LAPORAN PENDAHULUAN
CLOSE FRACTURE NECK FEMUR
LONTARA 2 BAWAH BELAKANG (BEDAH ORTHOPEDI)
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
Oleh
(................................................. ) (................................................. )
PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
KONSEP MEDIS
Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125) karena pelvis
lebih lebar dan femur lebih pendek. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian
leher yang tebal, yang terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada
permukaan anterior dan krista intertrokanter di permukaan posterior tulang membatasi
bagian leher dan bagian batang. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol.
Trokanter besar dan trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakan
persendian panggul. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja.
Linea aspera, yaitu lekak kasar untuk perlekatan beberapa otot. Ujung bawah batang
melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral. Pada permukaan posterior, dua
kondilus tersebut membesar dengan fosa interkondiler yang terletak di antara keduanya.
Area triangular di atas fosa interkondiler disebut permukaan popliteal. Pada permukaan
anterior, epikondilus medial dan lateral berada di atas dua kondilus besar. Permukaan
artikular halus yang terdapat di antara kedua kondilus adalah permukaan patellar. Yang
berbentuk konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut) (Risnanto & Insani, 2014).
B. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya
yang disebabkan oleh trauma atau benturan fisik (Risnanto & Insani, 2014). Nurarif dan
Kusuma 2015 dalam bukunya mengatakan bahwa kekuatan dan sudut dari tenaga fisik
yang diterima oleh tulang, kedaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah frkatur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Jenis-jenis fraktur
Klasifikasi klinis:
1. Fraktur tertutup (close fraktur): bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (open fraktur): bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan pada kulit
3. Fraktur dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi
tulang (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan:
1. Jumlah garis
a. Simple fraktur: terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur: lebih dari satu garis fraktur
c. Comminutive fraktur: lebih banyak garis fraktur dan patah yang menjadi fragmen
kecil
2. Luas garis fraktur
a. Fraktur inkomplit: tulang tidak terpotong secara total
b. Fraktur komplikasi: tulang terpotong total
c. Hair line fraktur: garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk fragmen:
a. Green stick: retak pada sebelah sisi dari tulang (sering pada anak-anak)
b. Fraktur transversal: fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue: fraktur fragmen miring
d. Fraktur spiral: fraktur fragmen melingkar (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Fraktur Neck Femur
Fraktur leher femur adalah yang terjadi pada fraktur leher femur terjadi pada
proksimal hingga garis intertrokanter pada regio intrakapsular tulang panggul.
Fraktur ini seirng terjadi pada wanita usia di atas 60 tahun dan biasanya berhubungan
dengan osteoporosis. Fraktur leher femur disebabkan oleh trauma yang biasanya terjadi
karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai
trauma pada tempat lain. Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas
atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di
mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat menyebabkan fraktur leher
femur. Ada tiga klasifikasi dari fraktur neck femur berdasarkan lokasi anatomi terjadinya
fraktur menurut Pauwels antara lain (Goel, 2014):
1. Tipe 1 : fraktur dengan garis fraktur 30
2. Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 50
3. Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 70
Selain Pauwels, klasifikasi fraktur neck femur juga dikemukakan oleh Garden di mana
fraktur neck femur dibagi menjadi 4 yaitu (Goel, 2014):
1. Tipe I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.
2. Tipe II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.
3. Tipe III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.
4. Tipe IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.
C. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh karena trauma baik langsung maupun tidak langsung.
trauma langsung seperti benturan pada tulang panggul yang menyebabkan fraktur leher
femur dan dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh tertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula dan radius distal patah. Fraktur juga dapat disebabkan
oleh karena proses patologi misalnya adanya tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang.
Penyebab primer fraktur adalah kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh, olahraga,
latihan berat dan malnutrisi. Penyebab fraktur yang lainnya ialah kelemahan tulang
akibat penyakit kanker atau osteoporosis, patah karena letih, patah tulang karena otot
tidak dapat mengabsorpsi energi seperti karena berjalan kaki terlalu jauh (Risnanto &
Insani, 2014). Penyebab fraktur antara lain:
1. Fraktur trumatic: adalah fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan atau tenaga
fisik dari luar yang mengenai tulang sehingga menyebabkan terputusnya kontinuitas
tulang
2. Fraktur patologis: terjadi pada tulang karena adanya kelainan/penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang seperti infeksi, tumor, kelainan bawaan dan
dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stres: terjadi karena adanya stres yang kecil dan berulang-ulang pada daerah
tulang yang menopang berat badan (Nurarif dan Kusuma, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari fraktur adalah:
1. Nyeri yang terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi
2. Kehilangan fungsi atau deformitas
3. Kelainan gerakan
4. Krepitus (bunyi derit tulang)
5. Pembengkakan dan perubahan warna akibat trauma dan perdarahan (Risnanto &
Insani, 2014)
E. Penatalaksanaan
Pada penanganan patah tulang, kita perlu melakukan beberapa tindakan yaitu reposisi,
fiksasi, dan rehabilitasi. Reposisi (reduksi) dan fiksasi dapat dilakukan secara operatif
maupun konservatif. Penanganan konservatif pada pasien dengan closed fracture neck
femur dapat dilakukan dengan skin traction dan buck extension. Prinsip penanganan
fraktur meliputi:
1. Reposisi (Reduction Traction)
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Reduksi tertutup yaitu mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai, dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka
dilakukan dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup,plat, dan paku. Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah
untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi memposisikan bagian tulang
yang patah agar pada tempat yang semestinya, sehingga jika posisi sudah sama, bisa
dilakukan pemasangan fiksasi internal didalamnya, agar memantapkan posisi
sehingga tulang bisa menyatu kembali (Risnanto dan insani, 2014).
a. Reduksi Tertutup
1) Skin traksi. Digunakan untuk penanganan patah tulang pada pasien anak dan
dewasa yang membutuhkan kekuatan tarikan sedang, dengan beban tidak
lebih dari lima kilogram serta lama pemasangan tidak lebih dari 3-4 minggu
karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Adapun beberapa jenis skin traksi
yaitu :
a) Traksi buck. Ektensi buck (unilateral/bilateral) adalah bentuk traksi kulit
dimana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial
atau temporer yang diinginkan. Traksi buck sering digunakan pada
ekstremitas inferior misalnya pada fraktur femur, pelvis dan lutut untuk
memberikan rasa nyaman setelah cidera pinggul sebelum dilakukan
fiksasi dengan intervensi bedah.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata: meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama: keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri, dan gangguan
neurosensori
3. Riwayat kesehatan masa lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma, da
fraktur), cara penanggulangan, dan penyakit
4. Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab,
gejala timbul tiba-tiba/perlahan, lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangannya.
5. Pemeriksaan fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit dan
kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan takikardi), neurologis (spasme otot dan
kebas/kesemutan), keadaan ekstremitas, dan hematologi.
6. Riwayat psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung
7. Aktivitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (fraktur itu sendiri atau
jaringan yang membengkak dan nyeri)
8. Sirkulasi
a. Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respn terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi karena kehilangan banyak darah
b. Takikardia (sebagai respon stres, hipovolemia)
c. Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cidera, pengisian kapiler lambat,
pucat pada bagian yang terkena
d. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cidera
9. Neurosensori
Gejala:
a. Hilang gerakan/sensasi, spasme otot
b. Kebas/kesemutan (Parestesis)
Tanda:
a. Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.
b. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas atau trauma lain).
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.
b. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
11. Keamanan
Tanda:
a. Laserase kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
12. Pemeriksaan diagnostik: rontgen untuk mengetahui lokasi dan luas cedera, CT scan,
MRI, arteriogram, pemindaian tulang, darah lengkap, kreatinin, dan pemeriksaan
laboratorium lengkap untuk persiapan operasi.
13. Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi.
ANALISA MASALAH KEPERAWATAN
3 DS :
Klien selalu bertanya kapan dapat
dioperasi
DO : Ansietas
klien tampak gelisah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan tingkat keparahan gejala
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tingkat nyeri
3. Ansietas berhubungan dengan tingkat rasa takut
C. Rencana Keperawatan
WOC
Fracture Neck
Femur
Ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.(2013). Nursing
Interventions Classification (NIC), 7th. Elsevier.
Moorhead, S. M., Johnson, Maas., M. L., & Swanson E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th. Elsevier
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & nanda nic-noc. Jogjakarta: Mediaction.
Risnanto, & Insani, U. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah (sistem
muskuloskeletal). Yogyakarta: Deepublish.
Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (12th ed.). Jakarta:
EGC.