakah ada Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,

Aktifitas Fisik dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Kebugaran Ibu-Ibu PKK di

Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Indeks Massa

Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Aktifitas Fisik dan Asupan Zat Gizi Makro

dengan Kebugaran Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021.

4
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi indeks massa tubuh, aktifitas fisik,

persen lemak tubuh dan asupan zat gizi makro dan nilai kebugaran.

b. Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan nilai kebugaran pada

ibu-ibu PKK di Kampung Bangun Rejo.

c. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan nilai kebugaran pada ibu-

ibu PKK di Kampung Bangun Rejo.

d. Mengetahui hubungan persen lemak tubuh dengan nilai kebugaran

pada ibu-ibu PKK di Kampung Bangun Rejo.

e. Mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dengan nilai kebugaran

pada ibu-ibu PKK di Kampung Bangun Rejo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

wawasan ilmu pengetahuan mengenai Hubungan Indeks Massa Tubuh,

Aktifitas Fisik, Persen Lemak Tubuh dan Asupan Zat Gizi Makro dengan

Kebugaran pada Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi peneliti

Penelitian ini akan menambah wawasan dan ilmu serta pengalaman

baru baik di dalam dunia pendidikan ataupun di dalam dunia

masyarakat.

b. Bagi kampung Bangun rejo

5
Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dalam rangka meningkatkan

upaya – upaya dalam melakukan kebugaran fisik khususnya di wilayah

Kampung Bangun Rejo.

c. Bagi ibu-ibu PKK di kampung Bangun Rejo

Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya untuk

Ibu-Ibu PKK Kampung Bangun Rejo tentang kebugaran. Ibu-ibu PKK

diharapkan dapat meningkatkan hidup sehat dengan aktif melakukan

aktivitas fisik demi tercapainya kebugaran yang lebih optimal. Ibu-ibu

PKK dapat mengingkatkan konsumsi makanan dengan gizi seimbang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu PKK yang berada di

Kampung Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah

Tahun 2022. Objek dalam penelitian ini adalah : indeks massa tubuh, aktivitas

fisik, persen lemak tubuh, asupan zat gizi makro dan nilai kebugaran. Penelitian

ini akan dilakukan pada bulan Juli 2021 di Kampung Bangun Rejo Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kebugaran

a. Pengertian

Kebugaran adalah kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari

tanpa mengalami kelelahan yang berari dan masih ada energi untuk

beraktivitas di waktu senggang (Sugiyanto, 2014). Tingkat kebugaran

sangat berhubungan erat dengan aktivitas fisik dan frekuensi denyut

nadi dimana frekuensi denyut nadi akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya aktivitas fisik (Safitri, 2017). Hal ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Naesilla (2016) bahwa dengan

melakukan aktifitas fisik dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi

yang akan mempengaruhi kebugaran dan kesehatan tubuh seseorang.

Menurut Sugiyanto (2014), orang yang memiliki tingkat kebugaran

akan mempengaruhi frekuensi denyut nadi. Jika frekuensi denyut nadi

baik maka jantung akan berfungsi scara optimal saat melakukan

aktivitas sehari-hari secara rutin.

b. Pengukuran kebugaran

Tingkat kebugaran seseorang dapat diperoleh melalui pengkuran

komponen kebugaran. Pengukuran terhadap kebugaran menjadi

indikator yang menggambarkan kualitas fisik seseorang pada saat ini

dan setelah beraktivitas (Fatmah, 2011). Menurut Indrawagita (2009),

7
pengukuran kebugaran terbagi menjadi dua berdasarkan metabolism

energinya yaitu pengukuan aerobik dan anaerobik.

1) Uji Kebugaran Aerobik

Uji kebugaran aerobik terbagi menjadi dua metode yaitu metode

langsung dan tidak langsung dimana diprediksi melalui detak

jantung. Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas

aerobic (VO2max) (Indrawagita, 2009). Uji kebugaran metode

langsung akan menghasilkan jumlah yang dinyatakan dalam satuan

milliliter permenit (ml/mnt) atau milliliter perkilogram berat badan

permenit (ml/kgBB/mnt). Metode yang dapat digunakan yaitu

Graded Exercise Test (GXT) dimana diukur melalui tingkat

kelelahan yang dimonitr dengan EGC melalui pengukuran yang

menggunakan treadmill. Pengukuran kebugaran secara tidak

langsung dilakukan dengan berbagai bentuk tes seperti tes kebugaran

lapangan, tees naik turun tangga, uji laboratorium submaksimal, dan

uji laboratorium maksimal. (Nieman, 2011).

Jenis pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengukur

kebugaran salah satunya yaitu tes naik turun bangku atau metode

Harvard Step Test dimana menggunakan bangku setinggi 35 cm (14

Inchi) (Sepriani, 2018). Tes naik turun bangku metode Harvard Step

Test menggunakan bangku setinggi 70 cm (20 inci), metode Quenn’s

College Step Test menggunakan bangku setinggi 57 cm (16,25 inci)

dan YMCA 3 minute step test menggunakan bangku 31 cm (12 inci).

Kemudian tes ketahanan kardiorespiratori terdiri dari tes lari 12

8
menit Cooper yaitu penilaian yang dilakukan dengaan melihat jarak

yang dicapai selama 12 menit berlari. Tes lari 2,4 km merupakan

penilaian yang dilakukan dengan melihat waktu yang diperlukan

untuk lari 2,4 km (Fatmah, 2011).

Tes bangku Harvard merupakan tes yang paling familiar

digunakan untuk menghitung indeks kebugaran denyut jantung yang

diukur melalui denyut nadi, sehingga dapat diketahui denyut nadi

maksimal. Tes bangku Havard pertama dikembangkan oleh graybriel

Brouha & Heath pada tahun 1943. Tes bangku Harvard dilakukan

dengan naik turun bangku selama maksimal 5 menit. Saat sudah

merasa kelelahan maka tes dihentikan kemudian waktunya dicatat

dan dihitung denyut nadinya (Salsabila, 2017). Pengukuran Harvard

Step Test ini untuk melihat seberapa cepat kemampuan tubuh

seseorang melakukan pemulihan setelah melakukan aktivitas,

dimana diukur melalui denyut nadi dan dilakukan perhitungan guna

mengetahui kebugaran tubuh seseorang (Kusuma et al, 2020).

Menurut Sepriani (2018), salah satu metode yang dapat digunakan

untuk mengukur kebugaran yatu Harvard Step Test. Peralatan yang

digunakan yaitu :

a) Bangku tinggi 35 cm (14 inci)

b) Papan tulis

c) Stop Watch

d) Pena dan kertas

e) Metronome

9
Cara pelaksanaan tes yaitu :

a) Responden berdiri menghadap bangku pada aba-aba hitungan “1

2 3” tes dimulai.

b) Responden menaikkan salah satu kaki ke atas bangku dan diikuti

kaki berikutnya diletakkan disamping kaki pertama.

c) Responden meluruskan kedua tungkai dan punggung lalu

melangkah turun dimulai kaki pertama naik dan diikuti kaki

berikutnya diletakkan di samping kaki pertama.

d) Test turun naik bangku ini dilakukan tanpa berhenti selama 3-5

menit.

e) Dibolehkan berganti kaki pertama naik jika salah satu kaki lelah

(pergantian dibolehkan selama 3 kali).

f) Jika responden tidak mampu lagi boleh berhenti dan DN

dihitung.

g) Setelah aba-aba berhenti diberikan segera duduk di atas bangku

dan istirahat.

h) Hitung DN I setelah istirahat I menit selama 30 detik dan catat

jumlahnya.

i) Hitung DN ke II selama 30 detik setelah istirahat 2 menit dan

catat jumlahnya.

j) Hitung DN III selama 30 detik setelah istirahat 3 menit dan catat

jumlahnya.

Hasil data lama naik turun dan denyut nadi dimasukkan ke dalam

rumus berikut, sehingga didapatkan hasil indeks kebugaran:

10
waktu tes ( dalam detik ) x 100
Indeks ¿
2 x (DN I + DN II + DN III )

Tabel 1 Klasifikasi Indeks Kebugaran Tes Harvard


No. Laki-Laki Klasifikasi Perempuan
1. >90 Baik Sekali (BS) >86
2. 80 – 90 Baik (B) 76 – 86
3. 65 – 79 Sedang (S) 61 – 75
4. 55 – 64 Kurang (K) 50- 60
5. < 55 Kurang Sekali (KS) < 50
Sumber : Arsil, 2015

2) Uji Kebuaran Anaerobik

Daya tahan anaerobik adalah proses pemenuhan kebutuhan

tenaga di dalam tubuh untuk memanfaatkan glikogen agar menjadi

sumber tenaga tanpa bantuan oksigen dari luar (Akbar, 2013).

Beberapa prosedur yang telah dikembangkan untuk memprediksi

atau mengukur tingkat kebugaran anaerobik yaitu Margaria stair-

running test dan tes anaerobik Wingate. Margaria stair-running test

(Tes Berlari Naik Tangga Margaria) dilakukan dengan meminta

seeorang untuk menaiki dua anak tangga sekali langkah dengan

kecepatan penuh. Pengukurn metode tes anaerobik Wingate

merupakan teknik paling popular diantara pengukuran kebugaran

dengan sepeda ergometer karena dinilai cukup murah, mudah, dan

dapat digunakan pada berbgai macam populasi. Tes dilakukan

dengan mengayu sepeda sekuat tenaga selama 30 detik dengan beban

yang diseuaikan dengan berat badan individu (Rowland, 1996),

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran

Faktor yang mempengaruhi denyut nadi sehingga dapat

mempengaruhi kebugaran yaitu :

11
1) Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

merupakan cara untuk memantau status gizi orang dewasa

(Supariasa, 2013). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan

zat gizi oleh tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi

(Candra, 2020). Denyut nadi juga dipengaruhi oleh berat badan,

sedangakan berat badan berkaitan dengan IMT. Makin tinggi berat

badan semakin tinggi IMT, begitu sebaliknya makin rendah berat

badan IMT semakin rendah. Sehingga makin tinggi IMT denyut nadi

istirahat semakin tinggi (Sandi, 2013). Komponen dari Indeks Massa

Tubuh terdiri dari tinggi badan dan berat badan. Tinggi badan diukur

dengan keadaan berdiri tegak lurus, tanpa menggunakan alas kaki,

kedua tangan merapat ke badan, punggung menempel pada dinding

serta pandangan diarahkan ke depan., sedangkan berat badan diukur

dengan posisi berdiri diatas timbangan berat badan (Arisman, 2011).

Menurut Gibson (2005), untuk menentukan Indeks Massa

Tubuh orang dewasa dapat dihitung menggunakan rumus seperti

berikut :

Berat Badan(kg)
IMT=
Tinggi Badan(m)²

Klasifikasi IMT untuk Indonesia yaitu kurus dengan IMT <17,0-

18,5 kg/m2, normal dengan IMT 18,5-25,0 kg/m2, dan gemuk dengan

IMT >25,0 kg/m2 (Departemen Kesehatan RI, 2014). Indeks Massa

12
Tubuh merupakan salah satu indeks antropometri memiliki kelebihan

dan kekurangan. Kelebihannya yaitu pengukurannya yang mudah

dilakukan dan dapat menentukan status gizi. Kekurangan dari Indeks

Massa Tubuh yaitu hanya dapat digunakan untuk memantau status

gizi orang dewasa dengan usia lebih dari 18 tahun, tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak remaja, ibu hamil dan olahragawan

(Irianto, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Yunitasari (2019) pada orang dewasa diketahui bahwa terdapat

hubungan antara status gizi dengan denyut nadi (tingkat kebugaran

tubuh) dimana sebagian memiliki status gizi obesitas (41,5%).

2) Persen lemak tubuh

Massa lemak merupakan salah satu indikator komposisi tubuh

yang juga berpengaruh terhadap kebugaran. Persen lemak tubuh

merupakan persentase massa lemak tubuh dibandingkan berat badan

total (Mubawani, 2017). Massa lemak tubuh dalam batas normal

akan berpengaruh baik terhadap tingkat kebugaran (Siregar et al,

2017). Seseorang dianggap memiliki kebugaran yang lebih baik jika

memiliki lebih banyak massa jaringan otot daripada massa jaringan

lemak. Seseorang yang lebih banyak memiliki jaringan lemak akan

memiliki kemampuan yang lebih kecil menghasilkan energi. Berarti

orang dengan berat badan berlebih memiliki massa jaringan tidak

lemak berlebih, sehingga otot akan berkontraksi lebih kuat untuk

menopang berat badan yang berlebih tersebut (Putri, 2018).

13
Pada kondisi dewasa dan lanjut usia, akumulasi lemak tubuh

berlebih memungkinkan terjadinya komplikasi metabolik seperti

intoleransi glukosa, hiperinsulinemia, Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM), hipertensi, dan dislipidemia.

komplikasi metabolik tersebut dapat meningkatkan risiko terhadap

terjadinya penyakit kardiovaskuler. Akumulasi lemak berlebih juga

dapat menyebabkan kurangnya tingkat kebugaran seseorang

(Sudibjo, 2012). Berikut kategori persen lemak tubuh untuk laki-laki

dan perempuan berusia 18-30 tahun.

Tabel 2 Kategori Persen Lemak Tubuh

Tingkat Laki laki (%) Perempuan (%)


Atletik 6-10 10-13
Good 11-14 16-19
Acceptable 15-18 20-25
Overweight 19-24 26-29
Obesitas 45 atau lebih 30 atau lebih
Sumber : William 2002

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2020),

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara persen lemak tubuh

terhadap kebugaran, dimana tingkat persen lemak tubuh normal

yaitu sebanyak 35 responden (76,1%). Siregar et al (2017)

melakukan penelitian pada dewasa muda putri dimana persen massa

lemak merupakan salah satu indikator komposisi tubuh yang juga

berpengaruh terhadap kebugaran, dan didapatkan nilai persen lemak

tubuh terendah responden adalah 18.9% dan tertinggi adalah 38.7%.

3) Aktivitas fisik

14
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh yang

dilakukan oleh tubuh yang membutuhkan energi expenditure untuk

meningkatkan kebugaran dan kesehatan latihan kebugaran (Hoeger,

2011). Aktivitas fisik yang sesuai dengan criteria antara lain baik,

benar dan terukur dimana dapat mencegah terjadinya penyakit tidak

menular serta mampu meningkatkan derajat kesehatan (Depkes RI,

2003). Berbagai aktivitas fisik tersebut dikelompokkan menjadi

aktivitas ringan, aktivitas sedang, aktivitas berat. Pengukuran

aktivitas fisik bisa dilakukan dengan mengukur banyaknya energi

yang dikeluarkan/dibutuhkan pada setiap menit kegiatan (WHO,

2005). Aktivitas fisik yang berlangsung berulang misalnya otot yang

melakukan aktivitas fisik secara teratur dan terukur akan

mempengaruhi fungsi organ tubuh yang akan meningkatkan

kebugaran (Fatmah, 2011). Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang

dibutuhkan oleh setiap orang, dengan melakukan aktivitas fisik

seseorang akan mendapatkan kebugaran (Sepriani et al, 2018).

Menurut Kemenkes (2014), aktivitas fisik rendah merupakan salah

satu faktor pemicu obesitas. Aktivitas fisik dikategorikan cukup jika

individu dilakukan selama 30-60 menit setiap hari atau minimal 3-5

hari dalam seminggu.

Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang

dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam Physical

Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL dapat

ditentukandengan rumus sebagai berikut :

15
( PAR ) X ( Alokasi Waktu Tiap Aktivitas)
P AL=
24 jam

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (Tingkat Aktvitas Fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan

untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Menurut Salim (2014), kategori tingkat physical activity

berdasarkan PAL yaitu :

a. Ringan (sedentary lifestyle) : 1,40 kkal/jam – 1,69 kkal/jam.

b. Sedang (active or moderately) : 1,70 kkal/jam – 1,99 kkal/jam.

c. Berat (vigorus or vigorously active lifestyle) : 2,00 kkal/jam –

2,40 kkal/jam.

TabeL 3 Physical Activity Rate (PAR) berbagai aktivitas fisik

Physical Activity Ratio


Aktivitas
(PAR) kkal
Tidur 1.0
Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1.4
Kegiatan ringan (beribadah, duduk santai) 1.4
Makan 1.5
Duduk 1.5
Mengendarai mobil 2.0
Mengendarai motor 1.5
Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2
Mandi dan berpakaian 2.3
Menyapu, membersihkan rumah dan mencuci 2.3
Mencuci piring, menyetrika 1.7
Memasak 2.1
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8
Berjalan kaki 3.2
Berkebun (mencabut rumput, tanam tanaman, dll) 4.1
Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2
Olahraga berat (sit up, push up, bersepeda, lari) 4.5
Sumber : FAO/WHO/UNU : Novianingrum, 2015

16
Menurut Sassen (2010), di Belanda menunjukkan adanya

hubungan positif signifikan antara kebiasaan aktivitas fisik dan

intensitas aktivitas fisik dengan kebugaran tubuh. Penelitian yang

dilakukan oleh Hasir (2017), didapatkan bahwa ada hubungan antara

status aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran, dimana dari 59

responden yang memiliki akativitas fisik buruk (40%) dinyatakan

bugar dan 60% dinyatakan tidak bugar. Menurut Dewi (2015),

sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Akbar dan

Yulianti yang menemukan bahwa aktivitas fisik berpengaruh

terhadap kebugaran.

4) Asupan zat gizi makro

Asupan gizi adalah salah satu faktor penentu kebugaran.

Asupan zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak.

Asupan gizi yang baik akan menghasilkan energi yang cukup,

karena energi dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas.

(Hardiansyah et al, 2012). Energi dapat diperoleh dari metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat di dalam makanan.

Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan

lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87

kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2010). Kelebihan energi akan

disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka

pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang

(Institute Of Medicine, 2005).

Kebutuhan energi seseorang merupakan konsumsi energi

17
yang berasal dari makanan sumber penghasil energi berdasarkan

ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas sesuai untuk

memelihara kesehatan jangka panjang. Angka kecukupan energi

adalah banyaknya asupan makanan dari seseorang yang seimbang

dengan pengeluarannya sesuai dengan susunan dan ukuran tubuh,

tingkat kebugaran dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan

fisiologis tubuh dalam waktu lama (Hardinsyah et al, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Komala dan Achmad (2013) pada

156 orang dewasa muda, didapatkan bahwa responden yang tidak

bugar memiliki rata-rata asupan energi sebesar 1466,7 kkal.

Sedangkan responden yang bugar memiliki rata-rata asupan energi

sebesar 1344,4 kkal.

Protein merupakan sumber zat pembangun utama dan berfungsi

untuk memperbaiki jaringan seperti otot, darah, kulit, organ dalam,

kuku, dan tulang (Hoeger dan Hoeger, 2013). Meskipun protein

merupakan zat pembangun jaringan tubuh bukan berarti makin tinggi

konsumsi protein makin besar pembentukan otot. Pembentukan

massa otot dan kekuatannya ditentukan oleh latihan yang terprogram

dengan baik dan ditunjang oleh makanan yang cukup. Konsumsi

protein yang berlebihan menyebabkan hati dan ginjal bekerja lebih

berat, karena harus memecah dan mengeluarkan protein berlebihan

(Syafrizar, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sugiarto (2012) di Virenka Gym Bantul-Yogyakarta., didapatkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan

18
tingkat kebugaran peserta fitness di Virenka Gym Bantul, dimana

yang bugar memiliki rerata asupan protein sebesar 79,5 gram dan

yang tidak bugar memiliki rerata asupan protein sebesar 58,5 gram.

Pemakaian lemak selama latihan atau kegiatan olahraga yang

lama (daya tahan) memberikan efek melindungi penggunaan

glikogen otot (karbohidrat). Peningkatan metabolisme lemak waktu

melakukan kegiatan olahraga yang lama melindungi pemakaian

glikogen otot, tetapi masukan energi dari lemak ini dianjurkan tidak

lebih dari 30-53% dari total energi per hari. Bila konsumsi lemak

lebih dari yang dianjurkan akan merugikan kesehatan. (Syafrizar,

2019). Penelitian di Finlandia yang bertujuan untuk melihat

hubungan antara kebugaran dengan lemak menunjukkan perbedaan

tingkat kebugaran berhubungan dengan level plasma asam lemak

jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam tubuh (Konig, et al., 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Komala dan Achmad (2013) pada

156 orang dewasa muda, didapatkan bahwa responden yang tidak

bugar memiliki rata-rata asupan lemak sebesar 57,63 gram.

Kemudian responden yang bugar memiliki rata-rata asupan lemak

sebesar 51,22 gram.

Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah.

Karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit

terdapat pada sumber makanan hewani. Peran utama karbohidrat

yaitu menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, kemudian diubah

menjadi energi. Sel-sel yang sangat aktif memerlukan banyak energi.

19
Energi tersebut didapat dari pemecahan glukosa yang ada dalam

aliran darah. Kadar glukosa akan ditingkatkan kembali dengan

mobilisasi glikogen yang ada di hati. Kalau energi yang diperlukan

lebih banyak lagi, timbunan lemak dalam jaringan mulai digunakan.

(Syafrizar, 2019). Penelitian Ardania (2010) pada kaum dewasa

muda di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan status

kebugaran, yaitu responden dengan asupan karbohidrat yang cukup

memiliki kebugaran yang lebih baik dari pada responden yang

kurang asupan karbohidrat. Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus

dan Achmad (2014) pada orang dewasa sebanyak 96 orang

didapatkan bahwa responden yang tidak bugar memiliki rata-rata

asupan karbohidrat sebesar 370 gram. Kemudian responden yang

bugar memiliki rata-rata asupan karbohidrat sebesar 230 gram.

Tingkat konsumsi makanan dapat diukur dengan menggunakan

metode food recall 2x24 jam. Prinsip dari metode food recall 2x24

jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini

responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum

selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak

responden bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur malam

harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan

wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Apabila

pengukuran hanya dilakukan satu kali (1 x 24 12 jam), maka data

20
yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu. Food recall 24 hours sebaiknya dilakukan

berulang-ulang dan harinya tidak berurutan sehingga dapat

menghasilkan gambaran asupan gizi secara lebih optimal dan

bervariasi (Supariasa, et al., 2002). Asupan gizi seseorang dapat

diketahui melalui tingkat dan kategorinya yaitu defisit ringan 80 –

90% AKG, normal 90 – 119% AKG, berlebih ≥ 120% AKG

(Giibson, 2005).

Tabel 4 Metode pengukuran Asupan Makanan Food Recall

Metode Prosedur Kelebihan Kekurangan


Food Meminta responden 1. Mudah 1. Tidak dapat
Recall 24 mengingat dan melaksanakannya menggambarkan
Jam menceritakan serta tidak terlalu asupan makanan
semua makanan dan membebani sehari-hari, bila
minuman yang responden. hanya dilakukan
dikonsumsi pada 2. Biaya relatif recall satu hari
periode 24 jam murah, karena tidak dan ketepatan
yang lalu. perlu peralatan tergantung pada
khusus. daya ingat
3. Cepat, sehingga responden.
dapat mencakup 2. Membutuhkan
banyak responden. tenaga atau
4. Dapat digunakan petugas yang
untuk merespon yang terlatih dan
buta huruf. terampil dalam
5. Dapat memberikan menggunakan
gambaran nyata alat-alat bantu
dikonsumsi sehingga URT dan
dapat dihitung intake ketepatan alat
zat gizi sehari bantu yang
dipakai menurut
kebiasaan
masyarakat.

Sumber : Supariasa, et al., 2002

5) Usia

Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap denyut nadi, denyut

nadi maksimum pada orang dewasa atau lanjut usia sangat menurun.

Hal ini disebabkan berkurangnya massa otot, dan daya maksimum

21
otot yang dicapai sangat berkurang dimana pada orang dewasa

mencapai 60-100 denyut permenit (Sandi, 2013). Semakin tua

seseorang akan terjadi penurunan kebugaran yang disertai penurunan

status kesehatan. Hal itu ditandai dengan penurunan elastisitas

jaringan ikat, pegurangan kepadatan kapiler di jaringan, dan sel-sel

permanen hilang (Prabowo, 2014).

Seiring bertambahnya usia, maka tingkat kebugaran akan

meningkat sebelum menginjak usia 30 tahun. Kebugaran tersebut

akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Terjadinya

penurunan dan penaikan tingkat kebugaran tersebut terjadi secara

ilmiah oleh tubuh. Tetapi penurunan ini dapat berkurang, apabila

seseorang melakukan ktivitas fisik secara teratur sejak dini (Hanifah,

2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktarini (2020),

disimpulkan bahwa jenis kelamin, usia dan BMI memiliki hubungan

dengan kebugaran. Menurut Tittlbach et al (2017) dalam

penelitianya mengemukakan bahwa makin bertambahnya usia maka

makin menurunnya kebugaran, meningkatnya keluhan fisik, dan

meningkatnya skor BMI.

6) Jenis kelamin

Denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan laki-laki. Pada laki-laki dengan kerja 50% maksimal rata-rata

nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut

per menit (Potter, 2010). Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan

perempuan hampir sama sebelum masa puber, tapi setelah puber

22
kebugaran pada anak laki-laki dan perempuan semakin berbeda

(Fatmah, 2011). Terdapat perbedaan kebugaran pada laki laki dan

perempuan setelah masa pubertas. Pada laki laki memiliki tingkat

kebugaran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan.

Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan muscular power

yang berhubungan dengan perkembangan otot dan kekuatan otot

(Hartati, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktarini

(2020), disimpulkan bahwa jenis kelamin, usia dan BMI memiliki

hubungan dengan kebugaran.

7) Rokok dan kafein

Rokok dan kafein dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu

studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10

sampai 20 denyut per menit dibanding dengan seorang yang dalam

bekerja tidak didahului merokok. Hal tersebut dikarenakan, rokok

dapat mengakibatkan vasokonstriksi pada pembuluh darah (Suwitno,

2015). Merokok dapat menyebabkan gangguan pertukaran dan

trasprotasi oksigen didalam tubuh. Rokok banyak mengandung

bahan beracun seperti nikotin, tar, dan zat adaptif yang dapat

menempel dipermukaan saluran pernafasan. Bahan beracun tersebut

dapat mengganggu pertukaran gas antara alveoli dan pembuluh

darah diparu. Hambatan diatas tentu akan mempengaruhi terhadap

tubuh dalam mengambil oksigen. Seseorang yang memiliki fungsi

jantung yang efektif dan efisien maka akan menunjukkan kebugaran

yang baik (Hapsari, 2014). Berdasarkan penelitina yang dilakukan

23
oleh Lisyanto (2015) disimpulkan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran.

24
B. Penelitian Terkait

Tabel 5 Penelitian Terkait Dengan Hubungan Indeks Massa Tubuh,

Aktivitas Fisik, Persen Lemak Tubuh, dan Asupan Zat Gizi Makro dengan

Kebugaran Jasmani pada Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan

Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021.

Tabel 5 Penelitian Terkait

No Nama Tempat Topic/judul Metode dan Hasil penelitian


peneliti penelitian penelitian variabel yang
(tahun) digunakan
1 Podung B Kelurahan Survey Tingkat Metode : Tingkat
J. 2012 Talikuran, Kebugaran deskiptif kebugaran
Kecamatan Jasmani Ibu – jasmani ibu-ibu
Kawangkoan Ibu PKK di PKK di
Kabupaten Kelurahan Kelurahan
Minahasa Talikuran Talikuran,
Kecamatan Kecamatan
Kawangkoan Kawangkoan
Kabupaten berada pada
Minahasa kategori sedang
dan kurang.
2 Yunitasari Sekolah Dasar, Asupan Gizi, Metode : cross Hubungan
A R, Kecamatan Aktivitas Fisik, sectional negative
Sinaga T Jagakarsa, Pengetahuan signifikan antara
& Nurdiani Jakarta Selatan. Gizi, Status Gizi asupan
R. 2019 dan Kebugaran karbohidrat
Jasmani Guru dengan status
Olahraga gizi, serta
Sekolah Dasar. hubungan
positif antara
persentase
lemak tubuh
dengan denyut
nadi (tingkat
kebugaran).
3 Hasir, Politeknik Status Gizi, Metode : cross IMT dan persen
Muslimin I Kesehatan Aktivitas Fisik, sectional lemak tubuh
& Arief E. Mamuju dan Tingkat berhubugan
2017. Kebugaran dengan tingkat
Mahasiswa kebugaran.
Politeknik Sedangkan
Kesehatan aktivitas fisik
Mamuju berhubungan
dengan tingkat
kebugaran.
4 Sepriani R, Jorong, Kp. Alai Kebugaran Metode : Kebugaran
Eldawati & Nagari Jambak jasmani Ibu-Ibu deskriptif jasmani ibu-ibu
Oktmarini Kecamatan di Jorong Kp. di Jorong Kp.
R. 2018 Lumbuk Alai Nagari Alai Nagari
Sikaping Jambak Jambak

25
Kabupaten Kecamatan Kecamatan
Pasaman Lumbuk Lumbuk
Sikaping Sikaping
Kabupaten Kabupaten
Pasaman Pasaman
diketahui bahwa
tidak ada ibu-
ibu yang
berklasifikasi
kebugaran
jasmani Baik
Sekali dan baik,
11 orang cukup,
5 orang kurang,
dan 5 orang lagi
sangat kurang.
5 Komala, R Universitas Perbedaan status Metode : cross ada perbedaan
(2013) Indonesia kebugaran sectional yang bermakna
berdasarkan antara persen
status gizi, lemak tubuh
aktivitas fisik, dengan tingkat
dan asupan gizi kebugaran
pada mahasiswi seseorang
Program Studi
Gizi FKM UI

26
C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori mengenai kebugaran, maka kebugaran seseorang

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

Indeks Massa Tubuh

Persen lemak tubuh

Aktivitas fisik

Asupan zat gizi makro Nilai denyut nadi


maksimal

Usia

Jenis kelamin

Merokok dan kafein

Sumber : Modifikasi dari Supariasa, 2013 ; Hasir, 2017, Sudibjo, 2012; Yunitasari, 2019; Oktarini,
2020; Fatmah, 2011; Suwitno,2015.
Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan Indeks Massa Tubuh, Aktivitas
Fisik, Persen Lemak Tubuh, Dan Asupan Zat Gizi Makro
Dengan Nilai Denyut Nadi Maksimal Ibu-Ibu PKK
Kelurahan Bangun Rejo, Kecamatan Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah, 2021.
D. Kerangka Konsep

Indeks Massa Tubuh

Persen Lemak Tubuh Nilai denyut nadi


maksimal

Aktivitas fisik Variabel Dependen

Asupan zat gizi makro

Variabel Independen

27
Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Indeks Massa Tubuh, Aktivitas
Fisik, Persen Lemak Tubuh, Dan Asupan Zat Gizi Makro
Dengan Nilai Denyut Nadi Maksimal Ibu-Ibu PKK
Kelurahan Bangun Rejo, Kecamatan Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah, 2021.

E. Hipotesis

1. Ha

Ada Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Aktifitas Fisik

dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Nilai Denyut Nadi Maksimal Ibu-Ibu

PKK di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2021.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data primer untuk mengetahui

variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen yang ingin diteliti

adalah nilai denyut nadi maksimal. Sementara variabel independennya adalah indeks

massa tubuh, persen lemak tubuh, aktivitas fisik dan asupan zat gizi makro.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Waktu penelitian dilakukan pada Juli 2021. Jadwal disesuaikan sendiri

oleh responden agar seluruh responden dapat mengikuti seluruh proses

pengumpulan data.

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bangun Rejo, Kecamatann Gunung

Sugih, Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2021.

C. Rencana Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitan bersifat analitik observasional dimana

peneliti hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel

yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,

dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan efek diobservasi

sekaligus pada saat yang sama. Tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja, dan

faktor risiko dan efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi.

29
D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu PKK di

Kelurahan Bangun Rejo, Kecamatan Gunung Suguh, Kabupaten ampung

Tengah.

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah ibu-ibu PKK di Kelurahan Bangun Rejo,

Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah yang aktif

mengikuti kegiatan organisasi. Menentukan jumlah sampel minimal,

dimana menggunakan rumus Lameshow.

Z ² p(1 – p) N
n=
d ² (N – 1)+ Z ² p (1 – p)

Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi ibu-ibu PKK di Kelurahan Bangun Rejo,

Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah.

Z : derajat kepercayaan (95% = 1,96)

p : proporsi studi kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak

diketahui proporsinya ditetapkan 50% (0,50)

d : derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan (5% =

0,05)

Cara perhitungan:

Z ² p(1 – p) N
n=
d ² ( N – 1)+ Z ² p (1 – p)

30
1,96 ² x 0,50 (1 – 0,50)120
n= 2
0,05 ² ( 120 – 1 )+1,96 x 0,50(1 – 0,50)

3,8416 x 0,50 x 0,5 x 120


n=
0,0025 x 119+ 3,8416 x 0,50 x 0,61

115,248
n=
0,2975+ 1,171688

115,248
n=
1,469188

n=78,443

n ¿ 78 + 10%

= 86

Berdasarrkan perhitungan sampel, maka didapatkan hasil yaitu sampel

berjumlah 86 orang sebagai sampel minimal di Kelurahan Bangun Rejo,

Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah.

3. Teknik sampling

Teknik sampling yaitu cara untuk menentukan sampel. Teknik

pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel

diambil secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam

populasi dan setiap elemen populasi memiliki peluang yang sama dan

diketahui untuk terpilih sebagai subjek.

4. Kriteria sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitiann ini yaitu seluruh ibu-ibu PKK.

Dimana memiliki kesehatan jasmani dan rohani, berdomisili di

Kelurahan Bangun Rejo, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten

Lampung Tengah, 2021 serta aktif mengikuti kegiatan PKK.

31
b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu keanggotaan PKK

tapi tidak aktif dalam organisasi tersebut.

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas (Independen), merupakan variabel yang mempengaruhi

atau penyebab timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel bebas (X)

pada penelitian ini yaitu indeks massa tubuh, persen lemak tubuh,

aktivitas fisik, dan asupan zat gizi makro.

2. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini

adalah nilai denyut nadi mmaksimal.

F. Definisi Operasional Variabel

Tabel 6. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur skala


Kebugar Kemampuan Naik turun Indeks Nilai denyut Rasio
an seseorang melakukan bangku Kebugaran nadi maksimal
jasmani Harvard Step Test metode Jasmani Tes
yaitu naik turun Harvard Harvard
bangku selama Step Test
maksimal 5 menit
dan tinggi bangku 35
cm lalu hasilnya
diukur dengan denyut
nadi.
Indeks Komponen dari Timbangan Antropometr kg/m2 Rasio
Massa Indeks Massa Tubuh berat bdan i
Tubuh terdiri dari tinggi dan
badan dan berat microtoise
badan (Arisman,
2011).
Persen Persen lemak tubuh Biolectrica Pengukuran % Rasio
Lemak merupakan l dengan alat
Tubuh persentase massa Impedance Biolectrical
lemak tubuh Analysis Impedance
dibandingkan berat (BIA) Analysis
badan total (BIA)
(Mubawani, 2017).

32
Aktivitas Aktivitas fisik yang Kuesioner Pengisian Skor PAL Rasio
fisik dilakukan responden. 1 x 24 jam kuesiooner
acticity Physical
recall Activity
Level (PAL)
Asupan Asupan zat gizi Kuesioner Wawancara Energi : Kkal Rasio
zat gizi makro terdiri dari recall 2 x Karbohidrat :
makro karbohidrat, protein 24 jam Gram
dan lemak. (weekend Protein : Gram
(Hardiansyah, et al, & Lemak : Gram
2012) weekday)

G. Pengumpulan Data

1. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

a. Kuesioner penelitian yang berisi informed consent dan kolom data diri

responden, prosedur pengumpulan data, kolom hasil pengukuran

antropometri, kolom recall 24 jam (diisi oleh petugas), kolom aktivitas

fisik Physical Activity Level (PAL) dan kuisioner form Perhitungan

Indeks Kebugaran Jasmani tes Harvard.

b. Pengukuran antropometri menggunakan timbangan berat badan digital

dan alat pengukur tinggi badan (microtoise).

c. Alat pengukur persen lemak tubuh yaitu Bioelectrical Impedance

Analysis (BIA) merk Omron.

d. Banggu tinggi 35 cm (14 inci).

e. Stopwatch

f. Metronome

2. Proses Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan saat pandemi Covid-19 maka wajib

menerapkan protokol keesehatan dengan menggunakan masker,

33
mencuci tangan pakai sabun, serta menjaga jarak antara masing-masing

responden. Protokol kesehatan juga wajib diterapkan oleh peneliti.

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung meliputi

pengukuran antropometri, pengisian kuesioner aktivitas fisik,

pengukuran persen lemak tubuh, wawancara recall 24 jam, dan

pengukuran kebugaran jasmani dengan metode Harvard Step Test.

Berikut prosedur pengumplan data :

1) Pengukuran antropometris

Pengukuran antropometri yang dilakukan yaitu melalui pengukuran

berat badan dan tinggi badan masing-masing responden.

a) Berat badan

Berat badan responden ditimbang langsung menggnakan

timbangan injak digital. Timbangan diletakkan ditempat yang rata

lalu responden naik ke atas timbangan dengan menggunakan

pakaian seminimal mungkin, tidak menggunakan alas kaki

apapun dan tidak membaawa benda-benda lain seperti jam tangan

atau benda yang ada di dalam saku. Prosedur penilaian yang

dilakukan yitu melakukan penimbangan sebanyak tiga kali lalu

diambil rata-rata dari dua hasil pengukuran yang paling dekat.

b) Tinggi badan

Tinggi badan diukur menggunakan microtoise yang ditempelkan

pada dinding yang permukaanya rata dan tegak lurus dengan

lantai setinggi 2 meter. Saat dilakukan pengukuran responden

harus lurus dibawah microtoise, pandangan lurus ke depan,

34
punggung, betis dan tumit menempel pada dinding. Petugas yang

membaca pengukuran harus berada pada satu garis lurus dengan

angka pada microtoise. Prosedur penilaian dilakukan pengukuran

sebanyak tiga kali dan diambil rata-rata dari dua hasil pengukuran

yang paling dekat.

2) Aktivitas fisik

Pengumpulan data aktivitas fisik diperoleh dari pengukuran

kuesioner 1x24 jam activity recall. Instrumen ini digunakan untuk

mengukur aktivitas fisik rata-rata seseorang selama 1x24 jam

kemudian hasil aktivitas selama 24 jam yang didapatkan disesuaikan

dalam rumus untuk menentukkan Physicall Activity Level (PAL).

Pengisian kuesioner 1x24 jam activity recall dibantu oleh peneliti

berdasarkan jawaban yang dikatakan responden.

3) Persen lemak tubuh

Persen lemak tubuh diukur dengan menggunakan Bioelectrical

Impedance Analysis (BIA). Pertama, petugas penelitian akan mengisi

nilai tinggi badan, berat badan, usia, dan jenis kelamin pada BIA.

Lalu responden berdiri tegak sambil memegang lurus alat tersebut,

responden dilarang bergerak selama proses pengukuran. Petugas

penelitian akan menekan tombol start, kemudian mencatat hasilnya.

4) Pengukuran data asupan zat gizi

Data asupan gizi didapat melalui metode wawancara food recall 2

x24 jam. Responden di wawancara oleh petugas pengumpul data

menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan dua kali tanpa

35
berturut-turut yaitu pada salah satu hari Senin-Jumat (weekday) dan

Sabtu-Minggu (weekend).

5) Pengukuran kebugaran

Data kebugaran diperoleh dari metode naik turun bangku Harvard

Step Test yaitu pada responden yang telah menggunakan pakaian dan

sepatu olahraga. Tes dilakukan diruangan tertutup dan lantai datar

dengan menggunakan instrument bangku setinggi 35 cm, tes

dilakukan selama maksimal 5 menit. Kemudian hasilnya dicatat di

form Perhitungan Indeks Kebugaran Harvard Step Test untuk

diinterpretasikan hasilnya. Responden disarankan untuk melakukan

pemanasan dan pendinginan terlebih dahulu. Pengukuran kebugaran

dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a) Responden berdiri menghadap bangku pada aba-aba hitungan “1

2 3” tes dimulai.

b) Responden menaikkan salah satu kaki ke atas bangku dan diikuti

kaki berikutnya diletakkan disamping kaki pertama.

c) Responden meluruskan kedua tungkai dan punggung lalu

melangkah turun dimulai kaki pertama naik dan diikuti kaki

berikutnya diletakkan di samping kaki pertama.

d) Test turun naik bangku ini dilakukan tanpa berhenti selama 3-5

menit.

e) Dibolehkan berganti kaki pertama naik jika salah satu kaki lelah

(pergantian dibolehkan selama 3 kali).

36
f) Jika responden tidak mampu lagi boleh berhenti dan DN

dihitung.

g) Setelah aba-aba berhenti diberikan segera duduk di atas bangku

dan istirahat.

h) Hitung DN I setelah istirahat I menit selama 30 detik dan catat

jumlahnya.

i) Hitung DN ke II selama 30 detik setelah istirahat 2 menit dan

catat jumlahnya.

j) Hitung DN III selama 30 detik setelah istirahat 3 menit dan catat

jumlahnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan melalui wawancara dengan ketua dan

sekertaris ibu-ibu PKK untuk mendapatkan jumlah ibu-ibu PKK secara

keseluruhan dan data terkait penelitian.

H. Pengolahan Data

Data akan diolah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang

bertujuan untuk dapat menarik kesimpulan setelah dilakukan analisis data.

Tahapan manajemen data tersebut meliputi :

1. Editing

Menyunting data dengan cara melihat kembali kuesioner yang telah

dikumpulkan, bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang salah.

Penyeleksian ini dilakukan di lapangan agar kesalahan dalam pengisian

37
kuesioner dapat ditelusuri kembali pada responden yang bersangkutan,

sebelum proses pemasukan data.

2. Coding

Mengklasifikasikan data dan memberikan kode pada masing-masing

data yang dikembangkan saat mengembangkan kuesioner.

3. Entry Data

Proses memasukan data ke dalam program pengolahan data di

komputer menggunakan program SPSS versi 16.0. Data yang akan

dimasukkan berupa hasil coding jawaban kuesioner. Sedangkan untuk data

asupan menggunakan software Nutrisurvey 2007.

4. Cleaning

Cara untuk menjaga kualitas dari data yang diperoleh. Hal ini

dilakukan dengan pembersihan data dari kesalahan-kesalahan manusiawi

(human error) yang mungkin terjadi selama proses pengolahan. Pada tahap

ini, penulis mengeluarkan (drop-out) pada beberapa responden yang dapat

mengurangi validitas data, yaitu responden yang memiliki penyakit

tertentu sehingga tidak bisa mengikuti tes kebugaran, responden yang

berpuasa pada hari sebelumnya, dan responden yang tidak melakukan tes

kebugaran dengan sempurna.

I. Analisis Data

Analisis data ini bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis data

yang digunakan adalah uji statistik menggunakan program komputer. Analisis

yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

38
1. Analisis univariat

Data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dari

variabel yang akan diteliti. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui

gambaran dari seluruh variabel yang akan diteliti meliputi nilai

kebugaran, status gizi, aktivitas fisik, persen lemak tubuh, dan asupan zat

gizi makro.

2. Analisis bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan nilai

kebugaran berdasarkan status gizi, aktivitas fisik, persen lemak tubuh,

dan asupan zat gizi makro pada ibu-ibu PKK, Kelurahan Bangun Rejo,

Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah. Uji statistik

yang digunakan dalam analisis ini adalah korelasi Pearson. Namun jika

data tidak berdistribusi normal menggunakan uji Koreasi Spearman.

39
DAFTAR PUSTAKA

Akbar M Y. 2013. Kemampuan Daya Tahan Anaerobik Dan Daya Tahan Aerobik
Pemain Hoki Putra Universitas Negeri Yogyakarta. Skrips. Universitas
Negeri Yogyakarta

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka


Utama.

Anthony Paul. Morrison, Paul F, Lara W, Shon W. Lewis, Aoiffe K, Joanne G,


Shophie P, Richard P. Bentall., 2004. Cognitive therapy for the prevention
of psychosis in people at ultra-high risk. The British Journal of Psychiatry
185 (4) 291-297.

Ardania, Adinda. Hubungan Pola Diet Vegetarian dan Faktor-Faktor Lain yang
Berhubungan dengan Kebugaran pada Kelompok Dewasa Muda di
Pusdiklat Maitreyawira Jakarta Barat Tahun 2010. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010

Arisman, 2011. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus dan
Dislipidemia. Jakarta: EGC.

Arsil. 2015. Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahragai. Wineka Media

Candra A. 2020. Pengukuran Status Gizi. Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro Semarang

Chu D J, Rifai M A, Virani S S, Brawner C A, Nasir K, & Al-Mallah M H. 2020.


The Relationship Between Cardiorespiratory Fitness, Cardiovascular Risk
Factors And Atherosclerosis. journal homepage:
www.elsevier.com/locate/atherosclerosis

Departemen Kesehatan RepubIik Indonesia. 2018. Riset kesehatan dasar.


Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.

Departemen Kesehatan RepubIik Indonesia. 2003. Gizi Atlet Sepakbola. Diektoral


Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Dewi PK, Akbar IB, Yuianti AB. 2015. Hubungann Kebugaran Jasmani dan
Lemak Tubuh pada Kelompok Senam dan Kelompok Tidak Senam.
Prosiding Pendidikan Dokter : 1016-22

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirements. FAO/WHO/UNU. Rome

40
Fatmah, SKM,MSc, Dr. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Lubuk Agung.
Bandung

Firdaus F & Achmad H E Kusdinar. 2014. Perbedaan Status Kebugaran


Komposisi Tubuh Berdasarkan Status Gizi, Aktivitas Fisik, Status merokok
dan Asupan Gizi pada Pengemudi Taksi Express Group Tahun 2014.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment: 2nd edition. New York,
USA: Oxford University Press.

Hanifah, A. 2015. Analisis Tingkat Vo2max Siswa Sma Negeri 1 Balung


Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan Olahraga. 3 (1) : 276-286.

Hapsari, E.W.2014. Perbedaan Kesegaran Jasmani dan Status Gizi Antara


Perokok dan Bukan Perokok Pada Siswa Putra Kelas IX SMP N
Tlogowungu Pati Tahunn Ajaran 2012/2014. Jurnal of Public Health. 3(2):
2252-6528.

Hasir, Muslimin I & Arief E. 2017. status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Tingkat
Kebugaran Mahasiswa Politeknik Kesehatan Mamuju. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes Vol VIII No 3. Poltekkes Kemenkes Mamuju

Hardinsyah, Riyadi, H. & Napitupulu, V. 2012. Kecukupan Energi, Protein,


Lemak dan Karbohidrat, Bogor, Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB.

Hartati, Rahayu. T, Kurdi. F, & Soegiyanto. (2012). Pengaruh Asupan Micro


Nutrient, Aktivitas Fisik Dan Jenis Kelamin Terhadap Kebugaran Jasmani
Siswa Sekolah Dasar Penderita Anemia. Journal of Physical Education and
Sports. 1 (2).

Herianti, Dewi CR. 2012. Analisis dan profil tingkat kebugaran mahasiswa
jurusan teknik mesin dan industri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Jurnal Teknosains 2(1): 19-25

Hoeger Werner W.K dan Sharon A. Hoeger.2011.Fitness and Wellness. Belmont,


USA; Wadsworth.

Indrawagita, Larasati. 2009. Hubungan Status Gizi, dan Aktivitas Fisik pada
Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009. Depok: Skripsi
Program Sarjana FKM UI

Institute Of Medicine 2005. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate,


Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids
(Macronutrients) A Report of the Panel on Macronutrients. Washington DC:
The National Academic Press.

41
Kravitz Len. 2001. Divisi Buku Sport. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Gizi Seimbang.


Kemenkes RI. Jakarta

Komala R. 2013. Perbedaan Status Kebugaran Berdasarkan Status Gizi, Aktivitas


Fisik, Dan Asupan Gizi Pada Mahasiswi Program Studi Gizi Fkm Ui Tahun
2013. Skripsi. Universitas Indonesia

Komala R & Achmad E K. 2013. Perbedaan Status Kebugaran Berdasarkan


Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi pada Mahasiswa Gizi FKM UI
Tahun 2013. Universitas Indonesia. Jakarta

Konig, D., Väįsänen, Bouchard, C. Halle, M, Lakka. TA, Baumstark, MW, Alen.
M, Berg. A, Rauramaa, R. 2003. Cardiorespiratory Fitness Modifies The
Association Between Dietary Fat Intake and Plasma Fatty Acids. European
Journal Clinical Nutrition.

Kusuma G R, Basuki S W, Risanti E D dan Hernawan B. 2020. Nadi Istirahat


Dan Nadi Pemulihan Dipengaruhi Oleh Rutinitas Olahraga. Herb-Medicine
Journal Vol 3 No 3. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kurnia D I, Kasmiyeti & Dwiyanti D. 2020. Pengetahuan Pengaturan Makan


Atlet Dan Persen Lemak Tubuh Terhadap Kebugaran Jasmani Atlet. Sport
and Nutrition Journal Vol 2 No 2. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Sumatera Barat

Listyanto A. 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tingkat Kebugaran


Jasmani. Studi pada Siswa SMA Negeri 1 Pacet Mojokerto. Universitas
Negeri Surabaya. Jawa Timur

Lubis, R, & Siregar, N. 2017. Pengaruh Pemberian Semangka Terhadap Denyut


Nadi Pemulihan Setelah Melakukan Aktivitas Fisik. Sains Olahraga : Jurnal
Ilmiah Ilmu Keolahragaan

Masturoh, I., & Tamesvari, N.A. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI

Murbawani, E. A., & Firiana, L. (2017). Hubungan Persen Lemak Tubuh dan
Aktifitas Fisik dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Remaja Putri. JNH
(Journal of Nutrition and Health), 5(2), 69-84.

Nawawinetu E D & Lutfiya I. 2020. Factors Associated With The Ability To


Perform Physical Fitness Tests With QCST. Journal of Vocational Health
Studies 03. Universitas Airlangga. Surabaya

Naesilla, Argarini, R & Mukono, I.S. 2016. Latihan Interval Intensitas Tinggi
Menurunkan Tekanan Darah Sistol Istirahat Tetapi Tidak Menurunkan

42
Tekanan Darah Diastol Dan Denyut Nadi Istirahat Pada Dewasa Muda
Sehat Normotensif. Sport and Fitness Journal. 4 (1).

Nenggala A K. 2016. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatani. Grafindo


Media Pratama

Nieman, DC. 2011. Exercise Testing and Prescription : A Health Related


Approach. New York, USA: McGraw-Hills Companies.

Novianingrum, E. 2015. Perbedaan Konsumsi Cairan Serat Makanan, Dan


Aktivitas Fisik Berdasarkan Proses Defekasi Pada Mahasiswa Diploma III
Gizi Unimus. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadyah Semarang.

Nugraheni SW. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Kebugaran jasmani pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.
Infokes 3 (1) : 2086-628

Oktarini S, Kusmaedi N, Rat Daniel H R & Setiawan A. 2020. Perbedaan Jenis


Kelamin, Usia, dan Body Mass Index (BMI) Hubungannya Dengan
Kebugaran Jasmani Lanjut Usia. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan.
Universitas Pendidikan Indonesia. Jawa Barat

Palar, C.M., Wongkar, D., & Ticoalu, S.H.R. (2015). Manfaat latihan Olahraga
Aerobic Terhadap Kebugaran Fisik Manusia. Jurnal e-Biomedik (EBN). 3
(1).

Podung B J. 2013. Survey Tingkat Kebugaran Jasmani Ibu –Ibu PKK di


Kelurahan Talikuran Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa.
Universitas Negeri Manado

Potter, Perry. 2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Nuha Medika

Putri, N. T. (2018). Hubungan asupan zat gizimakro dan persen lemak tubuh
dengan nilai kebugaran jasmani atlet di UPTD Keberbakatan Olahraga
Sumatera Barat tahun 2018. Universitas Andalas

Ridiaseprina, T. 2014. Hubungan Antara Frekuensi Denyut Jantung Dengan


Volume Oksigen Maksimal Pada Anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia
Hati Terate Universitas Muhammadiyah Surakarta
(http://eprints.ums.ac.id/29213/9/naskah_publikasi.pdf, diakses pada tanggal
3 Desember 2016).

Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. KEMENKES RI. Jakarta

43
Riskesdas. 2018. Laporan Provinsi Lampung Riskesdas 2018. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta

Rowland, M.D,Thomas W. 1996. Developmental Exercise Physiology. Human


Kinetics. USA

Safitri KD, R. N. 2017. Hubungan Antara Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan


Frekuensi Denyut Nadi Pada Mahasisiwa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Semester Akhir. Medicine Journal.

Salim, A.N. 2014. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas
Pada Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo. Skripsi.
Semarang: Universitas Muhammadyah Semarang

Salsabila A F, Sumekar T A, dan Supatmo Y. 2017. Pengaruh Sinkronisasi Musik


Terhadap Indeks Kebugaran Jasmani Dan Skor Rpe Pada Latihan Tes
Bangku Harvard. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Volume 6, Nomor 2.
Univrsitas Diponegoro. Jawa Tengah

Sandi, I. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport
And Fitness Journal. 4(2): 1-6

Sandi, I. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport
And Fitness Journal. 4(2): 1-6

Sandi, N. I. 2013. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Indeks Massa
Tubuh, Dan Umur Terhadap Frekuensi Denyut Nadi Istirahat Siswa SMKN-
5 Denpasar. Sport and Fitness Journal. 1 (1) : 38 – 44.

Sharkey, B. J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Trans. E. D. Nasution Jakarta: PT


Raja Grafindo Persad. Trans Fitness and Health.

Sharkey, B. 2011. Kebugaran dan kesehatan. Jakarta, Indonesia: Rajawali Press.

Siregar, N. F., Nuzrina, R., Gifari, N., Kuswari, M., & Ronitawati, P. (2017).
Hubungan indeks massa tubuh, massa otot dan persen lemak tubuh dengan
kebugaran atlet futsal putri di club jaya kencana tangerang. Universitas Esa
Unggul.

Sepriani R, Eldawati, & Oktamarini R. 2018. Kebugaran Jasmani Ibu-Ibu di


Jorong KP. Alai Nagari Jambak Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten
Pasaman. Jurnal Menssana Vol 3 No 2. Universitas Negeri Padang.
Sumatera Barat

Sassen, B. 2010. Cardiovascular risk profi le: cross sectional analysis of


motivational determinant, physical fi tness and physical activity. Biomedical
Central Public Health. 10:592-601.

44
Sudibjo, P. 2012. Penilaian Presentase Lemak Badan pada Populasi Indonesia
dengan Metode Anthropometris. Jurnal Staff UNY,pp.20-36.

Sugiyanto, B & Nurhayati, F. 2014. Hubungan Antara Daya Tahan Jantung Dan
Paru-Paru Dengan Prestasi Akademik Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1
Tarik Tahun Ajaran 2012-2013. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
2 (1).

Sugiarto. 2012. Hubungan Asupan Energi, Protein dan Suplemen dengan Tingkat
Kebugaran. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 2.
Universitas Negeri Semarang

Supariasa I D N dkk. 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Supariasa, dkk. 2002. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Suwitno, A., 2015. Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Mahasiswa


Perokok dan Bukan Perokok di Fakultas Agama Islam UMY Semester 2.
Yogyakarta.

Syafrizar & Welis W. 2019. Gizi Olahragai. Wineka Media. Malang

Tittlbach, S. A., Jekauc, D., Schmidt, S. C. E., Woll, A., Tittlbach, S. A., Jekauc,
D.Woll, A. 2017. The relationship between physical activity , fitness ,
physical complaints and BMI in German adults – results of a longitudinal
study, 1391(July). https://doi.org/10.1080/17461391.2017.1347963

WHO. 2012. World Health Statistics. Worl Health Organization

WHO. 2005. International Physcal Activity Questionaire (IPAQ).

Williams, Melvin H. 2002. Nutrition for Health, Fitness and Sport. New York,
USA: McGraw-Hill Companies

Wijaya, N. K., Ulfiana, E., & Wahyuni, S. D. (2019). Hubungan Karakteristik


Individu, Aktivitas Fisik, dan Gaya Hidup dengan Tingkat Kebugaran Fisik
pada Lansia. Indonesian Journal of Comunity Health Nursing Nursing, 4(2),
1-7.

Yunitasari A R, Sinaga T, dan Nurdiani R. 2019. Asupan Gizi, Aktivitas Fisik,


Pengetahuan Gizi, Status Gizi dan Kebugaran Jasmani Guru Olaraga Sekolah
Dasar. Media Gizi Indonesia. Institut Pertanian Bogor

45
LAMPIRAN

46
Lampiran 1
NASKAH PENJELASAN UNTUK SUBJEK PENELITIAN
TENTANG PENELITIAN
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH,
AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN NILAI
DENYUT NADI MAKSIMAL IBU-IBU PKK DI KELURAHAN BANGUN
REJO KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEEN LAMPUNG
TENGAH
TAHUN 2021

Saya Adinda Qamara Pratiwi, mahasiswa program studi Gizi, Fakultas


Kesehatan, Universitas Aisyah Pringsewu. Saya akan melakukan kegiatan
penelitian dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,
Aktivitas Fisik Dan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Nilai Denyut Nadi Maksimal
Ibu-Ibu Pkk Di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupateen
Lampung Tengah Tahun 2021”.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks
massa tubuh, persen lemak tubuh, aktivitas fisik dan asupan zat gizi makro dengan
Ibu-Ibu Pkk Di Kelurahan Bangun Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupateen
Lampung Tengah. Penelitian ini meliputi pengukuran antropometri yaitu dengan
mengukur berat badan dan tinggi badan, pengukuran persen lemak tubuh
menggunakan alat Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA), pengisian kuesioner
aktivitas fisik dan melakukan wawancara food recall 2 x 24 jam (weekday &
weekday). Untuk pengukuran kebugaran kardiorespirasi saudara akan diminta
melakukan pengukuran menggunakan metode Harvard Step Test. Harvard Step Test
testmerupakan pengukuran kebugaran denyut jantung yang diukur melalui denyut
nadi untuk mengetahui nilai denyut nadi maksimal yaitu dengan cara naik turun
bangku selama maksimal 5 menit dengan tinggi bangku 35 cm.
Pengukuran kebugaran penting dilakukan karena diketahui terdapat efek
positif terhadap kesehatan. Pengukuran kebugaran diketahui memiliki efek positif
terhadap peningkatan kebugaran aerobic, dapat mencegah terjadinya risiko penyakit
degeneratif (kardiovaskular) khusunya penyakit jantung.

47
Lampiran 2 Informed Consent

Surat Persetujuan untuk Berpartisipasi dalam penelitian


(INFORMED CONSENT)
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH,
AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN NILAI
DENYUT NADI MAKSIMAL PADA IBU-IBU PKK DI KELURAHAN
BANGUN REJO KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021

Setelah memperoleh penjelasan tentang tujuan, manfaat, prosedur,


kemungkinan risiko, kompensasi, serta jawaban atas pertanyaan saya yang
diberikan oleh peneliti pada penelitian HUBUNGAN STATUS GIZI, PERSEN
LEMAK TUBUH, AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
NILAI DENYUT NADI MAKSIMAL PADA IBU-IBU PKK DI
KELURAHAN BANGUN REJO KECAMATAN GUNUNG SUGIH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021, maka saya yang bertanda
tangan dibawah ini :

Nama : ......................................................................
Usia : ......................................................................
Jabatan : ......................................................................
Alamat : ......................................................................

Dengan ini menyatakan dengan penuh kesadaran bersedia untuk


berpartisipasi dalam penelitian tersebut dan bersedia untuk menjalani latihan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian HUBUNGAN STATUS
GIZI, PERSEN LEMAK TUBUH, AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN ZAT
GIZI MAKRO NILAI DENYUT NADI MAKSIMAL PADA IBU-IBU PKK
DI KELURAHAN BANGUN REJO KECAMATAN GUNUNG SUGIH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021, dengan catatan semua
data mengenai diri saya dirahasiakan. Selanjutnya, bila suatu ketika, dalam masa
penelitian, saya merasa dirugikan karena penelitian ini, saya berhak mengundurkan
diri dari keterlibatan saya serta membatalkan persetujuan ini, tanpa sanksi apa pun
dan dari pihak manapun.

Gunung Sugih, .......................... 2021

Yang Menyetujui Mengetahui,


Peserta Kegiatan, Penanggung jawab Kegiatan

(…...........................................) Adinda Qamara Pratiwi


NPM 1804001

48
Lampiran 3
Metode Harvard Step Test

Pegukuran kebugaran menggunakan Harvard Step Test pada responden


yang telah menggunakan pakaian dan sepatu olahraga. Tes dilakukan di ruangan
tertutup dengan lantai yang datar dengan bantuan instrumen bangku setinggi 35
cm dan stopwatch. Tes dilakukan maksimal 5 menit yang kemudian hasilnya
dicatat di form Perhitungan Harvard Step Test untuk kemudian di interpretasikan
hasilnya. Responden disarankan untuk melakukan pemanasan dan pendinginan
terlebih dahulu. Pengukuran kebugaran dilakukan dengan langkah-langkah berikut
:
1. Responden berdiri menghadap bangku pada aba-aba hitungan “1 2 3” tes
dimulai.
2. Responden menaikkan salah satu kaki ke atas bangku dan diikuti kaki
berikutnya diletakkan disamping kaki pertama.
3. Responden meluruskan kedua tungkai dan punggung lalu melangkah turun
dimulai kaki pertama naik dan diikuti kaki berikutnya diletakkan di
samping kaki pertama.
4. Test turun naik bangku ini dilakukan tanpa berhenti selama 3-5 menit.
5. Dibolehkan berganti kaki pertama naik jika salah satu kaki lelah
(pergantian dibolehkan selama 3 kali).
6. Jika responden tidak mampu lagi boleh berhenti dan DN dihitung.
7. Setelah aba-aba berhenti diberikan segera duduk di atas bangku dan
istirahat.
8. Hitung DN I setelah istirahat I menit selama 30 detik dan catat jumlahnya.
9. Hitung DN ke II selama 30 detik setelah istirahat 2 menit dan catat
jumlahnya.
10. Hitung DN III selama 30 detik setelah istirahat 3 menit dan catat
jumlahnya.

49
Lampiran 4

Form perhitungan Harvard Step Test

Nama :........................................
Usia :........................................Tahun
Waktu Pelaksanaan Tes :........................................
Tempat Pelaksanaan Tes :........................................

50
A. Status Gizi (tidak diisi responden)

Status Gizi 1 2 Rata rata


Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (Cm)
Indeks Massa Tubuh
(Kg/M2)
Persen Lemak
Tubuh

51
A. Aktivitas Fisik

FORMULIR SATU KALI 24 JAM PHYSICAL ACTIVITY RECALL

Nomor Responden : ........................................................

Tanggal Pengambilan Data : ........................................................

Nama Lengkap : ........................................................

Jenis Kelamin : ........................................................

Berikut ini adalah daftar aktivitas fisik yang rutin dilakukan. Kegiatan apa saja
yang bapak/ibu lakukan setiap hari selama 24 jam?

Alokasi Waktu
No Jenis kegiatan Keterangan (PAR)
(jam)
1 Tidur 1.0
2 Berkendaraan dalam 1.2
bus/mobil
3 Aktivitas santai (nonton 1.4
TV dan mengobrol)
4 Kegiatan ringan 1.4
(beribadah, duduk santai)
5 Makan 1.5
6 Duduk (pekerjaan 1.5
kantor,menjual hasil
bumi, merawat toko)
7 Mengendarai mobil 2.0
8 Mengendarai motor 1.5
9 Berdiri, membawa barang 2.2
yang ringan
10 Mandi dan berpakaian 2.3
11 Menyapu, membersihkan 2.3
rumah dan mencuci baju
12 Mencuci piring, 1.7
menyetrika
13 Memasak 2.1
14 Mengerjakan pekerjaan 2.8
rumah tangga
15 Berjalan kaki 3.2
16 Berkebun (mencabut 4.1
rumput, tanam tanaman,
dll)
17 Olahraga ringan (jalan 4.2
kaki)
18 Olahraga berat (sit up, 4.5
push up, bersepeda, lari)
Total 24 jam
Sumber : Wijaya et all., 2019

52
B. Form food recall 24 jam

FORM FOOD RECALL 24 JAM (WEEKDAY)

Tanggal Wawancara : Umur :


Tahun
Nama Enumerator : BB : Kg
Nama Responen : TB : Cm
Waktu Nama makanan Bahan makanan URT Berat (g)
Pagi
Jam .....
..

Snack
Jam .....
..

Siang
Jam .....
..

Snack
Jam .....
..

Malam
Jam .....
..

Snack
Jam .....
..

53
FORM FOOD RECALL 24 JAM (WEEKEND)

Tanggal Wawancara : Umur : Tahun


Nama Enumerator : BB : Kg
Nama Responen : TB : Cm
Waktu Nama makanan Bahan makanan URT Berat (g)
Pagi
Jam .....
..

Snack
Jam .....
..

Siang
Jam .....
..

Snack
Jam .....
..

Malam
Jam .....
..

Snack
Jam .....
..

54

Anda mungkin juga menyukai