Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN IBU MENGENAI STUNTING


KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI SUSUN OLEH

M. ARIF AL PADRI
15010012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN IBU MENGENAI STUNTING

Topik : Pendidikan Kesehatan Ibu Mengenai Stunting

Hari/Tanggal : Senin, 10 Desember 2018

Waktu / Jam : 30 Menit / 10.00 – 10.30 WIB

Tempat : STIKes PMC Lantai 5

Sasaran : Ibu dan Anak di komunitas

A. Latar Belakang
Stunting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur
berdasarkan TB/U (tinggi badan menurut umur) (Setiawan, 2010). Stunting atau
malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Stunting adalah
gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat, berupa penurunan kecepatan
pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang merupakan dampak utama dari gizi
kurang. Gizi kurang merupakan hasil dari ketidak seimbangan faktor-faktor
pertumbuhan (faktor internal dan eksternal).
Gizi kurang dapat terjadi selama beberapa periode pertumbuhan, seperti masa
kehamilan, masa perinatal, masa menyusui, bayi dan masa pertumbuhan (masa anak).
Hal ini juga bisa disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya
mikronutrien, protein atau energi (Setiawan, 2010).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
motolik (retensi kalsium, dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan adalah peningkatan secara
bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai remaja (Supariasa,
et al, 2001).
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu mengetahui
bagaimana cara pencegahan kasus stunting yang terjadi pada anak.
C. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian stunting
2. Menjelaskan tentang dampak buruk stunting
3. Menjelaskan tentang bagaimana menangani stunting
4. Menjelaskan tentang penyebab stunting
5. Menjelasakan ciri-ciri stunting pada anak
D. Materi
1. Pengertian stunting
2. Dampak buruk stunting
3. Cara menangani stunting
4. Penyebab stunting
5. Ciri stunting pada anak
E. Metoda
Ceramah dan tanya jawab
F. Media
a. leflet
b. Lcd
c. Microfond
G. Setting tempat

Pemateri obsever

Moderator Audiens

fasilitator
H. Kegiatan penyuluhan

No Tahapan Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta


waktu

1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab

(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan


3. Kontrak waktu memperhatikan
4. Menjelaskan 3. Menyetujui
tujuan pembelajaran 4. Mendengarkan dan
5. Mengevaluasi memperhatikan
pengetahuan tentang 5. Mendengarkan dan
stunting memperhatikan
2 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan

( 20 menit ) pengertian stunting memperhatikan


2. Menjelaskan dampak 2. Mendengarkan dan
buruk dari stunting. memperhatikan
3. Menjelaskan 3. Mendengarkan dan
bagaimana cara memperhatikan
penanganan stunting 4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan ciri-ciri memperhatikan
stunting pada anak 5. Peserta bertanya
5. Menjelaskan 6. Mendengarkan dan
penyebab stunting memperhatikan
6. Memberikan 7. Mendengarkan dan
kesempatan memperhatikan
pesertauntuk 8. Mendengarkan
bertanya 9. Bertanya
7. Mengevaluasi materi
stunting

3 Penutup 1. Mengajukan 3 1. Menjawab

5 menit pertanyaan tentang


materi pembelajaran.
2. Kesimpulan dari 2. Mendengarkan
pembelajaran dan
3. Salam penutup memperhatikan
3. Mendengarkan.

I. Evaluasi

Pertanyaan secara lisan

J. Evaluasi obsever
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan warga
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi
kesehatan sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Warga bisa mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
3. Evaluasi hasil
Mahasiswa menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang Stunting dengan
benar.
MATERI PENYULUHAN DIARE

A. Definisi
Stunting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur
berdasarkan TB/U (tinggi badan menurut umur) (Setiawan, 2010). Stunting atau
malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Stunting adalah
gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat, berupa penurunan kecepatan
pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang merupakan dampak utama dari gizi
kurang. Gizi kurang merupakan hasil dari ketidak seimbangan faktor-faktor
pertumbuhan (faktor internal dan eksternal).
Gizi kurang dapat terjadi selama beberapa periode pertumbuhan, seperti masa
kehamilan, masa perinatal, masa menyusui, bayi dan masa pertumbuhan (masa anak).
Hal ini juga bisa disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya
mikronutrien, protein atau energi (Setiawan, 2010).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
motolik (retensi kalsium, dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan adalah peningkatan secara
bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai remaja (Supariasa,
et al, 2001).
B. Indicator Stunting
Tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah indikator untuk mengetahui seseorang
anak stunting atau normal. Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang
menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa
lampau serta erat kaitannya dengan sosial ekonomi (Supariasa et al 2001).
Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang paling populer dan dapat
diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel besar adalah antropometri. Di Indonesia
antropometri telah digunakan secara luas sebagai alat untuk menilai status gizi masyarakat
dan pertumbuhan perorang pada beberapa dasawarsa belakang ini (Supariasa et al, 2001).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter, sedangkan parameter adalah ukuran tunggal dari ukuran tubuh
manusia. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang. Pengukurang tinggi badan atau panjang badan pada anak dapat dilakukan
dengan alat pengukur tinggi/panjang badan dengan presisi 0.1 cm. (Supariasa et al, 2001).
Penggunaan indeks TB/U memiliki beberapa kelebihan antara lain 1) merupakan
indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau. 2) Alat mudah dibawa-
bawa, murah. 3) Pengukuran objektif. Sedangkan kelemahannya 13 antara lain : 1) dalam
penilaian intervensi harus disertai dengan indeks lain (seperti BB/U), karena perubahan tinggi
badan tidak banyak terjadi dalam waktu singkat, 2) ketepatan umur sulit didapat.
Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronik sebagai akibat
dari keadaan berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan
anak menjadi pendek (Riskesdas, 2010).
Tabel 2.2. Tinggi Badan dan Berat Badan Rata-rata Anak Umur 0-6 Tahun
no Kelompok umur Berat badan Tinggi badan
1 0-6 bulan 6 kg 60 cm
2 7-12 bulan 8,5 kg 71 cm
3 1-3 tahun 12 kg 90 cm
4 4-6 tahun 17 kg 110 cm

Satu dari tiga anak di negara berkembang dan negara miskin mengalami stunting
dengan jumlah kejadian tertinggi berada dikawasan Asia Selatan yang mencapai 46% disusul
dengan kawasan Afrika sebesar 38%, sedangkan secara keseluruhan angka kejadian stunting
dinegara miskin dan berkembang mencapai 32%. Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan yang terjadi dalam waktu lama dan frekuensi menderita penyakit infeksi (UNICEF,
2007). Akibat dari stunting ini meliputi perkembangan motorik yang lambat, mengurangi
fungsi kognitif dan menurunkan daya fikir.
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak berusia dibawah 5 tahun mengalami stunting,
data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF. dan memposisikan Indonesia
masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak di bawah 5 tahun yang mengalami
stunting tinggi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan angka kejadian stunting secara nasional
sebesar 36,7 % yang berarti 1 dari 3 anak dibawah 5 tahun mengalami stunting, yang
merupakan proporsi yang menjadi masalah kesehatan masyarakat menurut kriteria Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) (UNICEF Indonesia, 2012). Meskipun telah terjadi penurunan angka
kejadian stunting pada Riskesdas 2010 menjadi 35,7 %, namun di beberapa Provinsi di 15
Indonesia terutama di kawasan timur Indonesia menunjukkan peningkatan angka kejadian
stunting.
C. Factor yang mempengaruhi stunting
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan (IDAI, 2009). Bayi yang lahir
dengan BBLR tergolong bayi dengan resiko tinggi, karena angka kesakitan dan
kematiannya tinggi. Oleh karena itu pencegahan BBLR adalah sangat penting, dengan
pemeriksaan prenatal yang baik dan memerhatikan kebutuhan gizi ibu. Dikatakan
bahwa bayi yang lahir dengan BBLR kurang baik karena pada bayi BBLR telah terjadi
retardasi pertumbuhan sejak di dalam kandungan, lebih-lebih jika tidak mendapat
nutrisi yang baik setelah lahir (Soetjiningsih, 1995)
2. Resiko BBLR terhadap Pertumbuhan
Berat lahir memilki dampak yang besar terhadap pertumbuhan anak,
perkembangan anak dan tinggi badan pada saat dewasa. Kegagalan pertumbuhan
anak terjadi dari konsepsi sampai dua tahun dan dari tahun ketiga anak seterusnya 19
tumbuh dengan cara yang rata-rata sama. Hal ini juga diakui bahwa penyebab
stunting berawal dari pertumbuhan janin yang tidak memadai dan ibu yang kurang
gizi, dan sekitar setengah dari kegagalan pertumbuhan terjadi didalam rahim,
meskipun proporsi ini mungkin bervariasi diseluruh negara ( Azwar, 2004).
Bayi lahir dengan BBLR akan beresiko tinggi terhadap morbiditas, kematian,
penyakit infeksi, kekurangan berat badan, stunting di awal periode neonatal sampai
masa kanak-kanak. Bayi dengan berat lahir 2000-2499 gram 4 kali beresiko meninggal
28 hari pertama hidup daripada bayi dengan berat 2500-2999 gram, dan 10 kali lebih
beresiko dibandingkan bayi dengan berat 3000-3499 gram. Berat lahir rendah
dikaitkan dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh, perkembangan kognitif yang
buruk, dan beresiko tinggi terjadinya diare akut dan pneumoni (Podja & Kelley, 2000
dalam Arnisam, 2006)
3. Asupan makanan
Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang
terkandung di dalam makanan yang dimakan. Dikenal dua jenis nutrisi (zat gizi) yang
terkandung didalam makanan yang dimakan. Ada dua jenis nutrisi yaitu makronutrisi
dan mikronutrisi. Makronutrisi merupakan nutrisi yang menyediakan kalori atau
energi, diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh lainnya.
Makronutrisi ini diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar, terdiri dari karbohidrat,
protein, dan lemak. Nutrisi (zat gizi) merupakan bagian yang penting dari kesehatan
dan pertumbuhan. Nutrisi yang baik berhubungan dengan peningkatan kesehatan
bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan yang kuat, kehamilan dan kelahiran yang
aman, resiko rendah terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit
jantung, dan umur yang lebih panjang (WHO, 2011).
4. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup tentunya ingin bertahan
hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu
mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba
patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan
sakit (penderita). Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit
serta sedang dalam proses penyembuhan akan memperoleh “tambahan beban
penderitaan” dari penyebaran mikroba patogen ini (Darmadi, 2008).
5. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas makanan, antara pendapatan dan gizi sangat erat kaitannya dalam
pemenuhan makanan kebutuhan hidup keluarga, makin tinggi daya beli keluarga
makin banyak makanan yang dikonsumsi dan semakin baik pula kualitas makanan
yang dikonsumsi. Disini terlihat jelas bahwa pendapatan rendah akan menghalangi
perbaikan gizi dan dapat menimbulkan kekurangan gizi (Berg dalam Syafiq, 2012).
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan tingkat ekonomi
rendah biasanya akan membelanjakan sebagaian besar pendapatannya untuk
makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja
untuk makanan
6. Pola asuh
Pola pengasuhan anak berupa sikap dan prilaku ibu dalam hal kedekatannya
dengan anak, memberi makan, merawat, memberi kasih sayang dan sebagainya
(Depkes RI, 2001). Pola asuh yang baik pada anak balita dapat dilihat pada praktek
pemberian makanan yang bertujuan untuk mendapatkan zat-zat gizi yang cukup bagi
pertumbuhan fisik dan mental anak. Zat gizi juga berperan dalam memelihara dan
memulihkan kesehatan anak dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. aspek gizi
juga mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang dan kecerdasan anak yang
ditentukan sejak bayi, bahkan dalam kandungan
D. Ciri ciri stunting
1. Tanda pubertas terlambat
2. Peforma buruk pada tes perhatian dan memori belajar
3. Pertumbuhan gigi terlambat
4. Pada usia 8-10 anak menjadi pendiam
5. Pertumbuhan melambat
6. Wajah tampak lebih muda dari usianya
E. Dampak stunting
1. mudah sakit
2. kemampuan kognitif berkurang
3. saat tua beresiko terhadap penyakit berhubungan dengan pola makan
4. fungsi-fungsi tuubuh tidak seimbang
5. mengakibatkan kerugian ekonomi
6. postur tubuh tak maksimal saat dewasa
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting: ▪ Jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh ▪ Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua
F. cara mengatasi stunting
1. ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan
2. pemberian makanan tambahan ibu hamil
3. pemenuhan gizi
4. persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
5. IMD (inisiasi menyusui dini)
6. Berikan asi ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan
7. Berikan makanan pendampping asi untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun
8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
9. Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat
10. Lakukan perilaku hidup bersih sehat

Anda mungkin juga menyukai