Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia

menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan.

Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan

hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. (Kemenkes RI, 2014)

Kelelahan mata-asthenopia terdiri dari keluhan subjektif yang menimbulkan rasa

tidak nyaman pada mata (Gowrisankaran, Nahar, Hayes & Sheedy, 2012). Asthenopia

memanifestasikan dirinya dengan keluhan seperti ketidaknyamanan mata, robekan,

kekeringan, penglihatan kabur, ketidakmampuan untuk fokus, sensasi benda asing

(Neugebauer, Fricke & Russmann, 1992). Ini adalah kondisi penting yang mempengaruhi

prestasi akademik. Di zaman sekarang ini, penggunaan perangkat digital semakin

meningkat, tergantung perkembangan teknologi. Selain itu, periode penggunaan

perangkat digital semakin meningkat pada generasi baru. Akibatnya, risiko ketegangan

mata meningkat terutama pada kaum muda/ remaja. Mempertimbangkan literatur

sebelumnya, telah dinyatakan bahwa asthenopia mungkin berhubungan dengan berbagai

faktor psikososial dan lingkungan.  Kerja yang berkepanjangan, peningkatan beban

kognitif, menggunakan komputer / layar dapat mempengaruhi keluhan kelelahan mata.

(Agarwal, Goel & Sharma, 2013; Ostrovsky, Ribak, Pereg & Gaton, 2012)

Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) pada tahun 2014 angka

kejadian astenopia (kelelahan mata) berkisar 40% sampai 90%. Berdasarkan data internet

used worldwide (2016), jumlah pengguna komputer di dunia pada tahun 2013 sebanyak
88%, tahun 2014 sebanyak 72%, tahun 2015 sebanyak 68% sedangkan tahun 2016

sebanyak 60%.

Bhanderi, dkk (2008), dalam penelitian Arianti (2016) menyatakan bahwa kasus

mengenai terjadinya kelelahan mata akibat penggunaan komputer sebanyak 46,3%

diantaranya mengalami kelelahan mata seperti mata terasa sakit, mata terasa berat,

penglihatan kabur, penglihatan ganda atau berbayang, mata terasa panas, mata berair

serta kelopak mata terasa berat. Hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

menunjukkan bahwa di Indonesianya prevalensi severe low vision pada umur produktif

(15-54 tahun) sebesar 1,49 % dan prevalensi kebutaan sebesar 0,5 %. dengan rata-rata

peningkatan sekitar dua sampai tiga kali lipat setiap 10 tahunnya (Riskesdas, 2013).

Data nasional terkini mengenai besaran masalah gangguan indera penglihatan

bersumber dari Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016.

Survei RAAB di Indonesia sampai saat ini telah dilakukan di 15 provinsi pada tahun

2014-2016 dan menunjukkan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan adalah

katarak 70-80% dan kelainan refraksi 10-15%. Berdasarkan beberapa provinsi di

Indonesia, prevalensi severe low vision tertinggi terdapat di Jawa Timur (4,4%), Nusa

Tenggara Barat (4%), Sumatera Selatan (3,6%), Maluku (2,9%), diikuti Sulawesi Selatan

dan Jawa Barat (masing-masing 2,6%). Provinsi dengan prevalensi severe low vision

terendah adalah di Sulawesi Utara, Sumatera Barat dan Sumatera Utara (masing-masing

1,7%). Di Jawa Tengah prevalensi severe low vision sebesar 2,7%. (Kementerian

Kesehatan RI, 2016)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 2 JOMBANG

sebanyak 43 siswa mengeluh mengalami kelelahan mata. Sebesar 58,1% nyeri atau
berdenyut disekitar mata, 46,5% penglihatan kabur, 11,6% penglihatan rangkap/ganda,

51,2% sulit fokus, 62,8% mata perih, 23,3% mata merah, 53,5% mata berair, 41,9% sakit

kepala, 60,5% pusing, pusing disertai mual 7%, mata kering dan 46,5%, mata gatal 2,3%.

Penggunaan smartphone, laptop/computer meningkat sejak adanya kebijakan pemerintah

mengenai pembelajaran daring selama pandemi covid19.

Kehadiran wabah Covid19 sejak akhir tahun 2019 tiba-tiba merevolusi semua aspek

di dunia termasuk aspek pendidikan. Cukup mengejutkan bahwa dunia menghadapi suatu

kondisi yang tidak pernah ada sebelumnya di mana semua aktivitas dibatasi. Virus ini

cepat menular melalui udara, tetesan, dan jejak yang ditinggalkan oleh penderitanya pada

media apapun, umumnya pada permukaan hal-hal terutama disekitar fasilitas

umum. Kondisi ini diperparah dengan fakta jumlah tersangka dan korban tewas yang

mencengangkan roket tak terkendali. Ini terjadi di seluruh dunia dan Indonesia. Realitas

di atas memaksa pemerintah untuk melakukan antisipasi melalui peningkatan kesadaran

sosial dan mengundang orang untuk menjauh dari ancaman Covid19. Salah satu

kebijakan pemerintah adalah Work From Home (WFH) dengan memperkenalkan sistem

pembelajaran online di bidang pendidikan. 

Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB menyatakan bahwa salah satu sektor yang

terdampak adanya wabah ini adalah dunia Pendidikan (Purwanto dkk, 2020:1). Hal

tersebut membuat beberapa negara memutuskan untuk menutup sekolah maupun

perguruan tinggi. Sebagai upaya untuk mencegah penyebaran covid 19, World Health

Organization (WHO) merekomendasikan untuk menghentikan sementara kegiatan-

kegiatan yang akan berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Bahkan selama

merebaknya covid 19 di Indonesia, banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk


mencegah penyebarannya dengan social distancing, salah satunya dengan adanya Surat

Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan

Tinggi No. 1 Tahun 2020 mengenai pencegahan penyebaran covid 19 di dunia

Pendidikan. Dalam surat edaran tersebut Kemendikbud menginstruksikan untuk

menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan para peserta didik untuk

belajar dari rumah masing-masing.

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran daring antara lain

smartphone, laptop/ komputer dan jaringan internet dengan memanfaatkan berbagai

platform seperti whatsapp, zoom, google meet, dan lain-lain. Penggunaan media

elektronik yang terlalu lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan, salah satunya ialah

kelelahan mata. Studi lain menunjukkan bahwa penggunaan komputer selama lebih dari 6

jam menyebabkan peningkatan keluhan kelelahan mata (Agarwal, Goel & Sharma, 2013)

Lebih dari 90% pengguna komputer mengalami gejala penglihatan seperti mata

lelah, penglihatan buram, penglihatan ganda, pusing, mata kering, serta ketidaknyamanan

pada okuler saat melihat dari dekat ataupun dari jauh setelah penggunaan komputer

jangka lama (Derry & Agency, 2017).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

permasalahan yang berjudul “Hubungan Kelelahan Mata Dengan Penggunaan Media

Elektronik (smartphone, laptop dan komputer) pada Pembelajaran Daring di SMAN 2

Jombang”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan secara singkat dalam latar belakang

maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut : Adakah Hubungan Kelelahan Mata

Dengan Penggunaan Media Elektronik (smartphone, laptop dan komputer) pada

Pembelajaran Daring di SMAN 2 Jombang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kelelahan mata dengan penggunaan media elektronik

(smartphone, laptop dan komputer) pada pembelajaran daring di SMAN 2 Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kelelahan mata pada siswa di SMAN 2 Jombang.

b. Mengidentifikasi penggunaan media elektronik (smartphone, laptop dan

komputer) pada pembelajaran daring di SMAN 2 Jombang.

c. Menganalisis hubungan kelelahan mata dan penggunaan media elektronik

(smartphone, laptop, komputer) pada pembelajaran daring di SMAN 2

Jombang.

1.4 Manfaat Teoritis

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hubungan kelelahan mata

dengan penggunaan media elektronik (smartphone, laptop, komputer) pada

pembelajaran daring di SMAN 2 Jombang.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Peneliti dapat mempelajari dan memahami hubungan kelelahan mata dengan

penggunaan media elektronik (smartphone, laptop, komputer) pada

pembelajaran daring di SMAN 2 Jombang.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan kepada institusi terkait.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam melakukan

penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan permasalahan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai