Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PRE OPERATIF ORTHOPEDI


“FRAKTUR PATELLA DEXTRA”
DI RUANG KENANGA RSUD DR.RUBUNI MEMPAWAH

DI SUSUN OLEH :

 BUDIAWAN SAFITRA NIM.20126310057


 JULIANTI NIM.20126320068
 RENDI PERMANA NIM.20126310088
 TRI HARTINI NIM.20126320102
 WATI SURTINA NIM.20126320105
 YASIMA KURNIAWATI NIM.20126320106

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


PRODI D.IV KEPERAWATAN SINGKAWANG
MAHASISWA SEMESTER VII /TINGKAT IV
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Hidayah – Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pre Operatif Ortopedi Fraktur Patela Dextra
di Ruang Kenanga RSUD dr.Rubini Mempawah”

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali menemukan kesulitan


dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan semua
bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada kami akan dapat
diterima sebagai suatu amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT.

Kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangannya, walaupun demikian kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya.

Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Permohonan maaf penulis
ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.

Mempawah, Desember 2015

kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. TUJUAN ........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
A. KONSEP PENYAKIT ..................................................................... 3
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 22
A. PENGKAJIAN ............................................................................... 22
B. ANALISA DATA ............................................................................ 29
C. DIAGNOSA MASALAH ............................................................... 31
E. RENCANA KEPERAWATAN ..................................................... 33
F. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI ..................... 38
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 46
A. PENGKAJIAN ............................................................................... 46
B. ANALISA DATA ............................................................................ 46
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................... 46
D. INTERVENSI ................................................................................. 47
E. IMPLEMENTASI ........................................................................... 47
F. EVALUASI ..................................................................................... 48
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 49
A. KESIMPULAN ............................................................................... 49
B. SARAN ........................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya
bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan”
arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan
kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut
sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang


dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Berdasarkan data dari rekam medik RS Soegiri di ruang Orthopedi


periode Juli 2011 s/d Desember2012 berjumlah 323 yang mengalami gangguan
muskuloskletel, termasuk yang mengalami fraktur panggul atau pelvis presentase
sebesar 5% dan fraktur femur sebesar 20%.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah


dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur
adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya
oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan
infeksi (Rasjad, 1998 : 363)

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Tn.A dengan Pre
Operatif Fraktur Patela di Kenanga RSUD dr.Rubini Mempawah

2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada Tn.A dengan Pre
Operatif Fraktur Patela

1
c. Untuk mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada Tn.A
dengan Pre Operatif Fraktur Patela
d. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada Tn.A dengan Pre
Operatif Fraktur Patela
e. Untuk mengetahui pengimplementasian asuhan keperawatan pada
Tn.A dengan Pre Operatif Fraktur Patela
f. Untuk mengetahui evaluasi rencana asuhan keperawatan pada Tn.A
dengan Pre Operatif Fraktur Patela
g. Untuk mengetahui proses dokumentasi asuhan keperawatan pada
Tn.A dengan Pre Operatif Fraktur Patela

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan
jaringan lunak sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap ( Price & Wilson, 2006)

Fraktur adalah terputusnya kotinuitas jaringan tulang dan atau tulang


rawan yang umumnya Disebabkan oleh trauma atau ruda paksa .Namun
fraktur sekunder bisa diakibatkan dari proses penyakit seperti osteoporosis
serta yang menyebabkan fraktur pathologis (Barretdan Bryant,1990). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya
tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997).

2. ETIOLOGI
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur
pada tempat itu.
2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).

3. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang atau melaui
kedua korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit
Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang greenstick
fracture : bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya

3
sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan
segera mengalami remodeling kebentuk normal.
2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi
a. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang
terlepas
b. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah
menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah.
c. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.
3. Fraktur menurut posisi fragmen
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.
b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar
a. Fraktur terbuka ( open fracture/compoun fraakture )
Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi
tiga berdasarkan tingkat keperahan:
 Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan
kulit / jaringan minimal.
 Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang,
potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.
 Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan
kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat
besar dan harus segera diatasI.
b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture).
Fraktur tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada
gambaran tulang yang keluar dari kulit.
5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma
a. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung.
Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi /
direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan
biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

4
b. Fraktur oblique; trauma angulasi
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dansulit diperbaiki.
c. Fraktur spiral; trauma rotasi
Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi luar.
d. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa
Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga
yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra
lainnya.
e. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)
6. Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau
ligamen.
 Fraktur patologi
Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau
prose patologik lainnya.

4. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993).

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

a. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.

b. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya


tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
( Ignatavicius, Donna D, 1995 )

c. Biologi penyembuhan tulang

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:

1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.


Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro


kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang
telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus
masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.

6
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan


osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat
fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4. Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah


menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban
yang normal.

5. Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh
proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,
dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan
akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. (Black, J.M, et al,
1993 dan Apley, A.Graham,1993)

7
Phatways

(sumber : www.Scribd.com)

8
5. MANIFESTASI KLINIK
a. Edema/pembengkakan
b. Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung
pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan
pada daerah fraktur.
c. Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
d. Deformitas
e. Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
f. Kehilangan fungsi
g. Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma
terbuka.

6. TAHAP PENYEMBUHAN TULANG


a. Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang
masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom
yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.

b. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang
akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.

c. Tahap pembentukan kalus


Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat
imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam
tulang rawan atau jaringan fibrus.

d. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu
patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus

9
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini
memerlukan waktu 3-4 bulan.

e. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)


f. Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan
osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.

7. PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN
a. Rekognisi
Menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
 Riwayat kecelakaan
 Parah tidaknya luka
 Diskripsi kejadian oleh pasien
 Menentukan kemungkinan tulang yang patah
 krepitus

b. Reduksi:
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
 Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan
traksi atau gips
 Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya;
pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

c. Immobilisasi
Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk
membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.

d. Retensi
Menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan
fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

10
e. Rehabilitasi
Langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan
pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program
pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

8. TINDAKAN PEMBEDAHAN
a. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)

1) Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan


sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
2) Fraktur diperiksa dan diteliti
3) Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
4) Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
5) Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan
alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
6) Keuntungan:
a) Reduksi akurat
b) Stabilitas reduksi tinggi
c) Pemeriksaan struktu neurovaskuler
d) Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
e) Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang
patah menjadi lebih cepat
f) Rawat inap lebih singkat
g) Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

7) Kerugian
a) Kemungkinan terjadi infeksi
b) Osteomielitis.

b. EKSTERNAL FIKSASI

 Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal,


biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
 Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
 Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke
tulang

11
 Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan
pennya.
 Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
Obsevasi letak pen dan area, Observasi kemerahan, basah dan
rembes, Observasi status neurovaskuler distal fraktur.

9. TEST DIAGNOSTIK
a. X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Hitung darah lengkap:
d. Ht: mungkin meningkaat (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)
e. Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma
f. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
g. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau
cedera hati.

10. KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal
1) Shock Hipovolemik/traumatikFraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis,
femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak → shock hipovolemi.
2) Emboli lemak
3) Trombo emboli vena Berhubungan dengan penurunan
aktivitas/kontraksi otot/bedrest
4) Infeksi Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor
tanda infeksi dan terapi antibiotik

b. Komplikasi lambat
1) Delayed union, Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang
diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan
dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang
2) Non union, Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi
pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau
pseudoarthrosis

12
3) Mal union, Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada
perubahan bentuk)
4) Nekrosis avaskuler di tulang, Karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang .

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahapan awal dan landasan dalam proses
keperawatan ,untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah pasien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan .
a. Anamnesa
1. Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang di
pakai ,status perkawinan , pendidikan , pekerjaan , no RM, tanggal
MRS, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Data subjektif : pasien mengeluh nyeri pada bagian yang
mengalami fraktur.
Data objektif : pasien tampak meringis kesakitan , pasien tampak
memegang bagian yang mengalami fraktur, pasien tampak
menangis , pasien tampak lemas, dll.
3. Riwayat penyakit sekarang
Ini berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebuat akan
menyambung.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur.
6. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang
dideritanya.
7. Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik

13
Berdasarkan klasifikais deenges dkk( 2000), riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah :
a. Aktivitas istirahat
Tanda : keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian
terkena mungkin segera setelah fraktur itu sendiri atau terjadi
secara sekunder dan pembengkakan jaringan nyeri.
b. Sirkulasi
Tanda : HT atau hipotesi ( kehilangan darah), takipkardia (
respon stress , hipovalemia).
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan
Tanda : deformitas local : agulasi abnormal, pemendekan,
rotasi krepitasi.
d. Nyeri /kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera mungkin
terlokalisasi pada area jaringan / karusakan tulang dapat
berkurang pada imebilisasi.
e. Keamanan
Tanda : laserasi kulit , avusi – jaringan , perdarahan , perubahan
warna, pembengkakan local.
f. Penyuluhan :
Gejala : lingkungan tidak mendukung ( menimbulkan cedera )
pengetahuan terbatas.

2. DIGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera mekanik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan .
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis .
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.

14
3. INTERVENSI
Diagnose 1 : Nyeri akut b.d agen-agen penyebab cedera mekanik.
a. NOC
1) Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kamudahan fisik dan
psikologis .
2) Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri .
3) Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang adapat diamati /dilapor ketujuan /
kriterian evaluasi.
4) Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut ( sebutkan 1-5 : tidak pernah , jarang , kadang-kadang, sering atau
selalu).
Mengenali skala nyeri
Mengguankan tindakan pencegahan .
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.
5) Menunjukan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (
sebutkan 1-5 : sangat berat , berat , sedang, ringan atau tidak ada ).
Exspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
Gelisah.

b. NIC
1) Pemberian analgesic: menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri .
2) Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif.
3) Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
4) Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memudahkan
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien.
5) Manajemen sedasi : memberikan sedative , mematntau respon pasien, dan
memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik
atau tera peutik .
Aktivitas keperawatan

15
Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian .
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0-10
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau , peredaan nyeri oleh analgesik
dan kemungkinan efek sampaingnya .
4) Kaji dampak agama ,budaya , kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon pasien.
5) Dalam mengkaji nyeri pasien , gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembagan pasien.
6) Menajemen nyeri ( NIC)
 Lakukan pengkajian nyeri yang komprehansif meliputi lokasi ,
karakteristik , awitan, dan durasi , frekuensi kualitas , intensitas atau
keparahan nyeri , dan faktor presipitasinya.
 Observasi isyarat non verbal ketidak nyamanan , khususpada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga.


1). Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai.
2). Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan myeri
dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
3). Perbaiki kesalah persepsi tentang analgesik narkotika atau opioid.
4). Manajemen nyeri (NIC) : Berikan informasi tentang seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur.
5). Manajemen nyeri (NIC) : ajarkan teknik nonfarmakologis.

Aktivitas Kolaboratif
1) Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian yang terjadwal atau
PCA.
2) Manajemen nyeri (NIC) : Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum
nyeri menjadi lebih berat.

16
Aktivitas lain
1). Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek
samping.
2). Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif
dimasa lalu, seperti distraksi, relaks atau kompres hangat /dingin.
3). Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan dan aktivitas
lain untuk membatu relaks.
4) . Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melaluitelevisi, radio, hape, dan
internet dengan pengunjung.
5). Gunakan pendekat yang positif untuk mengoptimarespons pasien terhadap
analgesic.
6). Manajemen nyeri (NIC):
Pastikan pemberian analgesia terapi strategi nonfanslogis sebelum
melakukan prosedur yang menimbulkanya.

Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan mustidoskelefal


a. NOC
1) Ambulasi : kemampuan untuk berjalan dari suatu tempat ke tempat lain secara
mandiri atau tanpa alat bantu .
2) Ambulasi : kursi roda : kemampuan untuk berpindah dari satu tempat ke
tempat lain menggunakan kursi roda.
3) Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
4) Performa mekanika tubuh : tindakan persoalan untuk mempertahankan
kesejajaran tubuh yang tepat yang untuk mencegah ketengan otot skeletal.
5) Pergerakan terkoordinasi : kemampuan otot untuk bekerja sama secara
voluntary dalam menghasilkan gerakan yang bertujuan.
6) Mobilitas : kemampuan untuk bergerak secara bertujuan dalam lingkungan
sendiri secara mandiri dengan tanpa alat bantu.
7) Fungsi skeletal : kemampuan tulang untuk menyongkokng tubuh dan
memfasilitasi pergerakan.
8) Performa berpindah : kemampuan untuk merubah letak tubuh secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu tujuanatau kreteria evaluasi.

17
9) Memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indicator berikut sebutkan 1-
5 : ganguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan
: keseimbangan, koordinasi, performa posisi tubuh, pergerakan sendi dan
otot, berjalan, dan bergerak dengan muda.
b. NIC
1. Promosi mekanika tubuh :memfasilitasi pengunaan postur dan pergerakan
dalam aktivitas sehari-hari untuk mencegah keletihan dan ketegangaan atau
cedera musculoskeletal.
2. Promosi latihan fisik : latihan kekuatan : memfasilitasi pelatihan , otot resistif,
secara rutin .
3. Terapi latihan fisik : mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif dan
pasif untuk mempertahankan sendi .
4. Pengaturan posisi : mengatur posisi pasien secara hati-hati untuk
meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan fisikologis.
5. Batuan perawatan diri : berpindah : membantu individu untuk mengubah posisi
tubuhnya .

Aktivitas keperawatan tingkat 1


a) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan rumah dan kebutuhan
terhadap peralatan pengobatan tahan lama .
b) Ajarkan pasien tentang dan pantau menggunakan alat bermobilitas .
c) Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah .
d) Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan.
e) Berikan penguatan positif untuk program latihan .
f) Berikan penguatan positif selama aktifitas .
g) Penganturan posisi ( RUC):
Ajarkan psien bagaimana postur dan mekanika tubuh yang benar saat
melakukan aktifitas .

Aktivitas keperawatan tingkat 2


a) Kaji kebutuhan belajar pasien .
b) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dari lembaga
kesehatan dirumah dan alat kesehatan yang tahan lama.
c) Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan romaktif atau pasif .
d) Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman.

18
e) Instruksikan pasien untuk menyangah berat badan.
f) Instruksikan pasien untuk memperhatankan kesejajaran tubuh yang benar.
g) Berikan penguatan positif selama aktifitas
h) Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantuan pasien

Aktivitas keperawatan tingkat 3 dan 4


a) Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
b) Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai dalam perencanaan
aktivitas keperawatan pasien
c) Dukung pasien dan keluarga untuk memandang ketangkasan dengan realistis
d) Berikan pengutan positif selama aktivitas
e) Berikan analogesic sebelum memulai latihan fisik .
f) Susun rencana yang spesifik ,seperti :
 Tipe alat bantu
 Posisi pasien ditempat tidur atau kursi.
 Cara memindahkan dan mengubah posisi pasien dan Jadwal aktifitas.
g) Pengaturan posisi ( NIC)
 Letakan matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar.
 Ubah posisi pasien yang mobilitas minimal setiap dua jam , berdasarkan
jadwal spesifik .
 Dukungan latihan ROM aktif atau pasif , jika di perlukan .

Diagnose 3 : ansietas b.d perubahan status kesehatan


c. NOC
1) Tingkat ansientas : keparahan manifestasi kekhawatiran , ketegangan atau
perasaan tidak tenang yang muncul dari sumber yang tidak dapat di
identifikasi .
2) pengendalian diri ansientas : tindakan personal untuk menghilangkan
perasaan khawatir , tegang , atau perasaan tidak tenang akibat sumber
yang tidak dapat di identifikasi .
3) konsentrasi : kemampuan untuk fokus pada stimulus .
4) koping : tindakan personal untuk mengatasi tresor yang membebeni
sumber-sumber individu .

19
Tujuan/ kriteria evaluasi
a) ansientas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansientas hanya ringan
sampai sedang , dan selalu menunjukan pengendalian diri terhadap
ansientas konsentrasi dan koping.
b) Menunjukan pengendalian diri terhadap ansientas yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut( sebutkan 1-5 : tidak pernah, tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, atau selalu ).
 Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan
 Mempertahankan performa peran memantau distorsi persepsi
sensori
 Memantau manifestasi prilaku ansientas
 Menggunakan teknik relakasasi untuk meredakan ansientas

d. NIC
Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi
fisik,setiap
2) Kaji untuk faktor budaya yang menjadi penyebab ansientas
3) Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansientas dimasa lalu .
4) Reduksi ansientas ( NIC) : menentukan kemampuan pengambilan
keputusan pasien .

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


1) Informasi tentang gejala ansientas
2) Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic
dan gejala penyakit fisik .
3) Penurunan ansientas ( NIC) : intruksikan pasien tentang pengunaan teknik
relaksi jelaskan semua prosedur , termasuk sensasi yang hanya dialami
selama prosedur .

Aktivitas kolaboratif
1) Penurunan ansientas ( NIC)
Berikan obat ansientas jika perlu .

20
Akitivitas lain
1) Pada saat ansientas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman.
2) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan cara verbal pikiran
dan perasaan untuk mengeksnalisasikan ansientas.
3) Bantu pasien untuk memfokuskan situasi seperti ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansientas.
4) Dorong pasien untuk mengekspresikan kemerahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis.
5) Penurunan ansientas (NIC) : bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi
yang menentukan ansientas.

21
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN PRE OPERASI ORTHOPEDI
“FRAKTUR PATELA”
DI RUANG KENANGAN RSUD DR.RUBINI MEMPAWAH

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama :Tn.A

Umur :34 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-Laki

Alamat :Jl.Pasir Gumentar

Agama :Islam

Suku/Bangsa :Melayu / Indonesia

Pendidikan :SD

Pekerjaan :Swasta

Diagnosa Medis :Fraktur Patela

No.Rm :16 98 38

Dokter Yang Menangani :Dr.Budiman Sp.B

Tanggal Mrs :08-12-2015

Tanggal Pengkajian : :08-12-2015

Penanggung Jawab

Nama :Ny.S

Umur :42 Tahun

Alamat : Jl.Pasir Gumentar

Pekerjaan :Ibu Rumah tangga

22
Hubungan Dengan Klien :Kakak Kandung Klien

2. Keluhan Utama

Post kecalakaan lalu lintas dengan keluhan,klen mengatakan nyeri akibat


oleh luka robek dibawah patella kanan.

3. Riwayat Keluhan Utama

Klien masuk keruangan kenanga RSUD DR.RUBINI MEMPAWAH pada


tanggal 08 – 12- 2015 pukul 11.45 wib di karenakan klien mengalami
kecelakaan. Saat dikaji , klien mengatakan nyeri pada daerah patella di
karenakan terdapat luka robek dan jahitan daerah patella kanan bawah. Klien
juga mengatakan kaki kanannya susah di gerakan karena nyeri. Pasien tampak
bedrest . klien mengatakan takut untuk di operasi . nyeri pasien di ukur dengan

- P :saat diam dan bergerak


- Q :disayat-sayat
- R :patella dexstra
- S :berat (7-9)
- T :sering

4. Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya dan baru
pertama kali masuk rumah sakit

5. Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
dan penyakit generatif serta menular lainnya

6. Genogram

23
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
1. Kesadaran : Compos Mentis E4 M6 V5 GCS = 15
2. TTV : TD : 130/80 MmHg
N : 88 x / menit
RR : 20 x / menit
T : 38 ˚ C

b. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala simetris,warna rambut hitam, lesi (-)
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
diikontinuitas tengkorak

c. Mata
- Inspeksi : Penglihatan normal, bentuk simetris mata kanan dan kiri,
starbismus (-), konjungtiva non anemis, sclera non ikteris
- Palpasi : Nyeri tekan (-), bola mata teraba kenyal dan melenting

d. Hidung

- Inspeksi :bantuk simetris, terdapat lesi dibawah hidung dan dibatang


hidung, penciuman baik, tidak ada massa, tidak ada sekret, sumbatan
dan pendarahan
- Palpasi : nyeri tekan (-), panas (-)

e. Telinga

- Inspeksi : Bentuk Simetris, Serumen(`+)Tidak Banyak, Pendengaran baik,


Tidak Ada Sekret
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan Daerah Tragus

f. Leher

- Inspeksi : Tidak Ada Kaku Kuduk. Leher Simetris, Tidak Ada


Penonjolan vena Jagularis
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan, Arteri Karotis Teraba, Kelenjar
Limpa tidak Teraba/Panas(-)

24
g. Thorax

1) Paru-Paru
- Inspeksi :Bantuk Simetris, Repirasi Normal, Tidak Ada Lesi,
Tidak Ada Penggunaan Otot Bantu Pernafasan, Gerakan Dinding
Dada Simetris
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan, Tidak Ada Krepitas,
Massa(-)
- Perkusi :Resonan
- Auskultasi :Normal, Tidak Ada Suara Nafas Tambahan
2) Jantung
- Inspeksi :Iktus Kordis Tidak Teraba
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan
- Perkusi :Ics ko 3-5 Thoraks Simetris,
- Auskultasi :S1 S2 Reguler

h. Abdomen

- Inspeksi :Bentuk Simetris, Tidak Ada Lesi,Acites(-), Massa(-)


Umbilikus Tidak Menonjol
- Palpasi :Bising Usus 7 Kali/Menit Dan Relevan
- Perkusi :Tympani
- Auskultasi :Tidak Ada Nyeri Tekan, Hepar Tidak Teraba

i. Genetalia

Tidak Ada Penonjolan Daerah Inguinal, Hemoroid(-), Massa(-)

j. Integumen

- Inspeksi : Warna Kulit Sawo Matang, Terdapat Lesi Daerah Hidung,


Bibir, Tangan Kanan, Diatas Patella Kanan Dan Kaki Kiri Diatas Jari
- Palpasi :Tugor Kulit Normal

25
k. Ekstremitas
Tonus otot
5 5 5 5 5 5 5 5
( kanan ) 2 2 2 2 5 5 5 5 ( kiri )

Keterangan :

Ekstermitas Atas

- Tidak Ada Kelainan Di Ekstermitas Atas


- Terpasang Infus Di Tanggan Kiri

Ekstermitas Bawah

- Terdapat Fraktur Di Patella Kanan


- Kaki Kanan Tampak Bengkak, Nyeri (+), Deformitas(+)Daerah
Patella Kanan, Krepitasi (+)

Skor Pengukuran Kekuatan Tonus Otot

Skor Kriteria Kemampuan Tonus Otot Hasil

5 Kekuatan Otot Utuh,Mampu Melawan Gravitasi

4 Kekuatan Otot Sedikit Berkurang,Mampu Melawan Gravitasi


Sesaat Lalu Jatuh

3 Mampu Mengangkat Tangandangan Bantuan,Saat Bantuan


Silepaskan Tangan Ikut Jatuh

2 Hanya Mampu Bergeser Sedikit 

1 Hanya Mampu Menggerakan Ujung Ekstermitas

0 Tidak Mampu Bergarak Sama Sekali

26
8. Data Biologis
a. Pola Nutrisi

- Sebelum Sakit :Pasien Makan 3 Kali / Hari, Porsi makan Normal


- Saat Sakit : Pasien Makan 3 Kali / Hari, Porsi Rs Tidak Habis
Sisa ½ Porsi

b. Pola Minum

- Sebelum Sakit : Pasien Minum 1500-2000 Cc/ Hari


- Saat Sakit : Pasien Minum 1000-1500 Cc/ Hari

c. Pola Eliminasi

- Sebelum Sakit :Pasien Bab 1-2 Kali / Hari, Bak 4-6 Kali / Hari
- Saat Sakit :Pasian Bab 2 Hari Sekali Bak 2- 4 Kali / Hari
Pasien tidak terpasang kateter, Eliminasi BAK
pasien dibantu oleh keluarga menggunakan urinal

d. Pola Istirahat Tidur

- Sebelum Sakit :Pasien Tidur 7-8 Jam / Hari Pada Malam, Pada
Siang 1-2 Jam / Hari
- Saat Sakit :Pasien Tidur 5-7 Jam/ Hari Pada Malam, Kadang
Bangun Saat Malam Karena Nyeri Yang Dirasakan . Pada Siang Hari
Pasien tidak Pernah Tidur Siang

e. Pola Aktivitas
Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri Keterangan :

Makan / Minum  0 =Mandiri


Mandi 
1=Alat Bantu
Tolleting 
2=Dibantu Orang Lain
Berpakaian 
3=Dibantu Orang Lain
Mobilitas Di Tempat Tidur 
Dan Alat
Berpindah 
4=Tergantung Total
Ambulasi / Rom 

27
f. Pola Kebersihan

- Sebelum Sakit :Pasien Mandi 2 Kali / Hari ,Gosok Gigi 2 Kali / Hari
Pada Pagi Dan Malam Hari, kebersihan Pasien Terjaga
- Saat Sakit :Dari Pasien Masuk Rs Sampai Hari Kedua Pasien
Berada Rs , pola kebersihan pasien dibantu oleh keluarga, kondisi fisik
pasien tampak bersih

9. Data Psikologis
a. Status Emosi

Pasien Dapat Mengendalikan Emosi Dengan Baik

b. Konsep Diri
Konsep Diri Pasien Menurun Karena Sakit, Pasien Cemas Karena Akan
Dilakukan Tindakan Operasi. Pasien Tampak Gelisah Dan Gugup, Wajah Pasien
Tampak Tegang

c. Pola Hubungan Dan Interaksi

Hubungan Dan Interaksi Antara Pasien, Keluarga Dan Perawat Baik

d. Sistem Nilai Dan Keyakinan

Pasien Beragama Islam, Sebelum Sakit Pasien Rajin Beribadah

e. Gaya Komunikasi

Pasien Menggunakan Bahasa Verbal

10. Terapi

- Infus Rl 500 ml / 20 Tetes Permenit


- (Drip Keterolak 30 mg) pada infus
- Injeksi Omeprezol 1 X 40 mg
- Injeksi Kalnex 3 X 250 mg
- Injeksi Ondansentron 3x4 mg
- Injeksi Ceftriaxone 2x1000 mg

28
Oral
- Ulsidex 3x500mg
- Paracetamol 4x500mg
- Mucogard 3x500mg

11. Pemeriksaan Penunjang


Foto Rontgen

+ Pemeriksaan = Genu Dextra P,A /L

+ hasil = fraktur patella

B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subjektif : Trauma langsung Nyeri akut

- Pasien mengatakan nyeri
Fraktur tertutup
daerah patella kanan

P : pada saat dian dan
Kerusakan integritas tulang
bergerak ↓
Ketidakstabilan posisi organ
Q : disayat-sayat
fraktur apabila digerakkan
R : patella dextra ↓
Fragmen tulang yang patah
S : berat (7-9)
menusuki organ sekitar
T : sering ↓
Nyeri akut

Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- TTV: TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/m
R : 20 x/m
S : 37 ℃

29
2. Data Subjektif : Fraktur tertutup Hambatan

- Pasien mengatakan sulit mobilitas
Kerusakan integritas tulang
untuk bergerak karena nyeri
↓ ditempat tidur
- Pasien mengatakan sulit
Ketidakstabilan organ fraktur
membolak-balikkan posisi
apabila digerakkan
tubuhnya karena nyeri

Fragmen tulang yang patah
Data Objektif : menusuki organ sekitar

- Pasien tampak bedrest
Nyeri akut
- Pasien tampak meringis saat

merubah posisinya
Pergerakan sendi terhambat

Hambatan mobilitas di tepat
tidur

3. Data Subjektif : Fraktur tertutup Ansietas



- Pasien mengatakan tidak
Proses pembedahan
mau dioperasi

- Pasien mengatakan takut
Kurangnya informasi
untuk menjalani operasi

Koping tidak adekuat
Data Objektif :

- Pasien tampak gelisah Ansietas
- Pasien tampak gugup
- Wajah pasien tampak tegang

4. Data Subjektif : Fraktur tertutup Kerusakan



- Pasien mengatakan terdapat integritas kulit
Kehilangan integritas tulang
luka jahitan dipatella kanan
ketidakstabilan posisi fraktur
Data Objektif : ↓
fragmen tulang yang patah
- Terdapat luka jahitan
menusuk orga sekitar
dipatella kanan

- Terdapat luka lecet dihidung,
luka
bibir, tangan dan kaki

- Ada keluar darah daerah
kerusakan integritas kulit
patella kanan

30
C. DIAGNOSA MASALAH
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF
DITEMUKAN TERATASI
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen 08-12-2015
cedera fisik. Ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri daerah
patella kanan
P : pada saat dian dan bergerak
Q : disayat-sayat
R : patella dextra
S : berat (7-9)
T : sering

Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- TTV: TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/m
R : 20 x/m
S : 38 ℃

2. Hambatan mobilitas ditempat tidur 08-12-2015


berhubungan dengan nyeri sekunder
terhadap rusaknya integritas struktur
tulang. Ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan sulit untuk
bergerak karena nyeri
- Pasien mengatakan sulit membolak-
balikkan posisi tubuhnya karena
nyeri

Data Objektif :
- Pasien tampak bedrest
- Pasien tampak meringis saat
merubah posisinya

31
3. Ansietas berhubungan dengan 08-12-2015
perubahan status kesehatan atau
proses pembedahan. Ditandai dengan :
Data Subjektif
- Pasien mengatakan tidak mau
dioperasi
- Pasien mengatakan takut untuk
menjalani operasi

Data Objektif
- Pasien tampak gelisah dan gugup
- Wajah pasien tampak tegang

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan 08-12-2015


dengan faktor mekanik. Ditandai
dengan:
Data Subjektif
- Pasien mengatakan terdapat luka
jahitan daerah patella kanan

Data Objektif :
- Terdapat luka jahitan patella kanan
- Terdapat luka lecet dihidung, bibir,
tangan dan kaki
- Ada keluar darah daerah patella
kanan

32
E. RENCANA KEPERAWATAN

NO NOC NIC RASIONAL


1. Masalah keperawatan nyeri teratasi Pengkajian
setelah dilakukan tindakan 1. Minta pasien untuk menilai nyeri pada skala 0-10 1. Untuk memastikan skala nyeri pasien
2. Kaji dampak agama, budaya dan lingkungan terhadap 2. Untuk mengetahui respon pasien saat
keperawatan selama 3x24 jam.
respon nyeri pasien pengendalian nyeri
Dengan KH : 3. Manajemen nyeri (NIC): lakukan pengkajian nyeri yang 3. Untuk mengkaji nyeri pasien dengan jelas
komprehensif dan tepat
- Memperlihatkan pengendalian nyeri,
4. Gunakan kata-kata yang sesuai usia pasien 4. Hal ini mempermudah pasien menerima
yang dibuktikan oleh indikator
informasi
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, Penyuluhan untuk pasien /keluarga
sering atau selalu):
5. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat
Mengenali awitan nyeri.
khusus yang harus diminum 5. Pasien mengetahui dengan tepat obat yang
Menggunakan tindakan pencegahan. 6. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada di konsumsi
perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai 6. Agar dapat menindaklanjuti tindakan
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.
7. Manajemen nyeri (NIC): ajarkan tehnik non selanjutnya dalam penurunan nyeri
- Menunjukkan tingkat nyeri, yang farmakologik (misalny: relaksasi, imajinasi terbimbing, 7. Mengajarkan tehnik nafas dalam dapat
dibuktikan oleh indikator sebagai terapi musik, distraksi, terapi aktivitas, kompres mengurangi konsumsi obat
berikut (sebutkan 1-5 : sangat berat, hangat/dingin)
berat, sedang, ringan atau tida ada):
Ekspresi nyeri pada wajah. Aktivitas kolaboratif
8. Untuk mengetahui tindakan pengalihan
Gelisah atau ketegangan otot. 8. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan
nyeri dengan tepat
yang efektif dimasa lalu
Durasi episode nyeri. 9. Menghindari nyeri terjadi menjadi lebih
9. Manajemen nyeri (NIC): gunakan tindakan
berat
Merintih dan menangis. pengendalian nhyeri sebelum menjadi lebih berat

33
Aktivitas lain
10. Gunakan pendekatan yang positif untuk 10. Agar pasien percaya kepada perawat
mengoptimalkan respon pasien
11. Manajemen nyeri (NIC): kendalikan faktor lingkungan
11. Memberi rasa nyaman saat pasien
yang dapat merespon ketidak nyamanan
istirahat

2. Masalah keperawatan hambatan Pengkajian


mobilitas ditempat tidur teratasi 1. Lakukan pengkajian mobilitas pasien secara terus- 1. Untuk mengetahui sejauhmana mobilitas
menerus pasien
setelah dilakukan tindakan
2. Kaji tingkat kesadaran pasien 2. Untuk mengetahui kesadaran pasien
keperawatan selama 3x24 jam. 3. Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi (rentang 3. Untuk mengetahui kemampuan otot pasien
pergerakan)
Dengan KH :
- Mencapai mobilitas ditempat tidur, Penyuluhan untuk pasien/keluarga
yang dibuktikan oleh pengaturan 4. Untuk melatih otot pasien agar kembali
4. Latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk
posisi tubuh : kemauan sendiri, seperti semula dan tidak tegang
memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot
performa mekanika tubuh, gerakan 5. Membantu memperbaiki kesejajaran tubuh
5. Latih tehnik membalik dan memperbaiki kesejajaran
terkoordinasi, pergerakan sendi aktif
tubuh
dan mobilitas yang memuaskan.
- Mendemonstrasikan mobilitas, yang
Aktivitas kolaboratif
dibuktikan oleh indikator berikut 6. Membantu dalam penggunaan tindakan
(sebutkan 1-5 : gengguan ekstrem, 6. Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber yang tepat
berat, sedang, ringan atau tidak dalam penyuluhan rencana untuk mempertahankan
mengalami gangguan): dan meningkatkan mobilitas ditempat tidur
Koordinasi
Performa posisi tubuh Aktivitas lain
7. Untuk memudahkan pasien memanggil
Pergerakan otot dan sendi 7. Tempatkan tombol atau lampu pemanggil bantuan
bantuan jika pasien membutuhkan bantuan
ditempat yang mudah diraih

34
8. Berikan alat bantu (misalnya: trapaze) 8. Untuk membantu aktivitas pasien
9. Berikan penguatan positif selama aktivitas
10. Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum 9. Untuk memotivasi pasien mau bergerak
memulai latihan atau terapi fisik 10. Nyeri dapat menghambat latihan
11. Pastikan rencana perawatan mencakup jumlah
personel yang dibutuhkan untuk membalik posisi tubuh 11. Agar tindakan latihan dapat dilakukan
secara optimal dan maksimal

3. Masalah keperawatan cemas Pengkajian


teratasi setelah dilakukan tindakan 1. Gali bersama pasien tentang tehnik yang berhasil dan 1. Tehnik yang berhasil, mampu menurunkan
tidak berhasil menurunkan ansietas kecemasan
keperawatan selama 2x24 jam.
2. Reduksi ansietas (NIC): menentukan kemampuan 2. Memantau kemampuan pasien dalam
Dengan KH: pengambilan keputusan pasien menghadapi masalah ansietas
- Ansietas berkurang, dibuktikan oleh
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
bukti tingkat ansietas hanya ringan
3. Penyuluhan membantu pasien dan
sampai sedang, dan selalu 3. Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis
keluarga mendapat informasi yang jelas
menunjukkan pengendalian diri termasuk kebutuhan untuk pengulangan
4. Agar pasien mengetahui gejala pada
terhadap ansietas, konsentrasi dan 4. Informasikan tentang gejala ansietas
ansietas
koping. 5. Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan
5. Agar keluarga mengetahui gejala panik dan
- Menunjukkan pengendalian diri antara panik dengan gejala penyakit fisik
penyakit fisik
terhadap ansietas, yang dibuktikan 6. Penurunan ansietas (NIC): instruksikan pasien tentang
6. Relaksasi membantu pasien lebih tenang
oleh indikator sebagai berikut penggunaan relaksasi
(sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering atau selalu): Aktivitas kolaboratif
Mempertahankan performa
7. Penurunan ansietas (NIC): berikan obat untuk 7. Obat yang tepat membantu menenangkan
peran menurunkan ansietas pasien
Memantau manifestasi
perilaku ansietas

35
Menggunakan tehnik relaksasi Aktivitas lain 8. Pendekatan akan membuat pasien merasa
tenang
untuk meredakan ansietas 8. Pada pasien ansietas berat, dampingi pasien, bicara
9. Motivasi dari orang lain, akan membuat
tenang dan berikan ketenangan dan kenyamanan
pasien bersemangat
9. Berikan dorongan kepada pasien untuk
10. Tehnik pengalihan akan menurunkan
mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas
kecemasan pasien
10. Sediakan pengalihan melalui televisi, komunikasi
11. Keyakinan dari orang lain
untuk menurunkan ansietas
menguatkan pasien menghilangkan
11. Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan dan
ketakutan
sikap empatik
12. Membantu mengalihkan kecemasan
12. Penurunan ansietas (NIC):
pasien
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Berikan pijatan jika perlu

4. Masalah keperawatan Pengkajian


kerusakan integritas kulit teratasi 1. Perawatan area insisi (NIC): inspeksi adanya 1. Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
kemerahan, pembengkakan, atau tanda-tanda
setelah dilakukan tindakan
eviserasi
2. Melihat keadaan balutan tetap bersih atau
keperawatan selama 3x24 jam. 2. Perawatan luka (NIC): inspeksi luka pada setiap
kotor
mengganti balutan
Dengan KH:
3. Kaji luka terhadap karakteristik:
- Menunjukkan integritas jaringan: - Lokasi, luas dan kedalaman 3. Untuk mengetahui keadaan luka pasien
kulit dan membran mukosa, yang - Ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi secara keseluruhan
dibuktikan oleh indikator berikut - Ada atau tidaknya jaringan nekrotik
(sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan atau tidak ada Penyuluhan untuk pasien/keluarga
gangguan): 4. Membantu mengajarkan keluarga untuk
4. Ajarkan perawatan luka, termasuk tanda dan gejala
Keutuhan kulit perawatan dirumah
infeksi, cara mempertahankan luka tetap kering saat
Tekstur dan ketebalan jaringan mandi

36
Perfusi jaringan Aktivitas kolaboratif
- Menunjukkan penyembuhan luka: 5. Konsultasikan pada dokter tentang pemberian nutrisi 5. Untuk mengetahui makanan yang tidak
primer yang dibuktikan oleh untuk meningkatkan proses penyembuhan luka boleh dikonsumsi oleh pasien
indikator sebagai berikut (sebutkan 6. Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS
1-5 : tidak ada, sedikit, sedang, (transcutancus Electrical Nerve Stimulation) untuk
6. Tehnik TENS meningkatkan penyembuhan
banyak atau sangat banyak): peningkatan penyembuhan luka
luka dengan cepat
Penyatuan kulit
Pembentukan jaringan parut Aktivitas lain
- Menunjukkan penyembuhan luka: 7. Lakukan perawatan luka atau kulit secara rutin meliputi:
7. Perawatan luka secara rutin, membantu
sekunder, yang dibuktikan oleh - Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari
proses penyembuhan dengan cepat dan
indikator berikut (sebutkan 1-5 : kelembapan yang berlebihan
tepat
tidak ada, sedikit, sedang, banyak 8. Bersihkan balutan luka dengan menggunakan prinsip
atau sangat banyak): steril atau tindakan aseptik
Granulasi 8. Balutan yang bersih akan terhindar dari
mikroorganisme yang dapat mempengaruhi
Penyusutan luka
keadaan luka

37
F. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI

Dx Tgl/ jam CatatanKeperawatan Evaluasi Paraf

I 8-12-2015 1. Mengkaji nyeri pasie S: Pasien mengatakan nyeri patella kanan


R/ P : Pada saat diam dan bergerak - P : Pada saat diam dan bergerak
Q: Di sayat-sayat - Q: Di sayat-sayat
R: Patella dextra - R: Patella dextra
S: berat (7-9) - S: berat (7-9)
T: sering - T: sering
2. Mengajarkan teknik non farmakologi O : - Pasien tampak meringis
R/ nyeri berkurang, pasien tenang -TTV : TD : 130/80 mmHg
3. Mengkaji nyeri menggunakan kata-kata yang sesuai usia N : 88 x/m
pasien R : 20 x/m
R/ pasien mengatakan dapat menerima informasi dengan jelas S : 38 °C
4. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi A : Masalah nyeri belum teratasi
ketidaknyamanan P :Intervensi dilanjutkan
R/ membatasi pengunjung ,pasien tampak tenang

38
5. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik - Kaji nyeri pasien
pengendalian nyeri - Ajarkan teknik non farmakologi
R/ Inj -Ketorolac 2x30 mg, Ondansentron 2x - Kendalikan faktor lingkungan
- Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian
analgetik
II 8-12-2015 1. Mengkaji kesadaran pasien S: - psien mengatakan sulit bergerak karena nyeri
R/ kesadaran pasien compos mentis - pasien mengatakan sulit membolak-balikkan
2. Melatih rentang pergerakan sendi pasien untuk memperbaiki posisi tubuh nya karena nyeri
kekuatan otot pasien O : - pasien tampak bedrest
R/ pasien mengikuti dengan baik dengan bantuan perawat - pasien masih tampak meringis saat merubah
3. Mengajarkan proses berpindah pasien posisinya
R/ pasien dapat berpindah dengan bantuan perawat A : Masalah hambatan mobilitas ditempat tidur belum
4. Melatih tehnik miring pasien untuk memperbaiki kejajaran tubuh teratasi
R/ pasien dapat miring dengan bantuan perawat P : intervensi dilanjutkan
5. Memberikan alat bantu untuk membantu aktivitas pasien - latih rentang pergerakan sendi pasien
R/ pasien senang menggunakan tongkat bila ingin ketoilet - ajarkan proses berpindah pasien
6. Memberikan penguatan positif selama pasien beraktivitas - latih tehnik miring pasien untuk memperbaiki
R/ paien terus berusaha berpindah ditempat tidur secara kejajaran tubuh pasien
mandiri walau perlahan-lahan - beri alat bantu untuk membantu pasien aktivitas
- berikan penguatan positif selama pasien aktivitas

39
III 8-12-2015 1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien S : - Pasien mengatakan tidak mau di operasi
R/ pasien mengatakan takut bila di operasi - pasien mengatakan takut menjalani operasi
2. mengkaji bersama pasien tentang teknik yang berhasil O : - pasien tampak gelisah
menurunkan ansietas di masa lalu - pasien tampak gugup
R/ cemas bisa berkurang bila pasien menggunakan teknik - wajah pasien tampak tegang
relaksasi nafas dalam A : Masalah cemas belum teratasi
3. menginstrusikan kepada pasien menggunakan relaksasi untuk P : intervensi di lanjutkan
menurunkan cemas - kaji tingkat kecemasan pasien
R/ pasien kooperatif,cemas berkurang - instruksikan pasien menggunakan relaksasi untuk
4. meyakinkan pada pasien untuk menghilangkan ansietas menurunkan nyeri
R/ pasien terlihat gelisah dan tegang - yakinkan pada pasien untuk menghilangkan
5. menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien ansietas
R/ pasien merasa tenang apabila keluarga mendampingi - anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi
pasien
IV 8-12-2015 1. Mengkaji adanya luka S : asien mengatakn terdapat luka jahitan daerah
R/ terdapat luka jahitan daerah patella kanan dan terdapat patella kanan
luka lecet di hidung,bibir,tangan dan kaki
2. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi O:
R/ tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan namun - Keutuhan kulit tidak terganggu
terdapat nyeri daerah patella kanan - Tekstur dan ketebalan jaringan sedang

40
3. Membersihkan balutan luka dengan prinsip steril atau tindakan - Perfusi jaringan sedang
aseptic - Penyatuan kulit baik
R/ balutan pasien terlihat kotor dan banyak darah sebelum di - Pembentukan jaringan parut tidak ada
ganti
4. Menginstrukan pasien dan keluarga untuk menjaga balutan A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
agar tetap bersih P: Intervensi dilanjutkan
R/ keluarga dan pasien kooperatif - kaji ada tanda-tanda infeksi
5. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian nutrisi - bersihkan balutan luka pasien
yang tepat - instrusikan pasien dan keluarga untuk menjaga
R/ pasien mengatakan tidak memantangi makanan yang kebersihan balutan luka
dikonsumsi - kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi
I 9-12-2015 1. Mengkaji nyeri pasien S : Pasien mengatakan masih nyeri daerah patella
R/ P : pada saat diam & bergerak
kanan
Q: ditusuk-tusuk
P : pada saat diam & bergerak
R : patella dextra
Q : ditusuk-tusuk
S : sedang ( 5 )
R : patella dextra
T : kadang-kadang
S : sedang ( 5 )
2. Mengajarkan kembali tehnik relaksasi nonfarmakologik
T : kadang-kadang
R/ pasien kooperatif, nyeri berkurang pasien tenang
3. Mengendalian faktor lingkungan

41
R/ membatasi pengunjung pasien tenang O :Pasien masih tampak meringis
4. Mengkolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri
A : masalah nyeri belum teratasi
R/ infus RL 500 ml drip ketorolac 30 mg 20 TPM
P : intervensi dilanjutkan
Injeksi ondansentron 3x4 mg
- Kaji nyeri pasien
Injeksi omepraol 1x40 mg
- Observasi penggunaan tehnik relaksasi
Injeksi kalnex 3x250 mg - Kendalikan faktor lingkungan
- Kolaborasi pemberian analgetik
Oral ulsidex 3x500 mg

II 9-12-2015 1. Melatih kembali rentang pergerakkan sendi pasien untuk S :Pasien mengatakan masih sulit bergerak karena nyeri
memperbaiki kekuatan otot pasien
O:
R/ pasien dapat bergerak masih dengan bantuan orang lain
- Koordinasi tidak ada gangguan
2. Mengajarkan kembali pasien proses berpindah
- Performa posisi tubuh baik
R/ pasien berpindah masih dengan bantuan orang lain
- Pergerakan otot dan sendi sedang
3. Melatih kembali tentang tehnik miring - Skor kekuatan otot kaki kanan pasien ( 3 )
R/ pasien miring dengan bantuan orang lain
A : masalah hambatan mobilitas ditempat tidur belum
4. Memberikan alat bantu untuk membantu pasien aktivitas
R/ pasien menggunakan tongkat jika pergi ketoilet teratasi
5. Memberikan penguatan positif selama aktivitas
R/ pasien dapat mengeser kakinya yang fraktur secara
P : intervensi dilanjutkan
mandiri
- Latih rentang pergerakkan sendi
- Observasi proses berpindah
- Observasi tehnik miring
- Berikan penguatan positif selama aktivitas

42
III 9-12-2015 1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien S :Pasien mengatakan sudah tidak takut untuk menjalani
R/ pasien mengatakan tidak takut lagi untuk operasi v
operasi
2. Menginstruksikan pasien menggunakan relaksasi menurunkan
O:
cemas
R/ pasien tampak tenang - Koping pasien baik
- Performa peran pasien baik saat sakit
3. Meyakinkan kembali pada pasien untuk menghilang ansietas
- Pasien sudah tidak menggunakan tehnik
R/ pasien tampak yakin dan tenang
relaksasi untuk meredakan cemas karena pasien
4. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi pasien sudah tidak cemas
R/ keluarga selalu mendampingi pasien A : masalah cemas teratasi
P : intervensi dihentikan

IV 9-12-2015 1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi S :Pasien mengatakan luka jahitan daerah patella
R/ tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan diluka
kanan sudah mulai kering
daerah patella kanan
O:
2. Membersihkan balutan luka dengan mengunakan prinsip steril
- Keutuhan kulit tidak ada gangguan
R/ balutan luka terlihat bersih setelah diganti
- Penyatuan kulit baik
3. Menginstruksikan keluarga dan pasien untuk menjaga balutan - Pembentukan jaringan parut tidak ada
agar tetap bersih A : masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
R/ keluarga dan pasien kooperatif
P : intervensi dilanjutkan
4. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi
R/ pasien tidak memantang makanan yang dikonsumsinya
- Kaji keadaan luka
- Bersihkan balutan luka pasien
- Instruksikan keluarga dan pasien untuk menjaga
kebersihan balutan luka

43
I 10-12-2015 1. Mengkaji nyeri pasien S : Pasien mengatakan nyeri daerah patella kanan
R/ P : pada saat bergerak berat
15.00 wib berkurang
Q: ditusuk-tusuk
- P : pada saat bergerak berat
R : patella dextra
- Q : ditusuk-tusuk
S : ringan ( 3 )
- R : patella dextra
T : sewaktu-waktu
- S : ringan ( 3 )
2. Mengobservasi pengunaan tehnik relaksasi nonfarmakologik
R/ pasien melakukan dengan baik dan tampak tenang - T : sewaktu-waktu

3. Mengendalian faktor lingkungan


R/ membatasi pengunjung pasien tenang O :Pasien terlihat tenang
4. Mengkolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri
A : masalah nyeri teratasi sebagian
R/ infus RL 500 ml drip ketorolac 30 mg 20 TPM
Injeksi ondansentron 3x4 mg
P : intervensi dihentikan
Injeksi omepraol 1x40 mg
( pasien pulang )
Injeksi kalnex 3x250 mg

II 10-12-2015 1. Melatih kembali rentang pergerakkan sendi pasien untuk S :Pasien mengatakan sudah bisa duduk dan bergerak
memperbaiki kekuatan otot pasien
15.00 wib ditempat tidur secara mandiri
R/ pasien dapat bergerak secara mandiri
O:
2. Mengobservasi pasien proses berpindah
R/ pasien dapat duduk secara mandiri - Koordinasi tidak ada gangguan
- Performa posisi tubuh baik
3. Mengobservasi pasien tentang tehnik miring
- Pergerakan otot dan sendi ringan
R/ pasien dapat miring secara mandiri
-

44
4. Memberikan penguatan positif selama aktivitas A : masalah hambatan mobilitas ditempat tidur teratasi
R/ pasien dapat mengeser kakinya yang fraktur secara mandiri
sebagian
P : intervensi dihentikan
( pasien pulang )

IV 10-12-2015 1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi S : Pasien mengatakan luka dipatella kanan sudah kering
R/ tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka daerah patella
15.00 wib O:
kanan
- Keutuhan kulit tidak ada gangguan
2. Mengkaji keadaan luka pasien - Penyatuan kulit baik
R/ luka pasien tampak kering dan tampak bersih - Pembentukan jaringan parut tidak ada
3. Mengganti balutan luka dengan mengunakan prinsip steril
R/ balutan luka pasien tampak bersih A : masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
4. Menginstruksikan keluarga dan pasien untuk menjaga balutan
agar tetap bersih
P : intervensi dihentikan
R/ keluarga dan pasien kooperatif
( pasien pulang )

45
BAB IV PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah pasien sehingga dapat memberikan arah terhadp
tindakan keperawatan.
Pengkajian kepada pasien dilakukan pada tanggal 08 Desember
2015. Pada tahap ini melakukan pengkajian dasar, dari identitas pasien,
riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, data biologis, data psikologis,
terapi yang diberikan, dan pemeriksaan penunjang. Pengkajian data dasar
ini dilakukan dengan cara wawancara dengan pasien, mengobservasi
keadaan pasien serta wawancara kepada perawat ruangan kenanga
RSUD Dr. Rubini mempawah.

Hasil dari pengkajian tersebut menunjukan tidak jauh berbeda data


fokus yang di dapatkan pada tinjauan kasus dengan tinjauan tiori yang ada,
hanya saja ada beberapa data yang berbeda salah satunya pada tinjauan
kasus terdapat penurunan kekuatan tonus otot karena fraktur tejadi pada
ekstermitas bawah, namun hal ini tidak mengakibatkan pasien hingga
kehilangan fungsi ekstremitas bawah secra keseluruhan.

B. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil analisa data pada tanggal 08 desember 2015 didapatkan
data yang hampir sesuai dengan manifestasi klinis penyakit, sehingga masalah
keperawatan yang muncul yaitu :

1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas di tempat tidur
3. Ansietas
4. Kerusakan integritas kulit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data, kami mendapatkan diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat yaitu :

46
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan nyeri sekunder
terhadap rusaknya integritas struktur tulang
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau proses
pembedahan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

Pada diagnosa keperawatan ini tidak banyak terdapat perbedaan dengan


patofisiologi penyakit, hanya saja pada Mobilitas pasien yang diangkat sebagai
diagnosa keperawatan adalah Hambatan mobilitas di tempat tidur bukan
hambatan mobilitas fisik, karena data pengkajian yang didapatkan tidak memenuhi
batasan karakteristik untuk pengangkatan diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
tetapi sesuai dengan batasan karakteristik Hambatan mobilitas di tempat tidur.

D. INTERVENSI
Pada tahap perencanaan terdiri dari perumusan tujuan, sasaran dan
penyusunan rencana tindakan. Hal ini telah dilaksanakan sesuai dengan
konsep. Dalam rangka penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi
masalah kesehatan Mahasiswa bekerja sama dengan pasien untuk
memberikan gambaran rinci kondisi yang sedang di alami pasien .
Adapun intervensi keperawatan yang akan di lakukan disesuaikan
dengan tinjauan pustaka yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
di angkat yang bersumber dari buku saku diagnosa keperawatan diagnosis
NANDA intervensi NIC kriteria hasil NOC yang diolah sebagai acuan
perencanaan .

E. IMPLEMENTASI
Tahap pelaksanaan merupakan lanjutan dari tahap perencanaan
dimana kita mengaplikasikan dari tahap perencanaan yang sudah kita buat
dan ini merupakan upaya dari mengatasi masalah kesehatan yang
ditemukan dalam perencanaan berdasarkan analisa pada tahap pelaksanaa.
Adapun implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat dengan aplikasinya disesuaikan dengan
kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di lapangan.

47
F. EVALUASI
Evaluasi diarahkan pada program yang telah direncanakan, untuk melihat
tingkat keberhasilan yang dicapai. Dengan metode pencatatan SOAP pada
evaluasi tindakan keperawatannya dimana indikator kriteria hasil NOC pada
intervensi keperawatan NIC sebagai acuan pada tahap evaluasinya.

Evaluasi yang dilakuakan dinilai berdasarkan diagnosa yang diambil setiap


harinya, pada diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen
cidera fisik, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sekunder
terhadap rusaknya integritas struktur tulang Dan Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan faktor mekanik dilakukan evaluasi selama 3x24 jam.
Sedangkan, untuk diagnosa keperawatan Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan atau proses pembedahan di lakukan evaluasi selama
2x24jam.

48
BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004).
Sedangkan fraktur patella adalah fraktur yang terjadi pada daerah patella.

Pada kasus Tn.A dengan fraktur Patella yang digolongkan sebagai Fraktur
Tertutup. Fraktur disebakan karena trauma. Terdapat manifestasi klinis serta
komplikasi sebagai akibat fraktur.Pemeriksaan diagnostik pada fraktur meliputi;
Foto Rontgen, Pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah.Penatalaksanaan
terapetik meliputi ; Pengobatan dan Reduksi.Pengkajian pada fraktur meliputi ;
Riwayat fraktur, Muskuloskeletal, Neurologi, integumen, nadi, neuromuskular.
Asuhan keperawatan ditujukan pada penyelesaian masalah aktual maupun
potensial dengan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera fisik


2. Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan nyeri
sekunder terhadap rusaknya integritas struktur tulang
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
proses pembedahan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah dengan tema yang sama, pembaca
dapat lebih melengkapi teori dan meningkatkan ketelitian dalam melakukan
pengkajian guna meningkatkan kesempurnaan makalah.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin,Hardi.(2013).Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis


Medis dan NANDA NIC NOC.Jogyakarta.Media Action
2. Black (1997). Medical surgical nursing. Philadelpia: WB Saunders Company
3. Brunner & Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
vol 3. EGC : Jakarta.
4. Lewis (2000). Medical surgical nursing. St Louis: Mosby
5. Mansjoes, A dkk (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid edisi 3. Jakarta :
Media Aesulapius
6. Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4.
Jakarta: EGC
7. Smeltzer & Baro (2012), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC ,
Jakarta.
8. Smeltzer, S. C. (2008). Medical Surgical Nursing. Brunner & Suddart. Ed. 8.
Jakarta: EGC
9. Wilkinson,Nancy.(2012).Buku Saku Diagnosis Keperawatan-Diagnosis
NANDA, intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.Edisi 9. Jakarta.ECG
10. www.Scribd.com

50

Anda mungkin juga menyukai