DI SUSUN OLEH :
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Hidayah – Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pre Operatif Ortopedi Fraktur Patela Dextra
di Ruang Kenanga RSUD dr.Rubini Mempawah”
Kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangannya, walaupun demikian kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Permohonan maaf penulis
ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.
kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya
bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan”
arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan
kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut
sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Tn.A dengan Pre
Operatif Fraktur Patela di Kenanga RSUD dr.Rubini Mempawah
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan Pre
Operatif Fraktur Patela
1
c. Untuk mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada Tn.A
dengan Pre Operatif Fraktur Patela
d. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada Tn.A dengan Pre
Operatif Fraktur Patela
e. Untuk mengetahui pengimplementasian asuhan keperawatan pada
Tn.A dengan Pre Operatif Fraktur Patela
f. Untuk mengetahui evaluasi rencana asuhan keperawatan pada Tn.A
dengan Pre Operatif Fraktur Patela
g. Untuk mengetahui proses dokumentasi asuhan keperawatan pada
Tn.A dengan Pre Operatif Fraktur Patela
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan
jaringan lunak sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap ( Price & Wilson, 2006)
2. ETIOLOGI
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur
pada tempat itu.
2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).
3. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melaui
kedua korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang greenstick
fracture : bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya
3
sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan
segera mengalami remodeling kebentuk normal.
2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi
a. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang
terlepas
b. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah
menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah.
c. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.
3. Fraktur menurut posisi fragmen
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.
b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar
a. Fraktur terbuka ( open fracture/compoun fraakture )
Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi
tiga berdasarkan tingkat keperahan:
Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan
kulit / jaringan minimal.
Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang,
potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.
Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan
kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat
besar dan harus segera diatasI.
b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture).
Fraktur tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada
gambaran tulang yang keluar dari kulit.
5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma
a. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung.
Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi /
direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan
biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
4
b. Fraktur oblique; trauma angulasi
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dansulit diperbaiki.
c. Fraktur spiral; trauma rotasi
Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi luar.
d. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa
Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga
yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra
lainnya.
e. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)
6. Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau
ligamen.
Fraktur patologi
Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau
prose patologik lainnya.
4. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993).
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
6
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
4. Stadium Empat-Konsolidasi
5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh
proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,
dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan
akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. (Black, J.M, et al,
1993 dan Apley, A.Graham,1993)
7
Phatways
(sumber : www.Scribd.com)
8
5. MANIFESTASI KLINIK
a. Edema/pembengkakan
b. Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung
pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan
pada daerah fraktur.
c. Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
d. Deformitas
e. Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
f. Kehilangan fungsi
g. Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma
terbuka.
b. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang
akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
d. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu
patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus
9
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini
memerlukan waktu 3-4 bulan.
7. PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Rekognisi
Menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
Riwayat kecelakaan
Parah tidaknya luka
Diskripsi kejadian oleh pasien
Menentukan kemungkinan tulang yang patah
krepitus
b. Reduksi:
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan
traksi atau gips
Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya;
pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
c. Immobilisasi
Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk
membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.
d. Retensi
Menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan
fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
10
e. Rehabilitasi
Langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan
pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program
pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).
8. TINDAKAN PEMBEDAHAN
a. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
7) Kerugian
a) Kemungkinan terjadi infeksi
b) Osteomielitis.
b. EKSTERNAL FIKSASI
11
Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan
pennya.
Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
Obsevasi letak pen dan area, Observasi kemerahan, basah dan
rembes, Observasi status neurovaskuler distal fraktur.
9. TEST DIAGNOSTIK
a. X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Hitung darah lengkap:
d. Ht: mungkin meningkaat (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
e. Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
f. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
g. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau
cedera hati.
10. KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal
1) Shock Hipovolemik/traumatikFraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis,
femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak → shock hipovolemi.
2) Emboli lemak
3) Trombo emboli vena Berhubungan dengan penurunan
aktivitas/kontraksi otot/bedrest
4) Infeksi Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor
tanda infeksi dan terapi antibiotik
b. Komplikasi lambat
1) Delayed union, Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang
diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan
dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang
2) Non union, Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi
pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau
pseudoarthrosis
12
3) Mal union, Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada
perubahan bentuk)
4) Nekrosis avaskuler di tulang, Karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang .
13
Berdasarkan klasifikais deenges dkk( 2000), riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah :
a. Aktivitas istirahat
Tanda : keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian
terkena mungkin segera setelah fraktur itu sendiri atau terjadi
secara sekunder dan pembengkakan jaringan nyeri.
b. Sirkulasi
Tanda : HT atau hipotesi ( kehilangan darah), takipkardia (
respon stress , hipovalemia).
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan
Tanda : deformitas local : agulasi abnormal, pemendekan,
rotasi krepitasi.
d. Nyeri /kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera mungkin
terlokalisasi pada area jaringan / karusakan tulang dapat
berkurang pada imebilisasi.
e. Keamanan
Tanda : laserasi kulit , avusi – jaringan , perdarahan , perubahan
warna, pembengkakan local.
f. Penyuluhan :
Gejala : lingkungan tidak mendukung ( menimbulkan cedera )
pengetahuan terbatas.
2. DIGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera mekanik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan .
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis .
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.
14
3. INTERVENSI
Diagnose 1 : Nyeri akut b.d agen-agen penyebab cedera mekanik.
a. NOC
1) Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kamudahan fisik dan
psikologis .
2) Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri .
3) Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang adapat diamati /dilapor ketujuan /
kriterian evaluasi.
4) Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut ( sebutkan 1-5 : tidak pernah , jarang , kadang-kadang, sering atau
selalu).
Mengenali skala nyeri
Mengguankan tindakan pencegahan .
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.
5) Menunjukan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (
sebutkan 1-5 : sangat berat , berat , sedang, ringan atau tidak ada ).
Exspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
Gelisah.
b. NIC
1) Pemberian analgesic: menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri .
2) Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif.
3) Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
4) Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memudahkan
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien.
5) Manajemen sedasi : memberikan sedative , mematntau respon pasien, dan
memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik
atau tera peutik .
Aktivitas keperawatan
15
Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian .
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0-10
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau , peredaan nyeri oleh analgesik
dan kemungkinan efek sampaingnya .
4) Kaji dampak agama ,budaya , kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien.
5) Dalam mengkaji nyeri pasien , gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembagan pasien.
6) Menajemen nyeri ( NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehansif meliputi lokasi ,
karakteristik , awitan, dan durasi , frekuensi kualitas , intensitas atau
keparahan nyeri , dan faktor presipitasinya.
Observasi isyarat non verbal ketidak nyamanan , khususpada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Aktivitas Kolaboratif
1) Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian yang terjadwal atau
PCA.
2) Manajemen nyeri (NIC) : Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum
nyeri menjadi lebih berat.
16
Aktivitas lain
1). Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek
samping.
2). Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif
dimasa lalu, seperti distraksi, relaks atau kompres hangat /dingin.
3). Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan dan aktivitas
lain untuk membatu relaks.
4) . Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melaluitelevisi, radio, hape, dan
internet dengan pengunjung.
5). Gunakan pendekat yang positif untuk mengoptimarespons pasien terhadap
analgesic.
6). Manajemen nyeri (NIC):
Pastikan pemberian analgesia terapi strategi nonfanslogis sebelum
melakukan prosedur yang menimbulkanya.
17
9) Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indicator berikut sebutkan 1-
5 : ganguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan
: keseimbangan, koordinasi, performa posisi tubuh, pergerakan sendi dan
otot, berjalan, dan bergerak dengan muda.
b. NIC
1. Promosi mekanika tubuh :memfasilitasi pengunaan postur dan pergerakan
dalam aktivitas sehari-hari untuk mencegah keletihan dan ketegangaan atau
cedera musculoskeletal.
2. Promosi latihan fisik : latihan kekuatan : memfasilitasi pelatihan , otot resistif,
secara rutin .
3. Terapi latihan fisik : mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif dan
pasif untuk mempertahankan sendi .
4. Pengaturan posisi : mengatur posisi pasien secara hati-hati untuk
meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan fisikologis.
5. Batuan perawatan diri : berpindah : membantu individu untuk mengubah posisi
tubuhnya .
18
e) Instruksikan pasien untuk menyangah berat badan.
f) Instruksikan pasien untuk memperhatankan kesejajaran tubuh yang benar.
g) Berikan penguatan positif selama aktifitas
h) Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantuan pasien
19
Tujuan/ kriteria evaluasi
a) ansientas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansientas hanya ringan
sampai sedang , dan selalu menunjukan pengendalian diri terhadap
ansientas konsentrasi dan koping.
b) Menunjukan pengendalian diri terhadap ansientas yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut( sebutkan 1-5 : tidak pernah, tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, atau selalu ).
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
Mempertahankan performa peran memantau distorsi persepsi
sensori
Memantau manifestasi prilaku ansientas
Menggunakan teknik relakasasi untuk meredakan ansientas
d. NIC
Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi
fisik,setiap
2) Kaji untuk faktor budaya yang menjadi penyebab ansientas
3) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansientas dimasa lalu .
4) Reduksi ansientas ( NIC) : menentukan kemampuan pengambilan
keputusan pasien .
Aktivitas kolaboratif
1) Penurunan ansientas ( NIC)
Berikan obat ansientas jika perlu .
20
Akitivitas lain
1) Pada saat ansientas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman.
2) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan cara verbal pikiran
dan perasaan untuk mengeksnalisasikan ansientas.
3) Bantu pasien untuk memfokuskan situasi seperti ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansientas.
4) Dorong pasien untuk mengekspresikan kemerahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis.
5) Penurunan ansientas (NIC) : bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi
yang menentukan ansientas.
21
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN PRE OPERASI ORTHOPEDI
“FRAKTUR PATELA”
DI RUANG KENANGAN RSUD DR.RUBINI MEMPAWAH
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama :Tn.A
Agama :Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Swasta
No.Rm :16 98 38
Penanggung Jawab
Nama :Ny.S
22
Hubungan Dengan Klien :Kakak Kandung Klien
2. Keluhan Utama
6. Genogram
23
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
1. Kesadaran : Compos Mentis E4 M6 V5 GCS = 15
2. TTV : TD : 130/80 MmHg
N : 88 x / menit
RR : 20 x / menit
T : 38 ˚ C
b. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala simetris,warna rambut hitam, lesi (-)
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
diikontinuitas tengkorak
c. Mata
- Inspeksi : Penglihatan normal, bentuk simetris mata kanan dan kiri,
starbismus (-), konjungtiva non anemis, sclera non ikteris
- Palpasi : Nyeri tekan (-), bola mata teraba kenyal dan melenting
d. Hidung
e. Telinga
f. Leher
24
g. Thorax
1) Paru-Paru
- Inspeksi :Bantuk Simetris, Repirasi Normal, Tidak Ada Lesi,
Tidak Ada Penggunaan Otot Bantu Pernafasan, Gerakan Dinding
Dada Simetris
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan, Tidak Ada Krepitas,
Massa(-)
- Perkusi :Resonan
- Auskultasi :Normal, Tidak Ada Suara Nafas Tambahan
2) Jantung
- Inspeksi :Iktus Kordis Tidak Teraba
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan
- Perkusi :Ics ko 3-5 Thoraks Simetris,
- Auskultasi :S1 S2 Reguler
h. Abdomen
i. Genetalia
j. Integumen
25
k. Ekstremitas
Tonus otot
5 5 5 5 5 5 5 5
( kanan ) 2 2 2 2 5 5 5 5 ( kiri )
Keterangan :
Ekstermitas Atas
Ekstermitas Bawah
26
8. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
b. Pola Minum
c. Pola Eliminasi
- Sebelum Sakit :Pasien Bab 1-2 Kali / Hari, Bak 4-6 Kali / Hari
- Saat Sakit :Pasian Bab 2 Hari Sekali Bak 2- 4 Kali / Hari
Pasien tidak terpasang kateter, Eliminasi BAK
pasien dibantu oleh keluarga menggunakan urinal
- Sebelum Sakit :Pasien Tidur 7-8 Jam / Hari Pada Malam, Pada
Siang 1-2 Jam / Hari
- Saat Sakit :Pasien Tidur 5-7 Jam/ Hari Pada Malam, Kadang
Bangun Saat Malam Karena Nyeri Yang Dirasakan . Pada Siang Hari
Pasien tidak Pernah Tidur Siang
e. Pola Aktivitas
Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri Keterangan :
27
f. Pola Kebersihan
- Sebelum Sakit :Pasien Mandi 2 Kali / Hari ,Gosok Gigi 2 Kali / Hari
Pada Pagi Dan Malam Hari, kebersihan Pasien Terjaga
- Saat Sakit :Dari Pasien Masuk Rs Sampai Hari Kedua Pasien
Berada Rs , pola kebersihan pasien dibantu oleh keluarga, kondisi fisik
pasien tampak bersih
9. Data Psikologis
a. Status Emosi
b. Konsep Diri
Konsep Diri Pasien Menurun Karena Sakit, Pasien Cemas Karena Akan
Dilakukan Tindakan Operasi. Pasien Tampak Gelisah Dan Gugup, Wajah Pasien
Tampak Tegang
e. Gaya Komunikasi
10. Terapi
28
Oral
- Ulsidex 3x500mg
- Paracetamol 4x500mg
- Mucogard 3x500mg
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subjektif : Trauma langsung Nyeri akut
↓
- Pasien mengatakan nyeri
Fraktur tertutup
daerah patella kanan
↓
P : pada saat dian dan
Kerusakan integritas tulang
bergerak ↓
Ketidakstabilan posisi organ
Q : disayat-sayat
fraktur apabila digerakkan
R : patella dextra ↓
Fragmen tulang yang patah
S : berat (7-9)
menusuki organ sekitar
T : sering ↓
Nyeri akut
Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- TTV: TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/m
R : 20 x/m
S : 37 ℃
29
2. Data Subjektif : Fraktur tertutup Hambatan
↓
- Pasien mengatakan sulit mobilitas
Kerusakan integritas tulang
untuk bergerak karena nyeri
↓ ditempat tidur
- Pasien mengatakan sulit
Ketidakstabilan organ fraktur
membolak-balikkan posisi
apabila digerakkan
tubuhnya karena nyeri
↓
Fragmen tulang yang patah
Data Objektif : menusuki organ sekitar
↓
- Pasien tampak bedrest
Nyeri akut
- Pasien tampak meringis saat
↓
merubah posisinya
Pergerakan sendi terhambat
↓
Hambatan mobilitas di tepat
tidur
30
C. DIAGNOSA MASALAH
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF
DITEMUKAN TERATASI
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen 08-12-2015
cedera fisik. Ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri daerah
patella kanan
P : pada saat dian dan bergerak
Q : disayat-sayat
R : patella dextra
S : berat (7-9)
T : sering
Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- TTV: TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/m
R : 20 x/m
S : 38 ℃
Data Objektif :
- Pasien tampak bedrest
- Pasien tampak meringis saat
merubah posisinya
31
3. Ansietas berhubungan dengan 08-12-2015
perubahan status kesehatan atau
proses pembedahan. Ditandai dengan :
Data Subjektif
- Pasien mengatakan tidak mau
dioperasi
- Pasien mengatakan takut untuk
menjalani operasi
Data Objektif
- Pasien tampak gelisah dan gugup
- Wajah pasien tampak tegang
Data Objektif :
- Terdapat luka jahitan patella kanan
- Terdapat luka lecet dihidung, bibir,
tangan dan kaki
- Ada keluar darah daerah patella
kanan
32
E. RENCANA KEPERAWATAN
33
Aktivitas lain
10. Gunakan pendekatan yang positif untuk 10. Agar pasien percaya kepada perawat
mengoptimalkan respon pasien
11. Manajemen nyeri (NIC): kendalikan faktor lingkungan
11. Memberi rasa nyaman saat pasien
yang dapat merespon ketidak nyamanan
istirahat
34
8. Berikan alat bantu (misalnya: trapaze) 8. Untuk membantu aktivitas pasien
9. Berikan penguatan positif selama aktivitas
10. Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum 9. Untuk memotivasi pasien mau bergerak
memulai latihan atau terapi fisik 10. Nyeri dapat menghambat latihan
11. Pastikan rencana perawatan mencakup jumlah
personel yang dibutuhkan untuk membalik posisi tubuh 11. Agar tindakan latihan dapat dilakukan
secara optimal dan maksimal
35
Menggunakan tehnik relaksasi Aktivitas lain 8. Pendekatan akan membuat pasien merasa
tenang
untuk meredakan ansietas 8. Pada pasien ansietas berat, dampingi pasien, bicara
9. Motivasi dari orang lain, akan membuat
tenang dan berikan ketenangan dan kenyamanan
pasien bersemangat
9. Berikan dorongan kepada pasien untuk
10. Tehnik pengalihan akan menurunkan
mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas
kecemasan pasien
10. Sediakan pengalihan melalui televisi, komunikasi
11. Keyakinan dari orang lain
untuk menurunkan ansietas
menguatkan pasien menghilangkan
11. Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan dan
ketakutan
sikap empatik
12. Membantu mengalihkan kecemasan
12. Penurunan ansietas (NIC):
pasien
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Berikan pijatan jika perlu
36
Perfusi jaringan Aktivitas kolaboratif
- Menunjukkan penyembuhan luka: 5. Konsultasikan pada dokter tentang pemberian nutrisi 5. Untuk mengetahui makanan yang tidak
primer yang dibuktikan oleh untuk meningkatkan proses penyembuhan luka boleh dikonsumsi oleh pasien
indikator sebagai berikut (sebutkan 6. Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS
1-5 : tidak ada, sedikit, sedang, (transcutancus Electrical Nerve Stimulation) untuk
6. Tehnik TENS meningkatkan penyembuhan
banyak atau sangat banyak): peningkatan penyembuhan luka
luka dengan cepat
Penyatuan kulit
Pembentukan jaringan parut Aktivitas lain
- Menunjukkan penyembuhan luka: 7. Lakukan perawatan luka atau kulit secara rutin meliputi:
7. Perawatan luka secara rutin, membantu
sekunder, yang dibuktikan oleh - Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari
proses penyembuhan dengan cepat dan
indikator berikut (sebutkan 1-5 : kelembapan yang berlebihan
tepat
tidak ada, sedikit, sedang, banyak 8. Bersihkan balutan luka dengan menggunakan prinsip
atau sangat banyak): steril atau tindakan aseptik
Granulasi 8. Balutan yang bersih akan terhindar dari
mikroorganisme yang dapat mempengaruhi
Penyusutan luka
keadaan luka
37
F. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI
38
5. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik - Kaji nyeri pasien
pengendalian nyeri - Ajarkan teknik non farmakologi
R/ Inj -Ketorolac 2x30 mg, Ondansentron 2x - Kendalikan faktor lingkungan
- Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian
analgetik
II 8-12-2015 1. Mengkaji kesadaran pasien S: - psien mengatakan sulit bergerak karena nyeri
R/ kesadaran pasien compos mentis - pasien mengatakan sulit membolak-balikkan
2. Melatih rentang pergerakan sendi pasien untuk memperbaiki posisi tubuh nya karena nyeri
kekuatan otot pasien O : - pasien tampak bedrest
R/ pasien mengikuti dengan baik dengan bantuan perawat - pasien masih tampak meringis saat merubah
3. Mengajarkan proses berpindah pasien posisinya
R/ pasien dapat berpindah dengan bantuan perawat A : Masalah hambatan mobilitas ditempat tidur belum
4. Melatih tehnik miring pasien untuk memperbaiki kejajaran tubuh teratasi
R/ pasien dapat miring dengan bantuan perawat P : intervensi dilanjutkan
5. Memberikan alat bantu untuk membantu aktivitas pasien - latih rentang pergerakan sendi pasien
R/ pasien senang menggunakan tongkat bila ingin ketoilet - ajarkan proses berpindah pasien
6. Memberikan penguatan positif selama pasien beraktivitas - latih tehnik miring pasien untuk memperbaiki
R/ paien terus berusaha berpindah ditempat tidur secara kejajaran tubuh pasien
mandiri walau perlahan-lahan - beri alat bantu untuk membantu pasien aktivitas
- berikan penguatan positif selama pasien aktivitas
39
III 8-12-2015 1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien S : - Pasien mengatakan tidak mau di operasi
R/ pasien mengatakan takut bila di operasi - pasien mengatakan takut menjalani operasi
2. mengkaji bersama pasien tentang teknik yang berhasil O : - pasien tampak gelisah
menurunkan ansietas di masa lalu - pasien tampak gugup
R/ cemas bisa berkurang bila pasien menggunakan teknik - wajah pasien tampak tegang
relaksasi nafas dalam A : Masalah cemas belum teratasi
3. menginstrusikan kepada pasien menggunakan relaksasi untuk P : intervensi di lanjutkan
menurunkan cemas - kaji tingkat kecemasan pasien
R/ pasien kooperatif,cemas berkurang - instruksikan pasien menggunakan relaksasi untuk
4. meyakinkan pada pasien untuk menghilangkan ansietas menurunkan nyeri
R/ pasien terlihat gelisah dan tegang - yakinkan pada pasien untuk menghilangkan
5. menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien ansietas
R/ pasien merasa tenang apabila keluarga mendampingi - anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi
pasien
IV 8-12-2015 1. Mengkaji adanya luka S : asien mengatakn terdapat luka jahitan daerah
R/ terdapat luka jahitan daerah patella kanan dan terdapat patella kanan
luka lecet di hidung,bibir,tangan dan kaki
2. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi O:
R/ tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan namun - Keutuhan kulit tidak terganggu
terdapat nyeri daerah patella kanan - Tekstur dan ketebalan jaringan sedang
40
3. Membersihkan balutan luka dengan prinsip steril atau tindakan - Perfusi jaringan sedang
aseptic - Penyatuan kulit baik
R/ balutan pasien terlihat kotor dan banyak darah sebelum di - Pembentukan jaringan parut tidak ada
ganti
4. Menginstrukan pasien dan keluarga untuk menjaga balutan A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
agar tetap bersih P: Intervensi dilanjutkan
R/ keluarga dan pasien kooperatif - kaji ada tanda-tanda infeksi
5. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian nutrisi - bersihkan balutan luka pasien
yang tepat - instrusikan pasien dan keluarga untuk menjaga
R/ pasien mengatakan tidak memantangi makanan yang kebersihan balutan luka
dikonsumsi - kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi
I 9-12-2015 1. Mengkaji nyeri pasien S : Pasien mengatakan masih nyeri daerah patella
R/ P : pada saat diam & bergerak
kanan
Q: ditusuk-tusuk
P : pada saat diam & bergerak
R : patella dextra
Q : ditusuk-tusuk
S : sedang ( 5 )
R : patella dextra
T : kadang-kadang
S : sedang ( 5 )
2. Mengajarkan kembali tehnik relaksasi nonfarmakologik
T : kadang-kadang
R/ pasien kooperatif, nyeri berkurang pasien tenang
3. Mengendalian faktor lingkungan
41
R/ membatasi pengunjung pasien tenang O :Pasien masih tampak meringis
4. Mengkolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri
A : masalah nyeri belum teratasi
R/ infus RL 500 ml drip ketorolac 30 mg 20 TPM
P : intervensi dilanjutkan
Injeksi ondansentron 3x4 mg
- Kaji nyeri pasien
Injeksi omepraol 1x40 mg
- Observasi penggunaan tehnik relaksasi
Injeksi kalnex 3x250 mg - Kendalikan faktor lingkungan
- Kolaborasi pemberian analgetik
Oral ulsidex 3x500 mg
II 9-12-2015 1. Melatih kembali rentang pergerakkan sendi pasien untuk S :Pasien mengatakan masih sulit bergerak karena nyeri
memperbaiki kekuatan otot pasien
O:
R/ pasien dapat bergerak masih dengan bantuan orang lain
- Koordinasi tidak ada gangguan
2. Mengajarkan kembali pasien proses berpindah
- Performa posisi tubuh baik
R/ pasien berpindah masih dengan bantuan orang lain
- Pergerakan otot dan sendi sedang
3. Melatih kembali tentang tehnik miring - Skor kekuatan otot kaki kanan pasien ( 3 )
R/ pasien miring dengan bantuan orang lain
A : masalah hambatan mobilitas ditempat tidur belum
4. Memberikan alat bantu untuk membantu pasien aktivitas
R/ pasien menggunakan tongkat jika pergi ketoilet teratasi
5. Memberikan penguatan positif selama aktivitas
R/ pasien dapat mengeser kakinya yang fraktur secara
P : intervensi dilanjutkan
mandiri
- Latih rentang pergerakkan sendi
- Observasi proses berpindah
- Observasi tehnik miring
- Berikan penguatan positif selama aktivitas
42
III 9-12-2015 1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien S :Pasien mengatakan sudah tidak takut untuk menjalani
R/ pasien mengatakan tidak takut lagi untuk operasi v
operasi
2. Menginstruksikan pasien menggunakan relaksasi menurunkan
O:
cemas
R/ pasien tampak tenang - Koping pasien baik
- Performa peran pasien baik saat sakit
3. Meyakinkan kembali pada pasien untuk menghilang ansietas
- Pasien sudah tidak menggunakan tehnik
R/ pasien tampak yakin dan tenang
relaksasi untuk meredakan cemas karena pasien
4. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi pasien sudah tidak cemas
R/ keluarga selalu mendampingi pasien A : masalah cemas teratasi
P : intervensi dihentikan
IV 9-12-2015 1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi S :Pasien mengatakan luka jahitan daerah patella
R/ tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan diluka
kanan sudah mulai kering
daerah patella kanan
O:
2. Membersihkan balutan luka dengan mengunakan prinsip steril
- Keutuhan kulit tidak ada gangguan
R/ balutan luka terlihat bersih setelah diganti
- Penyatuan kulit baik
3. Menginstruksikan keluarga dan pasien untuk menjaga balutan - Pembentukan jaringan parut tidak ada
agar tetap bersih A : masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
R/ keluarga dan pasien kooperatif
P : intervensi dilanjutkan
4. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi
R/ pasien tidak memantang makanan yang dikonsumsinya
- Kaji keadaan luka
- Bersihkan balutan luka pasien
- Instruksikan keluarga dan pasien untuk menjaga
kebersihan balutan luka
43
I 10-12-2015 1. Mengkaji nyeri pasien S : Pasien mengatakan nyeri daerah patella kanan
R/ P : pada saat bergerak berat
15.00 wib berkurang
Q: ditusuk-tusuk
- P : pada saat bergerak berat
R : patella dextra
- Q : ditusuk-tusuk
S : ringan ( 3 )
- R : patella dextra
T : sewaktu-waktu
- S : ringan ( 3 )
2. Mengobservasi pengunaan tehnik relaksasi nonfarmakologik
R/ pasien melakukan dengan baik dan tampak tenang - T : sewaktu-waktu
II 10-12-2015 1. Melatih kembali rentang pergerakkan sendi pasien untuk S :Pasien mengatakan sudah bisa duduk dan bergerak
memperbaiki kekuatan otot pasien
15.00 wib ditempat tidur secara mandiri
R/ pasien dapat bergerak secara mandiri
O:
2. Mengobservasi pasien proses berpindah
R/ pasien dapat duduk secara mandiri - Koordinasi tidak ada gangguan
- Performa posisi tubuh baik
3. Mengobservasi pasien tentang tehnik miring
- Pergerakan otot dan sendi ringan
R/ pasien dapat miring secara mandiri
-
44
4. Memberikan penguatan positif selama aktivitas A : masalah hambatan mobilitas ditempat tidur teratasi
R/ pasien dapat mengeser kakinya yang fraktur secara mandiri
sebagian
P : intervensi dihentikan
( pasien pulang )
IV 10-12-2015 1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi S : Pasien mengatakan luka dipatella kanan sudah kering
R/ tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka daerah patella
15.00 wib O:
kanan
- Keutuhan kulit tidak ada gangguan
2. Mengkaji keadaan luka pasien - Penyatuan kulit baik
R/ luka pasien tampak kering dan tampak bersih - Pembentukan jaringan parut tidak ada
3. Mengganti balutan luka dengan mengunakan prinsip steril
R/ balutan luka pasien tampak bersih A : masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
4. Menginstruksikan keluarga dan pasien untuk menjaga balutan
agar tetap bersih
P : intervensi dihentikan
R/ keluarga dan pasien kooperatif
( pasien pulang )
45
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah pasien sehingga dapat memberikan arah terhadp
tindakan keperawatan.
Pengkajian kepada pasien dilakukan pada tanggal 08 Desember
2015. Pada tahap ini melakukan pengkajian dasar, dari identitas pasien,
riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, data biologis, data psikologis,
terapi yang diberikan, dan pemeriksaan penunjang. Pengkajian data dasar
ini dilakukan dengan cara wawancara dengan pasien, mengobservasi
keadaan pasien serta wawancara kepada perawat ruangan kenanga
RSUD Dr. Rubini mempawah.
B. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil analisa data pada tanggal 08 desember 2015 didapatkan
data yang hampir sesuai dengan manifestasi klinis penyakit, sehingga masalah
keperawatan yang muncul yaitu :
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas di tempat tidur
3. Ansietas
4. Kerusakan integritas kulit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data, kami mendapatkan diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat yaitu :
46
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan nyeri sekunder
terhadap rusaknya integritas struktur tulang
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau proses
pembedahan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
D. INTERVENSI
Pada tahap perencanaan terdiri dari perumusan tujuan, sasaran dan
penyusunan rencana tindakan. Hal ini telah dilaksanakan sesuai dengan
konsep. Dalam rangka penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi
masalah kesehatan Mahasiswa bekerja sama dengan pasien untuk
memberikan gambaran rinci kondisi yang sedang di alami pasien .
Adapun intervensi keperawatan yang akan di lakukan disesuaikan
dengan tinjauan pustaka yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
di angkat yang bersumber dari buku saku diagnosa keperawatan diagnosis
NANDA intervensi NIC kriteria hasil NOC yang diolah sebagai acuan
perencanaan .
E. IMPLEMENTASI
Tahap pelaksanaan merupakan lanjutan dari tahap perencanaan
dimana kita mengaplikasikan dari tahap perencanaan yang sudah kita buat
dan ini merupakan upaya dari mengatasi masalah kesehatan yang
ditemukan dalam perencanaan berdasarkan analisa pada tahap pelaksanaa.
Adapun implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat dengan aplikasinya disesuaikan dengan
kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di lapangan.
47
F. EVALUASI
Evaluasi diarahkan pada program yang telah direncanakan, untuk melihat
tingkat keberhasilan yang dicapai. Dengan metode pencatatan SOAP pada
evaluasi tindakan keperawatannya dimana indikator kriteria hasil NOC pada
intervensi keperawatan NIC sebagai acuan pada tahap evaluasinya.
48
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004).
Sedangkan fraktur patella adalah fraktur yang terjadi pada daerah patella.
Pada kasus Tn.A dengan fraktur Patella yang digolongkan sebagai Fraktur
Tertutup. Fraktur disebakan karena trauma. Terdapat manifestasi klinis serta
komplikasi sebagai akibat fraktur.Pemeriksaan diagnostik pada fraktur meliputi;
Foto Rontgen, Pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah.Penatalaksanaan
terapetik meliputi ; Pengobatan dan Reduksi.Pengkajian pada fraktur meliputi ;
Riwayat fraktur, Muskuloskeletal, Neurologi, integumen, nadi, neuromuskular.
Asuhan keperawatan ditujukan pada penyelesaian masalah aktual maupun
potensial dengan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah dengan tema yang sama, pembaca
dapat lebih melengkapi teori dan meningkatkan ketelitian dalam melakukan
pengkajian guna meningkatkan kesempurnaan makalah.
49
DAFTAR PUSTAKA
50