Kep
KELOMPOK : V
Maryani Kastella
Junaidi Pardi
Silviana S. Ida
Misnah Sahut
Oktavina Inyomusi
Asrizal
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas
tentangKALSIUM dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya
tentang KALSIUM Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan
memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Saat ini, congestive heart failure (CHF)atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden dan angka kejadiannya
(prevalensinya) terus meningkat. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
pertahun pada kasus gagal jantung ringan, yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang dirumah sakit (readmission), meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan
secara optimal.
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi kronis apabila disertai
dengan penyakit penyakit seperti hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati (kelainan
fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat berubah menjadi akut dan berkembang secara
tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit serangan jantung akibat aliran darah ke otot
jantung).
B.
TUJUAN PENULISAN
A. Mengetahui pengertian dari penyakit gagal jantung.
B. Mengetahui Etiologi dari penyakit gagal jantung.
C. Mengetahui Patofisiologi dari penyakit gagal jantung.
D. Mengetahui manifestasi klinis pada penyakit gagal jantung.
E. Mengetahui penemuan diagnostik pada penyakit gagal jantung.
F. Mengenal komplikasi yang terjadi pada penyakit gagal jantung.
G. Mengetahui terapi medis untuk penyakit gagal jantung.
H. Asuhan Keperawatan gagal jantung.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
congestive heart failure (CHF)atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan
satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden dan angka kejadiannya (prevalensinya) terus
meningkat. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada kasus
gagal jantung ringan, yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang dirumah
sakit (readmission), meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi kronis apabila disertai
dengan penyakit penyakit seperti hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati (kelainan
fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat berubah menjadi akut dan berkembang secara
tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit serangan jantung akibat aliran darah ke otot
jantung).
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar
3000 penduduk Amerika Serikat diketahui menderita CHF.Pada umumnya, CHF diderita lansia
yang berusia 50 tahun. Angka kejadiannya akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia
di atas 50 tahun (Aronow et al,1998). Menurut penelitian sebagian besar lansia yang didiagnosis
CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess, 1998).
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian darah pada vena
normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit
yang terbatas pada satu organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang
ditandai dengan respons hemodinamik, renal, neural, dan hormonal (Mutaqqin,2009).
Salah satu definisi lain yang diajukan mengenai gagal jantung adalah suatu keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung. Kelainan ini mengakibatkan jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan.Atau, jantung hanya mampu
memompa darah jika disertai peninggian volume diastolic secara abnormal (Mansjoer, 2000)
B.ETIOLOGI
1. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, yang
berdampak pada menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi atterial, dan penyakit
otot degenerative atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Kelainan ini mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung.Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal ginjal.
3. Hipertensi Sistemik atau Hipertensi Pulmonal
Gangguan ini menyebabkan meningkatnya beban kerja jantung dan pada giliriannya
juga turut mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap
sebagai mekanisme kompensasi, karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Gangguan kesehatan ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung dapat merusak serabut jantung dan menyebabkan kontraktilitas menurun.
C.PATOFISIOLOGI
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan
bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran
(forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran
darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk
mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi
ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian
kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen
oleh jaringan.
Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat
gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung
pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF).
Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung, sehingga menimbulkan manifestasi klinik
dan masalah keperawatan
D.MANIFESTASI KLINIS
Meningkatnya volume intravaskuler.
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat.
Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis sehingga cairan mengalir dari
kapiler paru ke alveoli, yang dimanifestasikan dengan batuk dan napas pendek.
Edema perifer umum dan perubahan berat badan akibat tekanan sistemik.
Turunnya curah jantung akibat darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ.
Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal yang pada
gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi Na dan cairan,
serta
Penurunan perfusi jaringan b/d penurunan curah jantung kongesti vena sekunder
terhadap kegagalan kompensasi jantung.
Kerusakan pertukaran gas b/d akumulasi cairan dalam alveoli paru sekunder terhadap
F. KOMPLIKASI
Komplikasi akibat gagal jantung adalah:
Shock Kardiogenik
Shock Kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri.
Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan.Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus
Shock Kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut.Gangguan ini
disebabkan oleh hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan
nekrosis vocal di seluruh ventrikel, karena ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan persediaan oksigen miokardium.
Edema paru paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul dibagian
tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial
paru-paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. Penyebab kelainan
paru-paru yang paling umum adalah:
Gagal jantung sisis kiri (penyakit katub mitral) yang mengakibatkan
peningkatan tekanan kapiler paru-paru,sehimgga membanjiri ruang
atau
gas
sulfur
dioksida).masingmasing
infeksi
tersebut
G.
TERAPI MEDIS
Terapi medis untuk pasien gagal jantung adalah:
Pemberiaan oksigen
Pemberian oksigen sangat dibutuhkan ,terutama pada pasien gagal jantung yang
disertai edema paru.pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium
dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
curah
jantung
lanjut,penurunan
pulmonary
artery
wedge
Diuretik
Selain tirah baring(bed rest),pembatasan garam dan air serta diuretic baik oral
maupun parenteral akan menurunkan preload dan kerja jantung.diuretik memiliki
efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium.hal ini
menyababkan penuruna volume cairan dan merendahkan tekanan darah
BAB II
TINJAUAN KASUS
A.PENGKAJIAN
1,Identitas
a.Identitas Pasien
Nama
: Tn.A
Umur
: 59 tahun
Jenis kelamin
Agama
: Laki-laki
: Islam
Alamat
: 13-06-2011
Diagnosa medis
No RM
: 070680
: Ny.T
Umur
: 36 Tahun
Alamat
: Anak
2.Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Sesak nafas
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien kiriman dari IGD dengan keluhan sesak nafas
lalu, kumat-kumatan , sakit kepala, lemes, TD 160/110 mmHg, Nadi 102 x/m, RR 26
x/m dan Suhu 37 C.
Failure) sebelumnya,
Abdomen:
Ektrimitas: tidak terdapat edema kaki, ektremitas atas sinistra terpasang IVFD RL 12
TPM, tidak ada jejas, kekuatan otot ektremitas atas 5/5, kekuatan otot ekstremitas bawah
5/5.
Genetalia: tidak terpasang DC,
Kulit: akral hangat, turgor kulit cukup, CRT < 2 detik, tidak ada sianosis.
ANALISA DATA
DATA FOKUS
DS:
PATHWAY
Fungsi pompa
Pasien mengatakan
sesak.
jantung kiri
RR 26 x/m
retraksi
dinding dada.
Penggunan
otot
Darah menumpuk di
jantung kanan
bantu pernafasan.
PROBLEM
Ketidakefektifan
pola nafas
DO:
Tampak
ETIOLOGI
Hiperventilasi
Darah menumpuk
di PD pulmo
Permeabilitas
ke ektrasel
sesak.
Pasien mengatakan
sakit kepala
DO:
Edema
paru
Pola
nafas inefektif
TD 160/110 mmHg
RR 26 x/m
Kompensasi
jantung
Suplay darah
kejantung
Kerja jantung
02 ke jantung
CH
F
Metabolisme
ana erob
SV
Kerusakan
Curah jantung :
ventrikular
penurunan
CO
Curah
penurunan
jantung
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidak efektifan Pola nafas b.d hiperventilasi
Penurunan Curah jantung b.d Kerusakan ventrikular
D.INTERVENSI
NO
DX
Dx
I
Diagnosa
keperawatan
Ketidakefektifan
pola nafas
1.
b.d Hiperventilasi
DS:
Pasien
mengatakan sesak.a.
DO:
RR 26 x/m
b.
Tampak retraksi
dinding dada.
c.
Penggunan
otot
d.
bantu pernafasan.
Bunyi paru krecles
Edema pulmo
Intervensi/NIC
NOC :
1.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2.
selama 1x24 jam,
diharapkan :
3.
Tidak ada retraksi
4.
dinding dada
Tidak menggunkan otot
5.
bantu pernafasan
Bunyi paru vasikuler 6.
Menunjukkan jalan nafas
yang paten RR 16-20 x/m
N
O
DX
Dx
II
Diagnosa
keperawatan
Penurunan Curah
jantu ng : b.d
Kerusakan
ventrikular
DS:
Pasien
1.
mengatakan sesak.
Pasien
mengatakan sakit
kepala
2.
DO:
TD
160/110
3.
mmHg
RR 26 x/m
Nadi 102 x/m
Intervensi
E.
IMPLEMENTASI
No
DX
1
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON
13/06/11
22.00
-S:37CTD:150/100mmHg
N:88x/m
-Memonitor
frekuensi,
irama
pernapasan.
-Memonitor aliran oksigen
-Auskultasi suara nafas
-Kolab: pemberian obat sesuai ind
-Memposisikan pasien semifowler
dan pertahankan posisi pasien.
-Mengajari pasien nafas dalam
-RR:24x/m teratur
-Tidak sianosis
-Pasien tenang
1
1
1
1
1
22.15
23.00
23.15
2
2
23.30
23.35
14/06/11
05.00
-Sesak berkurang,
-Suara nafas crekels
-Tx masuk
-Sesak berkurang
-Pasien rileks
pasien
05.30
Inteke :500+1500=2000 cc
Out put :400+200=600cc
No
DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON
1
1
1
14/06/11
05.45
05.55
06.05
06.15
2
2
06.20
07.00
07.15
08.30
1&
2
09.00
10.15
No
DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
-Memonitor TD, nadi, dan suhu
-Memonitor
frekuensi,
pernapasan.
-Memonitor aliran oksigen
12.00
12.15
13.00
-Tidak sianosis
-Pasien tenang
-Pasien tenang
-sesak sudah berkurang
1&2 11.30
1
1
RESPON
-S:37C
TD:130/86mmHg
N:85x/m
irama RR: 20x/m teratur
1
1
13.30
14.15
Inteke :500cc
Out put :1000+210=1210cc
14.30
-Tidak sianosis
14.35
F.
17.00
DX
TGL/JAM
1&2 18.00
S:37C
TD:130/94mmHg
N:91x/m
irama RR:18x/m teratur
18.15
1
1
18.30
20.55
21.00
-Memonitor
frekuensi,
pernapasan
-Auskultasi suara nafas
Suara nafas vesikuler
-Kolab: pemberian obat sesuai Sesak berkurang, Tx masuk
indikasi
-Memantau intake dan output cairan Inteke :350+100=450 cc
Out put :60+300=360cc
EVALUASI
NO
DX
DX I
1.
2.
3.
4.
S:Pasien
mengatakan
sesak
O:RR:26x/m teratur
Suaran nafas crekels
A: Ketidakefektifan pola
nafas
P: Lanjut intervensi
Monitor TD, nadi,
1.
suhu, dan RR
Monitor frekuensi &
2.
irama pernapasan.
Monitor aliran oksigen
Auskultasi suara nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
EVALUASI
14/06/2011 jam 14.00
S:Pasien
mengatakan
tidak sesak
O:
RR:20x/m teratur
Suaran nafas vasikuler
A: Pola nafas efektif
P: Pertahankan kondisi
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
1.
Monitor frekuensi &
irama pernapasan.
2.
5.
DX II
1.
2.
3.
4.
a.
Posisikan
pasien
Kolab : Rongen bila
perlu
S: Pasien mengatakan
S: Pasien mengatakan lemes
lemes
S:37C TD:130/88mmHg
O:S:37C
N:102x/m N:75x/m
TD:160/110mmHg ,EKG
Takikardi
Inteke :500+1500=2000 Inteke :500cc
cc
Out put :1000+210cc
Out put:400+200=600cc
A: Penurunan Curah
A: Penurunan Curah jantung
jantung
P: Lanjut intervensi
P: Lanjut intervensi
1.
Catat bunyi jantung,
Catat bunyi jantung, sianosis
1.
sianosis
2.
Pantau intake dan
Pantau intake dan output cairan,
2.
output cairan,
3.
Berikan istirahat total
Berikan istirahat total pada pasien di tempat
3.
pada pasien di tempat tidur
tidur
4.
Kolaborasi :
5.
Kolaborasi :
4.
Berikan oksigen sesuai
a.
Berikan oksigen sesuai
5.
indikasi.
indikasi.
a.
b.
b.
S: Pasien mengatakan
lemes
O:S:37C
TD:130/86mmHg
N:85x/m, RR: 20x/m
Inteke :300+100=450
cc
Output
:
60+300=360cc
A: Penurunan Curah
jantung
P: Lanjut intervensi
Catat bunyi jantung,
sianosis
Pantau intake dan
output cairan,
Berikan istirahat
total pada pasien di
tempat tidur
Kolaborasi :
Obat
sesuai
indikasi.
Obat sesuai indikasi. b.
Pantau EKG
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
CHF atau yang sering disebut dengan gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah keseluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat
pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini
dapat menjadi kronis apabila disertai dengan penyakit penyakit seperti hipertensi, penyakit
katup jantung, kardiomiopati (kelainan fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat
berubah menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit
serangan jantung akibat aliran darah ke otot jantung).
Gagal jantung juga sering disebut suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian darah
pada vena normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah
suatu penyakit yang terbatas pada satu organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan
jantung yang ditandai dengan respons hemodinamik, renal, neural, dan hormonal
(Mutaqqin,2009).
B.
SARAN
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang gagal
jantung, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku buku yang berhubungan dengan gagal
jantung.Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan penulisan makalah
makalah selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Muhamad ardiansyah. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva press:Jogyakarta.
J Corwin, Elizabeth.Buku saku patofisiologi.EGC.
Juni, Wajan. Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika.
Brasher.Aplikasi Klinis patofisiologis pemeriksaan dan manajemen, edisi 2. EGC