LEPTOSPIROSIS
Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. Pengertian Leptospirosis
Weil tahun 1886. Weil menemukan penyakit ini dapat menyerang manusia
dan limpa, serta kerusakan ginjal. Organ lain yang dapat pula terkena
adalah jantung, paru, dan susunan syaraf pusat. Penyakit ini disebut juga
kali oleh Van der Scheer di Jakarta pada tahun 1892, sedang isolasinya
infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen, yang
Penyakit infeksi bakteri ini banyak terjadi di daerah yang terkena banjir.
Leptospirosis juga rentan menyerang orang-orang yang biasa kontak
B. Klasifikasi
leptospirosis berat.
viral- like illness, yaitu demam, nyeri kepala, dan mialgia. Nyeri kepala
bisa berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro
orbital dan fotofobia. Nyeri otot diduga terjadi karena adanya kerusakan
ikterik pada umumnya tidak berobat karena keluhan bisa sangat ringan.
minggu.
juga dengan nama Sindrom Weil. Tanda khas dari sindrom Weil yaitu
timbul dalam waktu 4-6 hari 15 setelah onset gejala dan dapat
demam dapat persisten sehingga fase imun menjadi tidak jelas atau
menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia) dan L. biflexa yang non-
banyak mamalia, seperti tikus, anjing, kucing, domba, babi, tupai, rakun,
mukosa atau kulit yang tidak utuh. Infeksi dapat terjadi dengan kontak
langsung atau melalui kontak dengan air atau tanah yang tercemar. Pada
keadaan ideal, leptospira dapat bertahan selama 16 hari di air dan 24 hari
di tanah.
binatang, orang yang berolah raga air, dan nelayan merupakan kelompok
lansung atau tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi Leptospira.
1. Penularan Langsung :
Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan
3. Menifestasi Leptospirosis
kardiogenik).
F. Patofisiologi Leptospirosis
cara, yang tersering adalah melalui kontak dengan air atau tanah yang
yang lecet atau luka dan mukosa bahkan dalam literatur disebutkan bahwa
penularan penyakit ini dapat melalui kontak dengan kulit sehat (intak)
terutama bila kontak lama dengan air. Selain melalui kulit atau mukosa,
yang berhasil masuk ke dalam tubuh tidak menimbulkan lesi pada tempat
2017).
1. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan molekuler
c. Biakan
I. Pencegahan
dilakukan dalam tiga cara, yaitu pada hewan sebagai sumber infeksi, jalur
hewan.
2. Pada jalur penularan, pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan
2. Keluhan utama
3. Riwayat keperawatan
tubuh
petani.
a. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2) Sistem cardiovaskuler
3) Sistem persyarafan
4) Sistem perkemihan
5) Sistem pencernaan
6) Sistem muskoloskletal
b. Laboratorium
3) Proteinuria, leukositoria
8) Trombositopenia
9) Hiporptrombinemia
10) Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
kontraindikasi
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik
jika perlu
2 Hipertermia Setelah dilakukan Observasi
pakaian
permukaan tubuh
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Hindari pemberian
Edukasi
- Kolaborasi pemberian
menelan nassogastrik
membaik pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Fasilitasi menentukan
Piramida makaanan)
sesuai
konstipasi
- Berikan suplemen
- Hentikan pemnberian
Edukasi
jika mampu
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.pereda
perlu
jika perlu
4 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi
- Identifikasi pengaruh
nyeri
- Identifikasi pengaruh
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
imajinasi terbimbing,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
pencahayaan ,
kebisingan)
tidur
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyabab,
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
- Anjurkan menggunakan
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mebaik Terapeutik
- Sediakan lingkungan
suara, kunjungan)
aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menyenangkan
berjalan
Edukasi
- Anjurkan melakukan
- Anjurkan menghubungi
berkurang
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
makanan
6 Risiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Terapeutik
trendelenburg
oral
Edukasi
- Ajarkan memperbanyak
asupan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
0,4%)
- Kolaborasi pemberian
Albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah
7 Risiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
- Kelembapan darah
meningkat Terapeutik
menurun dekubitus
- Hindari pengukuran
suhu rektal
Edukasi
gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan
- Anjurkan meningkatkan
menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari
- Anjurkan meningkatkan
vitamin K
- Anjurkan segera
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
- Kolaborasi pemberian
- Kolaborasi pemberian
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan, K., Indonesia, R., Jenderal, D., Dan, P., & Penyakit, P. (2017).
Petunjuk teknis pengendalian leptospirosis. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKE
wi9ypChxcrvAhVr73MBHe_lAVUQFjADegQIAhAD&url=https%3A%2F
%2Finfeksiemerging.kemkes.go.id%2Fdownload
%2FBuku_Petunjuk_Teknis_Pengendalian_Leptospirosis.pdf&usg=AOvVa
w14KULcU5XbzI8QTPeL7eKq
Nurarif. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. media action.
Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. In Salemba Medika
Rampengan, novie. (2016). Leptospirosis. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8 N,
hlm. 143-150.
Rusmini. (2011). Bahaya Leptospirosis dan Cara Pencegahannya. Gosyen
Publishing.
Widjajanti, W. (2020). Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan Leptospirosis.
Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases, 5(2), 62–68.
https://doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.174