Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL HOME CARE MATERNITAS

KASUS POST PARTUM SC

DISUSUN OLEH :
ALESANDRO VIERI
(PO.62.20.1.18.042)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2020
KONSEP PENYAKIT
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. Sectio Caesaria
a. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

b. Etiologi
Ketuban pecah dini atau ketuban pecah sebelum waktunya adalah keluarnya cairan
dari jalan lahir/ vagina sebelum proses persalinan (Marmi, 2011). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(fase laten) (Nugroho, 2010).
Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini merupakan
kondisi keluarnya cairan ketuban pada fase laten atau <4 cm.
Sebab – sebab ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor umum :
1) Infeksi STD (Sexually Transmitted Diseases)
2) Faktor sosial : perokok, peminum, keadaan sosial ekonomi rendah.
2. Faktor Keturunan :
1) Kelainan genetik
2) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum.
3. Faktor Obstetrik, antara lain :
1) Overdistensi Uterus
2) Kehamilan kembar
3) Hidramnion
4. Faktor obstetrik:
1) Serviks inkompeten
2) Serviks konisasi/ menjadi pendek
3) Terdapat sefalopelvik disproporsi.
4) Grandemultipara
5) Tidak diketahui sebabnya
Dikemukakan bahwa kejadian ketuban pecah dini sekitar 5–8 %. Lima persen
diantaranya segera diikuti oleh persalinan dalam 5 – 6 jam, sekitar 95% diikuti oleh
persalinan dalam 72 – 95 jam dan selebihnya memerlukan tindakan konservatif atau aktif
dengan menginduksi persalinan atau operatif.(Manuaba,2008). Indikasi ibu dilakukan sectio
caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang- tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan
dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma
sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
( Sarwono Prawirohardjo, 2002).
4. Bayi Kembar tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
7. Kelainan Letak lintang
Letak Lintang ialah jika letak anak di dalam rahim sedemikian rupa hingga
paksi tubuh anak melintang terhadap paksi rahim. Sesungguhnya letak lintang sejati
(paksi tubuh anak tegak lurus pada paksi rahim dan menjadikan sudut 90o) jarang
sekali terjadi. (Eni Nur Rahmawati, 2011).
Pada letak Lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada
keadaan ini, janin biasa berada pada presentase bahu/ akromion. (Icesmi Sukarni,
2013)

c. Jenis- jenis
1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum
tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Section cacaria hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Atonia uteri
b) Plasenta accrete
c) Myoma uteri
d) Infeksi intra uteri berat
d. Konsep Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas(Puerperium) yaitu massa sesudah persalinan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu setelah bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
Partus dianggap spontan atau normal jika wanita berada pada masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinan selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).
(Menurut Eny Retna Ambarwati, 2009), Tahapan post partus dibagi menjadi tiga tahap
yaitu :
1) Purperium dini
Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan
berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh
melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2) Purperium Intermedial
Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang
lamanya 6 minggu.
3) Remote Purperium
Remote purperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan
bahkan tahunan.
Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian penting mulai dari
perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi
keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan
perhatiyan dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu
masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit,
yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat
membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga post
partum ini sangat penting untuk dipantau oleh
bidan(Syarifudin&Friathidin,2009).
Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setiap hari sampai hari kesepuluh,
terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah,
memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan memperkuat otot
panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan
(Suherni, 2009).
Menurut pendekatan biososiokulturalnya dalam kajian antropologi ini,
kehamilan dan kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis
dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai
suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti
pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran,
para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran
berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramu-ramuan atau
obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan, dan pusat
kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta peraeatan
bayi dan ibunya (Swasono, 2011). Perubahan psikologi pada ibu nifas
Menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses terjadi dalam 3 tahap
yang meliputi:
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung hari 1-2
setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri.
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
perawatan bayi, ibu menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.
3. Fase Letting Go
Fase untuk menerima tanggung jawab akan peran yang berlangsung 10
hari, setelah melahirkan, sudah beradaptasi dengan bayinya.
(Fitramaya, 2008).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
a) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan
post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter yang sebelumnya
telah terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
g) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k) Pola keyakinandan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa
nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017)meliputi :
a) Keadaan umum
Keadaan umum biasanya lemah.
b) Tingkat Kesadaran
Apatis.

c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg.
Nadi : Nadi meningkat >80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat >37,5 C.
Respirasi : Respirasi meningkat.
5) Pemeriksaan Head to toe
Pemeriksan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :
a) Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau
tidak, keadaan rambut dan keadaan kepala.
b) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.
c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva
merah segar atau merah pucat, sklera putih atau
kuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.
e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.
f) Lidah : Bersih atau kotor.
g) Bibir : Lembab atau kering.
h) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid
atau tidak.
i) Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana
dengan luka operasi adakah perdarahan, berapa
tinggi fundus uterinya, bagaimana dengan bising
usus, adakah nyeri tekan.
j) Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi
intercosta, pernafasan tertinggal, suara wheezing,
ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernapasan
k) Payudara : Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu
menonjol atau tidak, pengeluaran ASI.
l) Genetalia : Ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran
lochea dan bagaimana warnanya.
m) Ekstermitas: Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis
(D.0077)
2) gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3)
C. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi (00132).
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri (Pain Control) (1605):
1. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.
2. Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
dan tindakan pencegah nyeri.
3. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
Menunjukkan tingkat nyeri
(Pain Level) (2102):

1. Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh.


2. Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri.
3. Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
5. Ekspresi wajah tenang.

Intervensi:

Manajemen nyeri (Pain Management) (1400):


1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
presipitasi.

RENPRA HOMECARE
Melakukan perawatan homecare pada ibu post partum dan perawatan bayi baru
lahir selama 1 minggu, perawatan dilakukan setiap hari dengan 2 kali kunjungan
pagi dan sore
DAFTAR PROSEDUR YANG AKAN DILAKUKAN
a. Daftar tindakan untuk ibu
1. Melakukan pemeriksaan TTV
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
3. Memberikan edukasi makanan yang dianjurkan kepada ibu post
partum
4. Mengembalikan pola eliminasi
5. Konseling cara menyusui yang baik dan benar
b. Daftar tindakan untuk bayi
1. Melakukan pemeriksaan TTV
2. Memandikan bayi pagi dan sore
3. Melakukan perawatan tali pusat setelah mandi pagi
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Nyeri


Sub Topik : Manajemen Nyeri pada Luka Post Operasi
Sasaran : Keluarga dan Pasien Post Operasi
Tempat : Rumah Ny. Y
Hari / Tanggal : Sabtu/ 5-09-2020
Waktu : Pukul 09.30 – 10.00 Wita (1 x 30 menit)

A. Latar Belakang Masalah


Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri
dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya dan perawat mempunyai
kesempatan untuk menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan. Peran pemberi
perawat primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan
meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri.
Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang dilakukan
baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada pasien pasca pembedahan guna
mengontrol atau mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa nyeri yang di rasa oleh pasien.
Manajemen nyeri penting dilakukan dan paling tidak harus mendapat perhatian dari petugas
perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien.
Pengendalian nyeri pada pasien pasca pembedahan dapat mengurangi keluhan serta resiko
lain akibat dari nyeri. Manajemen secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan
teknik distraksi dan relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian guna
mengurangi resiko nyeri pada pasien.
Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post operasi yang masih basah
atau matur dan belum lepas dari 2 x 24 jam sebagai ukuran pantauan untuk mengkaji status
nyeri. Nyeri juga ditimbulkan karena gerak atau mobilisasi dini pada pasien post operasi.
Untuk mencegah atau mengontrol nyeri perlu perhatian atau monitoring dan evaluasi serta
kaji status nyeri pasien. Pada dasarnya pelayanan

kesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, fisioterapis, ataupun tenaga
kesehatan lainnya diperlukan agar terapi yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan
optimal oleh penderita atau pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu
pasien dalam mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi
resiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol
ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang.
Ruang rawat inap khusus bedah memiliki peranan penting untuk menangani masalah
nyeri pada pasien terutama pasien post operasi. Ruang Bougenville BRSU Tabanan sebagai
salah satu ruang rawat inap bedah juga memiliki tanggung jawab dalam pemulihan kondisi
pasien post operasi. Keluhan nyeri yang sering muncul pada pasien post operasi menandakan
kurangnya pengetahuan pasien ataupun keluarga untuk menanggulangi atau kiat-kiat untuk
mangatasi atau mengontrol nyeri. Hal ini perlu diperhatikan agar nyeri pasien sedini mungkin
dapat di kontrol atau di atasi untuk penyembuhan yang seoptimal mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit, diharapkan
pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen nyeri pada luka post
operasi.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga diharapkan
mampu:
a. Menjelaskan pengertian nyeri.
b. Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri.
c. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
d. Menyebutkan cara mengkaji persepsi nyeri.
e. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka post operasi.

C. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab

D. Media
Flip chart dan leaflet.

E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Nyeri
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
3. Mengkaji Persepsi Nyeri
4. Cara-cara Mengatasi Nyeri pada Luka Post Operasi
(Materi Terlampir)

F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari nyeri?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri!
3. Sebutkan cara mengkaji persepsi nyeri!
4. Sebutkan cara-cara mengatasi nyeri pada luka post operasi!

G. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam
Penyuluhan Kesehatan Kesehatan keluarga
Sabtu, 19 Juni 1. Pembukaan  Mengucapkan salam.  Pasien dan keluarga
2010 (5 menit) membalas salam.
Pukul 09.30 –  Menyebutkan nama dan  Pasien dan keluarga
10.00 Wita asal. menerima kehadiran
mahasiswa dengan baik.
 Menjelaskan tujuan.  Pasien dan keluarga
memahami tujuan dengan
baik.
 Mengkaji tingkat  Pasien dan keluarga
pengetahuan Pasien dan berpartisipasi dalam
keluarga tentang nyeri. diskusi awal.

2. Inti  Menjelaskan tentang  Pasien dan keluarga


(20 menit) pengertian, faktor-faktor mendengarkan dan
yang mempengaruhi nyeri, memperhatikan dengan
cara mengkaji persepsi baik.
nyeri, cara-cara mengatasi
nyeri pada luka post
operasi.
 Memberi kesempatan pada  Pasien dan keluarga
pasien dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan.
menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

3. Penutup  Mengevaluasi tujuan  Pasien dan keluarga


(5 menit) penyuluhan kesehatan. mampu
menjawab/menjelaskan
kembali.
 Mengucapkan terima kasih  Pasien dan keluarga
atas perhatian yang membalas salam.
diberikan dan memberi
salam penutup.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Bayi Sehari-hari


Sub Topik : Perawatan Tali Pusat
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat :Rumah Ny. Y
Hari/tanggal : Senin/ 07-09-2020
Waktu : 30 menit

1. Tujuan Instruksional Umum (T.I.U)


Setelah dilakuakn penyuluhan, klien mampu mengetahui pentingnya perawatan tali pusat

2. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K)


 Setelah diberi penyuluhan sasaran dapat  :
 Menjelaskan tujuan perawatan tali pusat
 Menjelaskan kembali alat yang perlu dipersiapkan dalam merawat tali pusat
 Menjelaskan bagaimana cara merawat tali pusat

3. Materi Penyuluhan
 Tujuan perawatan tali pusat
 Persiapan alat perawatan tali pusat
 Cara perawatan tali pusat

4. Metode
Ceramah, diskusi, dan Memperagakan Teknik.

5. Media
Leatflet dan Banner

6. Materi
Terlampir.

7. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 3 menit Pembukaan: Menjawab salam


mendengarkan dan
1. Memberi salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan
disampaikan

2. 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan


Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur .

Materi :
1. Tujuan perawatan tali pusat
2. Bahaya yang timbul apabila tali pusat tidak
terawat
3. Ciri – ciri infeksi tali pusat
4. Cara merawat tali pusat
3. 12 menit Evaluasi Menyimak dan
1. Menyimpulkan inti penyuluhan memperhatikan
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
3. Memberi kesempatan pada responden untuk
bertanya
4. Memberi kesempatan pada responden untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan
4. 5 menit Penutup Menjawab salam
1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2. Menyampaikan terimakasih atas perhatian dan
waktu yang telah diberikan
3. Mengucapkan salam

8. Evaluasi

a. Prosedur                   : Post test


b. Bentuk pertanyaan   : Pertanyaan langsung
c. Soal pertanyaan        :
 Sebutkan tujuan perawatan tali pusat
 Sebutkan persiapan alat tali pusat
 Sebutkan cara pearwatan tali pusat
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas

Sub pokok bahasan : ASI Eksklusif

Tempat : Rumah Ny. Y

Sasaran : Pasien dan keluarga

Waktu : Selasa/ 8-09-2020

A. LATAR BELAKANG
Mendapatkan Air Susu Ibu atau ASI adalah proses pemenuhan hak pertama yang
harus diterima oleh anak ketika baru lahir dan sebelum mendapatkan hak yang lain.
Namun pada kenyataannya hak dasar anak ini banyak yang belum terpenuhi.
Penyebabnya bermacam-macam, misalnya karena ASI belum atau tidak keluar, kondisi
ibu yang belum memungkinkan menyusui satu jam pasca melahirkan maka bayi diberi
susu formula. Alasan tersebut sering digunakan untuk tidak memberikan ASI pada saat
bayi baru lahir, sehingga mengakibatkan bayi tidak terpenuhi haknya. Hal ini banyak
terjadi pada bayi dimanapun, tidak terkecuali di Lampung.

B. TUJUAN
 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif diharapkan ibu dapat
mengerti dan memahami manfaat ASI ekslusif bagi ibu dan bagi bayi.

 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif, diharapkan ibu mampu :
1. ibu mampu menjelaskan pengertian ASI Eksklusif
2. ibu mampu menjelaskan kandungan ASI
3. ibu mampu menjelaskan keuntungan ASI untuk ibu
4. ibu mampu menjelaskan keuntungan ASI untuk bayi
5. ibu mampu menjelaskan  teknik cara menyusui yang benar
6. ibu mampu menjelaskan cara pemberian dan penyimpanan ASI bagi ibu yang
bekerja
7. ibu mampu memahami  masalah dalam menyusui dan penanganannya

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

Media dan alat


 Leaflet
 LCD
 Laptop

D. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan

1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam Kata-kata/


 Memperkenalkan  Mendengarkan kalimat
diri dan menyimak
 Menyampaikan  Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
 Menyampaikan tujuan jika ada
pokok pembahasan yang kurang jelas
Kontrak waktu
Penyampaian Materi
2. Pelaksanaan 25  Menjelaskan  Mendengarkan Lembar
menit Pengertian ASI penjelasan dan balik
Eksklusif menyimak
 Menjelaskan
kandungan ASI
 Menjelaskan
keuntungan ASI
untuk ibu
 Menjelaskan
keuntungan ASI
untuk bayi
 Menjelaskan teknik
cara menyusui yang
benar
 Menjelaskan cara
pemberian dan
penyimpanan ASI
bagi ibu yang
bekerja
 Memahami masalah
dalam menyusui dan
penanganannya

a.      
3. Penutup 10  Memberikan  Bertanya Kata-kata/
menit kesempatan bertanya  Sasaran dapat kalimat
 Melakukan evaluasi menjawab tentang
 Menyampaikan pertanyaan yang
kesimpulan materi diajukan
 Membagikan leaflet  Mendengarkan
dan reinforcement  Merespon
 Mengakhiri  Menjawab salam
pertemuan dan
menjawab salam

HARGA

Dari data yang dihimpun, harga standar dari masing-masing wilayah berbeda. Dan harga
yang didapat hanya digunakan sebagai refenrensi dan penentu harga selanjutnya untuk
perawatan homecare maternitas, yaitu sebagai berikut:
a. RS Brawijaya RS Brawijaya menyediakan beberapa jenis paket home care untuk ibu
dan bayi. Diantaranya: One day service sebesar Rp 1,8 juta Paket I: Rp 1 juta selama tiga
hari Paket II: Rp 1,8 juta selama 7 hari Paket III: 3,2 juta selama 14 hari Seluruh jenis
paket home care tersebut terdiri dari perawatan tali pusat, memandikan bayi, pijat laktasi,
perawatan payudara atau breast care, dan perawatan nifas pasca persalinan yang
dilakukan oleh bidan profesional.
b. RS KMC Rumah Sakit Kemang Medical Centre atau KMC hanya menyediakan dua
paket untuk home care. Paket pertama terdiri dari 3 kali kunjungan dengan harga 1 juta
rupiah dan paket kedua 5 kali kunjungan sebesar 1,6 juta rupiah. Semua paket tersebut
sudah termasuk perawatan untuk ibu dan bayi. Seperti perawatan kebersihan bayi,
laktasi, dan perawatan bekas luka baik melahirkan normal ataupun caesar.
c. RSIA Bunda Bila Anda memilih layanan kunjungan rumah dari RSIA Bunda, siapkan
uang sebesar Rp 325 ribu. Biaya tersebut berlaku untuk memandikan bayi, massage bayi,
dan konsultasi seputar laktasi selama dua jam. Namun bila lebih lama dari waktu
tersebut, ibu harus membayar perawat yang melakukan home care sebesar Rp 75 ribu per
jamnnya.
d. Bidan Salsabila Selain bidan, Salsabila adalah seorang konselor menyusui,
breastfeeding educator, baby massage certified, dan instruktur yoga dan pregnancy
exercise. Tarif pengunaan jasa bidan Salsabila untuk merawat ibu dan bayi adalah
sebesar Rp 350 ribu per dua jamnya.
e. Nanny 911 adalah perusahaan profesional pertama yang satu-satunya di Indonesia yang
menggunakan tenaga ahli dengan tingkat edukasi kebidanan atau keperawatan memang
dilatih selama lebih dari 3 tahun di kampus untuk bisa menangani ibu dan bayi baru lahir.
Selain mengasuh anak, Nanny 911 juga memberikan layanan home care khusus ibu
dan anak yang ditangani langsung oleh bidan. Khusus untuk bayi, Nanny 911
menyediakan layanan home care treatment baby spa yang meliputi 3 sesi. Pertama baby
gym, kedua baby swim, dan ketiga baby massage. Bila tertarik dengan layanan ini, Anda
harus merogoh kocek sebesar Rp 250 ribu rupiah.
Sedangkan untuk ibu, Nanny 991 memberikan layanan home care treatment mom spa
yang meliputi 7 sesi. Seperti massage full body, pijat laktasi, body scrub, totok wajah,
mandi uap, mandi rempah dan pemakaian pilis. Untuk biaya home care treatment mom
spa, adalah sebesar Rp 400 ribu rupiah. Seluruh biaya tersebut sudah termasuk biaya
transportasi untuk bidan. Namun hanya berlaku di wilayah Jakarta dan Tangerang. Di
luar wilayah tersebut, maka akan ada tambahan biaya service, serta ada syarat dan
ketentuan yang berlaku.
f. Medi-call Medi-call adalah sebuah aplikasi yang bergerak dibidang kesehatan. Salah
satu layanan yang diberikannya adalah home care untuk ibu dan bayi. Adapun perawatan
home care yang disediakan oleh Medi-Call adalah seperti pijat bayi, baby spa, merawat
tali pusat, pijat laktasi, training newborn package.
Jangan khawatir Moms, seluruh layanan itu dilakukan oleh bidan profesional dan
tersedia selama 24 jam. Untuk biaya perawatan home care selama 12 jam, ibu harus
mengeluarkan uang sebesar 225 ribu rupiah, sedangkan perawatan selama 24 jam sebesar
375 ribu rupiah.
SURAT PERSETUJUAN
MENERIMA TINDAKAN KEPERAWATAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Ny. Y
Umur : 21 Tahun
Alamat : Desa Tangkiling

Bersedia/ tidak untuk menerima tindakan keperawatan ( jenis tindakan terlampir)


Bersedia/ tidak menerima 7 kali kunjungan agar tujuan keperawatan tercapai
Bersedia/tidak terlibat dalam perawatan sampai program selesai
Bersedia membayar biaya homecare Rp. 1.800.000 (perincian terlampir)

Terhadap diri saya / anak / orang tua/dibawah ini :


Nama : Ny. Y
Umur : 21 Tahun

Bersedia menerima tindakan keperawatan tersebut setelah diberikan penjelasan oleh Perawat
Alesandro vieri. Tindakan Keperawatan di rumah dilakukan Selama 7 hari mulai tanggal 22
sd tanggal 28 bulan September 2020.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan tanpa paksaan pihak mana pun.

Palangka Raya, 22 September 2020


Yang membuat pernyataan

………………Tn. Y…………………

Anda mungkin juga menyukai