Dosen Pembimbing:
Diah Ayu Fatmawati S.Kep.Ns, M.Kep.
Disusun Oleh :
1. Bairotut Takiyatul Ilya (7317015)
2. Dede Ri’ayatul Muamalah (7317024)
15
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
16
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG.........................................................................................1
B. RUMUSAN MAKALAH....................................................................................
C.TUJUAN................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.DEFINISI BRONKOPNEUMONIA...................................................................................2
B. PATHWAY........................................................................................................................3
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................19
A. KESIMPULAN.................................................................................................................19
B. SARAN..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
17
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
1. pneumonia lobaris
2. pnuemonia intertisial
3. bronko pneumonia
Bronko pneumonia disebut juga pnuemonia lobaris, yaitu radang paru – paru yang
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan benda – benda asing.
18
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi
dapat digambarkan pada skema proses sebagai berikut:
Gambaran patofisiologi
19
D. Gejala Klinis
E. Pemeriksaan Diagnostik.
F. Penatalaksaan medis
o Oksigen 1-2L/menit
o IVFD dekstose 10%: nad 0,9 %: 3:1 + kcl 10 mEq/500 ml cairan ,jumlah cairan
sesuai BB, kenaikan suhu ,status dehidrasi.
o jika sesk terlalu hebat ,bisa di berikan makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
20
G. Komplikasi
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik.
21
Bronchopneumonia
kontaminasi peralatan rs
GEJALA
Kuman
Infeksi pernafasan saluran Saluran
bawah
peradangan
Infeksi pernafasan saluran Kuman berlebih
bawah Akumulasi dibronkus
secret dibronkus Proses peradangan
Dilatasi pembuluh darah
hipoksia Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Peningkatan flora
keseimbangan tubuh normal dalam usus
fatique
Peningkatan
Intoleransi aktivitas
peristaltic usus
Resiko
ketidakseimbangan diare
elektrolit
22
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
Proses keperawatan adalah adalah suatu proses pemecahan masalah yang
dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf
optimal melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan
membantu kebutuhan klien. (Nursalam, 2005)
Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama
lainnya. Proses keperawatan terdiri dari 6 tahap, yaitu : Pengkajian,
perumusan diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi yang
dilaksanakan secara berurutan dan berkaitan secara dinamis.
Identitas
Data Identitas yang perlu di catat: Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku bangsa, agama, perkawinan.
Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40 oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
23
Riwayat penyakit sekarang dikembangkan dari keluhan utama dengan
PQRST
P (Paliative): yaitu faktor yang memperberat dan meringankan keluhan
utama dari sesak, apa yang dapat memperberat/ meringankan keluhan
utama seperti sesak pada penderita bronkopneumonia? Aktivitas apa yang
dapat yang dilakukan saat gejala pertama dirasakan, apa ada hubungan
dengan aktivitas.
Q (Quantity) seberapa berat gangguan yang dirasakan klien, bagaimana
gejala yang dirasakan, pada saat dikaji apa gejala ini lebih berat atau lebih
ringan dari yang sebelumnya.
R (Regio) Dimana tempat terjadinya gangguan, apakah mengalami
penyebaran / tidak.
S (Skala) seberapa berat sesak yang diderita klien.
(Hidayat, 2005)
24
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
Riwayat kesehatan keluarga.
Dikaji riwayat kesehatan keluarga, apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit menular seperti TBC, penyakit saluran pernapasa dan
penyakit keturunan seperti asma
Riwayat kehamilan dan kelahiran
1. Prenatal
Apakah ibu klien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat
memperberat keadaan ibu dan anak saat proses persalinan, serta jumlah
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu klien.
2. Intra natal
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan secara normal
atau memerlukan bantuan alat atau operasi, dan bagaimana keadaan
bayi saat di lahirkan (langsung menagis atau tidak)
3. Post natal
Bagaimana keadaan saat setelah lahir, apakah mendapat ASI sesuai
kebutuhan atau PASI serta bagaimana reflek menghisap dan
menelannya.
4. Riwayat imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak
25
No Vaksin Ketrangan pemberian
saat bayi pulang untuk menghindari
transmisi virus kepada bayi lain
3 BCG (Bacilus Diberikan sejak lahir.
Calmet Guirtnet)
4 DPT (difteri Diberikan pada umur > 6 minggu,dan
pertusis tetanus) diberikan kembali pada umur 18 bulan, 5
tahun dan 12 tahun
5 Hib Diberikan umur 2 bulan dengan interval 2
bulan
6 Campak Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan dan
capak 2 diberikan pada usia 6 Tahun.
7 MMR Diberikan pada 15 bulan
8 PVC Diberikan pada umur 2,4,6 bulan dan umur
1 tahun
9 Influenza Umur < 8 tahun yang mendapat vaksi
influenza pertama kali harus mendapat 2
dosis dengan interval minimal 4 minggu
10 Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada umur 2 tahun di
beri sebanyak dua kali dengan interval 6-12
bulan
11 Tifoid Diberikan pada umur dua tahun dan diulangi
setiap tiga tahun
26
1. Usia 0-1 tahun
Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, ada beberapa hal yang
sangat dibutuhkan, yaitu faktor kesehatan dan pemberian nutrisi (gizi)
yang baik yang dimulai sejak masa kehamilan ibu, rangsangan yang
memadai baik dalam hal kualitas rangsangan maupun kuantitasnya dan
yang tak kalah pentingnya adalah kasih sayang dari ibu atau pengasuh.
2. Usia 1-3 tahun (Pada anak usia prasekolah)
a. Motorik kasar
Mengendarai sepeda roda tiga, melompat dari langkah dasar, berdiri
pada satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki
bergantian. (Wong, 2003)
b. Motorik halus
Membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan
dengan 3 kotak, secara benar masuk biji-bijian kedalam botol berleher
sempit, dalam menggambar menirukan lingkaran. (Wong, 2003)
c. Bahasa
Mempunyai perbendaharaan 900 kata, menggunakan kalimat lengkap
dari 3 sampai 4 kata, bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang
memperhatikannya.
d. Kognitif
Berada dalam fase perceptual egosentrik dalam berpikir dan
berprilaku, mulai memahami waktu, bicara tentang masa lalu dan
masa depan sebanyak masa kini.
3. Usia 4- 6 tahun
Saat memasuki usia 4 tahun, anak umumnya penuh dengan energi, lebih
banyak bertanya dan selalu rasa ingin tahu. Biasanya mental dan
emosional ibu akan teruji di masa ini, sehingga setiap hari akan menjadi
suatu tantangan baru bagi orang tua dan juga anak. (Yupi, 2004)
27
Pola Aktivitas sehari-hari
Nutrisi.
a) Sejak anak didalam rahim, ibu perlu memberikan nutrisi seimbang
melalui konsumsi bergizi.
b) Air susu ibu (ASI): nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi
(terutama pada 6 bulan pertama Atau asi Ekslusif)
c) Menu seimbang seperti protein, karbohidart lemak, vitamin mineral, air.
d) Makanan
Makanan yang disukai/tidak disukai apa saja makanan yang disukai dan
tidak disukai klien. Pada saat apa klien mau makan kesukaannya.
Biasanya klien menggunakan alat makan yang khusus atau tidak. Pola
makan klien bagaimana dan jam berapa saja. Bagaimana pola minum
klien, apakah klien mau makan sesukanya
Pola tidur
Bagiamana pola tidur klien dan berapa jam sehari. Bagaimana
kebiasaan klien sebelum tidur, apakah klien perlu mainan, dibacakan
cerita, benda yang dibawa saat tidur. Apakah klien suka tidur siang atau
tidak dan berapa jam pada saat tidur siang.
Mandi
Berapa kali klien mandi sehari, sebelum dan selama dirawat di rumah
sakit.
Aktifitas bermain
Bagiamana aktifitas bermain klien (didalam rumah/diluar rumah dan
dengan siapa saja).
Eliminasi
Bagaimana pola eliminasi klien (BAB/BAK berapa kali sehari) sebelum
dan selama dirawat.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Sujono, 2009 yaitu :
28
a. Kepala
Dikaji mengenai bentuk kepala, warna rambut distribusi rambut, adanya
lesi atau tidak, hygiene, apakah ada hematoma.
b. Mata
Pada klien dengan bronkopneumonia biasanya didapatkan
sklera berwarna merah dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh,
kaji reflek cahaya, konjungtiva anemis atau tidak, pergerakan bola
mata.
c. Telinga
Dikaji mengenai bentuknya simetris atau tidak, kebersihan dan tes
pendengaran.
d. Hidung
Dikaji apakah di hidung terdapat polip, nyeri tekan kebersihan
hidungnya, pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman.
e. Mulut
Kaji warna bibir, mukosa bibir nya lembab atau tidak, biasanya
jikabronkopneumonia akibat meningkatnya suhu tubuh maka mukosa
bibir akan kering dan kaji reflek mengisap, reflek menelan.
f. Dada
Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi.
Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
g. Abdomen
Inspeksi : Bentuk, lesi
29
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri
lepas, turgor kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi : Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
h. Ekstremitas
Biasanya akan di dapatkan data pergerakan sendi terbatas karena terjadi
nyeri sendi, kelelahan, kelemahan dan malaise, CRT <2 detik dan
keluhan.
i. Genetalia dan anus
Kaji kelengkap (laki laki: penis, skrotum, perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris.), fungsi buang air besar dan fungsi buang air
kecil.
Riwayat Psikososial
Perlu diakaji kecemasan pada orang tua sehubungan dengan penyakit yang
dialami oleh anaknya.
Data Spiritual
Data ini menyangkut tentang kepercayaan dan keyakinan orang tua anak
terhadap Tuhan
Data penunjang
Berbagai pemeriksaan penunjang pada klien dengan Bronkopneumonia
menurut Ngastiyah (2002), adalah :
a. Laboratorium
Jumlah sel darah putih normal atau meningkat biasanya leukositosis
dapat mencapai 15.000-40.000 /mm3.
b. Foto thorax
Foto thorax terdapat bercak bercak infitrat pada satu atau berapa
lobus,jika pada bronkopneumonia terlihat adanya konsolidasi pada satu
atau beberapa lobus.
30
3.2 Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar
Intoleransi aktvitas b/d insufisiensi O2 untuk aktiviitas sehari-hari
Risiko kekurangan volume cairan b/d demam, menurunnya intake dan
tachypnea
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuhsn
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
2. Fisiologis nafas
Nafas cuping hidung Efek terapeutik obat (5) - Auskultasi suara nafas, nafas area
35
Faktor yang berhubungan Aktivitas :
Faktor biologis - BB pasien dalam batas normal
Faktor ekonomi - Monitor turgor kulit
36
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi.
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.
(smeltzer & suzanni C 2002).
Secara umum Bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Organ normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas: refleks glotis dan batuk, adnya lapisan mucus, gerakan silia
yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
3.2 Saran
Agar dalam memberi asuhan keperawatan menjadi lebih efektif,
sebaiknya perawat lebih mengeksplorasi pengetahuannya mengenai penyakit
bronchopneumonia sehingga diharapkan perawat dapat membantu pasien
dalam proses mencapai kesembuhan. Semoga bermanfaat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta., Balai Penerbit FKUI
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta., Balai Penerbit FKUI
38