Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Sdr. H DENGAN PRE DAN POST ORIF PLATE & SCREW
FRAKTUR CRURIS DEXTRA 1/3 ATAS TERTUTUP
DIRUANG KANA RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

Studi Kasus
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Masa Orientasi Perawat Baru
di RS Mardi Rahayu Kudus

Disusun oleh :
Partiyem, AMK

RUMAH SAKIT ” MARDI RAHAYU ” KUDUS


TAHUN 2009
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................

Daftar Isi ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar belakang ..............................................................................

B. Tujuan penulisan ...........................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................

A. Definisi .........................................................................................

B. Etiologi .........................................................................................

C. Patofisiologi ..................................................................................

D. Pathway ........................................................................................

E. Manifestasi Klinis .........................................................................

F. Komplikasi ...................................................................................

G. Penatalaksanaan ............................................................................

H. Data Penunjang .............................................................................

I. Diagnosa Keperawatan .................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS ...........................................................................

Pre Op..................................................................................................

A. Pengkajian ....................................................................................

B. Analisa data ..................................................................................

C. Intervensi keperawatan .................................................................

D. Implementasi ................................................................................
Post op ................................................................................................

A. Pengkajian ....................................................................................

B. Analisa Data .................................................................................

C. Intervensi Keperawatan ................................................................

D. Implementasi ................................................................................

BAB IV PENUTUP ..........................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................

B. Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

A. Pendidikan Kesehatan

B. Leaflet

C. Brosur Obat

D. Lembar Konsultasi Asuhan Keperawatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pelayanan kesehatan seharusnya mendorong perawat untuk

meningkatkan profesionalismenya baik dalam fungsi sebagai pendidik,

advokat, peneliti maupun sebagai pelaksanan asuhan keperawatan, masalah

kesehatan seringkali membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan

seseorang apalagi bila masalah tersebut sampai menghambat aktivitas

kesehatan atau pekerjaan dan salah satu masalah tersebut adalah fraktur.

Fraktur / patah tulang dapat terjadi pada semua kalangan tanpa batas

usia baik pria maupun wanita, khususnya bagi individu dengan tingkat

aktivitas tinggi rawan terhadap fraktur. Kota kudus sebagai kota industri dan

terletak pada jalur pantura yang cukup ramai, secara teknis mempunyai

kecenderungan yang tinggi terhadap terjadinya fraktur yang khususnya

disebabkan oleh karena kecelakaan lalu lintas.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk membuat asuhan keperawatan

klien dengan fraktur, karena kasus ini termasuk 10 besar penyakit di Ruang

Kana Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus antara Desember sampai Januari ada

60 kasus dengan KLL fraktur.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengertian, penyebab, komplikasi dan teknik

keperawatan serta memahami Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post

Operasi Fraktur.

2. Tujuan khusus

a. Untuk melengkapi tugas dalam rangka orientasi 6 bulan perawat baru

di rumah sakit mardi rahayu kudus.

b. Menambah pengetahuan tentang pengelolaan pasien dengan fraktur

cruris pre dan post operasi sehingga perawat mampu melaksanakan

asuhan.

c. Keperawatan dengan lebih profesional dan terencana.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang-tulang rawan sendi

(Ester Monika, 2001).

Fraktur adalah terjadinya interupsi baik sebagian atau seluruh jaringan tulang

(Barbara CL, 2000).

Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh ruda paksa (Arief Mansjoer, 2000 : 346).

Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan karena ruda paksa.

Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dibedakan menurut bentuk patah tulang dan garis patah

tulang.

1. Klasifikasi menurut bentuk patah tulang

a. Close (simple fracture) atau fraktur tertutup

Adalah fraktur yang tidak komplit berhubungan dengan daerah fraktur

di mana fraktur atau tulang tidak menembus kulit.

b. Open fracture atau fraktur terbuka

Adalah fraktur yang mengakibatkan luka atau kerusakan kulit dimana

bagian dari tulang yang patah menembus otot dan kulit dan

berhubungan dengan lingkungan luar, kulit dan berhubungan langsung

dengan udara luar.


Grade I : Kerusakan kulit dengan kerusakan jaringan yang minimal.

Grade II : Seperti grade I dengan komtusio kulit dan otot.

Grade III : Besarnya luka lebih dari 6 – 8 cm dengan kerusakan

pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

c. Fraktur komplet

Adalah fraktur dimana garis fraktur meliputi seluruh garis tulang,

fragmen tulang biasanya tidak pada tempatnya, periosteum rusak pada

kedua sisi tulang.

d. Fraktur inkomplet (partial)

Adalah garis fraktur memanjang sebagian melewati tulang sehingga

kontinuitas tulang tidak rusak seluruhnya.

e. Fraktur patologi

Merupakan akibat dari gangguan tulang seperti osteoporosis atau

tumor biasanya terjadi dengan trauma minimal.

f. Fraktur dengan perubahan posisi

Adalah posisi ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang

patah.

g. Fraktur tanpa perubahan posisi

Merupakan posisi patah tulang pada tempatnya yang normal.

h. Comuited posisi patah tulang tulang patah menjadi beberapa fragmen.

i. Implacted (Telescoped) fraktur : Dimana salah satu ujung tulang

menancap pada yang lain.


2. Klasifikasi menurut garis patah tulang

a. Green stick yaitu pada salah satu sisi tulang (sering terjadi pada anak

dengan tulang lembek).

b. Transvese yaitu patah tulang dengan garis menyilang pada tulang.

c. Spiral yaitu garis fraktur mengelilingi tulang.

d. Commuited yaitu garis fraktur dimana terdapat tiga atau lebih jaringan

tulang (Barbara CL, 2000).

Stadium Penyembuhan Tulang

Proses penyembuhan frakture berbeda-beda tergantung dari bagian fraktur

yang terkena akan tetapi biasanya stadium penyembuhan melalui 5 tahap

berikut :

1. Fase hematoma

Terputusnya pembuluh darah pada tulang yang patah akan mengakibatkan

perdarahan terjadi ± 48-72 jam pertama setelah trauma, hematoma

biasanya terbentuk sekitar periostium dan otot.

2. Fase proliferasi / granulasi

Osteoblast dan Fibroblas bermigrasi untuk membentuk granulasi sebagai

tahap awal penyembuhan sehingga terbentuk vaskularisasi dan proliferasi

sel disekitar fraktur. Fase ini biasanya terjadi antara 2 hari – 1 minggu

setelah trauma.

3. Fse callus

Osteoblast membentuk callus yang menyatukan jaringan tulang yang

patah, kemudian callus ditransformasikan dari jaringan ke tulang. Terjadi


antara 6 – 10 hari setelah trauma. Pada fase ini diameter tulang bertambah

namun belum ada kekuatan.

4. Fase kalsifikasi / konsolidasi

Callus mengeras dan terjadi proses konsolidasi ditandai dengan tulang

yang tadinya patah menyatu, kemudian tulang menjadi matur, terjadi pada

minggu ke 3 – 10 setelah trauma.

5. Fase remodelling

Osteoblast dan sel pagosit memindahkan reruntuhan jaringan dan tulang

yang nekrotik diresorbsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan patah tulang

1. Imobilisasi daerah fraktur dengan baik

2. Suplai darah yang terkena fraktur secara adekuat

3. Nutrisi yang memadai bagi perbaikan jaringan misal diet tktp

4. Hormon-hormon pertumbuhan

5. Tidak adanya komplikasi secara dini dan usia.

B. Etiologi

Macam-macam penyebab frakture antara lain :

1. Frakture akibat trauma

Jika kekuatan langsung mengenai tulang, maka dapat terjadi patah pada

tempat yang terkena. Hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan

lunak di sekitarnya jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang, maka

dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena
kekuatan dan kerusakan jaringan lunak dan ditempat fraktur mungkin

tidak ada.

2. Frakture patologis disebabkan oleh proses penyakit seperti osteoporosis /

kanker tulang.

3. Torsio yaitu frakture yang terjadi pada titik perputaran dari lokasi tekanan.

Misalnya memutar kaki dengan sangat kuat dapat mematahkan tulang kaki

(Barbara C. Long, 2000).

C. Patofisiologi

Ketika tulang patah pembuluh darah dibagian korteks sumsum dan

jaringan lunak sekitarnya akan terganggu. perdarahan terjadi di ujung tulang

yang patah dan dari jaringan lunak didekatnya.

Cidera pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang

menentukan pembedahan segera dapat menimbulkan pembengkakan sekitar

daerah cidera / deformitas akibat terputusnya kontinuitas tulang. Apabila

ditahan atau digerakkan dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga

dapat mengakibatkan syok neurogenik. Sedangkan kerusakan pada sistem

persyarafan akan menimbulkan kehilangan sensori yang dapat berakibat

paralisis yang menetap. Pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak karena

hilangnya fungsi pada daerah yang cidera.

Kerusakan pada kulit dan jaringan lainnya dapat timbul oleh karena

trauma patah tulang apabila kulit robek atau luka dan terjadi hubungan antara

udara luar dengan tulang yang patah, maka mengakibatkan kontinuitas

sehingga resiko infeksi sangat besar.


Akibat tindakan pembedahan fase pasca pembedahan diarahkan untuk

mengembalikan fungsi optimal dari organ tubuh secepat mungkin, proses

penyembuhan tulang harus ditingkatkan dan komplikasi pasca operasi harus

dicegah.

Pada tindakan ORIF (Open Reduction and Internal Fiksation)

dilakukan pembedahan untuk memasang implant langsung pada tulang.

Tindakan ini dilakukan dengan pengaruh anestesi. Insisi dibuat pada daerah

yang patah sehingga memungkinkan dilakukan reposisi dan immobilisasi

fragmen tulang. Tindakan ini akan menimbulkan luka yang mengakibatkan

”Port de entry” atau jalan masuk bagi mikroorganisme, sehingga

memungkinkan terjadinya infeksi. Insisi atau sayatan yang dibuat sewaktu

operasi juga potensial merusak jaringan syaraf dan pembuluh darah, hal ini

menyebabkan resiko perdarahan yang mengakibatkan hipovolemi dan

gangguan nyeri.

Fraktur tertutup dengan gangguan neurovaskuler. Fraktur tulang

panjang dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak dan perdarahan

yang keluar dapat menimbulkan tekanan pada ”compartement otot” dan

memberikan gejala ”compartement Syndrome”, keadaan terakhir ini sering

terjadi pada fraktur pada tungkai bawah dan lengan bawah. Pemeriksaan neoru

vaskuler distal perlu dilakukan dengan cermat terutama pada tungkai atau

lengan yang mengalami pembengkakan dan kulit yang tegang. Rasa

kesemutan atau nyeri diujung jari dan selanjutnya bila dilakukan pemeriksaan

dengan mengekstensikan ujung jari akan menjadi lebih sakit maka keadaan
tersebut adalah tanda awal dari ”Compartement Syndrome” gejala seperti

pucat, dingin, mata rasa atau kulit menjadi gelap pada ujung jari adalah tanda-

tanda yang telah lanjut dan pengenalan yang terlambat terhadap

”compartement syndrome” dapat berakhir dengan kematian jaringan distal

dari fraktur. (dr. H. Nur Abadi, MM, Msi : 2007)


D. Pathway

Torsi Trauma Patologis

FRAKTUR

Penekanan pada Penekanan tulang Penekanan tulang Penanganan ORIF


pembuluh darah ke jaringan sekitar pada otot Deformitas

Anda mungkin juga menyukai