Anda di halaman 1dari 70

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA RATU


ABUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN LAMPUNG
UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH
LUCY ANGGUN GINANTY
220101062P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023

i
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA RATU
ABUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN LAMPUNG
UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan

DISUSUN OLEH
LUCY ANGGUN GINANTY
220101062P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi:

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA RATU
ABUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2023

NAMA : LUCY ANGGUN GINANTY


NPM : 220101062P

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar skripsi

Pringsewu,....................2023
Pembimbing

HARDONO, S.Kep., Ners., M.Kep


NIDN 231037803

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi:
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA RATU ABUNG
KECAMATAN ABUNG SELATAN LAMPUNG UTARA TAHUN
2023

NAMA : LUCY ANGGUN GINANTY


NPM : 220101062P

Diterima oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang Skripsi di Program Studi S1
Keperawatan Universitas AISYAH Pringsewu Lampung tahun Akademik
2023/2024

1. Penguji I : NIDN

2. Penguji II :
NIDN

3. Penguji III :
NIDN

Tanggal Ujian : 2023

Mengetahui
Universitas Aisyah Pringsewu
Lampung Ketua Program
Studi S1 Keperawatan

Rini Palupi, S.Kep., Ners, M.Kep


NIDN 0212078104

iv
MOTTO

‫َفِإَّن َم َع ٱْلُعْس ِر ُيْسًرا‬


Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(Q.S Al-Insyirah : 5)

“only you can change your life. Nobody else can do it for you”

Orang lain ga akan bisa paham stuggle dan masa sulitnya kita, yang mereka ingin

tahu hanya bagian success stories. Berjuanglah untuk diri sendiri walaupun ga ada

yang tepuk tangan. Kelak diri kita di masa depan akan sangat bangga dengan apa

yang kita perjuangkan hari ini.

‫اَل ُيَك ِّلُف ُهّٰللا َنۡف ًسا ِااَّل ُو ۡس َعَها‬


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

[Q.S Al-Baqarah, 2:286]

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Jalla Wajalla atas segala limpahan


Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga penyusunan proposal
skripsi yang berjudul “Hubungan Status Gizi Dan Aktifitas Fisik
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Ratu Abung
Kecamatan Abung Selatan Lampung Utara tahun 2023” dapat
penulis selesaikan. Penyelesaian penelitian ini juga berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Sukarni, S.S.T., M.Kes selaku ketua Yayasan Aisyah Lampung
2. Wisnu Probo Wijayanto, S.Kep., Ners., MAN selaku Rektor
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
4. Rini Palupi, S.Kep., Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung
5. Hardono, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan
yang telah diberikan dan semoga skripsi ini dapat dijadikan pedoman
untuk melakukan penelitian.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal skripsi ini masih
banyak kekurangan untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan
serta saran yang membangun guna perbaikan selanjutnya. Semoga Allah
SWT senantiasa melindungi kita. Amin.

Pringsewu, Juni 2023

Penulis

vi
DATAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR..........................................................................i


HALAMAN JUDUL DALAM......................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................i i i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
MOTTO...........................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................viii
DATAR TABEL..............................................................................................ix
DATAR LAMPIRAN......................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.........................................................................................1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................6
E. Ruang Lingkup.......................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. TinjauanTeoritis.....................................................................................7
1. KonsepHiPertensi.............................................................................7
2. Lansia............................................................................................ 17
3. Status Gizi.......................................................................................22
4. Akifitas Fisik...................................................................................31
B. Penelitian Terkait.................................................................................37
C. Kerangka Teori.....................................................................................38
D. Kerangka Konsep Penelitian................................................................39
E. Hipotesis...............................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.....................................................................................41
B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................41
C. Rancangan Penelitian...........................................................................41
D. Subjek Penelitian..................................................................................42
E. Variabel Penelitian...............................................................................43
F. Definisi Operasional Variabel..............................................................43
G. Pengumpulan Data...............................................................................45
H. Pengolahan Data...................................................................................46
I. Analisa Data.........................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori................................................................. 38


Gambar 2.2. Kerangka Konsep............................................................. 39

viii
ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Hipertensi Joint National Committe VII.......................... 9


2.2 Klasifikasi Nasional Indeks Massa Tubuh......................................... 26
3.1 Definisi Operasional Variabel............................................................. 44

ix
x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin Pre Survey


Lampiran 2. Infomed Consent
Lampiran 3. Kuesioner

x
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan meningkatnya tekanan darah

sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama

dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah (Edwin

Wicaksana Et Al,2019). Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua

jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak

diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit

ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.

Hipertensi seringkali, tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan

darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini

yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Nuraini, 2015).

Data World Health Organization (WHO) diperkirakan 1,28

miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita

hipertensi, dengan lebih dari 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita lebih dari

satu miliar orang memiliki kondisi tersebut, dan diperkirakan setiap

tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya.(Kemenkes 2019). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) yang dilakukan kemenkes (2019) prevalensi

hipertensi di indonesia sebesar 34,11%, prevalensi ini lebih tinggi


2

dibandingkan prevalensi pada tahun 2013 sebesar 25,8%.

Prevalensi penyakit hipertensi di provinsi lampung mengalami

peningkatan dari 7,4% menjadi 15,1% pada tahun 2018. Berdasarkan

data dinas kesehatan lampung utara pada tahun 2018 kunjungan

penderita hipertensi sebanyak 4.593 jiwa (10,8%), tahun 2019

sebanyak 4.673 jiwa (11%) dan tahun 2020 sebanyak 18.206 jiwa

(16%). (dinas kesehatan lampung utara 2021).

Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah

bila faktor resiko dapat dikendalikan dan berperilaku sehat (healthy

behavior) yaitu perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut meliputi

monitoring tekanan darah secara teratur, program hidup sehat tanpa

asap rokok, peningkatan aktivitas fisik/gerak badan, diet yang sehat

dengan kalori seimbang melalui konsumsi tinggi serat, rendah lemak

dan rendah garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri oleh

individu/ masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan

yang ada dan harus dilakukan sedini mungkin, pada pasien hipertensi

membutuhkan perawatan rutin sehingga dapat mengetahui tekanan

darahnya (Edy Soesanto, 2018).

Bertambahnya usia manusia maka akan mengalami proses

penuaan secara degeneratif yang berdampak pada perubahan-

perubahan pada tubuh manusia tersebut, tidak hanya mengalami

perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial tetapi seksual juga akan


3

mengalami perubahan. Meningkatnya usia seseorang maka akan di

ikuti dengan meningkatnya kejadian hipertensi, hal ini di sebabkan

karena adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

kadar hormon. Maka dari itu masalah kesehatan yang sering terjadi

pada lansia yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi (Siti

Nurkhalizah, Siti Rochmani, 2021).

Salah satu faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi 2 bagian

besar yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi,

faktor resiko yang dapat dimodifikasi teramsuk diet tidak sehat

(konsumsi garam berlebih, dii tinggi lemak jenuh an lemak trans,

rendahnya asupan buah dan sayuran), kurangnya aktifitas fisik,

konsumsi tembakaudan alkohol, dan kelebihan berat badan atau

obesitas. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk riwyat

keluarga hipertensi, usia di atas 65 tahun dan penyakit penyerta seperti

diabetes atau penyakit ginjal. World Health Organization (WHO 2023)

Status gizi merupakan keadaan kesehatan individu-individu atau

kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan

energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang

dampak fisiknya diukur secara antropemetri. Masalah gizi yang terjadi

pada lansia selain terjadi karena penurunan fungsi fisiologis pada lansia

juga merupakan masalah gizi yang terjadi sejak usia muda yang

manifestasinya terjadi pada lansia. Beberapa penelitian menunjukan

bahwa masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi
4

lebih yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus (DM), hipertensi,

gout rematik, ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain (Fariqi, 2021).

Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan/aktivitas yang

menyebabkan peningkatan penggunaan energi atau kalorioleh tubuh.

Aktivitas fisik dalam kehidupansehari-hari dapat dikategorikan ke

dalam pekerjaan, olahraga, kegiatan dalam rumah tangga ataupun

kegiatan lainnya. Namun proses penuaan yang terjadi berdampak pada

keterbatasan lansia dalam melakukan aktivitas yang mempengaruhi

kemandirian lansia sehingga lansia menjadi mudah bergantung pada

bantuan orang lain. Keterbatasan lansia melakukan aktivitas fisik juga

menyebabkan menurunnya tingkatkesehatan (Dania Damara Chiquita,

2017).

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai "Hubungan status gizi dan aktivitas

fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Ratu Abung,

Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara".

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : Adakah hubungan status gizi dan

aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Ratu

Abung, Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara?".


5

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan

Abung Selatan, Lampung Utara.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi pada lansia di Desa

Ratu Abung, Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara.

b. Menggetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pada lansia di

Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara.

c. Mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah pada lansia di Desa

Ratu Abung, Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara.

d. Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung Selatan, Lampung

Utara.

e. Mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung

Selatan, Lampung Utara.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan Gerontik

Sebagai bahan kajian dalam ilmu keperawatan gerontik di

komunitas dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan profesi

keperawatan dalam memgembangkan kesehatan lansia.

2. Bagi Mahasiswa Universitas Aisyah Pringsewu

Sebagai tinjauan literatur dan pengetahuan baru terkait hubungan

status gizi dan aktifitas fisik pada lansia dengan kejadian hipertensi

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut serta

dapat mendukung penelitian terkait. Selain itu juga untuk

mengembangkan penelitian dalam bidang kesehatan khususnya

keperawatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan desain survey analitik

dengan pendekatan cross sectional. Adapun subjek penelitiannya

adalah pasien hipertensi, sedangkan objek penelitiannya adalah lansia.

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Ratu Abung Kecamatan Abung

Selatan Lampung Utara Tahun 2023.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau dikenal dengan tekanan darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di

atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO

(Word Health Organizaton), batas tekanan darah yang dianggap

normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah

sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas

tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009).

Tekanan darah merupakan kekuatan atau tekanan sirkulasi

darah yang diberikan terhadap dinding pembuluh darah utama

yaitu arteri. Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan sirkulasi

darah tinggi (priajaya & sirait, 2019).

Hiperensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi

meningkatnya tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan

tekanan diastolik di atas 90 mmHg dalam dua kali pengukuran

yang dilakukan pada selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang tidak

terdeteksi sedini mungkin dan berlangsung dalam jangka waktu


8

lama serta tidak memperoleh pengobatan yang optimal dapat

menimbulkan keruskan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner) dan otak (stroke) (kemenkes 2017).

b. Klasifikasi

1. Klasifikasi berdasarkan penyebab :

a) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum

dapat diketahui,sementara penyebab sekunder dari

hipertensi esensial jugatidak ditemukan. Pada hipertensi

esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal

ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi

bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial

termasuk stress, intake alkohol moderat, merokok,

lingkungan dan gaya hidup (Triyanto,2014).

b) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui

seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar

tiroid (hipertiroid), hiperal dosteronisme, penyakit

parenkimal (Buss dan Labus, 2013)


9

2. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi :

Klasifikasi Hipertensi menurut Join National Comunitte

VII (JNC VII), klasifikasi tekanan darah terbagi menjadi

normal, prehipertensi, hipertensi tahap 1 dan hipertensi tahap 2,

dengan pembagian sebagai berikut:

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Joint National Committee VII

Kategori Sistol(mmHg) Dan/atau Diastol (mmHg)


Normal < 120 Dan < 80
Pre Hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi Tahap 1 140 – 159 Atau 90 – 00
Hipertensi Tahap 2 >160 Atau >100
Sumber: Join National Comunitte VII

c. Etiologi Hipertensi

Resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan

keparahan dari faktor resiko yang dapat dimoifikasi dan yang tidak

dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak apat dimodifikasi

antara lain aktor genetik,umur jenis kelamin, etnis.sedangkan aktor

yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi

(Anggraini, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu:

a) Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita

hipertensi. Orang yang memiliki orang tua dengan riwayat

hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai


10

keluarga dengan riwayat hipertensi.(anggraini, 2016).

b) Usia
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan

fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer

dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks

baroreseptor pada usia lanjut berkurang sensitivitasnya, peran

ginjal juga berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju

filtrasi glomerulus menurun sehingga ginjal akan menahan

garam dan air dalam tubuh (Anggraini, 2016).

c) Jenis kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi pada usia muda. Laki-laki juga mempunyai resiko

lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler.Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi

lebih banyak terjadi pada wanita (anggraini, 2016).

d) Obesitas

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologi dapat menjelaskan

hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah,

yaitu terjadinya resitensi insulin dan hiperinsulinemia, aktiitas

saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, perubahan fisik

pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkat

insulin plasm, dimana netriuretik potensial menyebabkan

terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah

secara terus menerus (Anggraini, 2016).


11

e) Nutrisi

Garam faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipetensi.

Hipertensi hampir tidak itemukan pada suku bangsa denan

asupan garam yang minimal (Anggraini,2016).

f) Kebiasaan merokok

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan

insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri

renal yang mengalami ateriosklerosis (Anggraini, 2016).

d. Tanda dan gejala

Crowin (2000) dalam buku Endang Triyanto ,2014

menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

mengalami hipertensi bertahun- betahun berupa :

a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan

muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial

b) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

c) Keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba

d) Tengkuk terasa pegal

e. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla

diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula impuls saraf simpatis

yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalisganglia simpatis di thorak dan


12

abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin

mengakibatkan kontriksipembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume tekanan intravaskuler.


13

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi

(Smeltzer,2010).

f. Komplikasi

a) Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang diperdarahinya berkurang. Arteri- arteri otak yang

mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel

dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung ,

dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).

c) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan


14

rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknnya membran

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

sering dijumpai pada hipertensi kronik.

g. Penatalaksaan

a) Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk

hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi

sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi:

1. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hari menjadi 5

gr/hari

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghentikan merokok

f) Diet tinggi kalium

2. Latihan fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang


15

mempunyai empat prinsip, yaitu:

a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,

jogging, bersepeda, berenang, dan lain-lain.

b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari

kapasitas aerobic atau 72-87% dari denyut nadi

maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220-umur.

c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada

dalam zona latihan.

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling

baik 5x perminggu.

3. Edukasi psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

meliputi:

a) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan

tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak

normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk

mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan

migrain, juga untuk gangguan spikologis seperti

kecemasan dan ketegangan,

b) Tehnik Relaksasi
16

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,

dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

c) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk

meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit

hipertensi dan pengelolaannya, sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi

lebih lanjut.

4. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah

komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah

kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan

seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang

dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint

National Committee On Detection, Evaluation And

Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1998)

menyimpulkan bahwa obat diuretik, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita

dan penyakit lain yang ada pada penderita.


17

2. Konsep Lansia

a. Pengertian lansia

Lansia merupakan proses atau tahapan akhir yang akan

dilalui seseorang dalam kehidupannya (Wirenviona et al., 2021).

Seseorang dikatakan telah berusia lanjut apabila telah mencapai

usia lebih dari 60 tahun (Rixie, 2019). Ramadhani, Komalawati,

& Daris (2021) juga menyatakan hal serupa bahwa seseorang

dikatakan lansia apabila telah berusia >60 tahun. Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi tiga

kategori yaitu lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia

tua (old) yakni seseorang yang berusia 75-90 tahun dan usia

sangat tua (very old) ketika seseorang telah berusia >90 tahun

(Lukman, 2020). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa lansia adalah tahapan akhir dalam proses

kehidupan seseorang apabila telah memasuki usia ≥60 tahun.

b. Perubahan yang terjadi Pada Lansia

Terdapat beberapa perubahan yang akan terjadi pada

lansiadiantaranya

a) Perubahan Fisik

1) Sel

Saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel

dalam tubuh mengalami perubahan seperti jumlahnya yang

menurun, ukuran lebih besar, berkurangnya jumlah cairan


18

tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler serta

terganggunya perbaikan sel (Rohayati, 2018).

2) Sistem persyarafan

Sistem saraf pada lansia mengalami perubahan

berupa berkurangnya kecepatan konduksi saraf,

meningkatkan rasa bingung terhadap penyakit fisik yang

diderita dan berkurangnya sirkulasi serebral (pingsan,

kehilangan keseimbangan) (Hidayatullah, 2017). Penelitian

oleh Manurung (2018) menjelaskan menyusutnya otak dan

perubahan biokimiawi di Sistem Saraf Pusat (SSPakan

berdampak pada penurunan fungsi kognitif pada lansia.

3) Sistem Kardiovaskuler

Jantung mengalami pompa darah yang menurun,

ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan tidaknya

penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung

pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi

lipid (Bukit, 2019). Perubahan pada sistem kardiovaskuler

berdampak pada munculnya penyakit lain seperti

hipertensi, penyakit jantungkoroner, jantung pulmonik,

kardiomiopati, stroke, gagal ginjal (Agustina, Sari, &

Savita, 2014).

Perubahan sel ini akan mengakibatkan penurunan


19

fungsi tubuh dan dapat mengganggu kehidupan lansia

karena membuat lansia mempunyai risiko untuk mengalami

penyakit fisik yang berkaitan dengan fungsi sel tersebut

(Masithoh, 2020).

4) Sistem gastrointestinal

Pada sistem pencernaan dan metabolisme lansia

terjadi kehilangan gigi akibat penyakit periodontal,

berkurangnya kekuatan otot rahang yang akan

menyebabkan kelelahan saat mengunyah makanan,

terjadinya iritasi kronis pada selaput lendir mengakibatkan

atrofi indera pengecap dan berkurangnya sensitifitas syaraf

pengecap yang menurunkan kemampuan indera pengecap

hingga terjadi penurunan selera makan yang pada akhirnya

berdampak defisiensi nutrisi dan malnutrisi (Senjaya,

2016). Peneliti lainnya menjelaskan bahwa perubahan

sistem pencernaan pada lansia dapat menyebabkan

perubahan dalam usus besar, penurunan sekresi mukus

pencernaan, penurunan elastisitasan dinding rektum, dan

peristaltik kolon yang melemah, peningkatan kelokan-

kelokan pembuluh darah rectum yang akan membuat

rektum gagal mengosongkan isinya, motilitas kolon

menjadi berkurang, menyebabkan absorpsi air dan

elektrolik meningkat sehingga keluhan konstipasi


20

merupakan keluhan yang sering terjadi pada lansia (Sitorus

& Malinti, 2019)

5) Sistem muskuloskeletal

Lansia mengalami penurunan pada sistem

musculoskeletal yang dapat mengakibatkan gangguan

mobilitas fisik pada lansia (Kurnia, 2019). Penelitian

terdahulu mengungkapkan bahwa pada lansia terjadi

penurunan fungsi tulang rawan, sendi, penurunan kekuatan

kolagen yang dapat membuat tulang rawan, sendi menjadi

lemah dan mudah rusak serta terjadinya pengurangan massa

tulang, berkurangnya formasi osteoblas tulang sehingga

menimbulkan gangguan matriks kartilago,modifikasi

proteoglikan dan glikosamaminoglikan (Tandirerung, Male,

& Mutiarasari, 2019).

6) Sistem genitourinaria

Lansia dapat mengalami perubahan pada sistem

genitourinaria, dimana ginjal mengalami pengecilan

sehingga aliran darah ke ginjal menurun (Canggra & Dewi,

2021). Perubahan pada sistem ini membuat lansia

mengalami beberapa gejala seperti kekeringan pada

genitalia, iritasi pada vagina serta gangguan berkemih yang

meliputi frekuensi dan urgensi berkemih (Moral et al.,

2018)
21

b) Perubahan intelektual

Akibat proses penuaan juga dapat terjadi kemunduran

pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita

Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami

penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan masalah,

konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang

(Bukit, 2019). Pada lansia dapat terjadi penurunan proses

berfikir, mudah lupa, bingung dan pikun serta lansia juga

kehilangan jangka pendek dan baru merrupakan hal yang

sering terjadi (Hidayatullah, 2017)

c). Perubahan keagamaan

Pada umumnya lansia semakin teratur dalam

kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan

dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan

kehidupan dunia (Bukit, 2019). Penelitian oleh Darlis &

Morizka (2018) mengungkapkan bahwa banyak lansia

mengalami kehilangan makna hidup yang sebenarnya

akibat perubahan dalam keagamaannya yang membuat

lansia selalu merasa dikucilkan, mereka merasa

kesepian dan bahkan merasa tidak dihargai oleh

keluarganya yang membuat kehidupan lansia menjadi

penuh dengan kegelisahan, keresahan, ketidaktenangan,


22

ketakutan, penuh gundah gulana dan lain sebagainya.

3. Konsep setatus gizi

a. Pengertian setatus gizi

Setatus gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari

pemakaian, penyerapan, dan penggunakan makanan. Setatus gizi

pada lansia msih diperlukan untuk mengetahui resiko penyakit

tertentu yang akan mempengaruhi produktitas kerja. Penilaian

setatus gizi secara langsung dapat dibagai menjadi empat, yaitu

antropomentri, klinik, biokimia, dan biofisik, sedangkan yang idak

langsung dibagai menjadi tiga yaitu survei konsumsi pangan,

staisik vital dan faktor ekologi. Antropomentri seringkali

digunakan sebagai perangkat pengukur antropologi biolohi yang

bersifat cukup objektif dan terpecaya penilaian setatus gizi lansia

diukur dengan antropomentri atau ukuran tubuh. Yaitu tinggi

badan (TB) dan berat badan (BB). Menurut (supariasa, 2016)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi status Gizi:

1. Asupan Makan

Asupan makanan merupakan faktor yang cukup penting

dalam mempengaruhi status gizi pada lansia. Energi

merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak. Energi/kalori merupakan asupan utama yang


23

sangan diperlukan oleh tubuh. Energi berfungsi sebagai zat

tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan

kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk

glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam

bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa asupan kalori berhubungan

dengan status gizi. (Razaq, 2016).

2. Status Ekonomi

Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting

bagi masyarakat. Tingkat ekonomi yang terbatas akan

berpengaruh pada penyediaan menu konsumsi harian, sehingga

keluarga akan berprinsip yang penting bisa makan untuk

melanjutkan hidup daripada memenuhi kebutuhan gizi.

Tingkat ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Pendapatan

keluarga yang rendah sebagai salah satu determinan ekonomi

keluarga merupakan penyebab gizi kurus dan merupakan suatu

keadaan yang dapat melukiskan suatu keadaan kurangnya

pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang paling

pokok seperti pangan, pakaian dan tempat tinggal. (Hatta,

2018).

3. Status Kesehatan
24

Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh

seseorang dan penyakit yang diderita. Status kesehatan lansia

dipengaruhi oleh ada tidaknya penyakit dalam tubuh lansia.

Jenis- jenis penyakit yang umum diderita lansia Indonesia

adalah penyakit kardiovaskuler dan penyakit degeneratif

lainnya serta TBC paru, gangguan pernapasan dan penyakit

yang timbul karena infeksi. Beberapa lansia memiliki penyakit

lebih dari satu, karena lansia mengalami masalah kesehatan

yang disebabkan adanya penurunan fungsi fisik dan mental

akibat proses penuaan. Masalah kesehatan ini dapat

menyebabkan menurunnya kualitas hidup lansia. Status gizi

berhubungan langsung dengan status kesehatan, khususnya

keberadaan penyakit, terutama penyakit infeksi. Lansia yang

tidak memiliki keluhan penyakit akan mampu melakukan

aktivitas dan kegiatan sebagaimana manusia normal lainnya

(Nursilmi, 2017). Hal ini sesuai dengan kerangka pikir

UNICEF. Hasil penelitian Nursilmi (2017) menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan status

kesehatan.

4. Usia

Usia juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

status gizi pada lansia. Pada lansia terjadi penurunan fungsi

indera perasa atau daya kecap lidah (loss of taste) dan


25

hyposmia (berkurangnya daya membau). Selain karena faktor

usia, hal ini banyak terjadi akibat pengobatan-pengobatan yang

dilakukan oleh lansia. Dampak dari loss of taste dan hyposmia

pada lansia akan menimbulkan gangguan asupan makanan,

yakni umumnya lansia akan mengalami penurunan nafsu

makan. Keadaan ini jika berlangsung dalam waktu yang lama

dapat mengakibatkan terjadnya masalah gizi pada lansia,

terutama masalah gizi kurang.

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil

dari perhitungan hasil bagi antara berat badan (BB) dalam

kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan (TB) dalam meter

(Dhara & Chatterjee, 2015). IMT hingga kini dipakai secara

luas untuk menentukan status gizi seseorang. IMT merupakan

alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh. Untuk

mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Berat Badan ( kg )
T=
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan ( m )

Table 2.2
Klasifikasi Nasional Indeks Massa Tubuh (IMT)
26

Klasifikasi IMT
Sangat Kurus <17
Kurus 17-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk 25,1-27,0
Obesitas >27
Sumber: Klasifikasi Nasional Menurut Kemenkes RI,2018

d. Pengukuran Status Gizi

Pengukuran status gizi merupakan penjelasan yang berasal

dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai

macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu

yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih

(Harjatmo, 2017). Sedangkan menurut Supariasa (2009),

penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk

mengetahui status gizi seseorang yang dapat ditentukan dengan

cara penilaian langsung, meliputi: antropometri, biokimia,

klinis dan biofisik atau secara tidak langsung, meliputi: survei

konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi.

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Penilaian status gizi secara tidak langsung

a. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistika vital adalah

dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan

seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan

data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Kelemahan


27

statistik vital untuk menggambarkan keadaan gizi di

suatu masyarakat antara lain tidak akurat, kesulitan

dalam pengumpulan data, dan kemampuan untuk

melakukan interpretasi secara tepat karena ada faktor lain

yang turut mempengaruhi keadaan gizi.

b. Faktor ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi, sebagai

akibat darihasil yang saling mempengaruhi dan

interaksibeberapa faktor fisik,biologis, dan lingkungan

budaya. sehingga jumlah makanan dan zat-zat gizi yang

tersedia bergantunng kepada keadaan lingkungan seperti

iklim, tanah, irigasi, ketersediaan/suplay, transportasi dan

tingkat ekonomi penduduk. (Supariasa, 2016)

2. Penilaian status gizi secara Langsung

a. Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropo yang

berarti manusia dan metri adalah ukuran. Metode

antropometri dapat diartikan sebagai mengukur fisik dan

bagian tubuh manusia. Jadi antropometri adalah

pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia. Dalam

menilai status gizi dengan metode antropometri adalah

menjadikan ukuran dimensi dan komposisi tubuh

manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi


28

(Supariasa dkk, 2016). Metode antropometri sangat

berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan

protein. Ketidakseimbangan ini dapat dilihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

otot dan jumlah air di dalam tubuh. Akan tetapi,

antropometri tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik (Gibson,

2005).

b. Klinis

Metode ini dilakukan dengan mempelajari gejala

yang muncul pada tubuh sebagai akibat dari kelebihan

atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu serta

mengamati dan mengevaluasi tanda-tanda klinis atau

perubahan fisik yang ditimbulkan akibat gangguan

kesehatan dan penyakit kurang gizi untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan

salah satu atau lebih zat gizi. Pemeriksaan klinik Metode

ini didasarkan atas perubahan –perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang

dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oralatau

pada organ- organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid. Setiap zat gizi memberikan


29

tampilan klinis yang berbeda, sehingga cara ini dianggap

spesifik namun sangat subjektif (Harjatmo, 2017). Selain

itu pemeriksaan klinis dan dapat digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda dan gejala atau

riwayat penyakit (Supariasa, 2016).

c. Biokimia

Adalah pemeriksaan spesimen yang di uji secara

laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan tubuh (Supariasa, 2016). Pemeriksaan biokimia

dilakukan untuk mendekteksi keadaan defisiensi zat gizi

sub-klinikal, artinya sudah mengalami kelainan biokimia

namun tanpa tanda-tanda atau gejala klinis, sehingga

sering digunakan untuk menggambarkan tahap awal dari

suatu penyakit atau kondisi, sebelum gejala terdeteksi

oleh pemeriksaan klinis. Selain itu pemeriksaan biokimia

dapat memberikan indikasi perubahan status gizi

seseorang pada tahap awal atau dini dan

mengindikasikan adanya perubahan metabolik tubuh

akibat kekurangan konsumsi zat gizi tertentu, serta

cadangan zat gizi dalam tubuh (Supariasa, 2016).

Pemeriksaan biokimia digunakan untuk menilai status

gizi sehingga hasilnya memberikan gambaran lebih tepat,


30

objektif, dan hanya dilakukan orang yang terlatih

(Harjatmo, 2017). Hasil pemeriksaan biokimia dapat

memberikan gambaran tentang kadar gizi dalam darah

urin, dan organ lain. Pada umumnya yang dinilai dalam

penilaian status gizi secara biokimia antara lain,

yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan mineral. Contoh

sampel berupa serum darah, urine, rambut (untuk melihat

Zn), serta feces. Hasil pemeriksaan biokimia tersebut

dibandingkan dengan standar normal yang telah

ditetapkan. Umumnya pemeriksaan biokimia digunakan

untuk melengkapi metode lain dalam penilaian status

gizi, misalnya data penilaian konsumsi pangan, klinis

dan antropometri telah terkumpul tetapi dengan adanya

data biokimia masalah gizi yang spesifik agar dapat lebih

mudah diidentifikasi. (Harjatmo, 2017).

d. Biofisik

Metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur jaringan. Umumnya digunakan dalam

situasi tertentu seperti kejadian rabun senja epidemik,

dengan cara tes adaptasi gelap (Supariasa, 2016).

4. Konsep Aktifitas fisik


31

e. Pengertian aktifitas fisik

Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh kontraksi otot rangka dan meningkatkan pengeluaran

energi serta terbagi dalam kelompok ringan, sedang dan berat

(Yuliadarwati, Agustina, Rahmanto, Susanti, & Septyorini,

2020). Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka dan memerlukan pengeluaran

energi (Karim et al., 2018). Aktivitas fisik juga didefinisikan

sebagai pergerakan jasmani yang dihasilkan oleh otot skeletal

yang memerlukan pengeluaran energi (Buanasita, 2022).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh secara jasmani oleh

otot yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas Fisik Pada

Lansia Seseorang yang telah memasuki usia lansia akan

mengalami penurunan massa otot, perubahan distribusi darah

ke otot, penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku,

dan ada penurunan kekuatan otot (Pribadi, 2015). Darmojo

dalam Effendi, Mardijana, & Dewi (2014) mengungkapkan

bahwa saat menua membuat terjadinya peubahan pada aspek-

aspek fisiologik dan patologik seperti pada otot dan tulang

terjadi atrofi otot, denervasi saraf, penurunan aktivitas fisik

serta dengan bertambahnya usia, proses penulangan yaitu

perusakan dan pembentukan tulang jadi melambat. Pada usia


32

lansia cenderung terjadi perubahan aktivitas fisik, dimana

semakin tua responden, maka cenderung lebih sedikit

melakukan aktivitas fisik yang dapat disebabkan oleh tingkat

ketahanan tubuhyang semakin menurun seiring bertambahnya

usia atau dapat juga disebabkan penurunan variasi danjumlah

kegiatan yang dapat dilakukan (Solikhah dalam Kartika Sari &

Wirjatmadi, 2017). Bebeapa penelitian terdahulu menyatakan

bahwa sebagian besar lansia malah mengurangi aktivitas

fisiknya karena mereka aktivitas fisik seperti olahraga tidak

cocok dan tidak mampu dilakukan karena sudah mengalami

penurunan kesehatan (Sauliyusta & Rekawati, 2016)

f. Jenis Aktivitas Fisik

Menurut Norliani (2020), terdapat beberapa jenis aktivitas

fisik untuk usia dewasa antara lain :

a. Aktivitas bekerja

Aktivitas bekerja adalah kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk mendapatka penghasilan berupa upah dalam

bentuk uang atau barang lain, untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari yang bisa mempengaruhi kesehatan fisik

dan psikhis, dimana bisa membakar kalori dan melancarkan

peredaran darah serta memperlancar metabolisme tubuh.

b. Transportasi
33

Transportasi merupakan perpindahan manusia atau

barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari sebagai contoh mengendarai

mobil, motor sepeda atau bus sudah bisa dikategorikan

sebagai bertransportasi.

c. Aktivitas pekerjaan rumah

Pekerjaan yang tidak menghasilkan imbalan atau

jasa,aktivitas pekerjaan rumah dapat dilakukan bertujuan agar

rumah dan sekitar rumah terlihat bersih dan rapi, misalnya

mencuci pakaian, mengepel lantai, menyiram tanaman, dan

lainnya.

d. Olahraga

Olahraga adalah suatu kegiatan yang dapat

meningkatkan daya tahan tubuh kita. Penelitian terdahulu

menyatakan olahraga teratur setidaknya 2-3 kali seminggu

seperti jogging, push up, shit up atau olahraga ringan lain

yang bisa dilakukan di rumah diyakini bisa menjaga daya

tahan tubuh dan meningkatkan imun tubuh serta mengontrol

tekanan darah sehingga tekanan darah dalam batas normal

dan terhindari dari hipertensi (Aris, 2020)

e. Rekreasi
34

Rekreasi adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan

seseorang ketika memiliki waktu luang untuk menyegarkan

fikiran dan badan, atau sebagai hiburan setelah menjalani

rutinitas yang membosankan.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas

fisik pada lansia, diantaranya:

a. Faktor Usia

Kemampuan aktivitas sehari-hari pada lanjut usia

dipengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri, dimana umur

seseorang menunjukan tanda kemaun dan kemampuan,

ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap

ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari (Potter

dalam Chadiri, Amelia, & Syafril, 2017). Penelitian

Hasanudin et al., (2018) mengungkapkan bahwa semakin

bertambahnya usia seseorang dapat berdampak pada

penurunan fungsional anggota tubuh sehingga bisa

mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap

tingkat aktivitas fisik manusia. Biasanya, tingkat aktivitas

fisik laki-laki cenderung lebih tinggi daripada aktivitas fisik

perempuan (Potter dalam Chadiri, Amelia, & Syafril, 2017).


35

Hal tersebut sejalan dan didukung oleh penelitian terdahulu

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin

dengan aktivitas fisik (p=0,000) (Suprayoga, 2013).

c. Fungsi Psikologis

Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi

seseorang dalam beraktivitas fisik diantaranya: (1)

pengetahuan mengenai cara berlatih, (2) hambatan yang

dialami dalam aktivitas fisik, (3) keinginan untuk lebih aktif

4) sikap terhadap aktivitas fisik, (5) rasa percaya diri untuk

melakukan aktivitas (Potter dalam Chadiri, Amelia, &

Syafril, 2017). Gangguan psikologis dapat membuat seorang

mengalami perubahan afektif yang mengganggu aktivitas

sehari-hari, kehilangan minat dan moivasi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari serta memimbulkan rasa tidak berharga

sehingga menjauhkan diri dari lingkungan sosial (Triwahyuni

& Prasetio, 2021).

h. Pengukuran Aktivitas Fisik

Pengukuran Aktivits Fisik menurut warren et al (2010),

pengukuran aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara, yaitu :

a. Laporan Indivual

Laporan individual merupakan cara yang paling

banyak digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dalam

penelitian. Laporan individual meliputi kuisioner catatan


36

harian dan mengingat kembali (recall). Kelebihan cara ini

adalah tidak memerlukan biaya yang besar dan mudah

dilakukan, baik bagi peneliti maupun responden. Meskipun

begitu cara laporan individual ini memiliki kekurangan,

diantaranya adalah sulitnya memastikan durasi frekuensi dan

intesitas aktivitas fisik yang dilakukan. Kuisioner yang paling

banyak digunakan adalah international physical aktivity

questionnaire (IPAQ) dan global physical activity

questionnaire ( GPAQ).

b. Pengukuran Obyektif

Pengukuran obyektif dapat dilakukan daengan

menggunakan ccelometer, pedometer, observasi langsung,

sensor gerakan, atau dengan monitor denyut jantung. Cara ini

biasanya digunakan untuk mengukur aktivitas fisik secara

obyektif dalam penelitian kohort berskala besar, penelitian

eksperimental, atau penelitian Rendomized, Controlled Trials

(RTC).

i. Manfaat Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga dan ini sangat penting

bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan

kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Ricca,

2018). Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi


37

denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin besar dan

sering otot jantung mempompa, maka makin besar tekanan yang

dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah meningkat.

Semakin sering seseorang melakukan aktivitas fisik maka

semakin kecil resiko terkena penyakit hipertensi atau tekanan

darah tinggi, (Ardiansyah, 2017).

B. Peneliti Terkait

1. Menurut Romadhiyana Kisno Sapuri, Akhmad Al-Bari, Ria Indah

Kusuma Pitaloka Hubungan Status Gizi dan Aktifias Fisik Dengan

Kejaian Hiperensi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan

yang antarra status gizi dan aktifias fisik dengan kejadian hipertensi.

2. Menurut Annisa Tia Rianti, M.Dawam Jamil, Yulinda Kumiasai,

Probosuseno Hubungan Status Gizi dan Aktifias Fisik Dengan

Kejaian Hiperensi. Berdasrkan hasil penelitian ada hubungan yang

bermakna antara indeks masa tubuh (p-velue = 0,019) dengan

kejadian hipertensi lansia di kabupaten bantul, ada hubungan yang

bermakna antara presenase lemak tubuh (p-velue = 0,011) dengan

kejadian hipertensi lansia di kabupaten bantul, ada hubungan antara

resio lingkar pinggang panggul (p-value = 0,023) dengan kejadian

hipertensi lansia di kabupaten bantul, ada hubungan yang bermakna

antara aktifitas fisik (p-value = 0,001) dengan kejadian hipertensi

lansia di kabupaten bantul.


38

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah sebuah ringkasan dari tinjauan pustaka yang

digunakan sebagai mengenalii variable yang akan diteliti dan berkaitan

dengan ilmu pengetahuan yang di gunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian (Notoadmodjo, 2014). Kerangka teori dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Status Gizi

Faktor Resiko
 Genetik
 Usia
 Jenis kelamin
 Obesitas Hipertensi
 Nutrisi
 merokok

Aktifitas Fisik

Gambar 2.1
Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep Penelitian


39

Kerangka adalah merupakan abstraksi yang berbentuk oleh

generlisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan

abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep

hanya dapat diamati melalui konstruksi atau yang lebih dikenal dengan

nama variabel, jadi variabel adalah simbol atau lambang yang

menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2014).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Status Gizi

Hipertensi
Aktifitas Fisik

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan teori yang

belum ibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian ilakukan dengan

penguji hipotesis melalui uji statistik. (Masturoh & Anggita, 2018)

Hipotesis dibagi menjadi 2 yaitu H0 dan Ha:

a. H0 : Tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung Selatan,

Kabupaten Lampung Utara.

Ha : Ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung Selaan, Kabupaten

Lampung Utara.
40

b. H0 : Tidak hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung Selaan,

Kabupaten Lampung Utara.

Ha : Ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Desa Ratu Abung, Kecamatan Abung Selaan, Kabupaten

Lampung Utara.

BAB III
41

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif,


penelitian ini menggunakan metode-metode untuk membuktikan teori-
teori tertentu dengan cara meneliti dan mencari hubungan antar variable.
Variable-variabel yang sifatnya dapat diukur menggunakan angka dan
biasanya dengan menggunakan instrument-instrumen penelitian
seheingga data yang diperoleh dari angka-angka tersebut dapat dianalisis
berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Notoatmodjo, 2014).
B. Tempat penelitian dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Ratu Abung Kecamatan

Abung Selatan Lampung Utara.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan september 2023.

C. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah survey analitik

dengan pendekatan cross sectional sehingga hubungan yang ditentukan

dari variabel independent dan variabel dependen bukanlah merupakan

hubungan sebab akibat, karena penelitian dilakukan dalam waktu

bersamaan dan tanpa adanya follow up. Desain ini digunakan untuk

mengetahui hubungan antara Aktifitas fisik Dan Status Gizi Dengan

kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Ratu Abung Kecamatan Abung

Selatan Lampung Utara .


42

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini populasi yang

diteliti adalah lansia penderita hipertensi yang datang kepuskesmas di

Desa Ratu Abung Kecamatan Abung Selatan Lampung Utara

berjumlah 44 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi atau yang mewakili

populasi yang akan diteliti (Masturoh & Anggita, 2018). Teknik

pengambilan sampel pada peneltian ini adalah menggunakan teknik

Total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,

2011). Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang

kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuanya (Sugiyono,2011). Sampel penelitian ini adalah 44 orang.

a. Kriteria sampel

Adapun kriteria sample yang akan diambil dalam penelitian ini

yaitu :

1). Bersedia menjadi responden

2). Bisa berjalan.

3). Bisa membaca dan menulis.

4). Tidak dalam pengobatan kejiwaan.


43

E. Variabel penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojdo, 2014). Variabel dalam

penelitian ini adalah:

1. Variable bebas (Independent) : Status Gizi dan Aktifitas Fisik

2. Variable terikat (Dependent) : Hipertensi

F. Definisi oprasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan,

(Notoatmodjo, 2014). Definisi opersional bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat

ukur:

Tabel 3.1
Definisi Operasional
44

Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


ukur
Status Status gizi Pengukuran tinggi Pengukuran Kategori Ordinal
gizi adalah tanda- badan dan berat tinggi 1.gizi lebih: IMT >25.
tanda atau badan dengan badan dan 2. normal : IMT 18,5-
penampilan microtoise dan berat badan 25
fisik yang bathroomscale.
diakibatkan
oleh
keseimbangan
pemasukan
dan
pengeluaran
zat gizi yang
terlihat
melalui
indikatir IMT
yaitu hasil
perbandingan
antara BB
(dalam
kg) dan TB
kuadrat
(dalam m2).
Aktifitas Aktivitas Kuesioner Aktivitas Mengisi 1. Aktivitas fisik Ordinal
fisik yaitu setiap Fisik GPAQ lembar sedang (600-
gerakan tubuh (Global Physical kuesioner 3000MET-
yang di Activity) menit,minggu),
hasilkan oleh 2.Aktivitas Fisik
otot rangka Berat
yang (>3000MET-
memerlukan menit/minggu)
pengeluaran 3.Aktivitas fisik
energi. Ringan
(<600MET-
menit/minggu)

Hipertens Suatu kondisi Spigmomanometer Mengukur 1. =hipertensi Ordinal


i yang ditandai tekanan (≥140 mmHg/
dengan darah ≥90 mmHg)
meningkatnya responden 2. =tidak
tekanan darah dengan hipertensi
sistolik > 140 keadaan (<140
dan diastolik duduk mmHg/ ,90
>90 mmHg) (JNC
2015)

G. Pengumpulan data
45

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian, juga terkait dengan bahan penelitian

(Supardi, Surahman, 2014). Pada penelitian ini peneliti menggunakan

instrument penelitian yaitu kuesioner. Peneliti menggunakan metode

kuesioner pada penelitian ini untuk menilai hubungan status gizi dan

aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di desa ratu abung

kecamatan abung selatan lampung utara.

1. Teknik pengumpulan data

a. Langkah pengumpulan data

1) Peneliti terlebih dahulu meminta izin untuk melakukan

penelitian dengan memberikan surat izin penelitian dari

Universitas Aisyah ke Puskesmas

2) Peneliti meminta data hipertensi untuk dijadikan sampel yaitu

penderita hipertensi

3) Peneliti menentukan sampel dan menentukan hari dan waktu

kapan dilakukan penelitian

4) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian dan

meminta kesediaan responden untuk menjadi responden

dengan menandatangani lembar informed consent.

5) Melakukan penelitian dengan protocol kesehatan yang akan

dipandu oleh peneliti yaitu responden menggunakan masker,

mencuci tangan dan menjaga jarak aman sesuai yang telah di

siapkan peneliti.
46

6) Dalam penelitian ini peneliti dibantu teman sejawat

(enumerator) untuk mengkondisikan para responden dan

membantu pemberian kuesioner.

7) Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan analisa data

dan pengolahan data.

H. Pengolahan data

Menurut Siregar (2015) setelah pengumpulan data, data kemudian diolah

dengan tahap-tahap sebagi beriukut :

1. Editing data

Proses pengecekan atau pemeriksaan data yang telah berhasil

dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah

masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan editing

di dalam penelitian ini adalah untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan

dan kekurangan data yang terdapat pada catatan lapangan.

2. Coding data

Yaitu memberikan tandan pada data yang telah diolah untuk

mempermudah mengadakan tabulasi.

3. Processing

Adalah memproses data agar dapat dianalisis, dimana

pemrosesan data dilakukan dengan mengolah data secara

komputerisasi

4. Cleaning data
47

Yaitu kegiatan mengecek data yang sudah dimasukkan apakah

ada kesalahan atau tidak.

I. Analisa data

Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan perangkat lunak

komputer. Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua yaitu:

1. Analisa univariat

Untuk mengetahui distribusi frekuensi atau besarnya proposi

menurut variabel yang diteliti dan juga berguna untuk mengetahui

gambaran dari variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2014)

2. Analisa bivariate

Analisa bivariat adalah anlisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2014).

Dalam penelitian ini menggunakan uji yang digunakan adalah uji chi

square, sehingga diketahui ada hubungan yang bermakna secara

statistik dengan menggunakan program komputer dan derajat

kemaknaan 95%. Hasil uji dikatakan memiliki hubungan apabila p< 𝛼

(p<0,05).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T., & Anggraini, D. I. (2016). Penatalakanaan Hipertensi Pada Lansia

Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. J Mendula Unila volume 5 nomor

2,2. http://JUKE.Kedokteran.Unila.ac.id.

Aris. (2020). Pendidikan Kesehatan Pencegahan Hipertensi. Jurnal


Hipertensi,3(4).
AR Tarigan, Z Lubis, S Syarifah - Jurnal kesehatan, 2018 - journal3.uin-
alauddin.ac.id.
Buanasita, A. (2022). Buku Ajar Gizi Olahraga, Aktivitas Fisik dan
Kebugaran.Pekalongan: Penerbit NEM.
Bukit. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Posyandu Lansia
Di Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2018. Jurnal Kesehatan.
Canggra, M., & Dewi, A. K. (2021). Gambaran Gejala Sindrom Genitourinaria
pada Perempuan Pasca Menopause di Panti Werdha Wisma Mulia dan Panti
Werdha Berea Jakarta Barat. Tarumanagara Medical Journal, 3(2), 344–349.
Erdwin Wicaksana, K., Surudarma, I. W., & Wihandani, D. M. (2019). Prevalensi
Hipertensi Pada Orang Dewasa Menengah Dengan Overweight Di Denpasar
Tahun2018. Intisari Sains Medis, 10(3), 821-824.
Hardinsyah., Supariasa. I. D. N. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
EGC.
Hardinsyah., Riyadi. H., Napitupulu. V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan
Karbohidrat. 2013. https://www.researchgate.net/publication/301749209
diakses tanggal 22 November 2018.
Harjatmo. T. 2017. Penilaian Status Gizi, Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, Jakarta. hal. 7-8.
Hatta. H., Pakaya. R., Laiya. M. Analisis Hubungan Status Gizi Lansia di
Puskesmas Limboto Barat. Gorontalo Journal of Public Health. 2018 1 (1) :24
– 31.
Ibrahim, K., Howson, F. F. A., Culliford, D. J., Sayer, A. A., & Roberts, H. C.
(2019). The feasibility of assessing frailty and sarcopenia in hospitalised
older people: A comparison of commonly used tools. BMC Geriatrics,
19(1),1–7.
Karim, N. A., Onibala, F., & Kallo, V. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Derajat Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tagulandang Kabupaten Sitaro. E-Journal Keperawatan , 6(1), 1–6.
Lukman. (2020). Urgensi Revisi Undang-Undang tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia. Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 6(2)
Masithoh, A. R. (2020). Terapi Pelatihan Ketrampilan Sosial Untuk Mengatasi
Kesepian Pada Lansia. Kudus: Mu Press.
Norliani. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik, Kecemasan, Tingkat Stres, Obesitas
Dan Program Germas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di
Kelurahan Sungai Besar Banjarbaru. Jurnal Arsyad, 6(2).
Notoatmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. Jurnal Majority, 4(5), 10–19.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperaatan.Jakarta :
Salemba Medika
Nursilmi., Kusharto. C.M., Dwiriani. C. M. 2017. Hubungan Kebiasaan Makan,
Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia di
Dua Lokasi Berbeda. Central Library of Bogor Agricultural University.
Rahayu, D. S. (2019). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tekanan Darah
Pada Lansia Di Kabupaten Probolinggo (Doctoral dissertation, Universitas
Brawijaya).
Ramadhani, N. E., Komalawati, R., & Daris, H. (2021). Hubungan Tingkat
Spiritual dengan Kejadian Depresi pada Lansia di Dusun Tambakromo V
Desa Tambakromo Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Caraka Medika,
8(2), 34–39.
RIANTINI, N. K. A. (2023). HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI UPTD PUSKESMAS
SUSUT I (Doctoral dissertation, STIKES BINA USADA BALI).
Ricca. (2018). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia (Lansia) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Suro Kecamatan Suro Kabupaten Aceh Singkil.
Jurnal USU, 4(2).
Rohayati, A. D. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. P dengan
Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Melur Kota Pekanbaru.
Riau: Poltekkes Kemenkes Riau. Retrieved from.
Rixie. (2019). Penerapan Posyandu Lansia di Lungkungan Pedesaan. Jurnal
Kesehatan.
Sauliyusta, M., & Rekawati, E. (2016). Aktivitas Fisik Memengaruhi Fungsi
Kognitif Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(2), 71–77.
Siregar, Sofyan. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenadamedia
Group.
Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
bandung : alfabeta.
Supariasa. I. D. N., Bakri. B., Fajar.I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Tandirerung, F. J., Male, H. D. C., & Mutiarasari, D. (2019). Hubungan indeks
massa tubuh terhadap gangguan muskuloskeletal pada pasien pralansia dan
lansia di Puskesmas Kamonji Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako, 5(2), 1–71.
Triwahyuni, A., & Prasetio, C. E. (2021). Gangguan Psikologis dan Kesejahteraan
Psikologis pada Mahasiswa Baru. Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Psikologi, 26(1), 35–56.
WHO. (2023). Hipertensi. Diambil dari https://www.who.int/new-room/fact-
sheert/detail/hipertensi.
Wirenviona, R., Riris, A. A. I. . C., Susanti, N. F., Wahidah, N. J., Kustantina,
A.Z., & Joewono, H. T. (2021). Kesehatan Reproduksi dan Tumbuh
Kembang Janin sampai Lansia pada Perempuan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Yuliadarwati, N. M., Agustina, M., Rahmanto, S., Susanti, S., & Septyorini.
(2020). Gambaran Aktivitas Fisik Berkorelasi Dengan Keseimbangan
Dinamis Lansia. Jurnal Sport Science, 10(2), 107–112..
Zuhroidah, Safrin and Putra, Kusuma Wijaya Ridi and Huda, Nurul and
Sulistyowati, Agus (2021) ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M
DENGAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI
DESA SIDOGIRI KRATON KABUPATEN PASURUAN. Diploma thesis,
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Informed Concent

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Pekerjaan :

Setelah mendapat penjelasan dari saudara peneliti, dengan ini saya


menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi subyek penelitian
yang berjudul: HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS
FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI
DESA RATU ABUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN
LAMPUNG UTARA TAHUN 2023
Saya tidak mempunyai ikatan apapun dengan peneliti dan apabila
saya mengundurkan diri dari penelitian ini, saya akan memberitahu
sebelumnya. Keikutsertaan saya dalam penelitian ini tidak dibebani biaya
apapun maupun konsekuensi lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa
paksaan. Saya memahami keikutsertaan ini akan memberikan manfaat
dan akan terjaga kerahasiaannya.

Ratu Abung,............................2023

Subyek Penelitian

................................
Lampiran 2. Kuesioner

LEMBAR KUESIONER

“HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI DESA RATU ABUNG

KECAMATAN ABUNG SELATAN LAMPUNG UTARA”

I. DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Tanggal Wawancara : ......./........./........

2. Nama : .................................................................

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Usia : ....................... Tahun

5. Alamat : .................................................................

.................................................................

6. No. Telp/Hp : .................................................................

7. Pendidikan terakhir :

1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP/sederajat

4. SMA/sederajat

5. Perguruan Tingga

8. Pekerjaan :

1. Tidak bekerja
2. Ibu Rumah Tangga

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

4. Pegawai Swasta

5. Wraswasta

6. Lainnya.................

II. DATA ANTROPOMETRI

1. Berat Badan : ................... Kg

2. Tinggi Badan : ................... cm

3. IMT :......................kg/m2

III. DATA TEKANAN DARAH : ................... / ................... mm/Hg


KUESIONER PENELITIAN
Klasifikasi aktivitas Global Physical Activity GPAQ

Jenis Aktivitas Contoh Aktivitas


Duduk,berdiri, mencuci piring,
Aktivitas/ kerja ringan memasak, menyetrika, bermain
musik, menonton tv,
mengemudikan kendaraan,
berjalan perlahan.
Mengepel lantai, mencuci mobil, menanam
Aktivitas/kerja sedang tanaman, bersepeda pergi pulang beraktivitas,
berjalan sedang dan cepat, bowling, golf,
berkuda, bermain tenis meja, berenang, voly,
Membawa barang berat, berkebun, bersepeda
Aktivitas/kerja berat (16-22 km/jam),bermain sepakbola, bermain
basket,gym angkat berat, berlari.

Kuesioner Aktivitas Fisik Global Physical Activity GPAQ

Pertanyaan Responden Kode

A. Aktivitas saat bekerja (aktivitas termasuk


belajar, tugas administrasi, aktivitas rumah
tangga, dll)
Apakah dalam pekerjaan 1. Ya (Lanjut ke no 2) P1
sehari-hari Bapak/Ibu,
1 melakukan aktivitas 2. Tidak (Lanjut ke no 4)
fisik/kerja berat minimal
10 menit per hari?
2 Berapa hari dalam seminggu P2
Bapak/Ibu melakukan …….. Hari
aktivitas fisik/kerja
berat?
3 Berapa lama dalam P3
1hari,Bapak/Ibu …… jam / …… Menit
melakukan aktivitas
fisik/kerja berat?
4 Apakah dalam pekerjaan Ya P4
Bapak/Ibu, memerlukan Tidak (lanjut ke no.7)
aktivitas fisik/kerja
sedang, minimal 10
menit per hari?
5 Berapa hari dalam seminggu P5
Bapak/Ibu melakukan …….. Hari
fisik/kerja sedang ?
6 Berapa lama dalam 1 hari P6
biasannya Bapak/Ibu …..jam, …….. Menit
melakukan fisik/kerja
sedang ?
B. Perjalanan dari tempat ke tempat
lainnya (Perjalanan ke tempat kerja,
belanja, ke supermarket,dll) dengan
menggunakan sepeda atau berjalan
kaki
7 Apakah Bapak/Ibu berjalan Ya P7
kaki atau bersepeda,
minimal 10 menit setiap Tidak( lanjut No 10)
harinya untuk pergi ke
suatu tempat?
8 Berapa hari dalam seminggu P8
Bapak/Ibu berjalan kaki …….. Hari
atau bersepeda (minimal
10 menit) untuk pergi ke
suatu tempat?
9 Berapa lama dalam 1 hari P9
biasanya Bapak/Ibu ….. Jam, ……. Menit
berjalan kaki atau
bersepeda untuk pergi ke
suatu tempat?
C. Aktivitas Rekreasi (Olahraga, Fitness, dan
Rekreasi lainnya)
10 Apakah Bapak/Ibu melakukan Ya P10
olahraga, fitness atau rekreasi
yang merupakan aktivitas Tidak (lanjut ke no 13)
fisik berat minimal 10
menit perhari?
11 Berapa hari dalam seminggu P11
biasannya Bapak/Ibu
melakukan olahraga, fitness, …….. Hari
atau rekreasi yang merupakan
aktivitas fisik berat?
12 Berapa lama Bapak/Ibu P12
melakukan olahraga, fitness
atau rekreasi yang ….. Jam, ……. Menit
merupakan aktivitas fisik
berat dalam 1 hari ?
13 Apakah Bapak/Ibu melakukan Ya P13
olahraga, fitness, atau rekreasi
yang tergolong sedang
seperti: berjalan cepat,
bersepeda kecepatan
dibawah 16 km/jam, Tidak, (lanjut no 16)
berenang, voli, mengepel
lantai yang merupakan
aktivitas sedang minimal 10
14 Berapa hari dalam seminggu, P14
Bapak/Ibu melakukan
olahraga, fitnes, atau rekreasi .......... Hari
yang tergolong sedang
seperti: berjalan cepat,
bersepeda kecepatan
dibawah 16
km/jam,berenang, voli,
mengepel lantai ?
15 Berapa lama Bapak/Ibu P15
melakukan olahraga, fitness
atau rekreasi yang tergolong
sedang seperti: berjalan
……… Jam, …….Menit
cepat, bersepeda kecepatan
dibawah 16 km/jam,
berenang, voli, mengepel
lantai dalam 1 hari ?
D. Tidak banyak bergerak (aktivitas
yang tidak memerlukan banyak
gerak seperti duduk
16 Berapa lama Bapak/Ibu ….. Jam, …… Menit P16
duduk ?

Anda mungkin juga menyukai