PRODI D IV KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga
penulis dapat menyusun makalah dengan judul ” Fraktur dan macam-macam fraktur”.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan
datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat
diseluruh dunia, khususnya di negara berkembang.Menurut World Health
Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 2,4
juta jiwa manusia setiap tahunnya.Sementara di Indonesia, kecelakaan lalu
lintas merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan stroke.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, tahun 2008
jumlah korban meninggal akibat kecelakaan 20.188 jiwa dari 59.164 kasus
kecelakaan, tahun 2009 terdapat 19.979 jiwa dari 62.960 kasus kecelakaan
dan tahun 2010 terdapat 19.873 jiwa dari 66.488 kasus kecelakaan (BPS RI,
2012).Adapun kerugian-kerugian dari kecelakaan lalu lintas, selain kematian
juga harta benda dan fisik. Kerusakan fisik yang paling sering terjadi dalam
sebuah kecelakaan adalah fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2001).
Hasil survey tim Depkes RI (2007), dari 8 juta pasien fraktur
didapatkan 25% pasien mengalami kematian, 45% mengalami kecacatan fisik,
15% mengalami stres psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan hanya
10% yang mengalami kesembuhan dengan baik. Berdasarkan data dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2009 didapatkan sekitar 2.700
orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik,
24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan, dan 5% mengalami
gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Dinkes
Pemrov Sumbar, 2009). Prevalensi fraktur yang cukup tinggi yaitu insiden
fraktur pada ekstremitas yakni sekitar 46,2% dari insiden.
Menurut Masjoer A,2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya
penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa.
Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur adalah setiap patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh
rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, dan krepitasi
(Doenges, 2000)
Menurut carpenito,2000 Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang, yang
diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson, 2005)
Menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella pextra merupakan suatu
gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi
pada tempurung lutut pada kaki kanan.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Smelter & Bare, 2002).
Menurut Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001 Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang
satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8
buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang
belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan:
64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah.
Fungsi kerangka antara lain:
o menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
o melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
o tempat melekatnya otot-otot
o untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
o tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
o memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam
taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi
peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat
otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan
bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga
menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur
dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan
bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah
dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi
fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361).
Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,
traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai
peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada
klien fraktur melalui metode ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi dari fraktur ?
2. Bagaimana penyebab dari fraktur?
3. Bagaimana fatofisiologi dari fraktur?
4. Apa manifestasi dari fraktur ?
5. Apa jenis – jenis praktur?
6. Bagaimana proses penyembuhan fraktur?
7. Bagaimana pengobatan fraktur ?
8. Menjelaskan Komplikasi dari fraktur?
9. Bagaimana Komplikasi dari fraktur?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem
(Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil
akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
B. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma seperti kecelakaan lalu lintas
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
Menurut data kepolisian Republik Indonesia tahun 2003, jumlah
kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kasus. Kasus itu menyebabkan kematian
pada 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat dan 8.694 luka ringan dan
diperkirakan tiap tahunya akan mengalami peningkatan. Adapun trauma yang
sering terjadi pada kasus ini adalah trauma kepala, fraktur (patah tulang), dan
trauma dada (Sujudi, 2008).
c. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
Rata-rata skala nyeri setelah dilakukan kompres dingin adalah 3,53 (95%
CL: 2,81-4,25), median 3,00 dengan standar deviasi 1,302 .Nyeri terendah
adalah 2 dan nyeri tertinggi adalah 6. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum
dilakukan kompres dingin adalah diantara 2,81 sampai dengan 4,25.
E. Klasifikasi / Jenis
a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.
c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi
fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur
(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa
menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda
asing)
1) Grade I : Luka bersih, panjang <>
2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan
jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling
berat.
e) Jenis khusus fraktur
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang
sisi lainnya membengkok.
2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen
6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi
pada tulang belakang)
8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit
(kista tulang, penyakit pegel, tumor)
9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon
pada perlekatannya
10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen
tulang lainnya.
H. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kekakuan sendi
3) Osteomielitis kronis
5) Ruptur tendon
I. Pemeriksaan penunjang fraktrur
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
meengikat di dalam darah.
2. Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang fraktur dan dikaitkan dengan teori
yang ada, ternyata ada beberapa perbedaan yang berkaitan dengan
fraktur,mulai dari factor penyebab sampai tahap pengobatan fraktur.
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita
perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idul fitri
banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian
korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga
yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini
tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia
contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya
informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena
gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita
lebih hati-hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta
dapat membantu pasien fraktur serta lebih berhati-hati dalam menangani
fraktur, jangan memilih pengobatan fraktur kedukun tapi pilihlah pengobatan
fraktur yang tepat seperti kedokter ahli ortopedi atau kerumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/335984811/makalah-fraktur