Anda di halaman 1dari 9

PRA-PROPOSAL PROGRAM HIBAH BINA DESA

“PROPERTI” ( PROGRAM PENINGKATAN PEMASARAN HASIL KREATIVITAS


ODGJ BERBASIS IT ) DI DESA BONGKOT, JOMBANG

Oleh:

1. Jamaludin Arya Dela (7316042/2016)


2. Binti Rofi’ah (7316007/2016)
3. Lailatul Hikmah (7316036/2016)
4. Bagus Yunian Asy’ary (7316039/2016)
5. Agustin Dwi Astari (7316005/2016)
6. Nur Wakid (4116082/2016)
7. Vivi Firizqy Amalia (7317008/2017)
8. Dede Ri’ayatul Muamalah (7317024/2017)
9. Hidayah Hasanah (7317020/2017)
10. Mar’atus Sholikah (7318013/2018)

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG

2019
A. JUDUL
“PROPERTI (PROGRAM PENINGKATAN PEMASARAN HASIL KREATIVITAS ODGJ
BERBASIS IT) DI DESA BONGKOT, JOMBANG”
B. LATAR BELAKANG
Data Dinas Kesehatan Jombang Tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 2.300
orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang sebelumnya tahun 2017 masih 2.171 orang. Desa
Bongkot adalah sebuah desa di kecamatan Peterongan kabupaten Jombang. Desa tersebut
terkenal dengan jumlah warganya yang banyak menderita gangguan jiwa. Saat ini,
tercatat ada sekitar 160 warga pernah mengalami gangguan jiwa. Seratus di antaranya
telah dinyatakan bebas dari gangguan jiwa dan hidup selayaknya manusia pada
umumnya. Sedangkan sekitar 60 sisanya masih dalam status rehabilitasi.
Tingginya kasus ODGJ di desa bongkot dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
yang paling mendominan terkait masalah perekonomian, sebagian besar mata
pencaharian masyarakat sekitar bekerja sebagai buruh tani dan hasil yang mereka
dapatkan tidak menentu. Banyak juga diantara mereka yang pengangguran sehingga
untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari masih sangat kurang, bahkan untuk
makan sepiring nasi mereka harus rela menjadi buruh cuci ke tetangga desanya, hal ini
yang menjadi salah satu stresor terberat buat mereka, sehingga banyak kasus ODGJ di
desa tersebut. Selain itu banyak keluarga yang sudah tidak peduli dengan masalah kesehatan
anggota keluarganya. Anggapan bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa sudah tidak
dapat disembuhkan lagi. Dan untuk melakukan biaya perawatan serta pengobatan
membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga keluarga lebih memilih pergi ke paranormal
untuk berobat atau membiarkan anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang ada di desa tersebut pada umumnya
dikucilkan oleh keluarga mereka karena dianggap sebagai aib dan mengganggu
ketentraman masyarakat bila mengamuk. Mereka pun pada akhirnya dipasung dan
diperlakukan tidak selayaknya. Sebagian besar keluarga menganggap bahwa gangguan
jiwa yang dialami oleh anggota keluarganya disebabkan oleh makhluk halus, bukan
karena alasan medis. Hal ini membuat ODGJ semakin tidak tertangani dan bahkan
menjadi lebih parah. Padahal, berbagai referensi menyebutkan bahwa keluarga
memegang peranan penting dalam penyembuhan ODGJ.
Berawal dari permasalahan yang ada dengan dana swadaya dibentuklah posyandu jiwa
yang khusus menangani kasus dengan gangguan jiwa. Harapan dibentuknya posyandu
tersebut dapat memberikan perhatian dan perawatan pada pasien ODGJ sehingga mampu
meningkatkan harapan hidup mereka untuk kembali produktif. Kegiatan posyandu yang sudah
berjalan seputar pemeriksaan kesehatan, timbang BB dan memberikan makanan bergizi serta
meningkatkan ketrampilan ODGJ dengan memberikan terapi okupasi, seperti menanam jahe
merah sudah pernah berjalan namun tidak berlanjut karena tidak memiliki mitra untuk
pemasaran. ODGJ juga diajarkan cara membuat telor asin untuk dipasarkan namun
keterbatasan akses penjualan menjadi kendala tersendiri untuk pemasaran produk, sehingga
banyak telor asin yang tidak terjual dan busuk. Selain itu ODGJ juga telah diajarkan membuat
tas yang terbuat dari botol bekas minuman ale-ale dan rajutan. Proses pembuatanya
membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menjadikan barang memiliki nilai jual tinggi.
Sehingga mereka untuk produksi barang harus menunggu ada pemesanan dari orang, dan
pemasaran produk yang dilakukan selama ini hanya tingkat lokal seperti pada PKK, kader dan
pukesmas wilayah setempat. Karena dirasa proses penjualannya lama dan tidak bisa cepat
menghasilkan uang, selanjutnya ODGJ dilatih untuk membuat kotak tisu, kotak hantaran dari
bahan kardus bekas dan kerajinan tas. namun pemasaran produk hanya sebatas di wilayah
desa mereka, sehingga kegiatan pembuatan kotak tisu, kotak hantaran dan kerajian tas tidak
dapat dilakukan setiap hari, karena menunggu calon pembeli yang memesan.
Pemasaran produk dianggap menjadi masalah penting dalam menumbuhkan kreatifitas
ODGJ dalam berkarya, beberapa masalah yang ada diatas menjadi penyebab menurnnya
semangat produktifitas ODGJ dalam membuat ketrampilan-ketrampilan yang sudah dilatih,
kebanyakan ODGJ merasa malas untuk membuat ketrampilan yang diajarkan karena
pekerjaanya tidak menghasilkan uang, kurang adanya penghargaan dari luar serta kurangnya
pemasaran yang menarik sehingga mengurangi minta beli orang lain. Jika pembuatan
ketrampilan yang sudah dilatih pada ODGJ hanya menunggu dari pemesanan saja, maka hal
itu membuat ODGJ tidak banyak melakukan aktifitas sehingga produktifitasnya menurun.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)
Di Desa Bongkot Jombang ?
2. Bagaimanakah peningkatan pengetahuan dan keterampilan ODGJ (Orang Dengan
Gangguan Jiwa) berbasis IT Di Desa Bongkot Jombang ?
3. Bagaimanakah mempromosikan dan mempublikasikan keterampilan ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) berbasis IT Di Desa Bongkot Jombang agar dikenal oleh
masyarakat ?
D. TUJUAN
1. Meningkatkan kesejahteraan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Di Desa Bongkot
Jombang
2. Meningkatan pengetahuan dan keterampilan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)
berbasis IT Di Desa Bongkot Jombang
3. Menghasilkan kreatifitas dan inovasi hasil karya ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa )berbasis IT Di Desa Bongkot Jombang
4. Mempromosikan dan mempublikasikan keterampilan ODGJ (Orang Dengan
Gangguan Jiwa) berbasis IT Di Desa Bongkot Jombang agar dikenal oleh masyarakat
di seluruh Indonesia
5. Memasarkan produk ketrampilan ODGJ melalui aplikasi berbasis IT
E. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Program ini di ikuti oleh Kelompok ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) minimal
70% Di Desa Bongkot Jombang.
2. Dimilikinya pengetahuan dan keterampilan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)
tentang kreatifitas dan pemasaran produk Di Desa Bongkot Jombang
3. Terjualnya produk-produk yang dihasilkan oleh ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa ) dengan menggunakan IT
F. LUARAN YANG DIHARAPKAN
1. Meningkatkan produktivitas kerajinan kelompok ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa) didesa Bongkot berbasis IT
2. Publikasi produk pada prosiding yang dipresentasikan dalam seminar nasional (sudah
terbit)
3. Publikasi di media massa terkait dengan pemasaran hasil produk kerajinan kelompok
ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)
4. Masyarakat mitra dapat meningkatkan perekonomi dari hasil penjualan produk
kerajinan yang telah di pasarkan berbasis IT.
5. Peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan masyarakat mitra dalam
memasarkan produk hasil karyanya.
G. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat Sasaran
a. Dapat di jadikan salah satu bentuk terapi okupasi untuk mengembalikan fungsi
mental ODGJ sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
b. Dapat meningkatkan produktivitas kelompok ODGJ yang telah terbentuk serta
mempercepat pemasaran produk yang sudah di hasilkan.
c. Membantu memperbaiki perekonomian kelompok ODGJ dengan memasarkan
produk kerajinan yang telah di buat.
2. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai media pengabdian masyarakat sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi.
b. Sebagai sarana pemberdayaan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Di Desa
Bongkot Jombang
c. Mendapatkan sumber belajar yang baru untuk pendidikan keperawatan berbasis
masyarakat.
d. Memberikan kegiatan yang positif ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Di Desa
Bongkot Jombang
yang memicu kekambuhan ODGJ selain itu stigma masyarakat yang masih menganggap
bahwa ODGJ tidak dapat pulih seperti orang normal pada umumnya. Sehingga merekapun
masih menganggap sebelah mata dari hasil-hasil karya ODGJ.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu Sistem Informasi Teknologi yang dapat
meningkatkan pemasaran dan kreatifitas ODGJ dengan pelatihan dan pembimbingan
sehingga permasalahan yang telah diuraikan di atas dapat teratasi. Sistem Informasi
Teknologi telah banyak dibuat serta digunakan. Namun, sebagian besar berfokus pada
pemasaran hasil pabrik ataupun perusahaan. Belum ada informasi teknologi yang
dibangun untuk pemasaran kreatifitas ODGJ pada posyandu kesehatan jiwa, sehingga
orang tidak banyak mengetahui kalau mereka dapat kembali pulih, berkarya dan
produktif.
H. GAMBARAN UMUM MASYARKAT
Desa Bongkot merupakan sebuah Desa di wilayah Kecamatan Peterongan, Kab. Jombang.
Desa tersebut terkenal dengan warganya yang banyak menderita gangguan jiwa. Saat ini,
tercatat jumlahnya ada sekitar 160 warga pernah mengalami gangguan jiwa. 100 orang di
antaranya telah dinyatakan bebas dari gangguan jiwa dan hidup selayaknya manusia normal
pada umumnya. Sedangkan sekitar 60 sisanya masih dalam status rehabilitasi. Tingginya
kasus ODGJ di desa bongkot dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yang paling
mendominan terkait masalah perekonomian, sebagian besar mata pencaharian masyarakat
sekitar bekerja sebagai buruh tani dan hasil yang mereka dapatkan tidak menentu.
Banyak juga diantara mereka yang pengangguran sehingga untuk mencukupi kebutuhan
mereka sehari-hari masih sangat kurang, bahkan untuk makan sepiring nasi mereka harus
rela menjadi buruh cuci ke tetangga desanya, hal ini yang menjadi salah satu stresor
terberat buat mereka, sehingga banyak kasus ODGJ di desa tersebut.
I. METODE PELAKSANAAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Model pendampingan ODGJ dilakukan dengan menerapkan jenis penelitian dan
pengembangan atau pemograman), yaitu suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang
dapat dipertanggungjawabkan. Model penelitian dan pengembangan pada tahap implem
entasi model pendampingan ODGJ melalui program peningkatan kreatifitas berbasis IT.

Kondisi dan
Pengembangan partisipasi
potensi

partisipasi Pendampingan

Pemrograman Pemasaran

pemecahan Pendampingan

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pengembangan pendampingan ODGJ (Orang
Dengan Gangguan Jiwa) dilaksanakan untuk membantu mengatasi permasalahan-
permasalahan dalam mengembangkan peningkatan kreaifiatas ODGJ berbasis IT.

Melalui pengembangan model pemograman dan pemasaran ini diharapkan dapat


menghasilkan:

a. Meningkatkan produktivitas Kelompok ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) dengan


Program Usaha Kecil dan Menengah yang efisien dan berkelanjutan.
b. Terciptanya kultur positif dalam meningkatkan kreatifitas ODGJ (Orang dengan gangguan
jiwa) didesa bongkot.
c. Panduan Model Pendampingan ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) terkait pemograman
dan pemasaran.
2. Lokasi dan Subyek
Program ini dilaksanakan di Desa Bongkot, Kecamatan Peterongan Kab. Jombang.
Berdasarkan survey, dokumentasi dan informasi yang didapat di masyarakat, desa tersebut
terkenal dengan banyaknya ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Menurut masyarakat
di daerah tersebut, para ODGJ telah terbina dengan adanya program Posyandu Kesehatan
Jiwa.

3. Langkah-langkah
1. Tahap Pemrograman
 Buat terlebih dahulu account email.
 Masuk ke www.blogger.com,
 Klik tombol Ciptakan Blog Anda,
 Masukkan alamat email, password, nama tampilan, verifikasi kata, dan berikan
tanda centang untuk menerima persyaratan yang ada, kemudian klik tombol
Lanjutkan.
 Masukkan Judul Blog dan Alamat blog (URL). Untuk Alamat blog harus
dipikirkan dengan benar, karena tidak dapat diubah lagi dikemudian hari.
 Klik Cek Ketersediaan untuk mengetahui apakah nama tersebut masih tersedia
atau tidak. Kemudian klik tombol lanjutkan,

 Pilih template untu tampilan Blog, kemudian klik tombol lanjutkan, Blog telah
selesai dibuat, klik tombol Mulai Blogging untuk menambah artikel atau
mengubah tampilan blog.
2. Tahap Publikasi
Pada tahap ini, tim memberikan pelatihan dan pendidikan tentang pemasaran dan
publikasi produk kepada khalayak umum dengan baik dan benar menggunakan media
android maupun media cetak.
3. Tahap Evaluasi Program
a. Tahap Monitoring
 Melihat perkembangan program yang akan dilaksanakan
 Mengetahui kendala yang ada dalam proses pelaksanaan program
 Mencari solusi terhadap masalah yang ada
b. Tahap Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan disesuaikan dengan hasil yang sudah dicapai selama
melakukan kegiatan pengabdian program bina desa

J. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
No
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi
2. Pembentukan Tim,
dan Rapat
Koordinasi
3. Perumusan
Metode
4. Pembuatan
Proposal
5. Pengadaan Alat
dan Bahan
6. Perancangan
Perangkat Website
7. Inisialisasi
pemasaran produk
berbasis IT kepada
ODGJ
8. Pemasaran produk
melalui web dan
situs jejaring sosial
lain
9. Pendataan
konsumen
10. Monitoring
perkembanganweb
site
11. Evaluasi
12. Laporan akhir

K. BIAYA
Adapun biaya yang diperlukan untuk program ini dijelaskan pada lampiran
sedangkan ringkasan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : Ringkasan anggaran kegiatan
No Komponen Biaya yg diusulkan
1 Peralatan Penunjang Rp. 14.000.000,-
2 Bahan Habis Pakai Rp. 12.500.000,-
3 Perjalanan Rp. 1.500.000,-
4 Publikasi, Administrasi, dan Lain- Rp. 12.000.000,-
lain
Rp. 40.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai