Oleh:
Asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah
Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
Jombang.
Nim : 7421014
Ruangan : BIMA
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010).
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Samsuhidajat & Jong, 2010).
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, 2010).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang (Manjoer 2010).
Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian
tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi
karena trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut (Alex, 2011).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan
posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di
mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk (Busiasmita et
al, 2012).
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
- Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
- Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindroma kompartement.
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
- Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
- Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
- Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
Tidak adanya dislokasi.
Adanya dislokasi
o At axim : membentuk sudut.
o At lotus : fragmen tulang berjauhan.
o At longitudinal : berjauhan memanjang.
o At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Tulang terbagi menjadi tiga bagian antara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3
distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Klasifikasi fraktur antebranchii :
1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna
2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai
dengan dislokasi sendi Radioulna proksimal.
4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius
5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal
1.3 Anatomi
Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang
tangan (Sloane 2012). Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang
menyokong dan memberi bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit,
yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut, sebagai
reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen-elemen lain, untuk menghasilkan sel-
sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.
(Watson, 2012).
a. Tulang Ulna
Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah,
terletak medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan
bawah. Ulna adalah tulang medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan
disebut olecranon, struktur ini membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil
dari atas ke bawah.
b. Tulang Radius
Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari dari
dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum,
dan tuberositas yang menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna,
secara bertahap membesar saat ke distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat
ketika dipotong melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada
processus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut
memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami fraktur
(Hartanto, 2013).
1.4 Etiologi
Menurut Nampira (2014) fraktur batang radius dan ulna biasanya terjadi karena
cedera langsung pada lengan bawah, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan
teregang. Fraktur radius dan ulna biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera
langsung biasanya menyebabkan fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya
di sepertiga tengah tulang (Hartanto, 2013).
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan;
terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak
meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau
penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh
fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan
otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan
aktifitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang tidak mampu
menunjang peningkatan tekanan (Corwin, 2011).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke
tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan
tekanan berpindah mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat
demikian itu, terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam
korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Kemudian
timbul pendarahan pada sekitar patahan dan dalam jaringan lunak yang ada di
dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga medulla tulang, edema, dan
nekrosis sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian distal tubuh (Suratun, 2012).
Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak
disekitarnya.Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan
lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa,
misalnya : benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus ulnaris. Jika kerusakan terjadi
pada otot berikut :
Kondisi patologi,
osteoporosis,
neoplasma Trauma langsung/ tidak
langsung
Absorbsi kalsium
Risiko
Rentan fraktur FRAKTUR perdarahan ketidakseimbangan
cairan
Konservatif
Tindakan bedah
Risiko
ketidakseimbangan Mual, muntah Inflamasi
Ansietas
cairan bakteri
Cedera sel
Defisit nutrisi
Risiko infeksi
Degranulasi sel
mast Terapi
restriktif
Pelepasan
Intoleransi aktivitas
mediator kimia
nosiseptor
Nyeri akut
1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa
superposisi. Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang
humerus pada foto polos.
Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:
1. Anatomi
2. Articular
3. Alignment
4. Angulation
5. Apeks
6. Apposition
Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik kusus seperti Computed
tomografi-scanning (CT-scan): menggambarkan potongan secara transfersal dari
tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
1) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan bahwa
kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
3) Enzim otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate
amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
c. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitifitas yang mungkin
mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
2) Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.
3) Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena
trauma yang berlebihan.
4) Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada
tulang.
5) MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur,
termasuk jaringan lunak, dan tulang.
1.9 Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi. Fraktur
radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga
umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi
ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara
efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius umumnya terjadi pada
anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu: rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/ fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan
terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak
normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.
BAB 2
No.
SDKI SLKI SIKI
dx
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri klien
pencedera fisik : post keperawatan selama 3 x 24 (P,Q,R,S,T)
op jam, diharapkan nyeri pasien Tingkatkan istirahat
dapat berkurang dengan Kaji lokasi dan
kriteria hasil : intensitas nyeri.
Intensitas nyeri 0-2. Pertahankan imobilisasi
Ekspresi wajah rileks. bagian yang sakit.
Tinggikan ekstremitas
yang fraktur.
Anjurkan teknik
relaksasi nafas dalam.
Kolaborasi dalam
memberikan terapi
analgetik.
2. Gangguan mobilitas Tujuan : setelah dilakukan Identifikasi adanya
fisik b.d nyeri tindakan keperawatan selama keluhan nyeri atau
3x24 jam diharapkan keluhan fisik lainnya
mobilitas fisik mengingkat Identifikasi toleransi
Kriteria hasil : fisik melakukan
1) Nyeri cukup menurun pergerakan
2) Gerakan terbatas cukup Libatkan keluarga
menurun untuk membantu
3) Pergerakan ekstremitas pasien dalam
meningkat meningkatkan
pergerakan
Anjurkan mobilisasi
dini
I. BIODATA
Nama : Tn. F
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Alamat : Mojoagung, Jombang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal MRS : 10 Januari 2022
Diagnosa Medis : Post op crif fraktur union radius ulna
Nomor Register : 502059
Tgl. Pengkajian : 12 Januari 2022
5 5
- Inspeksi : tangan dan kaki kiri cukup kuat dan tidak ada kesulitan untuk
digerakkan. Tangan kanan mampu melakukan gerakan 2 sendi namun
lemah dan terpasang elastic bandage.
- Palpasi : tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan ekstremitas kiri.
I. Neurologi
- KU : cukup
- Kesadaran : composmentis
- GCS : E4 V5 M6
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- X-ray : tulang radius ulna menyatu
- EKG normal
- Swab PCR : negatif
- Pemeriksaan laboratorium : cek darah lengkap
Hemoglobin : 14.1 g/dL
Leukosit : 10.330 μ l
Eritrosit : 4.94 μ l
Hematokrit : 41.4 %
Trombosit : 380 μ l
GDS : 104 mg/dl
XI. PENATALAKSANAAN/TERAPI
- Injeksi Ketorolac 3 x 30mg
- Injeksi Ranitidine 2x50mg
- Infus PZ 1500 cc
-
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. F Dx. Medis : post op crif
No. Register : 502059 Ruangan : BIMA
DO :
Profokatif :
Luka Fraktur Radius Ulna
Qualitas :
Nyeri terasa sedang di luka bekas
jahitan, terjadi kadang-kadang,
jika digerakkan atau disentuh.
Region :
Rasa nyeri ditemukan di tangan
kanan bagian radius ulna.
Skala seviritas :
Skala nyeri 4
Timming :
Nyeri ditemukan setelah terjatuh
dari KM, tangan kanan terkena
lingiran dan mengalami fraktur.
12 Januari 2022 pagi. Terjadi
secara mendadak dan akut
Px tampak meringis jika
tangan kanan dibuat gerak
Tangan kanan terpasang
elastic bandage
TD : 120/90 mmhg
RR : 20x per menit
SPO2 : 96%
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERDASARKAN PRIORITAS
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. F Dx. Medis : post op crif
No. Register : 502059 Ruangan : BIMA
TANGGAL JAM NO.DX CATATAN PERKEMBANGAN TTD
11 - 01 - 2022 19.00 1 S : pasien mengatakan tangan kanan
nyeri bila digerakkan
O: KU : cukup
Skala nyeri : 4 (10)
TD : 120/90 mmhg
RR : 20x per menit
SPO2 : 96%
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi nyeri akut dilanjutkan :
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal
- Memberikan terapi non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri