(2012-11-001)
(2012-11-008)
Eka Sawitri N.
(2012-11-010)
Elisabet Hadia
(2012-11-011)
Kensya Leatemia
( 2012-11-015)
Lea Elisabet
(2012-11-16)
( 2012-11-024 )
Melianti
(2012-11-027)
Monica Pradnya P
(2012-11-028)
Nisa Apriani
(2012-11-030)
Patrisia C Khairani
(2012-11-031)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat
pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil
mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami
penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan
Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. (Inada R, Ido Y, et al:
Etiology, mode of infection and specific therapy of Weil's disease. J Exp Med 1916; 23:
377-402.)
Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39
tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini
adalah faktor resiko tinggi tertular penyakit occupational ini.Angka kejadian penyakit
tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi saat musim hujan, di
negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena tanah lembab dan
bersifat alkalis.
Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui. Penemuan kasus
leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed, unrreported dan underreported sejak
beberapa laporan menunjukkan gejala asimtomatis dan gejala ringan, self limited, salah
diagnosis dan nonfatal.
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun
hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi zoonosis
yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.Gejala klinis leptopirosis mirip
dengan penyakit infeksi lainnya seperti influenza, meningitis, hepatitis, demam dengue
demam berdarah dan demam virus lainnya. Sehingga seringkali tidak terdiagnosis .
Leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di
air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang
tidak diencerkan akan cepat mati. Leptospira bisa terdapat pada hewan piaraan maupun
hewan liar. Leptospirosis dapat berjangkit pada laki-laki maupun wanita semua umur
tetapi kebanyakan mengenai laki-laki dewasa muda (50% kasus umumnya berusia antara
10-39 tahun diantaranya 80% laki-laki).
Angka kematian akibat penyakit yang disebabkan bakteri lepstopira tergolong cukup
tinggi bahkan untuk penderita yang berusia lebih dari 50 tahun malah kematiannya bisa
mencapai 56% (Masniari poengan, peneliti dari Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor
2007)
Di Amerika Serikat tercatat sebanyak 50-150 kasus leptospirosis setiap tahun sebagian
besar atau sekitar 50% terjadi di Hawai. Diagnosa Leptospirosis berdasarkan gejala klinis
sangat sulit karena kurangnya karakteristik pathogonomic, dukungan laboratorium
diperlukan. Angka kejadian penyakit leptospirosis di Provinsi Guilan Iran Utara cukup
tinggi terutama pada daerah Rasht. Pada daerah tersebut terdapat 233 kasus Leptospirosis
dari keseluruhan kasus yang berjumlah 769.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Leptospirosis
1.2.2 Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit Leptospirosis
1.2.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala pada individu yang terkena penyakit
1.2.4
1.2.5
Leptospirosis
Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Leptospirosis
Untuk mengetahui penanganan penyakit Leptospirosis
BAB II
Tinjauan Teoritis
2.1 Tinjauan Medik
a. Definisi
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi
zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoononis yang disebabkan oleh mikro
organism Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya.
b. Etiologi dan Faktor risiko
1. Etiologi
dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu
setelah infeksi dan sampai bebulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme
Invasi Bakteri
Faktor
Reaksi
langsung
Inflamasi non
imunologi
Spesifik
Imuitas
Imunitas
Humoral
Makrofag
Seluler
2. Patologi
Terjadi
dan
Neutrofildiproduk
opsonisasi
Perjalanan fase leptospiremia,
leptospira melepaskan toksin yang
si
makrofag
dan
bertanggung jawab atas terjadinya
keadaan patologi
beberapa organ.
Antibodi
aktivasi
neutrofil
Lesi yang muncul terjadi karena
kerusakan
pada lapisan endothel
kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbedaan antara derajat gangguan
fungsi organ dengan kerusakan secara histologic. Pada leptospirosis
lesi histologi yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien
dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan
ini menunjukan bahwa kerusakan bukan pada stuktur organ. Lesi
inflamasi menunjukan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan sel
plasma. Pada kasus berat terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan
yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bilier. Selain
diginjal dan di hati, leptospira juga dapat berathan di otak, dan mata.
Komplikasi leptospirosis juga dapat menyebabkan gangguan neurologi.
Dan Organ yang sering sikenai leptospira ialah: ginjal, hati, jantung,
pembuluh darah, mata, otot.
Leptospi
Kulit
dan
membrane
Tubular
mukosa/
nekrosis
akut
Renal
selaput
3.
4.
Masuk
Interstitial
5.
Nekrosis
6.
sentilobu
Infiltrasi
Nekrosis
edema
perdarahan
7.
Infiltrasi
sel
fokal
monokuler
dan
endokarditi
s
NYER
sel
Interstitial
limfosit
Antigen
dan
Leptospira
Uveitis
Perdarahan
pteki
pada
aliran
Ginjal
nefritis
ke
Hati
Organ
Jantung
Otot
Rangka
Mata
Pembuluh
SSP
vaskulit
Weil Disease
Masuk
d. Klasifikasi Leptospirosis
is
mukosa
Menurut
tingkat keparahan penyakit, leptospirosis
dibagi menjadi
ringan dan
kedalam
Menigiti
berat, tetapi untuk pendekatan diagnosis klinik danCSS
penangannya, paras/ahli membagi
penyakit leptospirosis menjadi: leptospirosis anikterik dan leptospirosis ikterik.
1. Leptospirosis anikterik
Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama fever of unknown
origin di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia. Mortalitas pada
leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun pernah dilaporkan kasus
leptospirosis yang meninggal akibat perdarahan masif paru dalam suatu wabah
di cina. Manifestasi klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis
leptospiraaseptik yang tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis.
Pleiositosis pada cairan serebrospinal ditemukan pada 80 % pasien, meskipun
hanya 50 % yang menunjukkan tanda dan gejala klinik meningitis aseptic.
2. Leptospirosis ikterik
Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten dan fase imun menjadi
tidak jelas atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia. Keberadaan
fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman leptospira yang
menginfeksi, status imunologi, status gizi pasien dan kecepatan memperoleh
terapi yang tepat.
e. Tanda dan Gejala
Masa inkubasi berkisar antara 2-26 hari (kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10
hari. Pada leptospira ini ditemukan perjalanan klini sbifasik :
1. Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari)Timbul demam mendadak, diserta
sakit kepala (frontal, oksipital atau bitemporal). Pada otot akan timbul
keluhan mialgia dan nyeri tekan (ototgastronemius, paha pinggang,) dan
diikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam tinggi, mual,
muntah, diare, batuk, sakit dada,hemoptisis, penurunan kesadaran, dan
/makolupapular/
urtikaria
yang
tersebar
berbentuk
pada
badan,
f. Test Diagnostik
Dalam 4-6 jam setelah pemberian pennisilin G, terlihat reaksi tipe jerisch, herx
heimmer yang menunjukkan adanya aktifitas anti leptospira. Obat pertma pilihan
adalah pennisilin 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari.
2. Keperawatan
Anjurkan klien
Gagal
Pada
pemeriksaan
fisik
thorax
didapatkan
keadaan
ronki,
Pada
paru,
perdarahan
alveoli
yang
multifokal,
infiltrasi
sel
mononuclear.
Keterlibatan pada organ ginjal, dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
fisik yaitu diuresis jenis oliguri dan pemeriksaan laboratorium yang
meliputi kenaikan kadar kretinin dan urea. Dari hasil pemeriksaan fisik,
didapatkan
oliguri.
Keterlibatan
organ
ginjal
pada
pemeriksaan
dan
lipase
yang
meningkat.
gan
hepar
terjadi
nekrosis
jenis
gagal
ginjal
akutnya
adalah
tipe
oliguri.
Gambaran
ini
adalah
hipovolemia
dan
kerusakan jaringan,
hiperviskositas
koagulasi.
i. Patoflowdiagram
2.2 Tinjauan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan (Pola Gordon)
a.a Pola Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Riwayat penyakit, influenza, hapatitis, bruselosis, pneuma atipik,DBD,
penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin
2. Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi
seperti bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani, dokter hewan
a.b Pola nutrisi metabolic
1.
2.
3.
4.
5.
6.
leptospirosisi)
ditandai
dengan
peningkatan
dengan
proses
penyakit
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi,
akurat
komplikasi.
5. Pemenuhan
dalam
nutrisi
mengikiuti
(kurang
dari
intruksi/pencegahan
kebutuhan
tubuh)
c. HYD, Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi dari perjalanan
penyakitnya.
Tujuan: suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil:
a.
b.
Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada
tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
R/ : Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
c.
d.
e.
4. Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake kurang
ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,
kehilangan selera, nausea dan vomitng, berat badan turun sampai 20% atau lebih
dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,
Tujuan :
Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
R/ Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
R/ Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
R/ Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanantinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
R/ Kalori merupakan sumber energi.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan pedas.
R/ Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat
meningkatkan ansietas.
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau
keluarga.
R/ Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
terkontaminasi.
Pengendalian tikus di rumah dengan menggunakan perangkap tikus atau racun
Daftar Pustaka