Anda di halaman 1dari 18

Nama Dosen : Dg. Mangemba ,S.

Kep,Ns
Mata Kulia

: SISTEM MUSKULOSKELETAL

KELOMPOK I

Misnah
Nurrahmah
Asrijal
Rahayu Salama

(142050)
(142067)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIKPER GUNUNG


SARI MAKASSAR 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga
penulis dapat menyusun makalah dengan judul Fraktur dan macam-macam fraktur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis
banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan
penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaikbaiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan
datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.

Makassar, 09 Desember 2016


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Definisi fraktur...................................................................................
Etiologi...............................................................................................
Patofisiologi.......................................................................................
Manifestasi klinis...............................................................................
Klasifikasi..........................................................................................
Proses penyembuhan fraktur..............................................................
Pengobatan.........................................................................................
Komlikasi...........................................................................................
Pemeriksaan penunjang ....................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat
diseluruh dunia, khususnya di negara berkembang.Menurut World Health
Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas menelan korban jiwa sekitar 2,4
juta jiwa manusia setiap tahunnya.Sementara di Indonesia, kecelakaan lalu
lintas merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan stroke.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, tahun 2008
jumlah korban meninggal akibat kecelakaan 20.188 jiwa dari 59.164 kasus
kecelakaan, tahun 2009 terdapat 19.979 jiwa dari 62.960 kasus kecelakaan
dan tahun 2010 terdapat 19.873 jiwa dari 66.488 kasus kecelakaan (BPS RI,
2012).Adapun kerugian-kerugian dari kecelakaan lalu lintas, selain kematian
juga harta benda dan fisik. Kerusakan fisik yang paling sering terjadi dalam
sebuah kecelakaan adalah fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer, 2001).
Hasil survey tim Depkes RI (2007), dari 8 juta pasien fraktur
didapatkan 25% pasien mengalami kematian, 45% mengalami kecacatan fisik,
15% mengalami stres psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan hanya
10% yang mengalami kesembuhan dengan baik. Berdasarkan data dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2009 didapatkan sekitar 2.700
orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik,
24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan, dan 5% mengalami
gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Dinkes
Pemrov Sumbar, 2009). Prevalensi fraktur yang cukup tinggi yaitu insiden
fraktur pada ekstremitas yakni sekitar 46,2% dari insiden.
Menurut Masjoer A,2005 Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya
penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa.
Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.

Fraktur adalah setiap patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh
rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, dan krepitasi
(Doenges, 2000)
Menurut carpenito,2000 Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang, yang
diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson, 2005)
Menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella pextra merupakan suatu
gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi
pada tempurung lutut pada kaki kanan.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Smelter & Bare, 2002).
Menurut Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001 Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang
satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8
buah; Tulang kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang
belakang dan pinggul: 26 buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan:
64 buah dan Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah.
Fungsi kerangka antara lain:

-menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh


-melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
-tempat melekatnya otot-otot
-untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
-tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
-memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam
taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi
peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat
otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan
bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga
menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur
dapat

meningkatkan

kecenderungan

terjadinya

kecelakaan

kendaraan

bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau


disebut fraktur.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah
dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi
fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361).
Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,
traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai
peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada
klien fraktur melalui metode ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1.Menjelaskan definisi dari fraktur ?

2.Bagaimana penyebab dari fraktur?


3.Bagaimana fatofisiologi dari fraktur?
4.Apa manifestasi dari fraktur ?
5.Apa jenis praktur?
6.Bagaimana proses penyembuhan fraktur?
7.Bagaimana pengobatan fraktur ?
8.Menjelaskan Komlikasi dari fraktur?
9.Bagaimana Komplikasi dari fraktur?

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem
(Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil
akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
B. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma seperti kecelakaan lalu lintas
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
Menurut

jurnal

hasil

penelitian

yang

dilakukan

STIKES

Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Prodi DIII Keperawatan,


Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan Indonesia menyatakan
bahwa Kecelakaan lalulintas lebih sering kali terjadi menyebabkan fraktur di

negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Menurut data kepolisian


Republik Indonesia tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399
kasus. Kasus itu menyebabkan kematian pada 9.865 orang, 6.142 orang
mengalami luka berat dan 8.694 luka ringan dan diperkirakan tiap tahunya
akan mengalami peningkatan. Adapun trauma yang sering terjadi pada kasus
ini adalah trauma kepala, fraktur (patah tulang), dan trauma dada (Sujudi,
2008).
b. Fraktur Patologis dan Degeneratif
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis,
kanker tulang dan lain-lain.
Menurut jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisnu
Wardhana Program Pendidikan Sarjana Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, menyatakan bahwa penyebab fraktur bisa dikarenakan
factor usia dengan didukung oleh data-data bahwa :

Di negara maju seperti Amerika Serikat, kira-kira 10 juta orang usia


diatas 50 tahun menderita fraktur akibat osteoporosis dan hampir 34 juta
dengan penurunan massa tulang yang selanjutnya berkembang menjadi
osteoporosis. Empat dari 5 orang penderita osteoporosis adalah wanita, tapi
kira-kira 2 juta priadi Amerika Serikat menderita osteoporosis, 14 juta
mengalami penurunan massa tulang yang menjadi resiko untuk osteoporosis.
Satu dari 2 wanita dan satu dari 4 pria diatas usia 50 tahun akan menjadi
fraktur yang berhubungan dengan fraktur selama hidup mereka.
Serta dinegara berkembang seperti Cina, osteoporosis mencapai
proporsi epidemik, terjadi peningkatan 300% dalam waktu 30 tahun.Pada
tahun 2002 angka prevalensi osteoporosis adalah 16,1%. Prevalensi di antara
pria adalah 11,5%, sedangkan wanita sebesar 19,9%.Data di Asia
menunjukkan bahwa insiden fraktur lebih rendah dibanding populasi
Kaukasian. Studi juga mendapatkan bahwa massa tulang orang Asia lebih
rendah dibandingkan massa tulang orang kulit putih Amerika, akan tetapi
fraktur pada orang Asia didapatkan lebih sedikit. Ada variasi geografis pada

insiden fraktur osteoporosis. Osteoporosis paling sering terjadi pada populasi


Asia dan Kaukasia tetapi jarang di Afrika dan Amerika populasi kulit hitam.
Menurut Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ahmad habibi awwalu
Hakim, Rosihan Adhani, Bayu Indra Sukmana Program Study Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurap, Banjarmasin.
Mengatakan penyebab dari fratur ini lebih banyak disebabkan karena
kecelakaan dan lebih banyak terjadi pada usia produktif (usia 11-30 thn) dan
lebih banyak disebabkan faktor usia (Degenerasi) dan patologis.
c. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur


1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.

2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
Menurut jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Mediarti,Rosnani,Sosya

Mona

Seprianti

poltekes

kemenkes

Palembang jurusan keperawatan, Palembang menyatakan bahwa


pengaruh pemberian kompres dingin terhadap nyeri pada pasien fraktur
tertutup selam 30 menit selama 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera ,
sangat bermanfaat dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien fraktur
tertutup didukung oleh data-data yang dikumpulkan rata-rata nyeri
sebelum dilakukan komres dingin adalah 6,40 (95 % CL: 5,85-6,95),
median 6,00 dengan standar seviasi0,986. Nyeri terendah adalah 5 dan
nyeri tertinggi adalah 8. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adlah diantara
5,85 sampai dengan 6,95.
Rata-rata skala nyeri setelah dilakukan kompres dingin adalah 3,53 (95%
CL: 2,81-4,25), median 3,00 dengan standar deviasi 1,302 .Nyeri terendah
adalah 2 dan nyeri tertinggi adalah 6. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum


dilakukan kompres dingin adalah diantara 2,81 sampai dengan 4,25.
Jadi ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
kompres dingin pada pasien fraktur tertutup di Instalasi gawat Darurat
RSUP Dr Muhammad Hoesin Palembang Tahun 2012.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
E. Klasifikasi / Jenis

a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.
c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi
fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur
(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa
menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda
asing)
1) Grade I
2) Grade II

: Luka bersih, panjang <>


: Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan

jaringan lunak yang ekstensif


3) Grade III
: Sangat

terkontaminasi

dan

mengalami

kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling


berat.
e) Jenis khusus fraktur
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang
2)
3)
4)
5)

sisi lainnya membengkok.


Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa

fragmen
6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi
pada tulang belakang)
8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit
(kista tulang, penyakit pegel, tumor)
9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon
pada perlekatannya
10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen
tulang lainnya.

Menurut jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Enny


Pratiwi Suardi ,AA GN Asmara Jaya, Sri Maliawan, Siki Kawiyana
SMF/Bagian

Ilmu

Bedah

RSUP

Sanglah

Fakultas

Kedokteran

Universitas Udayana
Pada anak-anak prevalensi fraktur tukang wajah secara keseluruhan jauh
lebih rendah dibandingkan pada dewasa Sekitar 5-15% dari keseluruhan
fraktur wajah terjadi pada anak.Prevalensi fraktur wajah pediatri paling
rendah pada bayi dan meningkat secara progresifsesuai dengan bertambahnya
usia. Terdapat 2 puncak usia dimana frekuensi terjadinya fraktur
tersebutpaling tinggi pada pediatri. Pada usia antara 6-7 tahun terkait dengan
usia mulai sekolah. Dan pada usia 12-14 tahun terkait dengan peningkatan
aktivitas

fisik

serta

partisipasi

dalam olahraga

saat

pubertas

dan

remaja.Mekanisme terjadinya trauma wajah termasuk maksila pada anak


mirip dengan yang terjadi pada dewasa. Paling tinggi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, kemudian akibat cedera saat berolahraga, terjatuh,
kekerasan dan sebagainya.
F. Proses Penyembuhan Tulang akibat fraktur
a. Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang
rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot)
terjadi 1 2 x 24 jam.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi
fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah
fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi
setelah hari kedua kecelakaan terjadi.
c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada


fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah
menyatu. Terjadi setelah 6 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah
menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada
minggu ke 3 10 setelah kecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks
fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8
bulan.
G. Pengobatan Fraktur
1. Pengobatan patah tulang yaitu mengembalikan posisi tulang patah ke
posisi semula sebelum dia patah atau disebut dengan istila reposisi.
2. Setelah posisi sudah benar seperti semula lalu mempertahankan posisi
tersebut

sambil

menunggu

proses

penyembuhan

patah

tulang

( immobilisasi), agar tulang tersebut dapat tersambung dengan benar


3. Reposisi dan immobilisasi ini dapat dilakukan dengan cara operasi
( pasang pen), maupun tidak operasi (pemasangan gips).
H. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1)

Nekrosis kulit

2)

Osteomielitis

3)

Kompartement sindrom

4)

Emboli lemak

5)

Tetanus

b. Komplikasi Lanjut
1)

Kelakuan sendi

2)

Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union


dan non union.

3)

Osteomielitis kronis

4)

Osteoporosis pasca trauma

5)

Ruptur tendon

I. Pemeriksaan penunjang fraktrur


1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
meengikat di dalam darah.
2. Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang fraktur dan dikaitkan dengan teori
yang ada, ternyata ada beberapa perbedaan yang berkaitan dengan
fraktur,mulai dari factor penyebab sampai tahap pengobatan fraktur.
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita
perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idul fitri
banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian
korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga
yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini
tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia
contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya
informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena
gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita
lebih hati-hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta
dapat membantu pasien fraktur serta lebih berhati-hati dalam menangani
fraktur, jangan memilih pengobatan fraktur kedukun tapi pilihlah pengobatan
fraktur yang tepat seperti kedokter ahli ortopedi atau kerumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Haussler B GH, Gol D, Glaeske G, Pientka L, Felsenberg D. Epidemiology, treatment


costs of osteoporosis in Germany-the BoneEVA Study. 2007:7784.
Hoppenfeld, S., & Murthy, V.L. (2011).Terapi dan rehabilitasi fraktur. New York :
Lippinscott Williams & Wilkins.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang,
1992. Apley. Dalam Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, Edisi 7, Editor :
Edi Nugroho 1999.
Snell, Richard S. 1997. Neuro Anatomi Klinik. Jakarta. EGC Grays Anatomi. Human
Anatomy. Diunduh dari http://www.theodora.com/anatomy// accesed on oktober
2011.
Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Bagian Bedah FKUI. Bringker MD. Reviuw Orthopaedics and Trauma.
Houston,Texas Co, Philadelphia. 2001
Buxton RA. The Use of Perkins Traction in the Treatment of Femoral Shaft
Fractures. Journal of Bone and Joint Surgery. British Editorial Society of Bone and
Joint Surgery. 1981

Anda mungkin juga menyukai