Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Trauma adalah cedara atau luka yang mengenai organ tubuh, rongga tubuh
manusia yang dapat menyebabkan kerusakan . Biasanya di sebabkan benda tajam
atau benda tumpul , trauma thoraks merupakan salah satu penyebab keematian di
dunia berkisar 15-77 %. Truma thoraks terdiri dari 10-15 % dari semua trauma
dan mewakili 25 % dari semua kematian akibat trauma ( Demirhan 2009 ).
Lebih kurang 16.000 kematian pertahu di Amerika serikat di sebabkan oleh
trauma thoraks (shahani 2013 ). 20-25% kematian pada pasien multitrauma
terdapat trauma thoraks ( vaysi 2008 )
Sekitar 80% dari edera thoraks dapat di kelola secara non bedah dengan closet
thoracostomy + WSD ( water sealed drainage ) , analgesia yang tepat dan terapi
pernapasan agresif. Di asia memiliki angka kematian trauma tertinggi di seluruh
dunia, berdasarkan Word Healt Organizasion ( WHO ) angka kematian pada tahun
2008 mencapai 90% dari seluruh kematian di dunia disebabkan oleh trauma
thoraks ( mefire 2009 ).

B. Rumusan masalah
1. Apa defenisi dari trauma thoraks ?
2. Apa penyebab dari trauma thoraks ?
3. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
4. Bagaimana patofisiologinya ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada trauma thoraks ?
6. Bagaimana penatalaksanaanya ?
C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang defenisi trauma
thoraks ,tanda dan gejalanya , penyebabnya , patofisiologi ,pemeriksaan
penunjang dan penatalaksanaannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001)
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan
kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Kesimpulan : Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul maupun
tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk)
pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga
thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi
patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung,
dan sebagainya.
B. Etiologi
1. Trauma tembus
a. Luka tembak
b. Luka tikam / tusuk
2. Trauma tumpul
a. Kecelakaan kendaraan bermotor

b. Jatuh
c. Pukulan dada
C. Manifestasi klinik
1. Ada jejas pada thoraks
2. Nyeri pada tempat trauma , bertambah nyeri pada saat inspirasi
3. Pembengkakan lokal dan krekitasi pada saat palpasi
4. Pasien menahan dada dan bernapas pendek
5. Dispnea , hemoptisis , batuk , empisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
Manifestasi klinik berdasarkan klasifikasinya :
1. Tamponade jantung
a. Trauma tajam di daerah perikardium atau yang di perkirakan menembus
jantung.
b. Pucat, gelisah , keringat dingin , peningkata TVJ ( tekanan vena jugularis )
c. Pekak jantung melebar dan bunyi jantung melemah
d. Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak
b. Gangguan pernapasan
c.
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

D. Patofisiologi
Kecelakaan , jatuh dan pukulan pada dada

Luka tembak dan luka

Trauma
tumpul

Trauma
tajam/tembus
Trauma

Mengenai
dinding

Diskontinuitas
jaringan

Gangguan
pada
pergerakan
dinding dada

Merangsang
reseptor nyeri

Thorak
bergerak
asimetris dan
tidak
terkoordinasi
Gerakan
pernapasan
buruk

Nyeri akut

Perubahan
status
kesehatan
yang
menimbulkan
ansietas

Pola napas
tidak efektif

E. Pemeriksaan penunjang
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasienpasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah
dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui
darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A.
brachialis, A. Femoralis.
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul toraks,
seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro

sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari
pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks
foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan
Aortografi.
5. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi
akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma.
Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan
konduksi, tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan
adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia,
gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti
kontusi jantung.
7. Angiografi
Gold Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya
cedera aorta pada trauma tumpul toraks.
8. Hb (Hemoglobin)
Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan
tubuh.

F. Penatalaksanaan medis
1. Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun
di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus
mendapatkan tindakan yang tanggap darurat dengan memperhatikan
prinsip kegawatdaruratan.
Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan
masing-masing klien secara spesifik.Bantuan oksigenisasi penting
dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui
dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka
tindakan

tanggap

darurat

yang

dapat

dilakukan

yaitu

dengan

memperhatikan :
a. Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan
pada jalan napas.Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu,
kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk
atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan.Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross
Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk
Pada mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda
asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka
lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah
dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild
chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust
Manuver)
d. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)

Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik


melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan
hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini
dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.Bantuan napas
diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan
dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan
kondisi klien.
e. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi
jantung,

tekanan

darah,

vaskularisasi

perifer,

serta

kondisi

perdarahan.Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi


perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat
trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur
tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh darah
atau organ (multiple).Tindakan menghentikan perdarahan diberikan
dengan metode yang sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan
luka, pembuluh darah, hingga prosedur operatif.
Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada
penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat
hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari
RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.

f. Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan
jenis dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien
yang men galami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan
yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan

elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan


AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
2. Konservatif
a. Pemberian Analgetik
Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan kelanjutan
dari pemberian sebelumnya.Rasa nyeri yang menetap akibat cedera
jaringan paska trauma harus tetap diberikan penanganan manajemen
nyeri dengan tujuan menghindari terjadinya Syok seperti Syok
Kardiogenik yang sangat berbahaya pada penderita dengan trauma yang
mengenai bagian organ jantung.
b. Pemasangan Plak / Plester
Pada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan memerlukan
perawatan luka dan tindakan penutupan untuk menghindari masuknya
mikroorganisme pathogen.
c. Jika Perlu Antibiotika
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan
kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan
penyakit gawat, maka penderita dapat diberi broad spectrum antibiotic,
misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.
d. Fisiotherapy
Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif jika
penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy yang
sesuai dengan kebutuhan dan program pengobatan konservatif.
3. Invasif / Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
b. Ventilator

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu


sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan
negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama.( Brunner dan Suddarth,
1996).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Contoh kasus
Tn A. umur 33 tahun, beragama islam, pekerjaan PNS , alamat : jl.
Sultan alauddin , mengalami kecelakaan mobil. Klien menabrak truk yang
sedang berhenti saat itu ia tidak menggunakan sabuk pengaman sehinngga
dadanya membentur pada stir mobil. Tua A di bawah ambulan ke IGD RS.
Wahidin ,saat di kaji Tuan A mengeluh sesak napas,nyeri pada saat bernapas
dan tampak lebam pada dada. Lebam lebih tampak lebih hitam di bagian area
kanan , pergerakan dada pada saat bernapas tampak ppergerakan dada kanan

tertinggal dari dada kiri sehingga geraakan dada tidak simetris. Pada saat
auskultasi dada kanan lebih redup dari dada kiri , tampak fraktur iga ke 6-8
dengan hematopneumothoraks kanan di putuskan pemasangan water seal
drainage ( WSD ). Saat pemeriksaan TTV di dapatkan hasil :
RR
: 24x/i
Nadi : 88x/i
TD
: 120/90 mmHg
Suhu : 38c
B. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agam
Pekerjaan
Alamat

: Tn. A
: 33 tahun
: laki-laki
: islam
: PNS
: jl. Sultan alauddin

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan sesak napas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tn.A mengeluh sesak napas,nyeri pada saat bernapas dan tampak
lebam pada dada. Lebam lebih tampak lebih hitam di bagian area
kanan , pergerakan dada pada saat bernapas tampak ppergerakan dada
kanan tertinggal dari dada kiri sehingga geraakan dada tidak simetris.
Sesak di rasakan saat klien bergerak dan berkurang saat istirahat.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya
Imunisasi
Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil
Alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
Riwayat masuk RS
Klien mengatakan tidak pernah masuk RS sebelumnya
d. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan


yang berat maupun menular

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran umum : composmentis
b. TTV
RR
: 24x/i
Nadi : 88x/i
TD
: 120/90 mmHg
Suhu : 38c
c. Kepala
Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.
Inspeksi : Rambut beruban dan bersih.
d. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan),
e. Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen (kirii/kanan),bentuk
simetris (kiri/kanan)
Palpasi : Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
f. Hidung
Inspeksi : Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping
hidung
Palpasi: benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
g. Mulut dan faring
Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries,
lidah agak putih, nafas bau urea.
h. Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
i. Thoraks
Inspeksi: Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang
belakang, pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan
dada tidak simetris, terdapat retraksi intercostal, tampak

laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan,
tidak ada oedema dan jaringan parut, Tampak fraktur iga ke 68 dengan hematopneumothoraks kanan, terdapat pemasangan
Water Seal Drainage menggunakan sistem 3 botol.
Auskultasi: Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans)
normal, tidak ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan
lebih redup dari dada kiri
Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal,
bunyi jantung normal
Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara
normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan
pembengkakan, tidak ada secret.
j. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut
dan lesi, tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri
tekan
k. Ekstremitas atas (Tangan)
Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka
pada tangan kanan, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk
simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, kuku jari bersih, refleks
biceps dan trisep +
l. Ekstremitas bawah (Kaki)
Inspeksi : Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering
(kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5,terdapat
lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan
refleks babinski +

C. Analisa Data
No
.
1.

2.

3.

Data

Masalah

DS:
Ketidakefektifan
Klien mengeluh sesak
pola nafas
Klien mengatakan nyeri saat
bernafas
DO:
Klien
tampak
kesulitan
bernafas :
RR : 24x Permenit
Pergerakan
dada
kanan
tertinggal dari kiri
Gerakan dada tidak simetris
Tampak fraktur iga ke 6-8
DS:
Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri saat
bernafas
Klien mengeluh nyeri pada
dadanya
DO:
Klien tampak menahan nyeri
Tampak laserasi dan lebam
pada dada
Lebam lebih hitam diarea
kanan
Tampak fraktur iga ke 6-8
dengan
hematopneumothoraks kanan
Pemasangan
Water
Seal
Drainage
DS:
Ansietas
Klien mengeluh gelisah dan
cemas

DO:
Klien terlihat gelisah
Klien terlihat tegang

D. Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal ditandai dengan gerakan dada tidak simetris.
2. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga ditandai dengan tampak lebam
pada dada
3. Ansietas berhubungan dengan cemas ditandai dengan kurang pengetahuan
pasien

E. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Rencana Keperawatan
No
Tujuan
dan
Intervensi
Keperaw
.
atan
kriteria hasil
1.
Diagnosa Tujuan :
1. Posisikan
1.
1
Setelah dilakukan
pasien untuk
intervensi selama
memaksimalka
3x24
jam
n ventilasi
2.
Anjurkan
2.
diharapkan pola
pasien untuk
nafas
klien
istrahat
dan
kembali normal
kurangi
dengan
aktivitas
kriteria hasil :
3. Pasang mayo 3.
Klien
bila perlu
menyatakan
4. Pertahankan
4.
tidak sesak
jalan
nafas
Klien
yang faten
mengatakan
5. Pemberian
5.
tidar terjadi
oksigan sesuai
nyeri
saat
petunjuk
bernafas
dokter
RR
dalam
batas normal
Gerakan dada
simetris
6. Monitor pola 6.
d.
nafas
2

Rasional
Diharapkan pasien
biasa
kembali
bernafas
dengan
baik
Diharapkan
agar
sesak
nafas
berkurang

Diharapkan pasien
tidak sesak nafas
Diharapkan
agar
pasien
tidak
kembali sesak nafas
Konsentrasi
oksigen yang tinggi
mempercepat
penyerapan udara
yang terperangkap
dalam
jaringan
subkutan
Diharapkan
pola
nafas
dalam
keadaan normal

1.

2.

2.

Diagnosa
2

Tujuan :
1. Lakukan
1. Diharapkan dapat
Setelah dilakukan
pengkajian
diketahui
lokasi
intervensi selama
nyeri
secara
nyeri,karakteristik,d
3x24
jam
komprehensif
urasi,
frekuensi,
diharapkan nyeri
termaksud
kualitas dan factor
klien berkurang
lokasi,
presipitasi
dengan
karakteristik,
kriteria hasil :
durasi,
frekuensi,
Mampu
kualitas
dan
mengontrol
factor
nyeri ( tahu
presipitasi
penyebab
2.
Control
2. Diharapkan nyeri
nyeri, mampu
lingkungan
dapat berkurang
menggunakan
yang
dapat
tehnik
mempengaruhi
nonfarmalogi
nyeri
seperti
untuk
suhu ruangan
mengurangi
,pencahayaan,
nyeri
,
dan kebisingan
mencari
3. Berikan
3. Diharapkan nyeri
bantuan)
analgetik
untuk
dapat berkurang
Melaporkan
mengurangi
bahwa nyeri
nyeri
berkurang

3.

Diagnosa
3

dengan
4. Ajarkan teknik 4. Diharapkan
agar
menggunakan
non
dapat mengurangi
manajemen
farmokologi :
nyeri
nyeri
nafas dalam dan
Mampu
relaksasi
5.
Tingkatkan
mengenali
5. Diharapkan dengan
istrahat
nyeri
begitu nyeri bias
(skala,intesita
berkurang
s, frekuensi
2.
2.
dan
tanda
nyeri)
Menyatakan
3.
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang

Tujuan :
Setelah dilakukan
intervensi selama
2x24
jam
diharapkan
pemahaman klien
tentang kondisi /
proses penyakit,
prognosis
dan
pengobatan
bertambah
dengan
kriteria hasil :
Pasien
mampu
mengidentifi
kasi
dan
mengungkap
kan gejalah
cemas

1. Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan
2. Libatkan
keluarga untuk
mendamping
klien
3. Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis dan
prognosis
4. Dorong pasien
untuk
mengungkapka
n
perasaan
,ketakutan dan
persepsi
5. Kelolah

1. Diharapkan pasien
tidak
tambah
cemas
2. Agar klien lebih
tenang
dan
kecemasan
berkurang
3. Diharapkan pasien
dapat mengetahui
tentang
penyakit
sehingga
kecemasan
berkurang
4. Agar pasien lebih
rileks dan tingkat
kecemasan
berkurang

Mengidentifi
kasi,
mengungkap 5
kan
dan
menunjukkan
teknik untuk
mengontrol
cemas
Vital
sign
dalam batas
nomal
Poster
tubuh
,ekspresi
waja, bahasa
tubuh
dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

pemberian obat 5. Diharapkan


anti cemas
cemas
berkurang

agar
dapat

F. Implementasi
N
o
1

Implementasi

Evaluasi

memposisikan pasien untuk S : klien mengataakan sesak napas

memaksimalkan ventilasi
menganjurkan pasien untuk
istrahat dan kurangi aktivitas
memasang mayo bila perlu
mempertahankan jalan nafas
yang faten
memberiakan oksigan sesuai
petunjuk dokter
memonitor pola nafas

berkurang

Lakukan pengkajian nyeri


secara
komprehensif
termaksud
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi
Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti
suhu
ruangan
,pencahayaan, dan kebisingan
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
Ajarkan
teknik
non
farmokologi : nafas dalam
dan relaksasi
Tingkatkan istrahat

S : klien mengatakan
merasakn nyeri

Gunakan pendekatan yang


menenangkan
Libatkan keluarga untuk
mendamping klien
Berikan informasi faktual
mengenai
diagnosis
dan
prognosis
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan

S : klien mengatakan sudah tidak


cemas lagi

O: pernapasan 24x/i
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

masih

O: skala nyeri 4-6


A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

O: klien tampak tenang


A: masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

,ketakutan dan persepsi


Kelolah pemberian obat anti
cemas

DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001, Kamus Saku Keperawatan, EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Nasrul Effendi, 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth

Anda mungkin juga menyukai