Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN MASALAH SPIRITUAL”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

1. ERVIETA ADISTYA H. (P07120217018)


2. ROSSI NOVIANTI (P07120217034)
3. TITIK FAJRIYATI NUR K. (P07120217036)

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019/2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang telah kami
buat adalah sah dan hasil diskusi yang kami kerjakan dengan sebaik-baiknya. Dengan ini
kami kelompok 10 dari kelas DIV Keperawatan semester IV menyerahkan makalah ini untuk
disahkan dan disetujui pada :
Hari/ tanggal :
Tempat : Kampus Terpadu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Oleh : 1. Ervieta Adistya H. (P07120217018)
2. Rossi Novianti (P07120217034)
3. Titik Fajriyati Nur K. (P07120217036)

Yogyakarta, 26 Maret 2019


Mengetahui dan menyetujui,
Dosen Pembimbing

Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc


NIP. 196505191988031001

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi tugas dari Ibu Induniasih, S.Kp., M.Kes selaku Dosen Koordinator Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan
saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko Susilo,
SKM., M.Kes.
2. Kepala Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.
3. Kepala Program Studi DIV Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep.
4. Dosen Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Gerontik, Ibu Induniasih, S.Kp., M.Kep.
5. Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Gerontik, Bapak Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc
6. Teman-teman Kelas DIV Keperawatan.
Harapan penulis semoga makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan Masalah Spiritual” ini dapat memberikan informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan
pedoman kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini, sehingga ke depannya menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 26 Maret 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah .................................................................................................... 2
D. Metodologi Penulisan ........................................................................................... 3
E. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori Spiritual Pada Lansia .................................................................. 4
a) Definisi Spiritual ............................................................................................. 4
b) Definisi Religiositas ........................................................................................ 5
c) Karakteristik Spiritual Pada lansia .................................................................. 6
d) Dimensi Spiritual Pada Lansia ........................................................................ 6
e) Perkembangan Spiritual Pada Lansia .............................................................. 7
f) Konsep Kebutuhan Dasar Spiritual ................................................................. 7
g) Kesejahteraan Spiritual.................................................................................... 9
h) Sikap Menghadapi Sakit dan Kematian .......................................................... 9
i) Pendekatan Spiritual Pada Pasien Lansia ........................................................ 10
j) Peran Keperawatan Dalam Spiritual ............................................................... 10
B. Tinjauan Teori Askep Pada Lansia Dengan Masalah Spiritual ........................... 13
a) Pengkajian ....................................................................................................... 13
b) Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 14
c) Intevensi Keperawatan .................................................................................... 19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.......................................................................................................... 27
B. Analisis Data...................................................................................................... 31
C. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................... 32
D. Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 33
E. Implementasi Keperawatan ............................................................................... 36
F. Evalusasi Keperawatan ...................................................................................... 39
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 42

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bertambahnya usia selalu meninggalkan bekas pada setiap makhluk hidup dan
prinsip ini berlaku bagi semua tingkat oragnisasi. Rentang hidup manusia
menunjukkan periode perkembangan secara bertahap dengan meningkatnya efisiensi
tubuh pada masa anak-anak, remaja sampai mencapai tingkat kematangan. Setelah
melalui periode yang panjang dengan perubahan yang kecil, terjadilah perubahan
bertahap dalam nilai kepercayaan.
Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan seseorang adalah nilai
keabadian dan kesehatan, kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan
variable fisik, psikologis, sosiologis cultural, perkembangan dan spiritual. Perawat
mempunyai pendekatan tradisional yaitu promosi kesehatan melalui persfektif
holistic. Asumsi mendasar tentang holistic adalah keyakinan-keyakinan di mana
individu secara keseluruhan lebih besar.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia
secara keseluruhan, yang di tandai oleh makna harapan (Aspiani, 2014). Spritualitas
memberi dimensi luas pada pandangan holistic kemanusiaan. Agar perawat dapat
memberikan perawatan yang berkualitas, mereka harus mendukung pasien sperti
halnya ketika mengidentifikasi dan meneksplorasi apa yang sangat bermakna dalam
kehidupan mereka dan ketika menemukan cara untuk mengadaptasi nyeri dan
menderita penyakit. Perawat membutuhkan keterampilan dalam perawatan spiritual.
Setiap perawat harus memahami tentang spiritual dan bagaimana keyakinan spiritual
mempengaruhi kehidupan seseorang
Pentingnya seorang perawat memahami adalah agar pasien dalam kepergianya
mendapatkan rasa yang bahagi dan bisa pergi dalam keadaan sejahtera. wajib bagi
perawat belajar tentang nilai spiritual pada pasien terminal karena itu salah satu peran
perawat sebagai konselor dan karena kesehatan jiwa merupakan hal yang
mempengaruhi kesehatan fisik.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari spiritual ?
2. Apa definisi dari religiositas?
3. Bagaimana karakteristik spiritual pada lansia?
4. Bagaimana dimensi spiritual pada lansia?
5. Bagaimana perkembangan spiritual pada lansia?
6. Bagaimana konsep kebutuhan dasar spiritual pada lansia?
7. Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan spiritual?
8. Bagaimana sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia mengahadapi
sakit dan kematian?
9. Bagaimana pendekatan spiritual pada lansia?
10. Apa peran perawat dalam spiritual?
11. Bagaimana asuhan keperawatan secara umum pada lansia dengan masalah
spiritualitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari spiritual.
2. Mengetahui definisi dari religiositas.
3. Mengetahui karakteristik spiritual pada lansia.
4. Mengetahui dimensi spiritual pada lansia.
5. Mengetahui perkembangan spiritual pada lansia.
6. Mengetahui konsep kebutuhan dasar spiritual pada lansia.
7. Mengetahui yang dimaksud dengan kesejahteraan spiritual.
8. Mengetahui sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia
mengahadapi sakit dan kematian.
9. Mengetahui pendekatan spiritual pada lansia.
10. Mengetahui peran perawat dalam spiritual.
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritualitas.

6
D. Metodologi Penulisan
Untuk memperoleh data bahan penulisan yang dibutuhkan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode Penulisan
Metode penulisan bersifat studi pustaka dari berbagai literatur dan disusun
berdasarkan hasil diskusi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan
saling terkait antara satu sama lain sesuai dengan topik yang dibahas.
2. Pengumpulan Data
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini berasal dari berbagai
literature kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi utama adalah beberapa buku dan jurnal mengenai asuhan
keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.

E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemikiran
khususnnya mengenai asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
1) Memberikan informasi dan gambaran kepada para pembaca mengenai
asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual.
2) Menambah pengetahuan para pembaca mengenai asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah spiritual.
b. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan bagi penulis mengenai asuhan keperawatan
pada lansia dengan masalah spiritual.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna, dapat dijadikan
masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi, dan dapat menjadi
tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah spiritual.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan mampu menjadi informasi asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah spiritual.
7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Spiritual pada Lansia


a) Definisi Spiritual
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri
sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap
mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang
untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya
doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Aspiani, 2014).
Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi
agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang
(Bandiyah, 2009).
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan
kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan system kepercayaan. Perawat menemukan
aspek spiritual tersebut dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri,
orang lain dan dengan Tuhan. Spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku
serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan. (Bandiyah,
2009)
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah
konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek
yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi
spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi
seluruh aspek hidup manusia. (Azizah, 2011).

8
b) Definisi Religiositas
Religiositas adalah derajat dan jenis ekspresi dan pasrtisipasi religius dari lansia.
Sejumlah indikator religiositas telah ditentukan dari penelitian : kehadiran di tempat
ibadah, berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan, mengetahui tentang ibadah dan
teologi, beribadah, membaca kitab suci, dan melakukan kebaktian. Kebutuhan religius
dan spiritualitas dari lansia adalah salah satu studi dalam kebutuhan akan kesempatan
untuk beribadah sesuai dengn agama saya sendiri, terutama di hari minggu dan
kebutuhan akan sumber-sumber untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan
kehidupan pribadi saya kitab suci, buku, catatan, tape, dan program TV. Palmore
menekankan bahwa tempat ibadah adalah satu-satunya institusi komunitas yang
paling pervasif yang dimiiki lansia (Azizah, 2011).
Di masyarakat yang mencakup lebih dari 1200 kelompok agama yang berbeda
dan berbagai subkelompok dan sekte yang tidak terhitung banyaknya, perawat harus
mendapatkan informasi dasar tentang kelompok agama yang terbesar di wilayah
mereka. Meskipun terdapat berbagai perbedaan antar-kelompok agama tersebut, tetapi
di antaranya memiliki beberapa persamaan. Enam karakterisktik umum persamaan
tersebut mencakup dasar otoritas atau kekuatan, kitab suci yang sakral, kode eik yang
mendefinisikan benar dan salah, identitas kelompok, aspirasi atau harapan, dan
pandangan tentang apa yang terjadi setelah kematian. Sebagian besar agama juga
memiliki rasa hormat terhadap lansia.
Perhatian gereja terhadap kebutuhan lansia semakin berkembang. Lima puluh dua
layanan yang berbeda yang diberikn oleh berbagai gereja telah diidentifikasi. Empat
peran utama gereja adalah memberikan program keagamaan, pelayanan pastoral, dan
layanan sosial serta panduan pasif tentang lembaga layanan. Akhirnya, tempat ibadah
menjadi komunitas yang peduli ketika lansia bnyak membutuhkannya. Steinitz
mengindikasikan bahwa untuk kebanyakan orang, tempat ibadah menjadi keluarga
wali, yang terdiri dari “ibu”, “ayah”, “saudara perempuan”, dan “saudara laki-laki”
dari segala usia. Tempat ibadah menjadi kelompok pendukung yang tidak sama
dengan kelompok pendukung lainnya di masyarakat. Laporan dari National Intwefaith
Coalition on Aging (NICA) lebih lanjut lagi menekankan bahwa afirmasi lansia
terhadap kehidupan sangat berakar pada partisipasi mereka dalam komunitas
keagamaan. Persahabatan di komunitas meningkatkan penerimaan akan masa lalu,
kegembiraan akan masa kini, dan harapan akan pemenuhan masa depan.

9
c) Karakteristik Spiritual pada Lansia
Adapun karakteristik spiritualitas menurut (Azizah, 2011) meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi:
pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap (percaya
pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri.
2. Hubungan dengan alam (harmoni) meliputi: mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki),
mengabadikan dan melindungi alam.
3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif) meliputi: berbagi waktu,
pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tua dan orang
sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dll),
dikatakan tidak harmonis apabila: konflik dengan orang lain, resolusi yang
menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
4. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi: sembahyang
atau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam
(hamid, 2000).

d) Dimensi Spiritual pada Lansia


Menurut (Aspiani, 2014), dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau
kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Dimensi spiritual berupaya
untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang
untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress
emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan
kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan
dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Penguasa. Spirituailitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal
adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri

10
sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus
menerus antara dua dimensi tersebut (Bandiyah, 2009).

e) Perkembangan Spiritual pada Lansia


Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang
lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Azizah, 2011)
Menurut (Aspiani, 2014) perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia
antara lain: 1) agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan; 2) lanjut
usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir
dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

f) Konsep Kebutuhan Dasar Spiritual


Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa
percaya dengan Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan
untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta
rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.
Kebutuhan dasar spiritual manusia menurut (Aspiani, 2014), yaitu :
a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-
menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna
hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan
sesama manusia (horisontat) serta alam sekitaraya

11
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan
dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.
e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah
kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara
horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem),
setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa
depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di
dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara
yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi
yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada
tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi
dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.
i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesamamanusia. Setiap
orang membutuhkan orang lain serta sumber daya alam untuk membantu
kelangsungan hidupnya.

Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya


apabila mampu (Aspiani, 2014):
a. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di
dunia/kehidupan.
b. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan.
c. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta.
d. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
e. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
f. Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.
12
g) Kesejahteraan Spiritual
Kesejahteraan spiritual menyerap dan mengikat bagian-bagian komponen
seseorang untuk menjadi makhluk yang utuh. Hal tersebut mencakup aspek-aspek
aktivitas religious dan spiritual yang bertujuan untuk menggambarkan status kepuasan
spiritual. Perkembangan White House Conference on Aging 1971, NICA pada tahun
1972 mendefiniskan kesejahteraan spiritual sebagai “Penguatan hidup dalam suatu
hubungan dengan tuhan, diri sendiri komunitas dan lingkungan yang memelihara dan
menghargai keutuhan” (Bandiyah, 2009).
Mengeksplorasi hubungan dengan tuhan sebagai seorang yang merawat tidak
hanya mendukung pertumbuhan masa muda tetapi juga sepanjang kehidupan. Ia
menunjuk bahwa arti memelihara dari Bahasa yahudi kuno adalah”bapa memelihara “
dan merujuk pada konotasi spiritual dari kebapaan. Sifat memelihara pertumbuhan ini
berperan dalam perkembangan yang berkelanjutan sejalan dengan nilai dan makna
seseorang tanpa memperhatikan usia kronologis, tata cara membantu lansia mengenal
bahwa mereka masih dapat melakukan suara pencapaian bahwa maturitas sudah
diperkuat dan bahwa kedamaian akhir sudah dipastikan. (Bandiyah, 2009).

h) Sikap Pasien Lansia Sesuai Tingkat Perkembangan Lansia Mengahadapi Sakit


Dan Kematian
1. Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama
2. Berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama
yang diyakini oleh generasi muda.
3. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian
orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.
4. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang
tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa
berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat
ditolak atau dihindarkan.
Dikarenakan pada kelompok lansia lebih cenderung memikirkan aspek spiritual
keagamaan yang lebih utama dari aspek-aspek yang lain, sehingga kelompok lansia
lebih focus pada satu aktivitas spiritual keagamaan untuk mendekatkan dirinya dengan
Tuhannya (Azizah, 2011).

13
i) Pendekatan Spiritual pada Pasien Lansia
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau
mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi pasien lanjut usia
yang menghadapi kematian, (Azizah, 2011) mengemukakan bahwa maut sering kali
menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan
kumpul lagi dengan kelurga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian
setiap pasien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari
kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul
diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia
bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus
mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya
pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan
factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu
untuk melapangkan dada pasien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat
pada pasien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih
dituntut menemukan pribadi pasien lanjut usia melalui agama mereka.

j) Peran Keperawatan Dalam Spiritual


Peran keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia harus sangat bersifat
individual, berikut ini beberapa kategori yang banyak terdapat pada lansia.
 Pengkajian : Mungkin merupakan fungsi perawat yang terpenting atau orang lain
yang bekerja sama dengan lansia dalam hal pengkajian. Pengkajian spiritual
mencakup pengumpulan informasi tentang riwayat spiritual dan status saat ini dan
menganalisi signifikansi dari hasil tersebut. Data pengkajian yang diperoleh dari
lansia dan keluarga serta lingkungan mempengaruhi pemberian informasi yang luas
tentang kesehatan spiritual. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar bagi
intervensi keperawatan berikutnya.
 Teman : Sejalan dengan hilangnya kontak sosial lansia, stimulasi mental dan harga
diri mereka juga mengalami penurunan. Mereka membutuhkan seseorang yang
memahami proses penuaan normal dan proses penyakit di usia lanjut. Kebutuhan
terpenting bagi seorang lansia adalah seseorang merawatnya sebagai individu.
Perawat yang mengasuh harus menyediakan waktu untuk lansia, membiarkan
14
mereka menjadi diri mereka sendiri dan mengenal nilai mereka sebagai individu.
Waktu dapat digunakan untuk berbagai minat, berdoa untuk mengatasi masalah,
membaca materi keagamaan, atau duduk mendengarkan music. Kuantitas waktu
kurang penting jika dibandingkan dengan kualitas ketrampilan yang diperlukan
adalah menunjukan adanya kasih sayang Tuhan, memulai percakapan yang
mengarah topik spiritual dan menyediakan diri secara teratur.
 Advokat
Peran advokasi perawat untuk lansia meliputi mendapatkan sumber-sumber
spiritual berdasarkan latar belakang pasien yang unik. Hal tersebut perlu dilakukan
untuk mendukung keinginan pasien untuk berpartisipasi dalam layanan keagamaan
dengan mendapatkan tranportasi yang sesuai atau mengatur pemuka agama
setempat untuk berkunjung. Hal tersebut dapat melibatkan peningkatan
persahabatan dengan lansialain ditempat ibadah. Pada beberapa kasus, perawat
dapat menjadi penengah antara pasien dan teman atauanggota keluarga yang jauh.
Pada saat yang bersamaan perawat dapat membantu pasien dan keluarga
menghadapi masalah-masalah etik seperti euthanasia, kelanjutan pemakaian sistem
bantuan hidup, atau bantuan nutrisi jangka panjang. Hal tersebut dapat mencakup
intervensi untuk kepentingan pasien bersama dokternya berkaitan dengan
perpanjangan perawatan medis. Peran advokasi perawat dapat mencakup menulis
surat, menelepon, atau melakukan pendekatan tentang sebab-sebab yang
memengaruhi kesejahteraan pasien. Beberapa ketrampilan keperawatan khusus
mencakup kemampuan untuk tetap tenang pada saat orang lain kacau, keyakinan
bahwa Tuhan akan membantu pada situasi yang sulit, keinginan untuk
meningkatkan rekonsiliasi, dan kemampuan untuk mengungkapkan ide secarajelas.
 Pemberi Asuhan
Perawat sebagai pemberi asuhan merupakan seorang pengkaji yang cerdik
yang tidak hanya melakukan pengkajian dasar terhadap status spiritual yang
menyeluruh, tetapi juga terus mengkaji pasien melalui hubungan. Perawat
menerjemahkan pengkajian defisit spiritual kedalam intervensi asuhan spiritual
atau kesejahteraan spiritual dengan memperkuat dukungan spiritual. Perawat
mengetahui bahwa status spiritual memiliki efek kuat pada pemeliharaan kesehatan
juga pencegahan atau penyembuhan penyakit. Lansia mungkin memerlukan
bantuan khusus untuk menghadiri layanan keagamaan, mendengarkan layanan
radio atau televise, menyediakan waktu tenang tanpa gangguan untuk bermeditasi
15
atau menerima sakramen, atau melepaskan kemarahannya terhadap penderitaan
yang mereka alami. Keterampilan perawat bersifat sensitif terhadap kebutuhan
yang tidak terungkapkan, meningkatkan sikap membantu, mendengarkan adanya
tanda-tanda distres spiritual, dan memberikan perawatan fisik dan spiritual secara
bersamaan. Hal tersebut seringkali dirasa sulit bagi pemberi asuhan karena
kebutuhan fisik lansia juga dapat begitu luas sehingga hanya sedikit saja
waktu/energy yang tersisa untuk perawatan spiritual.
 Manajer Kasus
Perawat yang bertindak sebagai manajer kasus diarea spiritualitas harus
mengetahui tentang lansia dan komunitas. Manajer kasus yang bekerja dengan
lansia cenderungharus mengkoordinasikan asuhan untuk pasien yang rentan yang
memerlukan bantuan karena uaisa lanjut, pendapatan rendah, masalah penyakit
yang bermacam-macam, atau keterbatasan sistem pendukung. Seringkali perawat
perlu bernegosiasi dengan anggota keluarga, pemberi asuhan yang lain, atau
lembaga-lembaga yang memberikan bantuan. Keterampilan keperawatan khusus
yang diperlukan mencakup mengelola sumber-sumber yang terbatas untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal, mengelola asuhan untuk pasien guna
meminimalkan keletihan dan ansietas, meningkatkan penerimaan terhadap bantuan
tanpa menjadi ketergantungan, dan meningkatkan ikatan asal komunitas agama
seseorang.
 Peneliti
Perawat yang meneliti aspek-aspek spiritual lansia harus menjaga hak-hak
asasi lansia yang menjadi subjek penelitian. Pertimbangan etik yang relevan yang
terdapat dalam proposal harus dievaluasi dan dijelaskan secara rinci,. Jelas terlihat
dari bahasan literature penelitian dan instrument tes yangtersedia bahwa religiositas
merupakan konsep yang lebih mudah untuk dipelajari daripada spiritualitas.
Penyelidikan secara prinsip melibatkan sikap religious organisasi, sikap religious
pribadi, dan korelasi aktivitas religious dengan kesehatan, penyesuaian pribadi, dan
praktik-praktik lain. Penelitian spiritual dihambat oleh beberap faktor. Spiritualitas
bersifat temporer dan sulit untuk didefinisikan. Kerangka kerja konseptual
terbebani dengan komponen komponen multidisiplin, dan isntrumen yang valid
harus dibuat atau diperbaiki untuk membantu dalam kuantifikasi. Lebih lanjut lagi,
upaya penelitian spiritualitas belum sepenuhnya dibantu oleh pemerintah atau
sumber pendanaan swasta.
16
B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Spiritual
a) Pengkajian
Pengkajian dapat menunjukan kesempatan yang dimiliki perawat dalam mendukung
atau menguatkan spiritualitas pasien. Pengkajian tersebut dapat menjadi terapeutik
karena pengkajian menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang diberikan.
Perawat yang memahami pendekatan konseptual menyeluruh tentang pengkajian
siritual akan menjadi yang paling berhasil (Aspiani, 2014)
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal penting yaitu dilakukan setelah
pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan
interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan
setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan
orang terdekat pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya.
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali secara umum adalah :
a. Afiliasi agama
1) Partisipasi agama pasien dalam kegiatan keagamaan
2) Jenis partisipasi dalam kegiatan keagamaan
b. Keyakinan / spiritual agama
1) Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima terapi / upacara keagamaan
2) Persepsi penyakit : hukuman, cobaan terhadap keyakinan
3) Strategi koping

Pengkajian data subyektif meliputi :


a. Konsep tentang Tuhan atau ketuhanan
b. Sumber harapan dan kekuatan
c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan dan kondisi kesehatan.

Sedangkan pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi:
a. Pengkajian afek dan sikap (Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas,
agitasi, apatis atau preokupasi)
b. Perilaku (Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau
buku keagamaan, dan apakah pasien seringkali mengaluh, tidak dapat tidur,
bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang
tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama)
17
c. Verbalisasi (Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik
keagamaan lainnya, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama,
dan apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian)
d. Hubungan interpersonal (Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien berespon
terhadap pengunjung, apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien, dan
bagaimana pasien berhubungan dengan pasien yang lain dan juga dengan perawat)
e. Lingkungan (Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya,
apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah
pasien memakai tanda keagamaan misalnya jilbab). Terutama dilakukan melalui
observasi.

b) Diagnosa Keperawatan (NANDA : 2018-2020)


1. Aktual
a. Distres Spiritual
Faktor yang berhubungan Batasan karakteristik
- Ansietas Hubungan dengan Diri Sendiri :
- Hambatan mengalami kasih saying - Marah
- Perubahan ritual religious - Kurang pasrah
- Perubahan praktik spiritual - Perasaan tidak dicintai
- Konflik budaya - Rasa bersalah
- Depresi - Kurang diterima
- Perubahan lingkungan - Strategi koping tidak efektif
- Ketidakmampuan memaafkan - Kurang dorongan
- Peningkatan ketergantungan pada - Merasa hidup kurang bermakna
orang lain
- Hubungan yang tidak efektif Hubungan dengan Orang Lain :
- Kesepian - Perasaan asing
- Harga diri rendah - Menolak interaksi dengan
- Nyeri pemimpin spiritual
- Persepsi tentang tugas yang tidak - Menolak interaksi dengan orang
selesai terdekat
- Asing tentang diri sendiri - Perpisahan dari sistem pendukung
- Perpisahan dari sistem pendukung

18
- Asing tentang sosial Hubungan dengan Seni, Musik,
- Gangguan sosiokultural Literatur, Alam :
- Stressor - Penurunan ekspresi tentang pola
- Penyalahgunaan zat kreativitas sebelumnya
- Tidak bermnat pada alam
- Tidak berminat membaca literatur
spiritual

Hubungan dengan Kekuatan yang


Lebih Besar dari Diri Sendiri :
- Marah terhadap kekuatan yang
lebih besar darinya
- Perasaan diabaikan
- Tidak berdaya
- Kemampuan berintrospeksi
- Ketidakmampuan mengalami
pengalaman religiositas
- Ketidakmampuan berpartisipasi
dalam aktivitas keagamaan
- Ketidakmampuan berdoa
- Mengungkapkan penderitaan
- Meminta menemui pemimpin
keagamaan
- Perubahan yang tiba tiba dalam
praktik spiritual

b. Hambatan Religiositas
Faktor yang berhubungan Batasan karakterisitk
- Ansietas - Keinginan untuk berhubungan
- Kendala kultural untuk mempraktikan kembali dengan pola keyakinan
agama sebelumnya
- Kendala lingkungan untuk - Keinginan untuk berhubungan
mempraktikan agama lagi dengan adat istiadat

19
- Depresi sebelumnya
- Takut akan kematian - Kesulitan mmematuhi keyakinan
- Pemberi asuhan tidak efektif agama yang dianut
- Strategi koping tidak efektif - Kesulitan mematuhi ritual
- Merasa tidak aman kegamaan yang dianut
- Kurang dukungan sosial - Distres tentang perpisahan dari
- Kurang interaksi sosiokultural komunitas kepercayaan
- Kurang fasilitas transportasi - Mempertanyakan pola
- Nyeri keyakinan agama
- Distress spiritual - Mempertanyakan kebiasaan
keagamaan

2. Resiko
a. Resiko Distres Spiritual
Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Hambatan mengalami kasih saying
- Perubahan ritual religious
- Perubahan praktik spiritual
- Konflik budaya
- Depresi
- Perubahan lingkungan
- Ketidakmampuan memaafkan
- Peningkatan ketergantungan pada orang lain
- Hubungan yang tidak efektif
- Kesepian
- Harga diri rendah
- Nyeri
- Persepsi tentang tugas yang tidak selesai
- Asing tentang diri sendiri
- Perpisahan dari sitem pendukung
- Asing tentang soial
- Gangguan sosiokultural

20
- Stressor
- Penyalahgunaan zat

b. Resiko Hambatan Religiositas


Faktor yang berhubungan
- Kurang fasilitas transportasi
- Nyeri
- Ansietas
- Depresi
- Takut akan kematian
- Pemberi asuhan tidak efektif
- Strategi koping tidak efektif
- Merasa tidak aman
- Kurang dukungan sosial
- Kendala kultural untuk mempraktikan agama
- Kendala lingkungan untuk mempraktikan agama
- Kurang interaksi sosiokultural
- Distress spiritual

3. Sejahtera
a. Kesiapan Meningkatkan Kesejahteraan Spiritual
Batasan Karakteristik
Hubungan dengan Diri Sendiri :
- Mengungkapkan kinginan meningkatkan penerimaan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan koping
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan motivasi/dorongan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan harapan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kesenangan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan cinta
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan makna hidup
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan praktik mediasi
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan tujuan hidup
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan filosofi hidup yang memuaskan

21
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kemampuan memaafkan diri
sendiri
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kepasrahan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan ketentraman/ketenangan

Hubungan dengan Orang Lain :


- Mengungkapkan keinginan meningkatkan memaafkan orang lain
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan interaksi dengan orang terdekat
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan interaksi dengan pimpinan
spiritual
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan pelayanan kepada orang lain

Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, dan Alam :


- Mengungkapkan keinginan meningkatkan energy kreatif
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan bacaan spiritual
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan waktu diluar ruang

Hubungan dengan Kekuatan yang Lebih Besar dari Diri Sendiri :


- Mengungkapkan keinginan meningkatkan pengalaman mistis
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan pasrtisipasi dalam aktivitas
religious
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan berdoa
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan penghormatan pada rohaniawan

b. Kesiapan Meningkatkan Religiositas


Batasan Karakteristik
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan pola keyakinan agama yang
dahulu dianut
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan hubungan dengan seorang
pemimpin agama
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan memaafkan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan partisipasi dalam pengalaman
religious

22
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan partisipasi dalam praktik religious
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan kebiasaan religious yang dahulu
dijalankan
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan pilihan religious
- Mengungkapkan keinginan meningkatkan penggunaan benda-benda religious

Diagnosa keperawatan utama yang sering muncul dan dapat dijumpai pada lansia
dengan masalah spiritual adalah sebagai berikut :
1. Distre spiritual berhubungan dengan diagnosis penyakit terminal
2. Distres spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan keagamaan dan budaya
3. Resiko distres spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan religious dan
kultural
4. Kesiapan menimgkatkan kesejahteraan spiritual

c) Intervensi dan Implementasi Keperawatan


1. Distre spiritual berhubungan dengan diagnosis penyakit terminal
Kriteria Hasil :
- Pasien mengidentifikasi kepercayaan spiritual atau religious yang menimbulkan
perasaan distress terhadap kondisinya.
- Pasien mengeksplorasi kepercayaan spiritual atau religiusnya bersama penasihat
keagamaan yang dipercaya.
- Pasien membuat keputusan secara sadar untuk menguatkan, memodifikasi, atau
menolak kepercayaan tersebut.
- Pasien mengidentifikasi aspek positif dan negative dalam penggunaan keyakinan
untuk mengartikan sakit
- Pasien mengevaluasi tingkat keyakinan yang dapat membantunya melakukan koping
terhadap penyakit.
- Pasien menentukan penasihat spiritual atau religus yang dipercaya atau sumber lain
yang sesuai untuk membantunya mengeksplorasi tentang penggunaan eyakinan yang
memaknai pengalaman

Intervensi Rasional
1. Dengarkan ungkapan pikiran pasien Pengakuan adanya masalah spiritual akan

23
tentang masalah spiritual. memvalidasi pentingnya masalah tersebut.
2. Bantu pasien mengidentifikasi konflik Nilai dan kepercayaan yang membantu di
antara kepercayaan spiritual atau masa lalu tidak akan lama manfaatnya
religious dan diagnosis penyakit bagi pasien bila menghadapi penyakit
terminal. Contoh, pasien berkata “kalau terminal.
tuhan mengerti aku dan mengiginkan
yang terbaik untukku, dia tidak akan
membiarkan aku mengalami penyakit
terminal.
3. Tanyakan kepada pasien apakah ia Untuk dapat mengakses sumber
ingin mendiskusikan keluhan spiritual perawatan dari ahi spiritual.
dengan rohaniawan yang dipiihnya.
4. Atur pertemuan dengan penasihat Untuk membantu pasien menguatkan,
religious dan jeaskan kepada kedua memodifikasi, atau menolak kepercayaan.
belah pihak tentang pentingnya
mengklarifikasi kepercayaan spiritual
atau reigius.
5. Bantu pasien mengklarifikasi cara-cara Untuk membantu mengevaluasi sejauh
positif dan negative dalam mana kepercayaan mambantu atau
menggunakan kepercayaan untuk menghalangi kemampuan koping.
memaknai pengalaman terminal.
6. Jelaskan tahap berduka dan Untuk membantu pasien menyadari
karakteristik emosi serta perilaku pada bahwa pengalamannya adaah normal.
masing-masing tahap.
7. Bantu pasien menyusun rencana yang Perencanaan tersebut melibatkan pasien
menggunakan keyakinan untuk dalam menerima diagnosis dan meakukan
meningkatkan kemampuan koping koping terhadap efek jangka panjang
terhadap penyakit terminal. Contoh penyakitnya.
anjurkan membaca doa, mengunjungi
tempat ibadah, mengunjungi anggota
gereja, atau aktivitas lain.
8. Gunakan teknik mendengar aktif untuk Untuk mengurangi ketegangan yang
memberikan kesempatan kepada pasien dirasakan pasien.

24
untuk mengeluarkan perasaan, atau
sarankan ia untuk memukul banta atau
menggunakan benda yang aman.

2. Distre spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan keagamaan dan


budaya
Kriteria Hasil :
- Pasien menyampaikan konflik tentang kepercayaan.
- Pasien mengidentifikasi sumber konflik spiritual.
- Pasien menentukan segala bantuan spiritual yang diperlukan.
- Pasien mendiskusikan kepercayaan yang berkaitandengan praktik keperawatan.
- Pasien mengidentifikasi teknik koping untuk mengatasi ketidaknyamanan spiritual.
- Pasien mengungkapkan kenyamanan spiritual.
Intervensi Rasional
1. Dengarkan isyarat yang menunjukkan Mendengar aktif menunjukkan perhatian
perasan pasien. Misalnya “mengapa terhadap pasien dan memungkinkan
tuhan melakukan ini padaku” perawat untuk mendengar pesan penting
yang mengindikasikan distress spiritual.
2. Lakukan pendekatan kepada pasien Untuk berfokus pada perasaan pasien
dengan cara yang tidak menghakimi. tanpa menilai mereka benar atau salah,
baik atau buruk.
3. Kenali keluhan spiritual pasien dan Untuk membantu membangun hubungan
dorong untuk mengungkapkan pikiran terapeutik.
dan perasaan.
4. Bantu pasien mendefinisikan dalam Merupakan langkah pertama dalam
istilah konkret tentang masalah yang menyusun strategi untuk mengatasi
mengakibatkan konfik internal. konflik.
5. Atur kunjungan rohaniawan bila Untuk membantu pasien menguatkan,
memungkinkan, sehingga dapat memodifikasi, atau menolak kepercayaan.
menggunakan sumber spiritual dari ahli
agama.
6. Dorong pasien untuk tetap melakukan Tindakan tersebut menunjukan perhatian,

25
praktik keagamaan selama penerimaan, dan dukungan untuk pasien.
hospitalisasi, dan lakukan apapun yang
diperukan untuk memudahkannya.
Contoh : bila pasien biasa membaca
kitab suci dan tidak memilikinya, bantu
untuk memperolehnya.
7. Komunikasikan dan kolaborasikan Untuk memberikan perawatan yang
dengan rohaniawan rumah sakit. konsisten dan menyediakan data yang
lebih komplit.
8. Atur supaya pasien memiliki benda Benda spiritual tersebut secara signifikan
disamping tempat tidur yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien
memberikan kenyamanan spiritual. untuk menurunkan konflik.
9. Berikan privasi selama pasien Untuk menunjukkan respect terhadap
dikunjungi oleh rohaniawan rumah hubungan pasien dengan rohaniawan.
sakit.

3.Resiko distres spiritual berhubungan dengan terpisah dari ikatan religious dan
kultural
Kriteria Hasil :
- Pasien mendiskusikan kepercayaan reigiusnya saat ini.
- Pasien mendiskusikan efek penyakitnya, cedera, atau disabilitas terhadap kepercayaan
dan praktik spiritual.
- Pasien menggunakan teknik koping yang sehat untuk mempertahankan kesejahteraan
spiritual.
- Pasien mengungkapkan perasaan kesejahteraan spiritual.
- Pasien didukung dalam upayanya mengikuti secara spiritual dalam melakukan koping
terhadap penyakit, cedera, atau disabilitas.
- Pasien menghubungi anggota keluarga, pasangan, kyai, atau yang lain untuk
mendapatkan bantuan.
1. Kaji arti pentingnya spiritual dalam Pengkajian yang akurat tentang arti
kehidupan pasien dan dalam koping spiritual bagi pasien diperlukan sebelum
terhadap penyakitnya. Perhatikan melakukan intervensi.
partisipasi pasien dalam ritual dan

26
praktik keagamaan serta keinginan
pasien untuk mendiskusikan
kepercayaan spiritual. Kaji dampak
penyakit, cedera, atau disabilitas
terhadap pandangan spiritual pasien.
2. Kaji keinginan pasien untuk membantu Untuk menentukan sejauh mana pasien
koping terhadap masalah spiritual. termotivasi untuk membicarakan keluhan
spiritual dan terbuka untuk menerima
bantuan dari orang lain.
3. Ungkapkan keinginan untuk Untuk mengurangi isolasi dan membuat
mendiskusikan spiritualitas bila pasien masalah spiritual menjadi terbuka.
menghendaki.
4. Dorong pasien untuk membicarakan Untuk menumbuhkan diskusi terbuka.
kepercayaan dan praktik religious dan
dengarkan secara aktif ketika pasien
membicarakan keluhan spiritualnya.
5. Dorong pasien untuk mengungkapkan Untuk membantunya mengkarifikasi dan
perasaan yang berkaitan dengan melakukan koping terhadap perasaannya.
pengalaman yang mengancam jiwanya
saat ini.
6. Komunikasikan kepada pasien bahwa Untuk menyakinkan pasien bahwa
anda menerima ungkapan keluhan perasannya benar.
spiritualnya, walaupun perasaanya
marah dan negative.
7. Tunjukkan kesediaan untuk berdoa Untuk memberi dukungan spiritual
bersama pasien bila pasien
menghendaki.
8. Pertahankan perilaku yang tidak Untuk mempertahankan nilai terapeutik
menghakimi. Pertahanan percakapan interaksi anda dengan pasien.
berfokus pada nilai spiritual pasien.
9. Berikan kontinuitas praktik religious Untuk menunjukkan dukungan dan
pasien. menyampaikan kepedulian, penerimaan
terhadap pasien.

27
10. Atur kunjungan oleh rohaniwan bila Untuk memberikan dukungan kemampuan
memunginkan dan berikan privasi spiritual terhadap pasien.
selama kunjungan.
11. Kolaborasi dengan rohaniawan dalam Untuk menjamin kontinuitas perawatan.
menyusun rencana untuk
mengintegrasikan intervensi spiritual
dalam perawatan pasien.

4. Kesiapan menimgkatkan kesejahteraan spiritual


Kriteria Hasil :
- Pasien mendiskusikan konflik spiritual.
- Pasien diberikan kesempatan untuk memilih penasihat religious
- Pasien didukung dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan spiritual.
- Pasien mengikuti praktik religious atau spiritual hingga tingkat yang ia rasa nyaman.
- Pasien mendiskusikan secara terbuka tentang efek penyakit terhadap kepercayaannya
dan isu spiritual lain.
- Pasien menjelaskan rencananya untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual.
- Pasien menerima rujukan untuk dukungan selanjutnya.
Intervensi Rasional
1. Pantau adanya tanda distres spiritual Untuk merencanakan intervensi yang
pada pasien yang mungkin dapat tepat.
membahayakan kesejahteraan pasien
(perubahan perawatan diri, gangguan
pola tidur, dan perubahan kebiasaan
latihan fisik dan makan)
2. Kaji pentingnya spiritualitas dalam Sebelum perawat dapat mengintervensi
kehidupan pasien dan dalam koping masalah spiritual, maka ia harus
terhadap penyakit. Perhatikan apakah menentukan apakah spiritualitas penting
pasien berpartisipasi dalam ritual bagi pasien.
religious atau ingin berdiskusi tentang
kepercayaan spiritualitas. Pertahankan
pandangan terbuka tentang spiritual.

28
3. Tanyakan kepada pasien apakah Untuk mengurangi isolasi dan membantu
penyakit memengaruhi pandangan mengungkap isu-isu berkaitan dengan
spiritualnya dan katakana kepadanya distres spiritual.
bahwa anda ingin membantunya
mengatasi isu-isu spiritual bila pasien
menghendaki.
4. Tanyakan kepada pasien apakah ia Untuk memunginkan akses pada sumber
ingin berdiskusi tentang masalah ahli perawatan spiritual.
spiritual dengan penasihatspiritual yang
dipilihnya.
5. Dorong pasien untuk mengajukan Untuk menunjukkan penerimaaan.
pertanyaan spiritual. Yakinkan pasien
bahwa keluhan spiritualnya dapat
diterima dan dengan menguatkan
spiritualitas pasien dapat meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.
6. Berikan sumber koping untuk Untuk meningkatkan kesempatan dalam
mengatasi distress spiritual (seperti memenuhi kebutuhan spiritual.
rujukan ke organisasi spiritual atau
buku bukutentang doa)
7. Pastikan sumber yang dipilih sesuai Untuk mmenunjukkan respect terhadap
dengan kepercayaan spiritual dan kepercayaan dan nilai yang dianut pasien.
agama yang dianut pasien.
8. Tanyakan ke penasihat spiritual apabila Untuk memenuhi kebutuhan pasien
kurang tahu tentang kepercayaan dan dengan tepat.
praktik spiritual pasien.
9. Bantu pasien mengatur perjalanan Untuk meningkatkan kontak pasien
ketempat yang dipilihnya untuk dengan sumber dukungan dari luar.
refleksi, berdoa, atau berkontemplasi.
Gunakan sumber-sumber seperti mobil
gereja.
10. Tunjukan pada pasien bahwa anda Untuk menjamin bahwa interaksi antara
bersedia berdiskusi tentang isu-isu perawat dan pasien tetap terapeutik.

29
yangberkaita dengan spiritualitas.
11. Diskusikan dengan pasien tentang Pasien yang mengalami distres spiritual
pentingnya mempertahankan diet sehat, dapa melalaikan kesejahteraan dari hari ke
melakukan latihan dan tiduryang hari.
teratur, dan mempertahankan interaksi
yang sehat dengan anggota keluarga
danteman.
12. Beri pujian kepada pasien karena Untuk memberikan dukungan yang
telah meluangkan waktu untuk kontinue.
memerhatikan kebutuhan spiritual dan
dorong ia untuk terus mengembangkan
spiritualitas setelah ia meninggalkan
tatanan pelayanan kesehatan.
13. Sediakan rujukan ke kelompok Untuk membantu memberikan
religious, organisas kegamaan, dan kesempatan perkembangan spiritual yang
organisasi layanan sosial yang tepat berkelanjutan dan untuk menjamin
kepada pasien. kontinuitas perawatan.

30
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari/ taggal : Senin, 17 Desember 2018
Jam : 11.00 WIB
Tempat : Bangsal Alamanda 3, RSUD Sleman
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumen
Sumber data : Pasien, keluarga, rekam medis, dan tim kesehatan lain.
Oleh : Ervieta Adistya Hargiyati
Rossi Novianti
Titik Fajriyati Nur Khasanah

I. Identitas
a) Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 72 tahun
Tempat/tanggal : Sleman, 16 Desember 1945
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku/ kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Alamat : Ngawen, Trihanggo, Gamping, Sleman
Status perkawinan : Kawin
Diagnosa medis : Leukimia
Nomer RM : 358920
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2018

b) Keluarga/penanggung jawab
Nama : Ny.S
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1

31
Pekerjaan : Pegawai PNS
Alamat : Ngawen, Trihanggo, Gamping, Sleman
Hubungan dengan pasien : Anak ke-2

II. Riwayat Kesehatan


a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan belum bisa menerima kedaannya saat ini dan menyalahkan
Tuhan atas penyakit yang dideritanya. Pasien mengatakan bahwa hidupnya saat ini
sudah tidak bermakna dikarenakan kemungkinan sembuh dari penyakit yang
dideritanya sangat kecil. Pasien juga mengatakan beberapa hari tidak bisa tidur
dikarenakan memikirkan penyakit yang dideritanya.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 10 Desember 2018 pukul 05.00 WIB saat pasien bangun tidur tiba-
tiba pasien merasa sangat pusing dan badannya lemas hingga akhirnya pasien terjatuh
di kamar mandi. Kemudian oleh keluarganya dibawa ke RS Queen Latifa, namun dari
pihak rumah sakit memberikan surat rujukan agar diopname di RSUD Sleman untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Saat pasien datang ke IGD RSUD Sleman
keadaan umum pasien lemah, respon membuka mata spontan saat dipanggil namanya,
saat diajak bicara pasien bicaranya lancer dan nyambung sesuai topic pembicaraan,
mampu menggerakan semua ekstremitas sesuai perintah, tetapi pasien mengeluhkan
badanya sangat lemas dan pusing. Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan fisik,
laboratorium, CT Scan, EKG, dan rontgent thorax. Pasien didiagnosis medis
mengalami Leukimia.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tmemiliki rwayat penyakit hipertensi dan vertigo. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit menular, tidak ada cacat bawaan, dan tidak memiliki
riwayat alergi apapun. Pasien pernah menjalani operasi ambien sekitar 1 tahun yang
lalu.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Riwayat kesehata keluarga
Pasien mengatakan bahwa ayahnya memiliki riwayat penyakit hipertensi dan anak
laki-laki (anak ke- 1) juga memiliki riwayat penyakit hipertensi. Pasien
mengatakan bahwa seluruh anggota keluarga yang lain tidak memiliki riwayat
penyakit menurun, penyakit menular, dan tidak pernah operasi. Pasien mengatakan
32
bahwa anggota keluarga yang lain kalau sakit hanya angina saja dan setelah diobati
beberapa hari kemudian akan sembuh.
2) Genogram

33
III. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual
a. Konsep diri
Pasien mengatakan belum bisa menerima/membiasakan diri dengan keadaanya saat
ini dan pasien tidak yakin bahwa dirinya bisa sembuh.
b. Intelektual
Pasien mampu menangkap informasi yang diberikan oleh perawat dengan baik saat
pasien dijelaskan apa itu penyakit Leukimia, pasien mampu menjelaskan kembali apa
itu leukemia.
c. Hubungan sosial
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga.
ppasien juga selalu mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat untuk tetap menjalin
hubungan dengan anggota masyarakat
b. Support system
Pasien mengatakan bahwa keluarganya selalu mendampingi dan menjaga pasien
dengan baik selama dirawat dirumah sakit
c. Spiritual
- Pasien mengatakan percaya adanya Tuhan
- Pasien mengatakan selalu berbuat baik dan saling mengasihi terhadap sesama
manusia
- Pasien mengatakan hanya sholat ketika hari raya idul fitri dan idul adha
- Pasien mengatakan yakin bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk
kehidupannya, namun pasien mengatakan setelah mengetahui bahwa ia menderita
leukemia ia merasa bahwa tuhan tidak adil.
- Pasien mengatakan mengapa harus saya yang menderita penyakit ini.
- Pasien mengatakan hidupnya menjadi kurang bermakna setelah mengetahui
penyakitnya
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak bisa tidur karena memikirkan
penyakitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam/hari
- Pasien mengatakan sangat sedih ketika mengetahui penyakit yang dideritanya
- Pasien mengatakan khawatir apabila penyakitnya ini menambah beban hidup
keluarga
- Pasien tampak cemas memikirkan penyakit yang dideritanya
- Pasien tampak menangis ketakutan akan kematianya

34
- Pasien tampak marah marah sendiri dan menyalahkan tuhan atas penyakit yang
dideritanya
- Pasien tampak tidak pernah sholat, dan tidak pernah membawa kitab suci ataupun
membacanya

B.Analisis Data
DATA MASALAH PENYEBAB
Tanggal 17 Desember 2018, Pukul 11.00 WIB Distres Spiritual Depresi terkait
DO : (NANDA 2018- penyakit Leukima
- Pasien tampak cemas memikirkan penyakit 2020)
yang dideritanya
- Pasien tampak menangis ketakutan akan
kematian
- Pasien tampak marah marah sendiri dan
menyalahkan tuhan atas penyakit yang
dideritanya tianya
DS :
- Pasien mengatakan mengapa harus saya
yang menderita penyakit ini.
- Pasien mengatakan hidupnya kurang
bermakna
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari
tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4
jam/hari

Tanggal 17 Desember 2018, Pukul 11.00 WIB Ansietas Ancaman Kematian


DO : (NANDA 2018-
- Tekanan darah 160/100 mmHg 2020)
- Denyut nadi 110x/menit
- RR 23x/menit
- Pasien tampak melamun

35
DS :
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari
tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4
jam/hari
- Pasien mengatakan sangat sedih ketika
mengetahui penyakit yang dideritanya
- Pasien mengatakan khawatir apabila
penyakitnya ini menambah beban hidup
keluarga

C. Diagnosa Keperawatan
1. Distres spiritual berhubungan dengan depresi terkait penyakit Leukima ditandai
dengan:
- Pasien tampak cemas memikirkan penyakit yang dideritanya
- Pasien tampak menangis ketakutan akan kematian
- Pasien tampak marah marah sendiri dan menyalahkan tuhan atas penyakit yang
dideritanya tianya
- Pasien mengatakan mengapa harus saya yang menderita penyakit ini.
- Pasien mengatakan hidupnya kurang bermakna
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam/hari
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian ditandai dengan :
- Tekanan darah 160/100 mmHg
- Denyut nadi 110x/menit
- RR 23x/menit
- Pasien tampak melamun
- Pasien mengatakan sudah beberapa hari tidak bisa tidur karena memikirkan
penyaitnya, hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam/hari
- Pasien mengatakan sangat sedih ketika mengetahui penyakit yang dideritanya
- Pasien mengatakan khawatir apabila penyakitnya ini menambah beban hidup
keluarga

36
D. Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
1. Tgl : 17 Desember 2018 Tgl : 17 Desember 2918 Tgl : 17 Desember 2918 Tgl : 17 Desember 2918
Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB
Distres spiritual Setelah dilakukan 1.Dengarkan ungkapan 1.Pengakuan adanya
berhubungan dengan tindakan keperawatan pikiran pasien tentang masalah spiritual akan
depresi terkait penyakit selama dirawat dirumah masalah spiritual. memvalidasi
Leukima ditandai sakit, diharapkan pentingnya masalah
dengan: distress spiritual dapat tersebut.
- Pasien tampak cemas teratasi dengan kriteria
memikirkan penyakit hasil : 2. Bantu pasien 2. Nilai dan
yang dideritanya - Pasien mampu mengidentifikasi kepercayaan yang
- Pasien tampak mengidentifikasi konflik antara membantu di masa lalu
menangis ketakutan kepercayaan spiritual kepercayaan spiritual tidak akan lama
akan kematian atau religious yang atau religious dan manfaatnya bagi pasien
- Pasien tampak marah menimbulkan diagnosis penyakit bila menghadapi
marah sendiri dan perasaan distress terminal. penyakit terminal.
menyalahkan tuhan terhadap kondisinya.
atas penyakit yang - Pasien mampu 3. Tanyakan kepada 3. Untuk dapat
dideritanya tianya mengeksplorasi pasien apakah ia ingin mengakses sumber
- Pasien mengatakan kepercayaan spiritual mendiskusikan keluhan perawatan dari ahi
mengapa harus saya atau religiusnya spiritual dengan spiritual.
yang menderita bersama penasihat rohaniawan yang
penyakit ini. keagamaan yang dipiihnya.
- Pasien mengatakan dipercaya.
hidupnya kurang - Pasien mampu 4. Atur pertemuan 4. Untuk membantu
bermakna membuat keputusan dengan penasihat pasien menguatkan,
- Pasien mengatakan secara sadar untuk religious dan jeaskan memodifikasi, atau
sudah beberapa hari menguatkan, kepada kedua belah menolak kepercayaan.
tidak bisa tidur karena memodifikasi, atau pihak tentang
memikirkan menolak kepercayaan pentingnya
penyaitnya, hanya tersebut. mengklarifikasi
bisa tidur kurang - Pasien mampu kepercayaan spiritual

37
lebih 4 jam/hari mengidentifikasi atau reigius.
aspek positif dan
negative dalam 5. Bantu pasien 5. Untuk membantu
penggunaan mengklarifikasi cara- mengevaluasi sejauh
keyakinan untuk cara positif dan mana kepercayaan
mengartikan sakit negative dalam mambantu atau
- Pasien mampu menggunakan menghalangi
mengevaluasi tingkat kepercayaan untuk kemampuan koping.
keyakinan yang dapat memaknai pengalaman
membantunya terminal.
melakukan koping
terhadap penyakit. 6. Jelaskan tahap 6. Untuk membantu
- Pasien mampu berduka dan pasien menyadari
menentukan penasihat karakteristik emosi bahwa pengalamannya
spiritual atau religus serta perilaku pada adaah normal.
yang dipercaya atau masing-masing tahap.
sumber lain yang
sesuai untuk 7. Bantu pasien 7. Perencanaan tersebut
membantunya menyusun rencana yang melibatkan pasien
mengeksplorasi menggunakan dalam menerima
tentang penggunaan keyakinan untuk diagnosis dan
keyakinan yang meningkatkan meakukan koping
memaknai kemampuan koping terhadap efek jangka
pengalaman sakit. terhadap penyakit panjang penyakitnya.
terminal.

8.Gunakan teknik 8.Untuk mengurangi


mendengar aktif untuk ketegangan yang
memberikan dirasakan pasien
kesempatan kepada
pasien untuk
mengeluarkan perasaan,
atau sarankan ia untuk

38
memukul banta atau
menggunakan benda
yang aman.
2. Tgl : 17 Desember2018 Tgl : 17 Desember 2918 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Jam : 11.35 WIB Jam : 11.35 WIB percaya dengan percaya antara perawat
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan menggunakan prinsip dan klien bertujuan agar
dengan ancaman tindakan keperawatan komunikasi terapeutik klien mampu
kematian ditandai selama dirawat dirumah mengungkapkan
dengan : sakit, diharapkan masalah yang ada serta
- Tekanan darah ansietas dapat teratasi memudahkan perawat
160/100 mmHg dengan kriteria hasil : untuk melakukan
- Denyut nadi 1. Klien dapat intervensi
110x/menit berinteraksi dengan
- RR 23x/menit perawat dengan cara 2. Memberi kesempatan 2. Klien dapat merasa
- Pasien tampak menyebutkan namanya, klien untuk lega dan perawat dapat
melamun ada kontak mata dengan mengungkapkan mengetahui masalah
- Pasien mengatakan perawat, menjawab perasaanya yang dihadapi oleh
sudah beberapa hari salam dari perawat klien. Memberikan
tidak bisa tidur 2. Klien dapat suasana tenang agar
karena memikirkan menunjukkan ekspresi klien tidak terdistraksi
penyaitnya, hanya yang dirasakan dan merasa nyaman
bisa tidur kurang 3. Klien mampu dalam mengungkapkan
lebih 4 jam/hari menjelaskan masalah masalahnya.
- Pasien mengatakan yang dihadapinya
sangat sedih ketika 4. Klien mampu 3. Anjurkan klien untuk 3. Terapi berguna untuk
mengetahui penyakit melakukan terapi-terapi melakukan terapi-terapi menurunkan tingkat
yang dideritanya yang diajarkan perawat yang diberikan perawat. kecemasan klien. Klien
- Pasien mengatakan seperti teknik napas dapat mengetahui
khawatir apabila dalam, distraksi dan tujuan, manfaat dan
penyakitnya ini terapi lima jari dengan langkah-langkah yang
menambah beban baik akan dilakukan.
hidup keluarga 5. Klien mampu Penguatan positif dapat
melakukan aktivitas memotivasi klien untuk

39
sehari-hari melakukannya.

4. Bantu klien 4. Klien dapat


mengidentifikasi menjalankan aktivitas
kemampuan dan aspek seperti sebelumnya.
positif yang dimiliki Sebagai evaluasi dari
semua aktivitas yang
dilakukan klien.
Mengetahui
perkembangan klien,
dan klien termotivasi
untuk melakukannya

E. Implementasi Keperawatan
 Catatan Perkembangan Hari ke-1
Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil Paraf
Selasa, 18 18/12/18 18/12/18 An. E
Desember Jam 08.30 Jam 08.30
2018 1. Dengarkan ungkapan S : Pasien mengatakan bahwa dirinya
pikiran pasien tentang takut akan kematian dan merasa bahwa
masalah spiritual. hidup sudah tidak bermakna.
O : Pasien tampak cemas memikirkan
penyakit yang dideritanya.
18/12/18 18/12/18 An. E
Jam 09.00 Jam 09.00
2. Bantu pasien S : pasien menyalahkan Tuhan atas
mengidentifikasi konflik penyakit yang dideritanya.
antara kepercayaan spiritual O : Pasien tampak kecewa terhadap
atau religious dan diagnosis takdir yang Tuhan berikan
penyakit terminal.
18/12/18 18/12/18 An. E
Jam 10.30 Jam 10.30

40
3. Tanyakan kepada pasien S : Pasien mengatakan ingin
apakah ia ingin mendiskusikan masalah spiritualnya
mendiskusikan keluhan dengan rohaniawan yang dipilihnya.
spiritual dengan rohaniawan O : Pasien tampak mengangguk bersedia
yang dipiihnya. mendiskusikan masalahnya dengan
rohaniawan
18/12/18 18/12/18 An. T
Jam 16.00 Jam 16.00
5.Bina hubungan saling S : Pasien mengatakan percaya kepada
percaya dengan perawat untuk memabantu mengurangi
menggunakan prinsip permasalahan spirtualnya.
komunikasi terapeutik O : Pasien tampak kooperatif saat
berdiskusi dengan perawat
18/12/18 18/12/18 An. T
Jam 16.15 Jam 16.15
6. Memberi kesempatan S : Pasien mengatakan lebih lega setelah
klien untuk mengungkapkan mengungkapkan permasalahannya
perasaanya O : Pasien tampak lebih tenang

 Catatan Perkembangan Hari Ke-2


Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil Paraf
Rabu, 19 19/12/18 19/12/18 An. R
Desember Jam 08.30 Jam 08.30
2018 1. Bantu pasien S : Pasien mengatakan memahami cara
mengklarifikasi cara-cara positif dalam menggunakan
positif dan negative dalam kepercayaanta untuk memaknai
menggunakan kepercayaan pengalaman terminal.
untuk memaknai O : Pasien mampu menjelaskan kembali
pengalaman terminal. cara positif dalam menggunakan
kepercayaan untuk memaknai
pengalaman terminal.
19/12/18 19/12/18 An. R
Jam 10.00 Jam 10.00

41
2. Jelaskan tahap berduka S : Pasien mengatakan memahami
dan karakteristik emosi serta tahap berduka dan karakteristik emosi
perilaku pada masing- serta perilaku pada masing-masing
masing tahap tahap
O : Pasien mampu menjelaskan kembali
tahap berduka dan karakteristik emosi
serta perilaku pada masing-masing
tahap
19/12/18 19/12/18 An. E
Jam 16.30 Jam 16.30
3.Anjurkan klien untuk S : Pasien mengatakan setuju untuk
melakukan terapi-terapi melakukan terapi-terapi yang diberikan
yang diberikan perawat. perawat.
O : Pasien tampak mengangguk
menyanggupi untuk melakukan terapi-
terapi yang diberikan perawat.

 Catatan Perkembangan Hari Ke-3


Hari/Tanggal Implementasi Respon Hasil Paraf
Kamis, 20 20/12/18 20/12/18 An.T
Desember Jam 09.00 Jam 09.00
2018 1.Bantu pasien menyusun S : Pasien mengatakan sudah bisa
rencana yang menggunakan menyusun rencana yang menggunakan
keyakinan untuk keyakinan untuk meningkatkan
meningkatkan kemampuan kemampuan koping terhadap penyakit
koping terhadap penyakit terminal.
terminal. O : Pasien mampu menjelaskan rencana
yang digunakanya untuk meningkatkan
kemampuan koping terhadap penyakit
terminal.
20/12/18 20/12/18 An.T
Jam 11.00 Jam 11.00
2.Gunakan teknik S : Pasien mengatakan lebih lega setelah

42
mendengar aktif untuk mengungkapkan permasalahannya.
memberikan kesempatan O : Pasien tampak lebih tenang
kepada pasien untuk
mengeluarkan perasaan, atau
sarankan ia untuk memukul
bantal atau menggunakan
benda yang aman.
20/12/18 20/12/18 An.R
Jam 16.00 Jam 16.00
3.Bantu klien S : Pasien mengatakan sudah bisa
mengidentifikasi mengidentifikasi kemampuan dan
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimilikinya
positif yang dimiliki O : Pasien mampu menjelaskan
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki untuk mekanisme koping

F. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/Jam Evaluasi Hasil Paraf
20/12/18 S : Pasien mengatakan sudah bisa menyusun rencana An.E
Jam 19.30 untuk meningkatkan kemampuan koping terhadap
penyakit terminal dan perasanya sudah lebih tenang
setelah mengungkapkan permasalahannya
O : Pasien mampu menjelaskan rencana yang
digunakanya untuk meningkatkan kemampuan koping
terhadap penyakit terminal
A : Distres Spiritual teratasi penuh
P : Hentikan Intervensi
20/12/18 S : Pasien mengatakan sudah bisa mengidentifikasi An.E
Jam 19.30 kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
O : Pasien mampu menjelaskan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki untuk mekanisme koping
A : Ansietas teratasi penuh
P : Hentikan intervensi

43
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain,
baik dan ramah terhadap orang lain. Religiositas adalah derajat dan jenis ekspresi dan
pasrtisipasi religius dari lansia. Indikator religiositas seperti kehadiran di tempat ibadah,
berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan, mengetahui tentang ibadah dan teologi,
beribadah, membaca kitab suci, dan melakukan kebaktian. Adapun karakateristik spiritual
yaitu hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam,
dan hubungan dengan ketuhanan. Dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau
kematian. Perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia yaitu agama/kepercayaan
semakin terintegrasi dalam kehidupan, lanjut usia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama.,
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf
atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Kesejahteraan spiritual sebagai penguatan hidup dalam suatu hubungan dengan tuhan, diri
sendiri komunitas dan lingkungan yang memelihara dan menghargai keutuhan. Perawat
harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian. Peran
keperawatan dalam meningkatkan spiritualitas lansia harus sangat bersifat individual yaitu
melakukan pengkajian, sebagai teman, sebagai advokat, pemberi asuhan, manajer kasus,
dan peneliti. Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah spiritual meliputi dari
proses pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, implementasi, dan evaluasi.

44
B. Saran
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah
spiritual yang diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca mengenai apa itu
spiritualitas, religious, karakteristik spiritual pada lansia, kebutuhan dasar spiritual lansia,
dn peran perawat dalam spiritual lansia . Selain itu juga diharapkan dapat memberikan
pengetahuan pagi perawat mengenai pendokumentasian yang benar guna memberikan
pelayanan yang sesuai serta untuk pertanggungjawaban dan pertangunggugatan dari segala
tindakan yang dilakukan perawat. Untuk penyusunan makalah kedepannya penulis dapat
mencari sumber-sumber lain agar data dan fakta yang terhimpun lebih variatif dan
mengurangi tingkat kesalahan informasi atau data yang dipaparkan dalam makalah

45
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info Media.

Azizah. Lilik, M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Salemba Medika.

Bulechek, Gloria M. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Licensing


Department.

Herdman, T. H. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Judith M. Ahern. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Licensing


Department.

46

Anda mungkin juga menyukai