Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

T DENGAN TAHAP II
KELUARGA DENGAN KELAHIRAN ANAK PERTAMA (CHILD BEARING FAMILY)
DI RT 04 RW 03 PADUKUHAN SAWAHAN LOR DESA WEDOMARTANI
NGEMPLAK SLEMAN

Disusun Guna Memenuhi Laporan Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen pengampuh: Ns. Fajarina Lathu A, S.Kep., MSN

Disusun Oleh :

Nama : Christin. Pattinasarany

NIM : 22160007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2023

i
Halaman Pengesahan

Laporan dengan judul ” Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T Dengan Tahap II keluarga
dengan kelahiran anak pertama (child bearing family) Di RT 04 RW 03 Di Padukuhan Sawahan
Lor”

Laporan ini disusun oleh

Nama : Christin. Pattinasarany


NIM : 21160007
Telah diperiksa, disetujui, dan dipertanggung jawabkan kepada Dosen Pembimbing Program
Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta

Hari : Rabu
Tanggal : 7 Juni 2023
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Kampus 2

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Ns. Fajarina Lathu A, S.Kep., MSN Christin Pattinasarany

22160007

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas penyertaan dan
lindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan dengan judul “Laporan Asuhan
Keperawatan Keluarga Ny. Dengan Tahap Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
(child bearing family) Di RT 04 RW 03 Di Padukuhan Sawahan Lor” Penyusunan laporan ini
bertujuan untuk melengkapi tugas keperawatan keluarga yang diterapkan langsung di lapangan.
Selama proses penyusunan laporan, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Deden Iwan Setiawan, S.Kep,Ns,M.Kep selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Universitas Respati Yogyakarta.
2. Ibu Fajarina Lathu Asmarani, S.Kep,Ns.MSN selaku Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga Di Padukuhan Karangsari.
3. Bapak Budi Winarno , selaku Kepala Dukuh Sawahan Lor yang telah memberikan ijin dan
tempat untuk dilakukannya praktik di wilayah padukuhan.
4. Bapak Ketua RW 03 dan Ketua RT 04 Dukuh Sawahan Lor, yang telah memberikan ijin
praktik di lingkunngan RT 04.
5. Keluarga Tn.E yang telah berkenan menjadi responden dan bekerjasama selama pelaksanaan
asuhan keperawatan.
Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu kritikan yang membangun sangat dibutuhkan penulis dalam
memperbaiki laporan ini. Akhir kata semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca. Sekian dan terima kasih.

Yogyakarta, 2 Juni 2023

Christin. Pattinasarany

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................................ 3
C. Manfaat ...................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................. 4
A. Konsep Keluarga ....................................................................................................... 4
B. Tahap Tumbuh Kembang Keluarga .......................................................................... 10
C. Tugas Perkembangan Keluarga ................................................................................. 10
D. Permasalahan Kesehatan Sesuai Tahap dan Tugas Perkembangan .......................... 10
E. Teori Asuhan Keperawatan ....................................................................................... 11
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 13
A. Pengkajian ................................................................................................................ 13
B. Prioritas Diagnosa ..................................................................................................... 23
C. Rencana Keperawatan Level Keluarga...................................................................... 24
D. Implementasi dan Evaluasi........................................................................................ 26
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 31
A. Gambaran Teknis Pemberian Intervensi ................................................................... 31
B. Perubahan/Perbedaan Data Subjektif dan Objektif ................................................... 31
C. Bukti Ilmiah yang Mendukung Keputusan Penggunaan Intervensi .......................... 32
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 35
A. Kesimpulan................................................................................................................ 35
B. Saran .......................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 36
LAMPIRAN....................................................................................................................... 32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan kesehatan yang baik adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari
penyakit. Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi. Banyak
faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang paling utama, karena setiap manusia berhak untuk memiliki
kesehatan. Kenyataanya tidak semua orang dapat memiliki derajat kesehatan yang optimal
karena berbagai masalah, diantaranya lingkungan yang buruk, social ekonomi yang rendah,
gaya hidup yang tidak sehat mulai dari makanan, kebiasaan, maupun lingkungan sekitarnya
(Misbach,2013).
Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi di Indonesia dewasa
ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak
menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif dan man mad diseases (penyakit akibat ulah
manusia) yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi (Prasetyo, 2019).

Hipertensi berawal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper ialah tekanan yang
berlebihan dan tension ialah tensi. Hipertensi merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam kurun waktu yang lama) yang dapat menyebabkan
kesakitan pada seseorang dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seseorang dapat disebut
menderita hipertensi jika didapatkan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90
mmHg (Ainurrafiq, 2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi tekanan darah tinggi
tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga
menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Selain
secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak
di derita masyarakat Indonesia (57,6%), di dalam (Jumriani et all, 2019). Secara nasional hasil
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi
sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%)
dibandingkan dengan perdesaan (33,72%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan
pertambahan umur (Kemenkes RI, 2019).

1
Semakin meningkatnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun di karenakan jumlah
penduduk yang bertambah, aktivitas fisik yang kurang dan pola hidup yang tidak sehat. Pola
hidup yang tidak sehat tersebut antara lain adalah diet yang tidak sehat misalnya tinggi gula,
lemak dan garam, dan kurang mengonsumsi makanan berserat. Selain itu adalah penggunaan
tembakau dan alkohol (Sri & Herlina, 2016). Pola hidup yang tidak sehat pada penderita
hipertensi pada pasien dengan hipertensi perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan yang
dapat di lakukan diantaranya yaitu memantau tanda-tanda vital pasien, pembatasan aktivitas
tubuh, istirahat cukup, dan pola hidup yang sehat seperti diet rendah garam, gula dan lemak,
dan berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol serta mengurangi stress (Aspiani, 2016).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan yang lainnya
dalam peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Ali, 2015). Keluarga
sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dengan
memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan menjamin kesejahteraan keluarga
yang harmonis dan bahagia (Harmoko, 2014).

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan
dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menemukan tentang program pengobatan
hipertensi yang dapat individu atau penderita terima. Dukungan yang dibutuhkan klien bukan
hanya dari perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang
mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan klien. Untuk memenuhi kebutuhan klien
terhadap dukungan keluarga ini maka perawat dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator
yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu perawat perlu melibatkan peran serta
keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan (Prasetyo, 2019).

Asuhan keperawatan bertujuan untuk membantu penderita hipertensi dalam


mempertahankan tekanan darah pada tingkat optimal dan meningkatkan kualitas kehidupan
secara maksimal dengan cara memberi intervensi asuhan keperawatan, sehingga dapat terjadi
perbaikan kondisi kesehatan. Sedangkan asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu
rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan mengunakan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnose keperawatan keluarga,
perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan (Teli, 2018).

2
B. Tujuan
1. Khusus
Mendeskripsikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi di padukuhan Sawahan Lor.
2. Umum
a. Mengkaji klien dengan hipertensi di padukuhan Sawahan Lor
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi di wilayah
padukuhan Sawahan Lor
c. Menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi di wilayah
padukuhan Sawahah Lor
d. Melaksanakan intervensi keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi di wilayah
padukuhan Sawahan Lor
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi di wilayah
padukuhan Sawahan Lor

C. Manfaat

1. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat menegakkan diagnosa keperawatan keluarga, menentukan
intervensi dengan tepat untuk klien dengan masalah keperawatan keluarga klien dengan
hipertensi.
2. Bagi tempat penelitian Hasil
Diharapkan dapat memberikan masukan atau saran dan bahan dalam merencanakan asuhan
keperawatan keluarga klien dengan hipertensi.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dibidang keperawatan dalam asuhan
keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut WHO keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Johnson‟s mendefinisikan
keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik Anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam
sebuah rumah tangga (Padila, 2012).

2. Tipe-tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Marilynn M Friedman & Bowden, (2010) terdiri dari 3 yaitu :
a. Keluarga inti (suami-istri) merupakan keluarga dengan ikatan pernikahan terdiri dari
suami istri, dan anakanak, baik dari anak hasil perkawinan, adopsi atau keduanya.
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga dimana seseorang
dilahirkan.
c. Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang yang memiliki ikatan darah,
dimana yang paling sering adalah anggota dari keluarga orientasi salah satu dari
kelurga inti. seperti kakek-nenek, bibi, paman, keponakan, dan sepupu.

Harnilawati, (2013) menyatakan bahwa tipe keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu


secara tradisional dan secara modern, sebagai berikut:
a. Keluarga secara tradisional, kelurga secara tradisional terdiri dari 2 tipe yaitu:
1) Nuclear family dimana keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak baik dari hasil
perkawianan, adopsi atau keduanya.
2) Extended family dimana kelurga inti ditambah dengan kelurga lain yang memiliki
hubungan darah seperti, kakek-nenek, paman, bibi, dan sepupu)
b. Keluarga secara modern, dengan semakin berkembangnya peran individu maka
menyebabkan rasa individulasme meningkat sehingga dapat dikelompokkan beberapa
tipe keluarga selain di atas adalah:
1) Tradisional nuclear, dimana keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
tinggal satu rumah sesuai dengan ikatan hukum dalam perkawinan, salah satu atau
keduanya dapat bekerja diluar.

4
2) Reconstituted nuclear, dimana dari keluarga inti terbentuk kelurga baru dengan
ikatan perkawinan suami atau istri, dan tinggal bersama anak-anak dalam satu
rumah, baik anak dari hasil perkawinan lama atau baru, satu atau keduanya bekerja
diluar.
3) Middle age/aging couple, dimana ayah sebagai pencari nafkah, ibu bekerja sebagai
ibu rumah tangga, anak-anak keluar dari rumah karena sekolah/ menikah/berkarir.
4) Dyadic Nuclear, dimana sepasang suami istri yang tinggal satu rumah dengan usia
pernikahan yang sudah lama dan tidak memiliki anak yang salah satu atau
keduanya bekerja di rumah.
5) Single parent, dimana dalam keluarga terdiri dari orang tua tunggal yang
disebabkan karena perceraian atau salah satu dari pasangannya meninggal dunia,
dan anak-anaknya tinggal dalam satu rumah atau di luar rumah.
6) Dual carries, dimana suami dan istri memiliki pekerjaan di luar rumah dan tidak
memiliki anak.
7) Commuter married, dimana suami dan istri bekerja di luar rumah dan tidak tinggal
dalam satu rumah, namum keduanya dapat ketemu diwaktu tertentu.
8) Single adult, dimana laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa keluarga
dan memutuskan untuk tidak menikah.
9) Three generation, dimana dalam rumah terdapat tiga generasi yang tinggal
10) Institusional, dimana anak atau orang dewasa tidak tinggal dalam rumah namun di
suatu panti.
11) Communal, dimana dua pasangan atau lebih yang tinggal dalam satu rumah dan
pasangan tersebut monogami dengan anaknya dan bersama dalam penyediaan
fasilitas
12) Gaoup marriage, dimana dalam satu perumahan terdiri dari kelurga satu keturunan
atau satu orang tua yang setiap anak sudah menikah
13) Unmarried parent and child, dimana kelurga yang terdiri dari ibu dan anak, ibu
tidak ingin melakukan perkawinan namum memiliki anak adopsi
14) Cohibing couple, dimana dalam keluarga terdiri dari satu atau dua pasangan yang
tinggal namun tidak ada ikatan perkawinan
15) Gay and lesbian family, dimana keluarga terdiri dari pasangan yang memilki jenis
kelamin yang sama.

3. Ciri-ciri Keluarga
Ciri –ciri keluarga menurut Friedman & Bowden, (2017) sebagai berikut :
a. Terorganisasi, dimana anggota keluarga saling berhubungan dan saling
ketergantungan.

5
b. Terdapat keterbatasan, dimana anggota keluarga bebas menjalankan fungsi dan
tugasnya namum tepat memiliki keterbatasan.
c. Terdapat perbedaan dan kekhususan, setiap anggota keluarga memiliki peranan dan
fungsi masing.

4. Struktur Keluarga
Struktur kelurga dapat menggambarkan tentang keluarga bagaimana pelaksanaan fungsi
keluarga dalam masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari beberapa macam yaitu :
a. Patrilinear merupakan keluarga yang terdiri dari sanak saudara dan memiliki hubungan
darah yang terdiri beberapa generasi dari garis keturunan ayah.
b. Matrilinear merupakan keluarga yang terdiri dari sanak saudara dan memiliki hubungan
darah yang terdiri beberapa generasi dari garis keturunan ibu.
c. Matrilokal merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal bersama
dengan keluarga yang sedarah dengan istri.
d. Patrilokal merupakan keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal bersama
dengan keluarga yang sedarah dengan suami.
e. Keluarga kawin merupakan hubungan sepasang suami istri sebagai pembinaan kelurga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagaian dari keluarga karena ada hubungan
dengan suami atau istri.

5. Fungsi Keluarga
Fungsi pokok kelurga berdasarkan Friedman & Bowden, (2017) secara umum sebagai
berikut :
a. Fungsi afektif merupakan fungsi utama dalam megajarkan keluarga segala sesuatu
dalam mempersipakan anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi dalam mengembangkan dan mengajarkan anak
bagaimana berekehidupan sosial sebelum anak meninggalkan rumah dan bersosialisasi
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi merupakan fungsi untuk mempertahankan keturunan atau generasi
dan dapat menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi merupakan keluarga yang berfungsi dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu sehingga
meningkatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan merupakan fungsi dalam mempertahankan status kesehatan keluarga
dan anggota keluarga agar tetap produktif.

6
6. Tugas Keluarga
Sesuai dengan fungsi kesehatan dalam keluarga, keluarga mampunyai tugas dibidang
kesehatan. Friedman & Bowden, (2017) membagi tugas kelurga dalam 5 bidang kesehatan
yaitu :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Keluarga mampu
mengenali perubahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga secara langsung
akan menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka keluarga akan segera
menyadari dan mencatat kapan dan seberapa besar perubahan tersebut.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat Tugas
utama keluarga mampu memutuskan dalam menentukan tindakan yang tepat agar
masalah kesehatan dapat teratasi. Apabila keluarga memiliki Keluarga keterbatasan
dalam mengatasi masalah maka keluarga meminta bantuan orang lain disekitarnya.
c. Keluarga mampu memberikan keperawatan pada anggota keluarganya yang sakit
Keluarga mampu memberikan pertolongan pertama apabila keluarga memiliki
kemampuan dalam merawat anggota keluarga yang sedang sakit atau langsung
mambawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan tindakan selanjutnya
sehingga masalah terlalu parah.
d. Kelurga mampu mempertahankan suasana dirumah Keluarga mampu mempertahankan
suasana di rumah agar dapat memberikan manfaat bagi anggota dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit.

7. Tahap dan perkembangan keluarga


a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang
membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-
masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan :
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

7
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.

b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).


Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.

c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia
5 tahun.
Tugas perkembangan
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan berakhir pada saat
anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masingmasing anak
memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda
dengan anak.

8
Tugas perkembangan keluarga.
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan :
1) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. Perubahan sistem peran dan peraturan
untuk tumbuh kembang keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik orang tua dan remaja.

f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada
atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal
sebagai orang tua.

9
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mepertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola
hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.

h. Tahap VIII keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini.

B. Tahap Tumbuh Kembang Keluarga Yang Dikelola


Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family). Dimulai sejak
hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau
2,5 tahun. Dimana komposisi anggota keluarga kelolaan berjumlah 3 orang yaitu suami,
istri dan anak berusia 13 bln bulan.

C. Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap II ini adalah :
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

D. Permasalahan Kesehatan sesuai tahap & tugas perkembangan keluarga kelolaan


Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan
anak, KB, pengenalan & penanganan masalah keshatan fisik secra dini. Inaksesibilitas Dan
ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu & anak.

10
E. Teori Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komonitas
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO,2014).
1. Pengkajian
Menurut Friedman, Bowden & Jones ( 2010 ) proses rangkaian keluarga ditandai
dengan pengumpulan informasi terus-menerus dan keputusan professional yang
mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data
dikumpulkan secara sistematik menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian di
klasifikasikan dan dianalisis untuk menginterpretasikan artinya. Sumber data pengkajian
keluarga didapatkan melalui wawancara klien dengan peristiwa yang lalu dan saat ini,
temuan objektif, penilaian subjektif, informasi tertulis dan lisan dari rujukan, berbagai
agensi yang bekerja dengan keluarga dan anggota tim kesehatanyang lain.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan mendalam perlu adanya hubungan
saling percaya antara keluarga dengan perawat. Selain membina hubungan saling percaya,
saling menghargai, terbuka, percaya diri dan komunikasi yang jujur karena hubungan
saling percaya saja belum cukup untuk dapat melakukan intervensi sampai evaluasi.
Adapun pengkajian keluargaa menurut Friedma ( 2010):

a. Mengidentifikasi data
Data dasar yang menggambarkan keluarga pada hal-hal yang dicantumkan dalam
bagian ini yaitu nama keluarga, alamat dan telepon, komposisi keluarga (genogram), tipe
bentuk keluarga, latar belakang kebudayaan, identifikasi religius, status kelas sosial, dan
mobilitas kelas sosial (Friedman, Bowden & Jones 2010):
b. Tahap perkembangan dan riwayat keluarga
Tahap perkembangan saat ini penting untuk memerhatikan penyimpangan yang
signifikan dari norma, karena penyimpangan ini dapat menjadi indikasi adanya hambatan
atau masalah yang sedang terjadi (misal, perceraian, kematian, kehilangan) yang terjadi
dalam kehidupan keluarga.
c. Data lingkungan
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari
Karakteristik, tipe, jenis, kondisi, kebersihan dan kesehatan rumah yang ditinggali serta
ruangan-ruangan yang ada di rumah tersebut. Kondisi lingkungan luar rumah juga
memiliki andil besar bagi keluarga karena kebersihan, keamanan dan kesehatan
lingkungan dapat mempengaruhi kondisi keluarga.

11
d. Struktur keluarga
Peran dalam keluarga, ayah sebagai kepala keluarga, ibu sebagai ibu keluarga dan
anak. Nilai yang dianut keluarga tidak dapat membebani atau mengubah dari struktur
keluarga, begitupun dengan budaya, kelas sosial, agama dan letak geografis tempat
tinggal asal salah satu anggota keluarga.
e. Fungsi keluarga
Pengkajian fungsi keluarga terdiri dari afektif, fungsi sosialisasi keluarga maupun
fungsi perawatan kesehatan keluarga. Dimana fungsi-fungsi tadi berorientasi pada fungsi
keluarga secara umum dan tahap perkembangan keluarga pada tahap yang tengah dijalani
oleh keluarga.
f. Stress dan strategi koping keluarga
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji apa saja faktor stresor di keluarga baik
dari individu maupun dari sudut pandang keluarga.

12
BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KELUARGA

Tanggal Pengkajian : senin, 29 Mei 2023

Jam Pengkajian :13.30 WIB


1. Data Umum

Identitas kepala keluarga

Nama : Tn. E Pendidikan : SMA

Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Alamat : Dusun Sawahan Lor

Suku : Jawa No Tlpn :-

a. Demografi Identitas Keluarga


No Nama L/P Umur Hub.Klg Perkerjaan Pendidikan Ket
1 Tn.E L 45 Suami Wiraswasta SMA -

2 Ny.E P 37 Istri Wiraswasta SMA -

3 An.E L 13 bln Anak - - -

b. Genogram

13
2. Tipe keluarga
a. Jenis tipe keluarga
1) Tipe keluarga Tn. E adalah keluarga inti (Nuclear Family). Karena tinggal bersama
istri dan satu orang anak dan Tn E menjadi kepala keluarga
2) Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut tidak ditemukan adanya
masalah pada tipe keluarga tersebut
3) Suku Bangsa
Asal suku bangsa Tn. E berasal dari suku Jawa, dengan Bangsa Indonesia

b. Latar belakang Suku/ budaya


Tn E mengatakan bahwa latar belakang kebudayaan yaitu budaya jawa sejak
lahir,selain itu tidak ada kebudayaan dari buaday lain, istri juga mengatakan suku
aslinya jawa karena berasal dari jawa. Menurt Tn E bahasa yang biasa digunakan sehari-
hari dirumah adalah bahasa Indonesia dan kadang-kadang bahasa Jawa.
c. Agama
Agama yang di anut keluarga Tn. E adalah Agama Islam. tidak ada perbedaan diantara
anggota keluarga, keluarga Tn.E rutin menjalankan ibadah seperti sholat 5 waktu
d. Status Sosial Ekonomi
Ny.E mengatakan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, Tn.E dan Ny.E
bekerja. Selain itu. Dalam sebulan pendapatan Tn.E dan istri sebesar 5 juta per bulan.

3. Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga


a. Tahap perkembangan pada keluarga ini berada pada tahap 2 yaitu tahap kelahiran anak
pertama (child bearing family).
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn.E dan istri mengatakan tidak ada hal yang belum terpenuhi dan tetap bersyukur
dengan keadaan saat ini.
c. Riwayat penyakit keturunan
Ny.E mengatakan keluarganya ada yang menderita DM dan HT yaitu ayah dan ibunya.
Sedangkan dari keluarga suaminya tidak ada yang memiliki riwaayat penyakit
keturunan.
d. Riwayat kesehatan dan Keluhan masing-masing Keluarga
1) Ny.E mengatakan tidak mengalami atau memiliki penyakit hipertensi, atau penyakit
diabetes
2) Ny.E mengatakan suaminya tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,
hanya kecapena jika pulang dari sawah. Dan hanya beristirahat saja.
3) Ny. E mengatakan bahwa An.E dalam kondisi yang sehat dan tidak ada keluhan.
Dan sudah mendapatkan imunisasi lengkap

14
4. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Luas Rumah
Ny. E mengatakan luas rumah yang ditempati 20x15m2.
2) Type Rumah
Rumah keluarga Ny. E masuk pada tipe rumah permanent dimana bangunan rumah
keseluruhan adalah beton, terdapat plavon serta rumah tersebut memiliki genteng
3) Kepemilikan
Ny.E mengatakan rumah tersebut milik orang tua
4) Jumlah Ratio Kamar/Ruangan
Ny.E mengatakan terdapat dua ruang kamar tidur, 2 ruang tamu, 1 dapur dan 1
kamar mandi
5) Ventilasi/Jendela
Ny. E mengatakan terdapat 4 jendela dan ventilasi
6) Pemanfaatan Ruangan
Ny.E mengatakan ruang tamu digunakan untuk berkumpul, 2 kamar digunakan
untuk beristirahat.
7) Septic Tank
Ny.E mengatakan terdapat septic tank diluar rumah, jaraknya ± 10 meter.
8) Sumber Air Minum
Ny. E mengatakan sumber air yang digunakan adalah dari sumur. Yang diambil dan
dimasak
9) Sampah
Ny. E mengatakan pengelolaan sampah rumah tangga dengan dibuang ke tempat
sampah yang disediakan RT
10) Kebersihan Lingkungan
Lingkungan rumah keluarga Ny.E tampak bersih, Ny.E mengatakan menyapu
setiap hari pagi dan sore hari.

b. Karakteristik lingkungan dan Komunitas


1) Kebiasaan
Ny.E mengatakan kebiasaan yang dilakukan biasanya pada sore hari ada simbah
tetangga sebelah yang sering datang mengobrol bersama.
2) Aturan atau kesepakatan
Ny. E mengatakan setau Ny.E aturan di lngkungan tempat tinggalnya adalah tidak
membuat keributan jika sudah jam istirahat

15
c. Mobilitas geografi
Ny. E mengatakan sudah tinggal di Padukuhan Sawahan Lor sejak lahir.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.E mengatakan tidak menentu waktu untuk berkumpul bersama keluarga besar.
Biasanya di hari raya. Ny.E mengatakan sering berinteraksi dengan warga sekitar.
e. Sistem pendukung keluarga
Ny. E mengatakan segala sesuatu yang terjadi seperti ketika waktu untuk mengontrol
kesehatan, suaminya kadang menemani Ny.E ke puskesmas atau dokter praktik untuk
dikontrol

5. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh keluarga Ny. E bersifat terbuka dimana
komunikasinya disampaikan secara langsung kepada keluargannya apabila terdapat
masalah.
b. Struktur kekuasaan dan pengambil keputusan
Ny.E mengatakan dalam mengambil keputusan Tn.E akan melibatkan istri dan orang
tua. Sehingga masalah yang terjai dapat diselesaikan secara bersama- sama.
c. Struktur Peran
1) Peran Formal
Ny.E mengatakan Ny.E dan Tn.E sama-sama mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, peran dalam keluarganya dapat diterima dan tidak ada
permasalahan dalam melakukan peran masing-masing. Ny.E megatakan Tn.E sudah
melakukan perannya sebagi kepala rumah tangga dengan baik dengan mencari
nafkah. Ny.E mengatakan sudah melakukan perannya yaitu sebagai istri yang
biasanya memenuhi kebutuhan suaminya dan mengurus rumah serta anaknya. Serta
Ny.E sudah mampu menjalankan perannya dengan baik, sebagai ibu ditengah
keluarga, selain masih mencari nafkah, Ny.E juga sebagai pengayom didalam
keluarga
2) Peran Informal
Tn.E merupakan pelindung bagi keluarganya, selain bekerja Tn.E juga membantu
pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring dan lain-lain, Ny.E juga bekerja,
sambil tetap menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

d. Nilai keluarga
Nilai dan norma yang di anut keluarga umumnya dilatar belakangi oleh budaya Jawa.
Tidak ada larangan atau pantangan yang dijalani oleh keluarga Tn.E, keluarga Tn.E
mengikuti aturan agama yang mereka anut. Sampai saat ini keluarga dapat menerima

16
nilai dan norma budaya mereka. Tidak ada nilai dan konflik norma yang berpengaruh
terhadap status kesehatan keluarga.

6. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Ny.E mengatakan dalam keluarga saling melengkapi antara Ny.E dan Tn.E, dalam
memenuhi kebutuhan, bersama- sama merawat dan membesarkan anaknya. Menurut
Ny.E tidak ada hal khusus yang digunakan untuk menjaga keharmonisan keluarganya.
Menurut Ny.E jika ada masalah dalam keluarga, dapat diselesaikan secara bersama-
sama, sambil tetap menjaga hubungan baik dengan saudara atau keluarga lainnya.
b. Fungsi Sosialisasi
Ny.E mengatakan, Keluarga kami cukup baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat
di lingkungan tempat tinggal. Tn.E aktif mengikuti kegiatan seperti gotong royong di
masyarakat
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ny.E mengatakan mengatakan di dalam keluarganya tidak ada kepercayaan terhadap
dukun-dukun. Menurut mereka bahwa sakit itu apabila keluarga merasakan tidak enak
badan, tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan memenuhi kebutuhan secara
mandiri serta merasakan lemah. Ny.E mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit
perlu untuk istirahat dan diperiksa ke petugas kesehatan.
Ny. E mengatakan ketika An.E mengalami sakit, akan di bawa ke Rumah sakit atau
puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan.
Menurut Ny.E tentang sakit adalah ketika badan terasa tidak enak badan, lemas
dan tidak dapat memenuhi kebutuhanya secara mandiri, sementara sehat menurut Ny.E
adalah badan yang bugar dan dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan tidak
stres
Ny.E mengatakan keluarga sudah memiliki BPJS dan untuk sumber pembayaran
ketika memeriksakan kesehatan yaitu dengan menggunakan BPJS. Ny.E mengatakan
yang dilakukan anggota keluarga ketika sakit adalah melakukan pemeriksaan ke
puskesmas atau ke RS.

d. Fungsi Reproduksi
Ny.E mengatakan ia dan suaminya sudah bersepakat bahwa jarak anak yang pertama
dan kedua yaitu 5 tahun. Ny.E mengtakan belum menggunakan kontrasepsi alami
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan baiaya berobat.

17
7. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek
Ny.E mengatakan ia dan suaminya tidak merasa cemas akan kondisi keluarganya.
Karena semua dalam kondisi yang sehat dan baik-baik saja
b. Stresor jangka panjang
Ny.E mengatakan bahwa ia dan keluarga tidak merasakan khwatir dan cemas akan
kondisi keluarganya. Karena semua dalam kondisi yang sehat dan baik-baik saja
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Ny.E mengatakan jika merasa cemas atau stres akan suatu kondisi seperti adanya
masalah kesehatan yang dialami. Maka langsung ke puskesmas atau RS untuk
melakukan pemeriksaan. Dan bersikap tenang dan tidak panik.
d. Penggunaan Sumber koping
Ny.E mengatakan jika ada masalah dengan kesehatan Ny.E langsung melakukan
pemeriksaan agar mendapat penananganan yang tepat.

8. Keadaan gizi keluarga


Keluarga makan 3 kali sehari yang terdiri dari nasi dan lauk pauk. Keluarga biasanya
membeli sayur di pasar. Anak E makannya baik tidak ada keluhan susah makan.

9. Harapan keluarga
Harapan keluarga agar selalu diberi kesehatan untuk keluarganya khususnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Pemeriksaan Fisik
Pemriksaan An.E
Kepala Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, berwarna
hitam, rambut bersih, tidak terdapat lesi di kepala
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan
pembesaran vena jugularis (JVP)
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang
telinga terlihat bersih, eritema (-), tidak ada
ganngguan pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sklera
unikterik, konjungtiva merah muda, alis mata berbatas tegas
dan simetris, pembengkakan mata (-),
respon terhadap cahaya (+)

18
Mulut dan Hidung Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, lidah berwarna
kemerahan, tidak ada sekret yang keluar melalui hidung, tidak
ada kotoran yang terlihat melalui hidung, tidak ada
pembesaran conca nasal, septum di tengah, fungsi penciuman
baik, lidah pada posisi normal, bicara tidak pelo, tidak ada
gangguan menelan, bibir simetris, mukosa bibir lembab,tidak
ada cuping hidung, tidak ada lesi pada rongga mulut,
perdarahan dan pembengkakan (-), karies gigi (-),
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, irama napas regular
Inspeksi : tidak ada retaksi dada saat bernafas, tidak ada
batuk, tidak ada nyeri dada, bentuk dada simetris dan
pengembangan dada simetris
Abdomen Tidak ada lesi disekitar abdomen, timpani, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran organ
Eliminasi Pola (BAK) : ± 3x sehari, tidak mengalami inkontinensia
urine
Eliminasi (BAB) : 1 hari sekali, tidak konstipasi.
Sistem integumen Turgor kulit elastis, tidak ada lesi dan lebam, tidak bengkak,
tidak ada eritema, warna kulit sawo matang.
Sistem Ekstremitas atas dan bawah simetris, rentang gerak penuh, dan
muskuloskeletal otot kuat, dapat bergerak ke segala arah/ tidak terbatas
BB dan TB 9,6 kg / 78cm
Tanda-tanda vital S : 36,4oC
N : 100x mnt
RR : 16x/mnt
Capillary refill < 2 detik
Keluhan Tidak ada

19
Pemriksaan Tn.E
Kepala Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, berwarna
hitam, tidak terdapat lesi di kepala
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan
pembesaran vena jugularis (JVP)
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang
telinga terlihat bersih, eritema (-), ganngguan
pendengaran (-)
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sklera
unikterik, konjungtiva merah muda, alis mata berbatas tegas
dan simetris, pembengkakan mata (-),
respon terhadap cahaya (+)
Mulut dan Hidung Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, lidah berwarna
kemerahan, tidak ada sekret yang keluar melalui hidung, tidak
ada kotoran yang terlihat melalui hidung, tidak ada
pembesaran conca nasal, septum di tengah, fungsi penciuman
baik, lidah pada posisi normal, bicara tidak pelo, tidak ada
gangguan menelan, bibir simetris, mukosa bibir lembab,tidak
ada cuping hidung, tidak ada lesi pada rongga mulut,
perdarahan dan pembengkakan (-), karies gigi (-)
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, irama napas regular
Inspeksi : tidak ada retaksi dada saat bernafas, tidak ada
batuk, tidak ada nyeri dada, bentuk dada simetris dan
pengembangan dada simetris
Abdomen Tidak ada lesi disekitar abdomen, timpani, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran organ
Eliminasi Pola (BAK) : ± 3x sehari, tidak mengalami inkontinensia
urine
Eliminasi (BAB) : 2 hari sekali, tidak konstipasi.
Sistem integumen Turgor kulit elastis, tidak ada lesi dan lebam, tidak bengkak,
tidak ada eritema, warna kulit sawo matang.
Sistem Ekstremitas atas dan bawah simetris, rentang gerak penuh, dan
muskuloskeletal otot kuat, dapat bergerak ke segala
arah/ tidak terbatas
BB dan TB 70 kg / 168cm
Tanda-tanda vital TD : 127/70 mmHg
N : 76x mnt

20
RR : 22x/mnt
Capillary refill < 2 detik
Keluhan Tidak ada keluhan

Pemriksaan Ny.E
Kepala Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, sedikit tipis,
berwarna hitam, terdapat ada uban, tidak terdapat lesi di
kepala
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan
pembesaran vena jugularis (JVP)
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang
telinga terlihat bersih, eritema (-), ganngguan
pendengaran (+)
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sklera
unikterik, konjungtiva merah muda, alis mata berbatas tegas
dan simetris, pembengkakan mata (-),
respon terhadap cahaya (+)
Mulut dan Hidung Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, lidah berwarna
kemerahan, tidak ada sekret yang keluar melalui hidung, tidak
ada kotoran yang terlihat melalui hidung, tidak ada
pembesaran conca nasal, septum di tengah, fungsi penciuman
baik, lidah pada posisi normal, bicara tidak pelo, tidak ada
gangguan menelan, bibir simetris, mukosa bibir lembab,tidak
ada cuping hidung, tidak ada lesi pada rongga mulut,
perdarahan dan pembengkakan (-), karies gigi (+), gigi
tampak ompong
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, irama napas regular
Inspeksi : tidak ada retaksi dada saat bernafas, tidak ada
batuk, tidak ada nyeri dada, bentuk dada simetris dan
pengembangan dada simetris
Abdomen Tidak ada lesi disekitar abdomen, timpani, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran organ
Eliminasi Pola (BAK) : ± 5x sehari, tidak mengalami inkontinensia
urine
Eliminasi (BAB) : 2 hari sekali, tidak konstipasi.

21
Sistem integumen Turgor kulit elastis, tidak ada lesi dan lebam, tidak bengkak,
tidak ada eritema, warna kulit sawo matang.
Sistem Ekstremitas atas dan bawah simetris, rentang gerak penuh, dan
muskuloskeletal otot kuat, dapat bergerak ke segala
arah/ tidak terbatas
BB dan TB 65 kg/ 154 cm
Tanda-tanda vital TD : 120/65 mmHg
N : 83x mnt
RR : 22x/mnt
Capillary refill < 2 detik
Keluhan Tidak ada keluhan

22
ANALISA DATA

NO Tanggal DATA DIAGNOSA

1 29 Mei 2023 DS : Kesiapan Peningkatan


- Ny. E mengatakan memberikan menu manajemen Kesehatan
yang sehat untuk anak seperti sayur. (D.0112)
- Ny. E mengatakan ingin mengetahui Hal. 249
tentang cara pencegahan stunting.
Karena Ny.E tidak mengetahui secara
spesifik tentang apa itu stunting
- Ny.E mengatakan ingin mengetahui
tentang cara pengolahan sayur yang
lebih menarik. Membuat menu yang
menarik untuk anak agar dapat tertarik
utnuk makan.
- Ny.E mengatakan anaknya tidak
mengalami susah makan.

DO :

An.E tampak sehat, Tidak tampak kurus,


BB : 9,6 kg TB : 78cm

DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN LEVEL KELUARGA

1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)

23
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

1 Kesiapan Peningkatan TUK 1 TUK 1


manajemen Kesehatan (D.0112)
Keluarga mampu Mengenal Keluarga mampu
Hal. 249 Mengenal masalah:
masalah:
Edukasi Kesehatan
Tingkat Pengetahuan
(I.12383) Hal.65
meningkat (L.12111) Hal.144
Edukasi kesehatan
Dengan KH :
tentang stunting dan
Kemampuan menjelaskan
cara pencegahan
pengetahuan tentang suatu topik
dari 4 cukup meningkat ke 5 stunting
meingkat.

TUK 2 TUK 2
Keluarga mampu memutuskan Keluarga mampu
tindakan keperawatan. memutuskan tindakan
keperawatan
Manajemen Kesehatan
Meningkat (L.12104) Dukungan pengambilan
keputusan
Dengan KH :
(I.09265 ) Hal-34
Melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor risiko dari 4
cukup meningkat ke 5
meningkat.

TUK 3 TUK 3
Keluarga Mampu
Keluarga Mampu Melakukan
Melakukan Perawatan
Perawatan Sederhana.
Sederhana.
Perilaku Kesehatan Membaik
Manajemen Nutrisi
Dengan KH : (I.03119)

Kemampuan melakukan tindakan (Mengajarkan cara


pencegahan masalah kesehatan mengolah daun kelor
menjadi puding untuk
dari 4 cukup meningkat ke 5
mencegah stunting pada
anak)

24
meningkat

TUK 4 TUK 4

keluarga mampu memodifikasi keluarga mampu


lingkungan memodifikasi
lingkungan
Manajemen Kesehatan
Meningkat (L.12104) Edukasi keselamatan
Hal. 64 lingkungan (I.1284)

Melakukan tindakan untuk


mengurangi faktor risiko dari 4
cukup meningkat ke 5
meningkat.

TUK 5 TUK 5

Keluarga Mampu Keluarga Mampu


Memanfaatkan Fasilitas Memanfaatkan Fasilitas

Pemeliharaan kesehatan Promosi system


(L.12106) pendukung (I.09313)

Meningkat. Hal. 385

Dengan KH :

- Kemampuan menjalanankan
perilaku sehat dari 4 cukup
meningkat ke 5 meningkat

25
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


&
Jam

Minggu, Kesiapan TUK 1 S: Christin


4 Juni Peningkatan
Keluarga mampu mengenal Ny E mengatakan merasa senang
2023 manajemen
masalah: Edukasi Kesehatan dan semakin paham ketika
Kesehatan
(I.12383) Hal.65 diberikan edukasi terkait stunting
14.30 (D.0112)
dan cara pencegahan stunting
WIB Hal. 249 (Edukasi kesehatan tentang
pada anak.
stunting dan cara pencegahan
stunting) O:

- Memberikan edukasi - Telah diberikan edukasi terkait


kesehatan tentang stunting stunting dan cara pencegahan
dan cara pencegahan stunting
stunting - Ny E tampak antusias dalam
DS : Ny. E mengatakan mengikuti edukasi kesehatan
setelah diberikan edukasi yang diberikan.
Ny.E semakin paham - Ny. E dan keluarga cukup
tentang stunting dan kooperatif selama diberikan
bagaimana cara untuk edukasi
melakukan pencegahan - Ny E tampak mampu
stunting menjawab pertanyaan saat di
DO : Ny.E tampak lakukan evaluasi terkait
memperhatikan serta edukasi yang diberikan.
mendengarkan penjelasan
dengan baik, kooperatif,
SLKI : Tingkat pengetahuan
dan aktif selama edukasi
meningkat
kesehatan berlangsung.
A: Tujuan Tercapai

P: Hentikan Intervens

26
Minggu, TUK 2:
S: Ny. E mengatakan merasa
4 Juni
Keluarga Mampu senang karena akan diajarkan
2023
Memutuskan Tindakan membuat olahan pudding daun
Perawatan kelor sebagai makanan pendaping
14.55
tamnahan yang bergisi bagi
WIB Dukungan pengambilan
anaknya.
keputusan (I.09265) :

27
Pembuatan MPT (Makanan O: Ny. E tampak antusias karena
pendamping tambahan akan diajarkan cara pengolah
daun kelor sebagai makanan
- Mengajarkan cara pembuatan
pendamping tambahan
MPT (Pembuatan Puding
Daun Kelor) A: Tujuan tercapai

DS : P: Intervensi dihentikan

- Ny. E mengatakan bersedia


dan senang karena diajarkan
cara membuat makanan
pendamping tambahan
- Ny.E mengatakan
sebelumnya tidak pernah
membuat makanan
pendamping tambahan
seperti pudding daun kelor.

Senin, 5
TUK 3 : S:
Juni
2023 Keluarga Mampu - Ny. E mengatakan merasa
14.30 Melakukan Perawatan senang karena telah mendapat
WIB Sederhana. pengetahuan baru terkait
pengolahan menu makanan
Manajemen Nutrisi (I.03119)
pendamping tambahan untuk
(Inovasi pengolahan daun kelor anaknya
sebagai makanan pendamping - Ny. E mengatkan akan
tambahan : Puding daun kelor) memberikan makanan-
makanan yang bergisi pada
- Mengajarkan cara pembuatan
anaknya sebagai upaca untuk
makanan pendamping
melakukan pencegahan
tambahan yaitu Pembuatan
stunting
Puding Daun Kelor
- Ny. E mengatakan pembuatan
DS : puding daun kelor mudah
dilakukan dan bahan-bahan
- Ny. E mengatakan setelah
yang dibutuhkan mudah
diajarkan cara membuat
didapat. Sehingga Ny.E akan
inovasi menu makanan

28
pendamping tambahan membuat puding daun kelor
seperti puding kelor. Ny.E sebagai makanan pendamping
sangat senang dan akan tambahan untuk anaknya.
melaukannya lagi
O: Ny. E tampak antusias pada
- Ny. E mengatakan
saat diajarkan cara pembuatan
pembuatannya mudah dan
uding daun kelor
bahan-bahan yang diperlukan
mudah didapat. A: Tujuan tercapai

DO : Ny. E tampak antusias P: Intervensi dihentikan


pada saat diajarkan cara
pembuatan puding daun kelor.

Selasa, 6 TUK 4
S:
Juni
keluarga mampu
2023
memodifikasi lingkungan - Ny. E mengatakan bahwa ia
14.00 dan suaminya sangat menjaga
WIB Edukasi keselamatan keamanan anaknya.
lingkungan (I.1284) Menghindarkan alat-alat yang

DS : Ny.E mengatakan bahwa dapat berisiko melukai

ia dan suaminya sangat anaknya.

menjaga keamanan anaknya.


O: Ny. E tampak mendampingi
Menghindarkan alat-alat yang
anak nya saat bermain baik di
dapat berisiko melukai
dalam rumah atau di luar rumah
anaknya.
A: Tujuan tercapai
DO : Ny.E tampak
mensdmpingi anaknya ketika P: Intervensi dihentikan
bermain di dalam rumah atau
luar rumah.

Selasa, 6 TUK 5
S:
Juni
Keluarga Mampu
2023
Memanfaatkan Fasilitas - Ny. E mengatakan rutin
14.10 membawa anaknya ke
WIB Promosi system pendukung posyandu balita
(I.09313)
- Ny.E mengatakan jika anaknya

29
DS : kurang sehat ia dan suaminya
membawa anaknya ke
- Ny. E mengatakan rutin
puskesmas dan kadang ke
membawa anaknya ke
dokter anak untuk diperiksa
posyandu balita
dan mendapatkan penanganan
- Ny.E mengatakan jika
yang tepat.
anaknya kurang sehat ia dan
- Ny.E mengatakan ia dan
suaminya membawa
keluarga sering berpartisipasi
anaknya ke puskesmas dan
dalam kegiatan yang
kadang ke dokter anak
dilakukan di lingkungannya
untuk diperiksa dan
mendapatkan penanganan O: Ny. E dan suami tampak
yang tepat. membawa anaknya pada saat
- Ny.E mengatakan ia dan posyandu balita
keluarga sering
A: Tujuan tercapai
berpartisipasi dalam
kegiatan yang dilakukan di P: Intervensi dihentikan
lingkungannya

DO : Ny. E dan suami tampak


membawa anaknya pada saat
posyandu balita

30
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran teknis pemberian intervensi

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn.E didapatkan 1


Diagnosa Keperawatan sesuai dengan data-data pendukung yang telah ditemukan saat
dilakukan pengkajian. Diagnosa keperawatan tersebut adalah Kesiapan Peningkatan
Manajemen Kesehatan

Pada diagnosa keperawatan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan, target


luaran yang ingin di capai yaitu sesuai dengan 5 tugas keluarga dimulai dari tugas keluarga 1
luaran yang ingin dicapai adalah tingkat pengetahuan meningkat, tugas keluarga 2 luaran
yang ingin di capai adalah manajemen kesehatan meningkat, tugas keluarga 3 luaran yang
ingin di capai adalah perilaku kesehatan membaik, tugas keluarga 4 luaran yang ingin di
capai adalah manajemen kesehatan meningkat dan tugas keluarga 5 luaran yang ingin di
capai adalah pemeliharaan kesehatan meningkat.

Pemberian intervensi pendidikan kesehatan tentang stunting dan pencegahan


stunting diberikan pada hari pertama. Dan pada hari ke-2 diajarkan tentang pembuatan
makanan pendamping tambahan yaitu pembuatan puding daun kelor sebagai salah satu
upaya pencegahan stunting pada anak. Dan pada hari ke-3 dilakukan edukasi pada keluarga
Tn.E tentang edukasi keselamatan lingkungan dimana menganjurkan keluarga untuk
menjaga keamanan anak seperi menjauhkan alat-alat yang dapat berisiko melukai. Selain itu
menganjurkan pasien untuk memanfaat fasilitas yang ada seperti fasilitas kesehatan yang
ada di lingkungan tempat tinggal pasien.

B. Perubahan/perbedaan data subjektif dan objektif atau kondisi keluarga antara


sebelum dan setelah diberikan asuhan keperawatan

1. Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan

Pada tahap keluarga mampu mengenal masalah kesehatan dilakukan pemberian intervensi
pengajaran pendidikan kesehatan terkait stunting dan cara pencegahan stunting. Ny E
mengatakan merasa senang dan semakin paham ketika diberikan edukasi terkait stunting
dan cara pencegahan stunting pada anak. Ny E tampak antusias dalam mengikuti edukasi
kesehatan yang diberikan, Ny. E dan keluarga cukup kooperatif selama diberikan edukasi
Ny E tampak mampu menjawab pertanyaan saat di lakukan evaluasi terkait edukasi yang
diberikan.

31
2. Keluarga mampu memutuskan

Keluarga Ty. E mengatakan merasa senang karena akan diajarkan membuat olahan
pudding daun kelor sebagai makanan pendaping tamnahan yang bergisi bagi anaknya.
Ny. E tampak antusias karena akan diajarkan cara pengolah daun kelor sebagai makanan
pendamping tambahan

3. Keluarga mampu melakukan perawatan sederhana

Ny.E mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tentang inovasi pembuatan makanan


pendamping tambahan seperti puding daun kelor. Ny. E mengatakan merasa senang
karena telah mendapat pengetahuan baru terkait pengolahan menu makanan pendamping
tambahan untuk anaknya. Ny. E mengatkan akan memberikan makanan-makanan yang
bergisi pada anaknya sebagai upaca untuk melakukan pencegahan stunting Ny. E
mengatakan pembuatan puding daun kelor mudah dilakukan dan bahan-bahan yang
dibutuhkan mudah didapat. Sehingga Ny.E akan membuat puding daun kelor sebagai
makanan pendamping tambahan untuk anaknya. Ny. E tampak antusias pada saat
diajarkan cara pembuatan uding daun kelor

4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan

Ny. E mengatakan bahwa ia dan suaminya sangat menjaga keamanan anaknya.


Menghindarkan alat-alat yang dapat berisiko melukai anaknya. Ny. E tampak
mendampingi anak nya saat bermain baik di dalam rumah atau di luar rumah

5. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan

Ny. E mengatakan rutin membawa anaknya ke posyandu balita. jika anaknya kurang
sehat ia dan suaminya membawa anaknya ke puskesmas dan kadang ke dokter anak untuk
diperiksa dan mendapatkan penanganan yang tepat.Ny.E mengatakan ia dan keluarga
sering berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan di lingkungannya Ny. E dan suami
tampak membawa anaknya pada saat posyandu balita

C. Bukti ilmiah yang mendukung keputusan penggunaan intervensi

1. Pengaruh Penyuluhan Partisipatif untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu tentang


Penerapan Gizi Seimbang dalam Penanggulangan Stunting (Rohayati & Aprina, 2021)
Penyuluhan secara partisipatif signifikan dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang, dan memiliki efektifitas yang lebih baik dibanding tata cara lain. Salah
satu satu tata cara promosi kesehatan untuk mengatasi permasalahan stunting ialah
melalui penyuluhan secara partisipatif.

32
2. Penguatan Literasi Gizi untuk Pencegahan Stunting di Desa Jurangsapi (Devie et al.,
2023)
Program peningkatan literasi gizi penting untuk terus dilaksanakan untuk menambah
pengetahuan masyarakat terkait pentingnya pemenuhan gizi terutama untuk mencegah
terjadinya stunting. Upaya pemenuhan gizi anak sebagai penanggulangan stunting dapat
dilakukan mulai dari level keluarga dengan memanfaatkan potensi bahan pangan lokal.
Daun kelor dapat menjadi salah satu bahan pangan lokal pilihan dalam upaya
penanggulangan stunting yang perlu dikampanyekan dalam rangka pemenuhan gizi.

3. Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu dalam Pembuatan PMT Berbahan Dasar


Kelor sebagai Upaya Percepatan Pencegahan Stunting (Wahyu Widodo, 2022)
Pelaksanaan kegiatan ini adalah, mengingat tujuan yang ingin dicapai adalah tidak
hanya memberi informasi, namun juga meningkatkan kemampuan kader Posyandu
dalam membuat PMT untuk balita agar dapat membantu percepatan pencegahan
stunting.

4. Literasi Gizi Pada Ibu-ibu Untuk Mencegah Stunting Melalui Pemanfaatan Kelor dalam
Olahan Puding di desa Permata Kecamatan Tilongkabila (Nomor et al., 2022)
Dalam pengabdian ini menghasilkan kemampuan ibu meningkat melalui literasi gizi baik
penyuluhan manfaat kelor dan pengamatan secara langsung pembuatan puding.
Diharapkan ibu-ibu yang ikut serta dalam kegiatan literasi ini dapat menyiapkan berbagai
olahan makanan dengan menggunakan daun kelor agar lebih maksimal sehingga dapat
mencegah dan menurunkan angka stunting di Kabupaten Bone Bolango. Manfaat yang
sangat besar dari daun kelor dalam memenuhi angka kecukupan gizi pada balita. Seluruh
bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga dan
meningkatkan kualitas kesehatan manusia dan terutama sumber asupan gizi keluarga.
Bahkan, kandungan kelor diketahui berkali lipat dibandingkan bahan makanan sumber
nutrisi lainnya. Daun Kelor (Moringa oleifera) kaya akan mineral, vitamin dan
kandungan fitokimia. Ekstrak daun Kelor banyak digunakan dalam berbagai percobaan di
bidang mal nutrisi.

5. Olahan Daun Kelor Untuk Perbaikan Status Gizi Balita dalam Upaya Pencegahan
Stunting (Nurdin et al., 2022)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pemberian olahan daun
kelor selama penelitian yang dilakukan pengikuran satu kali seminggu selama 1 bulan
didapatkan balita yang dalam kelompok perlakuan yang mengkomsumsi olahan daun
kelor selama satu bulan yang di pantau dengan menggunakan lembar checklist kepatuhan
mengkombumsi olahan daun kelor terdapat perbedaan Tinggi badan / Umur sebelum dan

33
sesudah pemberian olahan daun kelor. Dan didapatkan bahwa balita yang stunting pada
kelompok perlakuan berubah satus gizinya menjadi status gizi normal.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Safrina, dkk. (2022) di Wilayah Kerja Puskesmas
Naibonat Kabupaten Kupang.
Mengenai pengaruh pemberian serbuk daun kelor (moringaoleifera) terhadap peningkatan
status gizi balita bahwa diketahui dari 25 responden pada kelompok perlakuan,
didapatkan hasil 16responden (64%) mengalami peningkatan status gizi dan 9 responden
(36%) tidak mengalami peningkatan status gizi. Sehingga berdasarkan uji statistik
disimpulkan pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) dapat meningkatkan status
gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhhan Keperawatan Pada Keluarga Tn E didapatkan hasil Pemberian edukasi kesehatan
dan demonstrasi tentang pembuatan makanan pendamping tambahan (pembuatan pudding
daun kelor) sebagai salah satu cara pencegahan stunting dapat meningkatkan pengetahuan.
Keluargan Tn.E dan mampu melakukan pencegahan stunting sebagai salah satu bentuk
perilaku untuk mencegah risiko akibat penyakit.

B. Saran
1. Diharapkan bagi mahasiswa yang membaca Asuhan Keperawatan ini dapat belajar tentang
asuhan keperawatan keluarga.
2. Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga.
3. Diharapkan keluarga dapat mengaplikasikan intervensi yang di berikan secara mandiri
untuk keluarga.

35
DAFTAR PUSTAKA

Devie, M. P., Mardani, F. A., Damayanti, R. F., Ashidhiqie, A., Akhyar, R. F., Wahdah, N. A.,
Tauriestya, F. A., Miratmaka, D. T., Yongki, M., Sugesta, I., Noza, D. E., Jember, U.,
Kalimantan, J., No, T., Timur, K., Jember, K., Timur, J., & Pos, K. (2023). Penguatan
Literasi Gizi untuk Pencegahan Stunting di Desa Jurangsapi Strengthening Nutritional
Literacy for Stunting Prevention in Jurangsapi Village balita yang diakibatkan kekurangan
gizi , sehingga anak tidak tumbuh seperti pada yang mencerminkan perkembangan langsung
yang dicapai pada pra dan pasca bukan hanya berasal dari kondisi gizi buruk yang dialami
ibu hamil maupun anak. 8(1), 79–92.

Nomor, V., Farmasi, J., Olahraga, F., Gorontalo, U. N., & Sudirman, J. J. (2022). Jurnal
Pengabdian Masyarakat Farmasi : Pharmacare Society Literasi Gizi Pada Ibu-ibu Untuk
Mencegah Stunting Melalui Pemanfaatan Kelor dalam Olahan Puding di desa Permata
Kecamatan Tilongkabila. 1, 92–102.

Nurdin, N., Sunandar, & Ariyana. (2022). Olahan Daun Kelor Untuk Perbaikan Status Gizi
Balita dalam Upaya Pencegahan Stunting. SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat, 1(4), 453–459. https://doi.org/10.55123/sehatmas.v1i4.714

Rohayati, & Aprina. (2021). Pengaruh Penyuluhan Partisipatif untuk Meningkatkan


Pengetahuan Ibu tentang Penerapan Gizi Seimbang dalam Penanggulangan Stunting Effect
of a Participatory Health Campaign on Stunting Reduction amongst Children : a
Quantitative Study to Improve Mothers ’. Jurnal Kesehatan, 12(2), 287–293.

Wahyu Widodo, M. T. (2022). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 4(November), 1281–1286.

36
LAMPIRAN

37
Lampiran 1 SPO Pembuatan Puding Daun Kelor

SPO PEMBUATAN PUDING DAU KELOR


UNTUK PENCEGAHAN STUNTING

No Aspek yang Dilakukan


Tahap pra interaksi
1 Cuci tangan
2 Siapkan alat dan bahan
- Alat
a. Panci
b. Gelas ukur
c. Wadah Puding
d. Sendok
- Bahan
a. Bubuk Daun Kelor 10 gram/ daun kelor 1 genggam yang sudah
diblender menggunakan 200 ml air
b. Susu cair 800 ml
c. 1 bungkus bubuk agar-agar
d. Gula pasir 4 Sendok makan
e. ½ sendok teh garam

Tahap orientasi
4 Berikan salam, panggil pasien dengan nama yang disukainya
5 Memperkenalkan diri
6 Jelaskan prosedur tujuan dan lamanya tindakan yang akan diberikan
7 Berikan waktu untuk klien bertanya
Tahap kerja
9 Campur gula, agar agar dan bubuk kelor/kelor yang sudah diblender, aduk rata
10 Masukan susu cair dan aduk sampai rata
11 Masak di atas kompor, tambahkan garam lalu aduk-aduk
12 Masak hingga mendidih
13 Kemudian adonan dituang ke cetakan/cup pudding yang sudah disiapkan.
14 Tunggu beberapa saat sampai dingin dan dimasukkan ke kulkas.
Tahap terminasi
21 Evaluasi kegiatan
22 Beri reinforcement postif
23 Kontrak pertemuan selanjutnya
24 Mengakhiri pertemuan dengan baik
25 Dokumentasi

38
Lampiran 2 Brosur Pembuatan Puding Daun Kelor

39
Lampiran 3 SDKI, SLKI, SIKI

40
41
Lampiran 4 Bukti Dokumentasi Foto

42
ARTIKEL ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.T DENGAN TAHAP II KELUARGA
DENGAN KELAHIRAN ANAK PERTAMA (CHILD BEARING FAMILY) DI RT 04 RW
03 PADUKUHAN SAWAHAN LOR DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN

Disusun Guna Memenuhi Laporan Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen pengampuh: Ns. Fajarina Lathu A, S.Kep., MSN

Disusun Oleh :

Nama : Christin. Pattinasarany

NIM : 22160007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2023

43
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.T Dengan Tahap Ii Keluarga Dengan Kelahiran
Anak Pertama (Child Bearing Family) Dipadukuhan Sawahan Lor Desa Wedomartani
Ngemplak Sleman

Penulis Christin Pattinasrany

Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi

Email : christinpattinasarany157@gmail.com

Intisari

Latar belakang : Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling bergantungan. Keluarga memiliki pengaruh yang penting tehadap pembentukan identitas
individu, status kesehatan dan perasaan harga diri individu
Tujuan : Untuk mengetahui evaluasi pengetahuan tentang stunting dan pencegahannya
Metode : Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Subjek yang digunakan
dalam studi kasus ini adalah satu Keluarga Pada Tahap II yaitu kelurga dengan kelahiran anak
pertama (Child Bearing Family). Penyelenggaraan asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan keluarga usia dewasa selama 3 hari dimulai tanggal 4 – 6 Juni 2023
Hasil : Berdasarkan tindakan yang sudah diberikan kepada keluarga didapatkan hasil bahwa :
Ny.E dan suami mengetahui apa itu stunting penyebab, tanda dan gejala, dan pencegahan
stunting.
Kesimpulan : Intervensi edukasi tentang stunting dan melakukan manajemen nutrisi dengan
mengajarkan Ny.E dalam membuat makanan pendamping tambahan (MPT) dengan membuat
olahan pudding daun kelor sebagai upaya dalam melakukan pencegahan stunting yang diberikan
selama 2 hari menunjukan hasil : Ny.E dan suami sudah mengeahui tentang apa itu stunting,
pennyebab dan mengetahui tentang pencegahan stunting dengan melakukan olahan makanan
yang bergizi bagi anak.

Kata Kunci : Stunting, Daun kelor

44
Nursing Care for Mr.T's Family with Phase II Family with the Birth of the First Child (Child
Bearing Family) Supported by Rice Fields Lor Wedomartani Village Ngemplak Sleman

Author: Christin Pattinasrany

Professional Education Study Program Ners Professional Program

Email : christinpattinasarany157@gmail.com

Abstract

Background: The family is the smallest unit of society consisting of the head of the family and
several people who gather and live somewhere under one roof in a state of interdependence. The
family has an important influence on the formation of an individual's identity, health status and
feelings of self-worth
Objective: To determine the evaluation of knowledge about stunting and its prevention
Method: The design used in this study is a case study. The subjects used in this case study are
one Family In Phase II, namely a family with the birth of a first child (Child Bearing Family).
Implementation of family nursing care at the adult family development stage for 3 days starting
from June 4 – 6, 2023
Results: Based on the actions that have been given to the family, it was found that: Mrs.E and
her husband know what stunting causes, signs and symptoms, and stunting prevention.
Conclusion: Educational intervention about stunting and nutrition management by teaching
Mrs.E in making additional complementary foods (MPT) by making processed Moringa leaf
pudding as an effort to prevent stunting given for 2 days showed results: Mrs.E and her husband
already know about what stunting is, pennyebab and know about stunting prevention by doing
nutritious food preparations for children.

Keywords : Stunting, Moringa leaves

45
1. Pendahuluan
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat tempat pertama dalam belajar
memahami tentang kehidupan sosial. Keluarga mempunyai tahap perkembangan yang
didalamnya terdapat tugas perkembangan. Menurut teori tahap perkembangan keluarga Duval
dan miller (1985) dibagi dalam delapan tahap perkembangan yaitu keluarga dengan pasangan
baru (Bergaining Family), keluarga dengan anak pertama dibawah 30 bulan (Child Bearing),
keluarga dengan anak pra sekolah (2-6 tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun),
keluarga dengan anak usia remaja (13–20 tahun), keluarga melepas anak usia dewasa muda,
keluarga dengan orang tua paruh baya, dan keluarga dengan usia lanjutdan pensiunan (Zakaria,
2017).
Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family). Dimulai
sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau
2,5 tahun. Salah satu tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah :
Persiapan menjadi orang tua. Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan
orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
Pola asuh merupakan suatu praktik yang dilakukan oleh pengasuh seperti ibu, bapak,
nenek, atau lainnya dalam menjaga kesehatan, memberikan makanan, dukungan emosional
anak dan juga stimulasi yang dibutuhkan anak pada masa tumbuh kembangnya (Putri, 2020).
Pengetahuan yang baik menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya dapat mempengaruhi
kebiasaan yang dilakukan dalam melaksanakan pola asuh terhadap anak. Ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi lebih mengetahui pola hidup sehat, tercermin
dari penerapan serta pemenuhan gizi yang cukup, sedangkan pada ibu yang mempunyai
tingkat pengetahuan yang rendah kurang mengetahui pentingnya penerapan pola hidup sehat
dan pemenuhan gizi yang cukup dalam merawat anak (Khaeriyah, 2020). Kurangnya
pengetahuan banyak menjadi penyebab terjadinya faktor risiko berbagai penyakit, salah
satunya ialah stunting (Noorhasanah & Tauhidah, 2021). Tingkat pengetahuan ibu terkait pola
asuh selama tumbuh kembang anak sangat berpengaruh terhadap terjadinya stunting pada
anak.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tumbuh kembang anak yang
optimal. Kekurangan gizi yang terjadi pada periode emas tersebut dapat menyebabkan
berbagai masalah, salah satunya adalah masalah gagal tumbuh sehingga anak menjadi lebih
pendek (stunting) dari standar. Salah satu upaya dalam pencegahan Stunting adalah dengan
pemanfaatan tanaman lokal sebagai bahan pangan. Tanaman Kelor (MoringaOleifera)
merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki sejuta manfaat untuk kesehatan yang
memiliki sumber protein tinggi, sedangkan daun kelor (moringa oleifera) merupakan sumber
bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi.

46
2. Metode
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Subjek yang digunakan dalam
studi kasus ini adalah satu Keluarga Pada Tahap II yaitu kelurga dengan kelahiran anak
pertama (Child Bearing Family). Penyelenggaraan asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan keluarga usia dewasa selama 3 hari dimulai tanggal 4 – 6 Juni 2023.

3. Hasil
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn.E didapatkan 1
Diagnosa Keperawatan sesuai dengan data-data pendukung yang telah ditemukan saat
dilakukan pengkajian. Diagnosa keperawatan tersebut adalah Kesiapan Peningkatan
Manajemen Kesehatan.
Pada diagnosa keperawatan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan, target
luaran yang ingin di capai yaitu sesuai dengan 5 tugas keluarga dimulai dari tugas keluarga 1
luaran yang ingin dicapai adalah tingkat pengetahuan meningkat, tugas keluarga 2 luaran
yang ingin di capai adalah manajemen kesehatan meningkat, tugas keluarga 3 luaran yang
ingin di capai adalah perilaku kesehatan membaik, tugas keluarga 4 luaran yang ingin di
capai adalah manajemen kesehatan meningkat dan tugas keluarga 5 luaran yang ingin di
capai adalah pemeliharaan kesehatan meningkat.
Pemberian intervensi pendidikan kesehatan tentang stunting dan pencegahan stunting
diberikan pada hari pertama. Dan pada hari ke-2 diajarkan tentang pembuatan makanan
pendamping tambahan yaitu pembuatan puding daun kelor sebagai salah satu upaya
pencegahan stunting pada anak. Dan pada hari ke-3 dilakukan edukasi pada keluarga Tn.E
tentang edukasi keselamatan lingkungan dimana menganjurkan keluarga untuk menjaga
keamanan anak seperi menjauhkan alat-alat yang dapat berisiko melukai. Selain itu
menganjurkan pasien untuk memanfaat fasilitas yang ada seperti fasilitas kesehatan yang ada
di lingkungan tempat tinggal pasien.
Berdasarkan tindakan yang sudah diberikan kepada keluarga didapatkan hasil bahwa
: Tgl 4 Mei 2023 Ny.E dan keluarga sudah mengetahui tentang stunting, Tgl 5 Mei 2023
Ny.E Mengetahui tentang pengolahan makanan pendamping tambahan dengan membuat
puding daun kelor sebagai salah satu pencegahan stunting, Tgl 6 Mei Ny.E dan suami
mengatakan terkait edukasi keamanan lingkungan dan penggunaan fasilitas kesehatan. Ny.E
dan suami sudah menerapkan seperti yang diedukasi yaitu selalu menajaga keamanan
lingkungan dan melakukan pemriksaan rutin ke fasilitas kesehatan seperti membawa anaknya
setiap jadwal posyandu balita dan jika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ke
fasilitas kesehatan.

47
4. Pembahasan
a. Keluarga mampu mengenal masalah Kesehatan
Pada tahap keluarga mampu mengenal masalah kesehatan dilakukan pemberian intervensi
pengajaran pendidikan kesehatan terkait stunting dan cara pencegahan stunting. Ny E
mengatakan merasa senang dan semakin paham ketika diberikan edukasi terkait stunting
dan cara pencegahan stunting pada anak. Ny E tampak antusias dalam mengikuti edukasi
kesehatan yang diberikan, Ny. E dan keluarga cukup kooperatif selama diberikan edukasi
Ny E tampak mampu menjawab pertanyaan saat di lakukan evaluasi terkait edukasi yang
diberikan.

b. Keluarga mampu memutuskan


Keluarga Ty. E mengatakan merasa senang karena akan diajarkan membuat olahan
pudding daun kelor sebagai makanan pendaping tamnahan yang bergisi bagi anaknya.
Ny. E tampak antusias karena akan diajarkan cara pengolah daun kelor sebagai makanan
pendamping tambahan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan sederhana


Ny.E mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tentang inovasi pembuatan makanan
pendamping tambahan seperti puding daun kelor. Ny. E mengatakan merasa senang
karena telah mendapat pengetahuan baru terkait pengolahan menu makanan pendamping
tambahan untuk anaknya. Ny. E mengatkan akan memberikan makanan-makanan yang
bergisi pada anaknya sebagai upaca untuk melakukan pencegahan stunting Ny. E
mengatakan pembuatan puding daun kelor mudah dilakukan dan bahan-bahan yang
dibutuhkan mudah didapat. Sehingga Ny.E akan membuat puding daun kelor sebagai
makanan pendamping tambahan untuk anaknya. Ny. E tampak antusias pada saat
diajarkan cara pembuatan uding daun kelor

d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan


Ny. E mengatakan bahwa ia dan suaminya sangat menjaga keamanan anaknya.
Menghindarkan alat-alat yang dapat berisiko melukai anaknya. Ny. E tampak
mendampingi anak nya saat bermain baik di dalam rumah atau di luar rumah

e. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan


Ny. E mengatakan rutin membawa anaknya ke posyandu balita. jika anaknya kurang
sehat ia dan suaminya membawa anaknya ke puskesmas dan kadang ke dokter anak untuk
diperiksa dan mendapatkan penanganan yang tepat.Ny.E mengatakan ia dan keluarga
sering berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan di lingkungannya Ny. E dan suami
tampak membawa anaknya pada saat posyandu balita

48
5. Kesimpulan dan Saran
Selama pemberian asuhan keperawatan kepada keluarga Tn.E selama 3 hari
didapatkan hasil bahwa keluarga Tn.E mampu menujukan perilaku kesiapan peningkatan
kesehatan yang optimal dengan berpartisipasi dalam intervensi yang diberikan. Hal ini dapat
diamati ketika keluarga Tn.E mengikuti dan berpartisipasi selama pemberian edukasi
kesehtan, demonstrasi dalam mengajarkan Ny.E dalam membuat makanan pendamping
tambahan (MPT) dengan pembuatan puding daun kelor sebagai salah satu pencegahan
stunting dan mampu melakukan intervensi yang sudah diajarkan.
Upaya pemenuhan gizi anak sebagai penanggulangan stunting dapat dilakukan mulai
dari level keluarga dengan memanfaatkan potensi bahan pangan lokal. Daun kelor dapat
menjadi salah satu bahan pangan lokal pilihan dalam upaya penanggulangan stunting yang
perlu dikampanyekan dalam rangka pemenuhan gizi. Proses bimbingan teknis yang sudah
dilakukan diharapkan dapat dilanjutkan dengan lebih serius dengan penerapan inovasi baru
yang lebih beragam untuk pemenuhan gizi serta penanggulangan stunting yang
berkelanjutan. Selain itu, perlu adanya dukungan yang kuat dari stakeholder terkait dalam
upaya penyuksesan program peningkatan literasi gizi bagi masyarakat.

6. Daftar Pustaka

Putri, A. R. (2020). Aspek Pola Asuh, Pola Makan, dan Pendapatan keluarga pada kejadian
stunting. Healthy Tadulako Journal Jurnal Kesehatan Tadulako, 6(1), 7-12.

Khaeriyah, F., Arifin, S., & Hayatie, L. (2020). Hubungan Pendidikan dan Pola Asuh Ibu
dengan Kejadian Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin. Homeostasis Jurnal Mahasiswa
Pendidikan Dokter, 3(2), 173-178.

Noorhasanah, E., & Tauhidah, N. I. (2021). Hubungan pola asuh ibu dengan kejadian
stunting anak usia 12-59 bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 4(1), 37-42.

Saputra, R. A., Santoso, U., Heiriyani, T., Jumar, J., Wahdah, R., Syarifuddin, N. A., Putri,
K. A., Navira, A., & Aisyah, N. (2021). The Miracle Tree: Manfaat Kelor Terhadap
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul),
1(2), 54. https://doi.org/10.20527/ilung.v1i2.3959.

Rahayu, T. B., Anna, Y., & Nurindahsari, W. (2018). Peningkatan Status Gizi Balita Melalui
Pemberian Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(2),
87–91. https://doi.org/10.36569/jmm.v9i2.14

49

Anda mungkin juga menyukai