DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019/2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang telah kami
buat adalah sah dan hasil diskusi yang kami kerjakan dengan sebaik-baiknya. Dengan ini
kami kelompok 10 dari kelas DIV Keperawatan semester IV menyerahkan makalah ini untuk
disahkan dan disetujui pada :
Hari/ tanggal :
Tempat : Kampus Terpadu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Oleh : 1. Ervieta Adistya H. (P07120217018)
2. Rossi Novianti (P07120217034)
3. Titik Fajriyati Nur K. (P07120217036)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi tugas dari Ibu Induniasih, S.Kp., M.Kes selaku Dosen Koordinator Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan
saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko Susilo,
SKM., M.Kes.
2. Kepala Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.
3. Kepala Program Studi DIV Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep.
4. Dosen Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Gerontik, Ibu Induniasih, S.Kp., M.Kep.
5. Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Gerontik, Bapak Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc
6. Teman-teman Kelas DIV Keperawatan.
Harapan penulis semoga makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan Masalah Spiritual” ini dapat memberikan informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan
pedoman kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini, sehingga ke depannya menjadi lebih baik.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bertambahnya usia selalu meninggalkan bekas pada setiap makhluk hidup dan
prinsip ini berlaku bagi semua tingkat oragnisasi. Rentang hidup manusia
menunjukkan periode perkembangan secara bertahap dengan meningkatnya efisiensi
tubuh pada masa anak-anak, remaja sampai mencapai tingkat kematangan. Setelah
melalui periode yang panjang dengan perubahan yang kecil, terjadilah perubahan
bertahap dalam nilai kepercayaan.
Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan seseorang adalah nilai
keabadian dan kesehatan, kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan
variable fisik, psikologis, sosiologis cultural, perkembangan dan spiritual. Perawat
mempunyai pendekatan tradisional yaitu promosi kesehatan melalui persfektif
holistic. Asumsi mendasar tentang holistic adalah keyakinan-keyakinan di mana
individu secara keseluruhan lebih besar.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia
secara keseluruhan, yang di tandai oleh makna harapan (Aspiani, 2014). Spritualitas
memberi dimensi luas pada pandangan holistic kemanusiaan. Agar perawat dapat
memberikan perawatan yang berkualitas, mereka harus mendukung pasien sperti
halnya ketika mengidentifikasi dan meneksplorasi apa yang sangat bermakna dalam
kehidupan mereka dan ketika menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan
menderita penyakit. Perawat membutuhkan keterampilan dalam perawatan spiritual.
Setiap perawat harus memahami tentang spiritual dan bagaimana keyakinan spiritual
mempengaruhi kehidupan seseorang
Pentingnya seorang perawat memahami adalah agar pasien dalam kepergianya
mendapatkan rasa yang bahagi dan bisa pergi dalam keadaan sejahtera. wajib bagi
perawat belajar tentang nilai spiritual pada pasien terminal karena itu salah satu peran
perawat sebagai konselor dan karena kesehatan jiwa merupakan hal yang
mempengaruhi kesehatan fisik.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari spiritual ?
2. Apa definisi dari religiositas?
3. Bagaimana karakteristik spiritual pada lansia?
4. Bagaimana dimensi spiritual pada lansia?
5. Bagaimana perkembangan spiritual pada lansia?
6. Bagaimana konsep kebutuhan dasar spiritual pada lansia?
7. Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan spiritual?
8. Bagaimana sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia mengahadapi
sakit dan kematian?
9. Bagaimana pendekatan spiritual pada lansia?
10. Apa peran perawat dalam spiritual?
11. Bagaimana asuhan keperawatan secara umum pada lansia dengan masalah
spiritualitas?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari spiritual.
2. Mengetahui definisi dari religiositas.
3. Mengetahui karakteristik spiritual pada lansia.
4. Mengetahui dimensi spiritual pada lansia.
5. Mengetahui perkembangan spiritual pada lansia.
6. Mengetahui konsep kebutuhan dasar spiritual pada lansia.
7. Mengetahui yang dimaksud dengan kesejahteraan spiritual.
8. Mengetahui sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia
mengahadapi sakit dan kematian.
9. Mengetahui pendekatan spiritual pada lansia.
10. Mengetahui peran perawat dalam spiritual.
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritualitas.
6
D. Metodologi Penulisan
Untuk memperoleh data bahan penulisan yang dibutuhkan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode Penulisan
Metode penulisan bersifat studi pustaka dari berbagai literatur dan disusun
berdasarkan hasil diskusi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan
saling terkait antara satu sama lain sesuai dengan topik yang dibahas.
2. Pengumpulan Data
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini berasal dari berbagai
literature kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi utama adalah beberapa buku dan jurnal mengenai asuhan
keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemikiran
khususnnya mengenai asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
1) Memberikan informasi dan gambaran kepada para pembaca mengenai
asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
2) Menambah pengetahuan para pembaca mengenai asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah spiritual.
b. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan bagi penulis mengenai asuhan keperawatan
pada lansia dengan masalah spiritual.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna, dapat dijadikan
masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi, dan dapat menjadi
tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah spiritual.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan mampu menjadi informasi asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah spiritual.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
8
b) Definisi Religiositas
Religiositas adalah derajat dan jenis ekspresi dan pasrtisipasi religius dari lansia.
Sejumlah indikator religiositas telah ditentukan dari penelitian : kehadiran di tempat
ibadah, berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan, mengetahui tentang ibadah dan
teologi, beribadah, membaca kitab suci, dan melakukan kebaktian. Kebutuhan religius
dan spiritualitas dari lansia adalah salah satu studi dalam kebutuhan akan kesempatan
untuk beribadah sesuai dengn agama saya sendiri, terutama di hari minggu dan
kebutuhan akan sumber-sumber untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan
kehidupan pribadi saya kitab suci, buku, catatan, tape, dan program TV. Palmore
menekankan bahwa tempat ibadah adalah satu-satunya institusi komunitas yang
paling pervasif yang dimiiki lansia (Azizah, 2011).
Di masyarakat yang mencakup lebih dari 1200 kelompok agama yang berbeda
dan berbagai subkelompok dan sekte yang tidak terhitung banyaknya, perawat harus
mendapatkan informasi dasar tentang kelompok agama yang terbesar di wilayah
mereka. Meskipun terdapat berbagai perbedaan antar-kelompok agama tersebut, tetapi
di antaranya memiliki beberapa persamaan. Enam karakterisktik umum persamaan
tersebut mencakup dasar otoritas atau kekuatan, kitab suci yang sakral, kode eik yang
mendefinisikan benar dan salah, identitas kelompok, aspirasi atau harapan, dan
pandangan tentang apa yang terjadi setelah kematian. Sebagian besar agama juga
memiliki rasa hormat terhadap lansia.
Perhatian gereja terhadap kebutuhan lansia semakin berkembang. Lima puluh dua
layanan yang berbeda yang diberikn oleh berbagai gereja telah diidentifikasi. Empat
peran utama gereja adalah memberikan program keagamaan, pelayanan pastoral, dan
layanan sosial serta panduan pasif tentang lembaga layanan. Akhirnya, tempat ibadah
menjadi komunitas yang peduli ketika lansia bnyak membutuhkannya. Steinitz
mengindikasikan bahwa untuk kebanyakan orang, tempat ibadah menjadi keluarga
wali, yang terdiri dari “ibu”, “ayah”, “saudara perempuan”, dan “saudara laki-laki”
dari segala usia. Tempat ibadah menjadi kelompok pendukung yang tidak sama
dengan kelompok pendukung lainnya di masyarakat. Laporan dari National Intwefaith
Coalition on Aging (NICA) lebih lanjut lagi menekankan bahwa afirmasi lansia
terhadap kehidupan sangat berakar pada partisipasi mereka dalam komunitas
keagamaan. Persahabatan di komunitas meningkatkan penerimaan akan masa lalu,
kegembiraan akan masa kini, dan harapan akan pemenuhan masa depan.
9
c) Karakteristik Spiritual pada Lansia
Adapun karakteristik spiritualitas menurut (Azizah, 2011) meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi:
pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap (percaya
pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri.
2. Hubungan dengan alam (harmoni) meliputi: mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki),
mengabadikan dan melindungi alam.
3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif) meliputi: berbagi waktu,
pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tua dan orang
sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dll),
dikatakan tidak harmonis apabila: konflik dengan orang lain, resolusi yang
menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
4. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi: sembahyang
atau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam
(hamid, 2000).
10
sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus
menerus antara dua dimensi tersebut (Bandiyah, 2009).
11
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah
kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara
horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem),
setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa
depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di
dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara
yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi
yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada
tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi
dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.
i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesamamanusia. Setiap
orang membutuhkan orang lain serta sumber daya alam untuk membantu
kelangsungan hidupnya.
13
i) Pendekatan Spiritual pada Pasien Lansia
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau
mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi pasien lanjut usia
yang menghadapi kematian, (Azizah, 2011) mengemukakan bahwa maut sering kali
menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan
kumpul lagi dengan kelurga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian
setiap pasien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari
kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul
diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia
bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus
mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya
pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan
factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu
untuk melapangkan dada pasien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat
pada pasien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih
dituntut menemukan pribadi pasien lanjut usia melalui agama mereka.
Sedangkan pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi:
a. Pengkajian afek dan sikap (Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas,
agitasi, apatis atau preokupasi)
b. Perilaku (Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau
buku keagamaan, dan apakah pasien seringkali mengaluh, tidak dapat tidur,
bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang
tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama)
17
c. Verbalisasi (Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik
keagamaan lainnya, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama,
dan apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian)
d. Hubungan interpersonal (Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien berespon
terhadap pengunjung, apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien, dan
bagaimana pasien berhubungan dengan pasien yang lain dan juga dengan perawat)
e. Lingkungan (Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya,
apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah
pasien memakai tanda keagamaan misalnya jilbab). Terutama dilakukan melalui
observasi.
18
- Asing tentang sosial Hubungan dengan Seni, Musik,
- Gangguan sosiokultural Literatur, Alam :
- Stressor - Penurunan ekspresi tentang pola
- Penyalahgunaan zat kreativitas sebelumnya
- Tidak bermnat pada alam
- Tidak berminat membaca literatur
spiritual
b. Hambatan Religiositas
Faktor yang berhubungan Batasan karakterisitk
- Ansietas - Keinginan untuk berhubungan
- Kendala kultural untuk mempraktikan kembali dengan pola keyakinan
agama sebelumnya
- Kendala lingkungan untuk - Keinginan untuk berhubungan
mempraktikan agama lagi dengan adat istiadat
19
- Depresi sebelumnya
- Takut akan kematian - Kesulitan mmematuhi keyakinan
- Pemberi asuhan tidak efektif agama yang dianut
- Strategi koping tidak efektif - Kesulitan mematuhi ritual
- Merasa tidak aman kegamaan yang dianut
- Kurang dukungan sosial - Distres tentang perpisahan dari
- Kurang interaksi sosiokultural komunitas kepercayaan
- Kurang fasilitas transportasi - Mempertanyakan pola
- Nyeri keyakinan agama
- Distress spiritual - Mempertanyakan kebiasaan
keagamaan
2. Resiko
a. Resiko Distres Spiritual
Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Hambatan mengalami kasih saying
- Perubahan ritual religious
- Perubahan praktik spiritual
- Konflik budaya
- Depresi
- Perubahan lingkungan
- Ketidakmampuan memaafkan
- Peningkatan ketergantungan pada orang lain
- Hubungan yang tidak efektif
- Kesepian
- Harga diri rendah
- Nyeri
- Persepsi tentang tugas yang tidak selesai
- Asing tentang diri sendiri
- Perpisahan dari sitem pendukung
- Asing tentang soial
- Gangguan sosiokultural
20
- Stressor
- Penyalahgunaan zat
3. Sejahtera
a. Kesiapan Meningkatkan Kesejahteraan Spiritual
Batasan Karakteristik
Hubungan dengan Diri Sendiri :
- Mengungkapkan kinginan meningkatkan penerimaan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan koping
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan motivasi/dorongan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan harapan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kesenangan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan cinta
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan makna hidup
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan praktik mediasi
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan tujuan hidup
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan filosofi hidup yang memuaskan
21
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kemampuan memaafkan diri
sendiri
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kepasrahan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan ketentraman/ketenangan
22
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan partisipasi dalam praktik religious
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kebiasaan religious yang dahulu
dijalankan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan pilihan religious
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan penggunaan benda-benda religious
Diagnosa keperawatan utama yang sering muncul dan dapat dijumpai pada lansia
dengan masalah spiritual adalah sebagai berikut :
1. Distre spiritual berhubungan dengan diagnosis penyakit terminal
2. Distres spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan keagamaan dan budaya
3. Resiko distres spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan religious dan
kultural
4. Kesiapan menimgkatkan kesejahteraan spiritual
Intervensi Rasional
1. Dengarkan ungkapan pikiran pasien Pengakuan adanya masalah spiritual akan
23
tentang masalah spiritual. memvalidasi pentingnya masalah tersebut.
2. Bantu pasien mengidentifikasi konflik Nilai dan kepercayaan yang membantu di
antara kepercayaan spiritual atau masa lalu tidak akan lama manfaatnya
religious dan diagnosis penyakit bagi pasien bila menghadapi penyakit
terminal. Contoh, pasien berkata “kalau terminal.
tuhan mengerti aku dan mengiginkan
yang terbaik untukku, dia tidak akan
membiarkan aku mengalami penyakit
terminal.
3. Tanyakan kepada pasien apakah ia Untuk dapat mengakses sumber
ingin mendiskusikan keluhan spiritual perawatan dari ahi spiritual.
dengan rohaniawan yang dipiihnya.
4. Atur pertemuan dengan penasihat Untuk membantu pasien menguatkan,
religious dan jeaskan kepada kedua memodifikasi, atau menolak kepercayaan.
belah pihak tentang pentingnya
mengklarifikasi kepercayaan spiritual
atau reigius.
5. Bantu pasien mengklarifikasi cara-cara Untuk membantu mengevaluasi sejauh
positif dan negative dalam mana kepercayaan mambantu atau
menggunakan kepercayaan untuk menghalangi kemampuan koping.
memaknai pengalaman terminal.
6. Jelaskan tahap berduka dan Untuk membantu pasien menyadari
karakteristik emosi serta perilaku pada bahwa pengalamannya adaah normal.
masing-masing tahap.
7. Bantu pasien menyusun rencana yang Perencanaan tersebut melibatkan pasien
menggunakan keyakinan untuk dalam menerima diagnosis dan meakukan
meningkatkan kemampuan koping koping terhadap efek jangka panjang
terhadap penyakit terminal. Contoh penyakitnya.
anjurkan membaca doa, mengunjungi
tempat ibadah, mengunjungi anggota
gereja, atau aktivitas lain.
8. Gunakan teknik mendengar aktif untuk Untuk mengurangi ketegangan yang
memberikan kesempatan kepada pasien dirasakan pasien.
24
untuk mengeluarkan perasaan, atau
sarankan ia untuk memukul banta atau
menggunakan benda yang aman.
25
praktik keagamaan selama penerimaan, dan dukungan untuk pasien.
hospitalisasi, dan lakukan apapun yang
diperukan untuk memudahkannya.
Contoh : bila pasien biasa membaca
kitab suci dan tidak memilikinya, bantu
untuk memperolehnya.
7. Komunikasikan dan kolaborasikan Untuk memberikan perawatan yang
dengan rohaniawan rumah sakit. konsisten dan menyediakan data yang
lebih komplit.
8. Atur supaya pasien memiliki benda Benda spiritual tersebut secara signifikan
disamping tempat tidur yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien
memberikan kenyamanan spiritual. untuk menurunkan konflik.
9. Berikan privasi selama pasien Untuk menunjukkan respect terhadap
dikunjungi oleh rohaniawan rumah hubungan pasien dengan rohaniawan.
sakit.
3.Resiko distres spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan religious dan
kultural
Kriteria Hasil :
- Pasien mendiskusikan kepercayaan reigiusnya saat ini.
- Pasien mendiskusikan efek penyakitnya, cedera, atau disabilitas terhadap kepercayaan
dan praktik spiritual.
- Pasien menggunakan teknik koping yang sehat untuk mempertahankan kesejahteraan
spiritual.
- Pasien mengungkapkan perasaan kesejahteraan spiritual.
- Pasien didukung dalam upayanya mengikuti secara spiritual dalam melakukan koping
terhadap penyakit, cedera, atau disabilitas.
- Pasien menghubungi anggota keluarga, pasangan, kyai, atau yang lain untuk
mendapatkan bantuan.
1. Kaji arti pentingnya spiritual dalam Pengkajian yang akurat tentang arti
kehidupan pasien dan dalam koping spiritual bagi pasien diperlukan sebelum
terhadap penyakitnya. Perhatikan melakukan intervensi.
partisipasi pasien dalam ritual dan
26
praktik keagamaan serta keinginan
pasien untuk mendiskusikan
kepercayaan spiritual. Kaji dampak
penyakit, cedera, atau disabilitas
terhadap pandangan spiritual pasien.
2. Kaji keinginan pasien untuk membantu Untuk menentukan sejauh mana pasien
koping terhadap masalah spiritual. termotivasi untuk membicarakan keluhan
spiritual dan terbuka untuk menerima
bantuan dari orang lain.
3. Ungkapkan keinginan untuk Untuk mengurangi isolasi dan membuat
mendiskusikan spiritualitas bila pasien masalah spiritual menjadi terbuka.
menghendaki.
4. Dorong pasien untuk membicarakan Untuk menumbuhkan diskusi terbuka.
kepercayaan dan praktik religious dan
dengarkan secara aktif ketika pasien
membicarakan keluhan spiritualnya.
5. Dorong pasien untuk mengungkapkan Untuk membantunya mengkarifikasi dan
perasaan yang berkaitan dengan melakukan koping terhadap perasaannya.
pengalaman yang mengancam jiwanya
saat ini.
6. Komunikasikan kepada pasien bahwa Untuk menyakinkan pasien bahwa
anda menerima ungkapan keluhan perasannya benar.
spiritualnya, walaupun perasaanya
marah dan negative.
7. Tunjukkan kesediaan untuk berdoa Untuk memberi dukungan spiritual
bersama pasien bila pasien
menghendaki.
8. Pertahankan perilaku yang tidak Untuk mempertahankan nilai terapeutik
menghakimi. Pertahanan percakapan interaksi anda dengan pasien.
berfokus pada nilai spiritual pasien.
9. Berikan kontinuitas praktik religious Untuk menunjukkan dukungan dan
pasien. menyampaikan kepedulian, penerimaan
terhadap pasien.
27
10. Atur kunjungan oleh rohaniwan bila Untuk memberikan dukungan kemampuan
memunginkan dan berikan privasi spiritual terhadap pasien.
selama kunjungan.
11. Kolaborasi dengan rohaniawan dalam Untuk menjamin kontinuitas perawatan.
menyusun rencana untuk
mengintegrasikan intervensi spiritual
dalam perawatan pasien.
28
3. Tanyakan kepada pasien apakah Untuk mengurangi isolasi dan membantu
penyakit memengaruhi pandangan mengungkap isu-isu berkaitan dengan
spiritualnya dan katakana kepadanya distres spiritual.
bahwa anda ingin membantunya
mengatasi isu-isu spiritual bila pasien
menghendaki.
4. Tanyakan kepada pasien apakah ia Untuk memunginkan akses pada sumber
ingin berdiskusi tentang masalah ahli perawatan spiritual.
spiritual dengan penasihatspiritual yang
dipilihnya.
5. Dorong pasien untuk mengajukan Untuk menunjukkan penerimaaan.
pertanyaan spiritual. Yakinkan pasien
bahwa keluhan spiritualnya dapat
diterima dan dengan menguatkan
spiritualitas pasien dapat meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.
6. Berikan sumber koping untuk Untuk meningkatkan kesempatan dalam
mengatasi distress spiritual (seperti memenuhi kebutuhan spiritual.
rujukan ke organisasi spiritual atau
buku bukutentang doa)
7. Pastikan sumber yang dipilih sesuai Untuk mmenunjukkan respect terhadap
dengan kepercayaan spiritual dan kepercayaan dan nilai yang dianut pasien.
agama yang dianut pasien.
8. Tanyakan ke penasihat spiritual apabila Untuk memenuhi kebutuhan pasien
kurang tahu tentang kepercayaan dan dengan tepat.
praktik spiritual pasien.
9. Bantu pasien mengatur perjalanan Untuk meningkatkan kontak pasien
ketempat yang dipilihnya untuk dengan sumber dukungan dari luar.
refleksi, berdoa, atau berkontemplasi.
Gunakan sumber-sumber seperti mobil
gereja.
10. Tunjukan pada pasien bahwa anda Untuk menjamin bahwa interaksi antara
bersedia berdiskusi tentang isu-isu perawat dan pasien tetap terapeutik.
29
yangberkaita dengan spiritualitas.
11. Diskusikan dengan pasien tentang Pasien yang mengalami distres spiritual
pentingnya mempertahankan diet sehat, dapa melalaikan kesejahteraan dari hari ke
melakukan latihan dan tiduryang hari.
teratur, dan mempertahankan interaksi
yang sehat dengan anggota keluarga
danteman.
12. Beri pujian kepada pasien karena Untuk memberikan dukungan yang
telah meluangkan waktu untuk kontinue.
memerhatikan kebutuhan spiritual dan
dorong ia untuk terus mengembangkan
spiritualitas setelah ia meninggalkan
tatanan pelayanan kesehatan.
13. Sediakan rujukan ke kelompok Untuk membantu memberikan
religious, organisas kegamaan, dan kesempatan perkembangan spiritual yang
organisasi layanan sosial yang tepat berkelanjutan dan untuk menjamin
kepada pasien. kontinuitas perawatan.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hari/ taggal : Senin, 17 Desember 2018
Jam : 11.00 WIB
Tempat : Bangsal Alamanda 3, RSUD Sleman
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumen
Sumber data : Pasien, keluarga, rekam medis, dan tim kesehatan lain.
Oleh : Ervieta Adistya Hargiyati
Rossi Novianti
Titik Fajriyati Nur Khasanah
I. Identitas
a) Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 72 tahun
Tempat/tanggal : Sleman, 16 Desember 1945
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku/ kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Alamat : Ngawen, Trihanggo, Gamping, Sleman
Status perkawinan : Kawin
Diagnosa medis : Leukimia
Nomer RM : 358920
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2018
b) Keluarga/penanggung jawab
Nama : Ny.S
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1
31
Pekerjaan : Pegawai PNS
Alamat : Ngawen, Trihanggo, Gamping, Sleman
Hubungan dengan pasien : Anak ke-2
33
III. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual
a. Konsep diri
Pasien mengatakan belum bisa menerima/membiasakan diri dengan keadaanya saat
ini dan pasien tidak yakin bahwa dirinya bisa sembuh.
b. Intelektual
Pasien mampu menangkap informasi yang diberikan oleh perawat dengan baik saat
pasien dijelaskan apa itu penyakit Leukimia, pasien mampu menjelaskan kembali apa
itu leukemia.
c. Hubungan sosial
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga.
ppasien juga selalu mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat untuk tetap menjalin
hubungan dengan anggota masyarakat
b. Support system
Pasien mengatakan bahwa keluarganya selalu mendampingi dan menjaga pasien
dengan baik selama dirawat dirumah sakit
c. Spiritual
- Pasien mengatakan percaya adanya Tuhan
- Pasien mengatakan selalu berbuat baik dan saling mengasihi terhadap sesama
manusia
- Pasien mengatakan hanya sholat ketika hari raya idul fitri dan idul adha
- Pasien mengatakan yakin bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk
kehidupannya, namun pasien mengatakan setelah mengetahui bahwa ia menderita
leukemia ia merasa bahwa tuhan tidak adil.
- Pasien mengatakan mengapa harus saya yang menderita penyakit ini.
- Pasien mengatakan hidupnya menjadi kurang bermakna setelah mengetahui
penyakitnya
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak bisa tidur karena memikirkan
penyakitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam/hari
- Pasien mengatakan sangat sedih ketika mengetahui penyakit yang dideritanya
- Pasien mengatakan khawatir apabila penyakitnya ini menambah beban hidup
keluarga
- Pasien tampak cemas memikirkan penyakit yang dideritanya
- Pasien tampak menangis ketakutan akan kematianya
34
- Pasien tampak marah marah sendiri dan menyalahkan tuhan atas penyakit yang
dideritanya
- Pasien tampak tidak pernah sholat, dan tidak pernah membawa kitab suci ataupun
membacanya
B.Analisis Data
DATA MASALAH PENYEBAB
Tanggal 17 Desember 2018, Pukul 11.00 WIB Distres Spiritual Depresi terkait
DO : (NANDA 2018- penyakit Leukima
- Pasien tampak cemas memikirkan penyakit 2020)
yang dideritanya
- Pasien tampak menangis ketakutan akan
kematian
- Pasien tampak marah marah sendiri dan
menyalahkan tuhan atas penyakit yang
dideritanya tianya
DS :
- Pasien mengatakan mengapa harus saya
yang menderita penyakit ini.
- Pasien mengatakan hidupnya kurang
bermakna
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari
tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4
jam/hari
35
DS :
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari
tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4
jam/hari
- Pasien mengatakan sangat sedih ketika
mengetahui penyakit yang dideritanya
- Pasien mengatakan khawatir apabila
penyakitnya ini menambah beban hidup
keluarga
C. Diagnosa Keperawatan
1. Distres spiritual berhubungan dengan depresi terkait penyakit Leukima ditandai
dengan:
- Pasien tampak cemas memikirkan penyakit yang dideritanya
- Pasien tampak menangis ketakutan akan kematian
- Pasien tampak marah marah sendiri dan menyalahkan tuhan atas penyakit yang
dideritanya tianya
- Pasien mengatakan mengapa harus saya yang menderita penyakit ini.
- Pasien mengatakan hidupnya kurang bermakna
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam/hari
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian ditandai dengan :
- Tekanan darah 160/100 mmHg
- Denyut nadi 110x/menit
- RR 23x/menit
- Pasien tampak melamun
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam/hari
- Pasien mengatakan sangat sedih ketika mengetahui penyakit yang dideritanya
- Pasien mengatakan khawatir apabila penyakitnya ini menambah beban hidup
keluarga
36
D. Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
1. Tgl : 17 Desember 2018 Tgl : 17 Desember 2918 Tgl : 17 Desember 2918 Tgl : 17 Desember 2918
Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB
Distres spiritual Setelah dilakukan 1.Dengarkan ungkapan 1.Pengakuan adanya
berhubungan dengan tindakan keperawatan pikiran pasien tentang masalah spiritual akan
depresi terkait penyakit selama dirawat dirumah masalah spiritual. memvalidasi
Leukima ditandai sakit, diharapkan pentingnya masalah
dengan: distress spiritual dapat tersebut.
- Pasien tampak cemas teratasi dengan kriteria
memikirkan penyakit hasil : 2. Bantu pasien 2. Nilai dan
yang dideritanya - Pasien mampu mengidentifikasi kepercayaan yang
- Pasien tampak mengidentifikasi konflik antara membantu di masa lalu
menangis ketakutan kepercayaan spiritual kepercayaan spiritual tidak akan lama
akan kematian atau religious yang atau religious dan manfaatnya bagi pasien
- Pasien tampak marah menimbulkan diagnosis penyakit bila menghadapi
marah sendiri dan perasaan distress terminal. penyakit terminal.
menyalahkan tuhan terhadap kondisinya.
atas penyakit yang - Pasien mampu 3. Tanyakan kepada 3. Untuk dapat
dideritanya tianya mengeksplorasi pasien apakah ia ingin mengakses sumber
- Pasien mengatakan kepercayaan spiritual mendiskusikan keluhan perawatan dari ahi
mengapa harus saya atau religiusnya spiritual dengan spiritual.
yang menderita bersama penasihat rohaniawan yang
penyakit ini. keagamaan yang dipiihnya.
- Pasien mengatakan dipercaya.
hidupnya kurang - Pasien mampu 4. Atur pertemuan 4. Untuk membantu
bermakna membuat keputusan dengan penasihat pasien menguatkan,
- Pasien mengatakan secara sadar untuk religious dan jeaskan memodifikasi, atau
sudah beberapa hari menguatkan, kepada kedua belah menolak kepercayaan.
tidak bisa tidur karena memodifikasi, atau pihak tentang
memikirkan menolak kepercayaan pentingnya
penyaitnya, hanya tersebut. mengklarifikasi
bisa tidur kurang - Pasien mampu kepercayaan spiritual
37
lebih 4 jam/hari mengidentifikasi atau reigius.
aspek positif dan
negative dalam 5. Bantu pasien 5. Untuk membantu
penggunaan mengklarifikasi cara- mengevaluasi sejauh
keyakinan untuk cara positif dan mana kepercayaan
mengartikan sakit negative dalam mambantu atau
- Pasien mampu menggunakan menghalangi
mengevaluasi tingkat kepercayaan untuk kemampuan koping.
keyakinan yang dapat memaknai pengalaman
membantunya terminal.
melakukan koping
terhadap penyakit. 6. Jelaskan tahap 6. Untuk membantu
- Pasien mampu berduka dan pasien menyadari
menentukan penasihat karakteristik emosi bahwa pengalamannya
spiritual atau religus serta perilaku pada adaah normal.
yang dipercaya atau masing-masing tahap.
sumber lain yang
sesuai untuk 7. Bantu pasien 7. Perencanaan tersebut
membantunya menyusun rencana yang melibatkan pasien
mengeksplorasi menggunakan dalam menerima
tentang penggunaan keyakinan untuk diagnosis dan
keyakinan yang meningkatkan meakukan koping
memaknai kemampuan koping terhadap efek jangka
pengalaman sakit. terhadap penyakit panjang penyakitnya.
terminal.
38
memukul banta atau
menggunakan benda
yang aman.
2. Tgl : 17 Desember2018 Tgl : 17 Desember 2918 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB percaya dengan percaya antara perawat
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan menggunakan prinsip dan klien bertujuan agar
dengan ancaman tindakan keperawatan komunikasi terapeutik klien mampu
kematian ditandai selama dirawat dirumah mengungkapkan
dengan : sakit, diharapkan masalah yang ada serta
- Tekanan darah ansietas dapat teratasi memudahkan perawat
160/100 mmHg dengan kriteria hasil : untuk melakukan
- Denyut nadi 1. Klien dapat intervensi
110x/menit berinteraksi dengan
- RR 23x/menit perawat dengan cara 2. Memberi kesempatan 2. Klien dapat merasa
- Pasien tampak menyebutkan namanya, klien untuk lega dan perawat dapat
melamun ada kontak mata dengan mengungkapkan mengetahui masalah
- Pasien mengatakan perawat, menjawab perasaanya yang dihadapi oleh
sudah beberapa hari salam dari perawat klien. Memberikan
tidak bisa tidur 2. Klien dapat suasana tenang agar
karena memikirkan menunjukkan ekspresi klien tidak terdistraksi
penyaitnya, hanya yang dirasakan dan merasa nyaman
bisa tidur kurang 3. Klien mampu dalam mengungkapkan
lebih 4 jam/hari menjelaskan masalah masalahnya.
- Pasien mengatakan yang dihadapinya
sangat sedih ketika 4. Klien mampu 3. Anjurkan klien untuk 3. Terapi berguna untuk
mengetahui penyakit melakukan terapi-terapi melakukan terapi-terapi menurunkan tingkat
yang dideritanya yang diajarkan perawat yang diberikan perawat. kecemasan klien. Klien
- Pasien mengatakan seperti teknik napas dapat mengetahui
khawatir apabila dalam, distraksi dan tujuan, manfaat dan
penyakitnya ini terapi lima jari dengan langkah-langkah yang
menambah beban baik akan dilakukan.
hidup keluarga 5. Klien mampu Penguatan positif dapat
melakukan aktivitas memotivasi klien untuk
39
sehari-hari melakukannya.
E. Implementasi Keperawatan
Catatan Perkembangan Hari ke-1
Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil Paraf
Selasa, 18 18/12/18 18/12/18 An. E
Desember Jam 08.30 Jam 08.30
2018 1. Dengarkan ungkapan S : Pasien mengatakan bahwa dirinya
pikiran pasien tentang takut akan kematian dan merasa bahwa
masalah spiritual. hidup sudah tidak bermakna.
O : Pasien tampak cemas memikirkan
penyakit yang dideritanya.
18/12/18 18/12/18 An. E
Jam 09.00 Jam 09.00
2. Bantu pasien S : pasien menyalahkan Tuhan atas
mengidentifikasi konflik penyakit yang dideritanya.
antara kepercayaan spiritual O : Pasien tampak kecewa terhadap
atau religious dan diagnosis takdir yang Tuhan berikan
penyakit terminal.
18/12/18 18/12/18 An. E
Jam 10.30 Jam 10.30
40
3. Tanyakan kepada pasien S : Pasien mengatakan ingin
apakah ia ingin mendiskusikan masalah spiritualnya
mendiskusikan keluhan dengan rohaniawan yang dipilihnya.
spiritual dengan rohaniawan O : Pasien tampak mengangguk bersedia
yang dipiihnya. mendiskusikan masalahnya dengan
rohaniawan
18/12/18 18/12/18 An. T
Jam 16.00 Jam 16.00
5.Bina hubungan saling S : Pasien mengatakan percaya kepada
percaya dengan perawat untuk memabantu mengurangi
menggunakan prinsip permasalahan spirtualnya.
komunikasi terapeutik O : Pasien tampak kooperatif saat
berdiskusi dengan perawat
18/12/18 18/12/18 An. T
Jam 16.15 Jam 16.15
6. Memberi kesempatan S : Pasien mengatakan lebih lega setelah
klien untuk mengungkapkan mengungkapkan permasalahannya
perasaanya O : Pasien tampak lebih tenang
41
2. Jelaskan tahap berduka S : Pasien mengatakan memahami
dan karakteristik emosi serta tahap berduka dan karakteristik emosi
perilaku pada masing- serta perilaku pada masing-masing
masing tahap tahap
O : Pasien mampu menjelaskan kembali
tahap berduka dan karakteristik emosi
serta perilaku pada masing-masing
tahap
19/12/18 19/12/18 An. E
Jam 16.30 Jam 16.30
3.Anjurkan klien untuk S : Pasien mengatakan setuju untuk
melakukan terapi-terapi melakukan terapi-terapi yang diberikan
yang diberikan perawat. perawat.
O : Pasien tampak mengangguk
menyanggupi untuk melakukan terapi-
terapi yang diberikan perawat.
42
mendengar aktif untuk mengungkapkan permasalahannya.
memberikan kesempatan O : Pasien tampak lebih tenang
kepada pasien untuk
mengeluarkan perasaan, atau
sarankan ia untuk memukul
bantal atau menggunakan
benda yang aman.
20/12/18 20/12/18 An.R
Jam 16.00 Jam 16.00
3.Bantu klien S : Pasien mengatakan sudah bisa
mengidentifikasi mengidentifikasi kemampuan dan
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimilikinya
positif yang dimiliki O : Pasien mampu menjelaskan
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki untuk mekanisme koping
F. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/Jam Evaluasi Hasil Paraf
20/12/18 S : Pasien mengatakan sudah bisa menyusun rencana An.E
Jam 19.30 untuk meningkatkan kemampuan koping terhadap
penyakit terminal dan perasanya sudah lebih tenang
setelah mengungkapkan permasalahannya
O : Pasien mampu menjelaskan rencana yang
digunakanya untuk meningkatkan kemampuan koping
terhadap penyakit terminal
A : Distres Spiritual teratasi penuh
P : Hentikan Intervensi
20/12/18 S : Pasien mengatakan sudah bisa mengidentifikasi An.E
Jam 19.30 kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
O : Pasien mampu menjelaskan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki untuk mekanisme koping
A : Ansietas teratasi penuh
P : Hentikan intervensi
43
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain,
baik dan ramah terhadap orang lain. Religiositas adalah derajat dan jenis ekspresi dan
pasrtisipasi religius dari lansia. Indikator religiositas seperti kehadiran di tempat ibadah,
berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan, mengetahui tentang ibadah dan teologi,
beribadah, membaca kitab suci, dan melakukan kebaktian. Adapun karakateristik spiritual
yaitu hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam,
dan hubungan dengan ketuhanan. Dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau
kematian. Perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia yaitu agama/kepercayaan
semakin terintegrasi dalam kehidupan, lanjut usia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama.,
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf
atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Kesejahteraan spiritual sebagai penguatan hidup dalam suatu hubungan dengan tuhan, diri
sendiri komunitas dan lingkungan yang memelihara dan menghargai keutuhan. Perawat
harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian. Peran
keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia harus sangat bersifat individual yaitu
melakukan pengkajian, sebagai teman, sebagai advokat, pemberi asuhan, manajer kasus,
dan peneliti. Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual meliputi dari
proses pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
44
B. Saran
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah
spiritual yang diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca mengenai apa itu
spiritualitas, religious, karakteristik spiritual pada lansia, kebutuhan dasar spiritual lansia,
dn peran perawat dalam spiritual lansia . Selain itu juga diharapkan dapat memberikan
pengetahuan pagi perawat mengenai pendokumentasian yang benar guna memberikan
pelayanan yang sesuai serta untuk pertanggungjawaban dan pertangunggugatan dari segala
tindakan yang dilakukan perawat. Untuk penyusunan makalah kedepannya penulis dapat
mencari sumber-sumber lain agar data dan fakta yang terhimpun lebih variatif dan
mengurangi tingkat kesalahan informasi atau data yang dipaparkan dalam makalah
45
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info Media.
Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Salemba Medika.
Judith M. Ahern. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
46