DISUSUN OLEH:
ANGGRATRISNA AJANI
2
PADANG
2018
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
iii
1. Definisi CHF………………………………………………………………… 5
2. Etiologi CHF………………………………………………………………... 5
3. Patofisiologi CHF …………………………………………………………... 6
4. Manifestasi Klinis…………………………………………………………... 9
5. Komplikasi CHF……………………………………………………………. 9
6. Penatalaksanaan CHF……………………………………………………..... 10
7. Diagnostik………………………………………………………………….. 11
B.Teori Keperawatan Model Sistem Neuman ………………………………12
iii
iv
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan…………………………………………………………………50
4.2.Saran……………………....………………………………………………..50
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
v
vi
bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu 5
tahun (Yancy, 2013). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2015, prevalensi gagal
jantung di Indonesia sebesar 0,3%. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia yaitu
sebesar 9,2% yang meningkat seiring dengan peningkatan umur dan mempunyai
angka yang lebih tinggi pada wanita, status ekonomi yang lebih rendah, perilaku
merokok, pasien dengan diabetes mellitus, hipertensi, dan obesitas (Riskesdas, 2013).
Prevalensi faktor risiko jantung dan pembuluh darah, seperti makan makanan asin
24,5%, kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 49,2%, perokok setiap
hari 23,7% dan konsumsi alkohol 4,6% (Depkes RI, 2015).
vi
vii
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
vii
viii
2. Tujuan Khusus
viii
ix
C. Manfaat
b. Bagi Keilmuan
ix
x
x
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi CHF
2) Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner ini dapat mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Patofisiologi CHF
1) Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2) Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
3) Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di
timbulkan oleh tekanan arteriole.
4. Manifestasi Klinis
a. Terapi Farmakologi
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
2) Antagonis aldosteron
3) Obat inotropik
4) Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi.
6) Inhibitor ACE
7. Diagnostik
a. Elektrokardiografi (EKG)
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan tersier
Bab ini menguraikan penerapan Model Sistem Neuman (MSN) pada kasus
kelolaan pasein dengan gangguan sisem kardiovaskuler: Congestive Heart Failure
(CHF)
1) Profil pasien
b. Gaya Hidup.
1) Sebelum sakit : pasien masih bisa mengerjakan pekerjaan sebagai kepala
keluarga yaitu bekerja ke ladangnya.
2) Pasien mempunyai perhatian/ peduli kepada keluarga istri dan anak-anak.
3) Aktivitas keagamaan pasien tetap dilakukan oleh pasien dengan rajin
menjalankan sholat.
4) Pasien mempunyai dukungan pasangan dan keluarga; pasien menikah dan
mempunyai 2 orang putra dan 3 orang putri. Hubungan pasien dengan anak-
anak baik.
5) Kebiasaan diet tidak teratur lebih banyak konsumsi daging-dagingan,
makanan berlemak, tidak berolahraga, suka makan gorengan.
6) Penggunaan waktu luang: melakukan kegiatan bersama dengan istri anak-
anak dan keluarga besarnya, di rumah.
1) Pasien menyatakan merasa kurang nyaman akibat adanya rasa nyeri dan
kesulitan bernafas yang dirasakan oleh pasien.
d. Harapan kedepan
1) Harapan pasien setelah dirawat saat ini: Pasien sangat berharap dapat
melaksanakan aktivitas seperti semula setelah mengalami perawatan.
2) Harapan pasien terhadap revaskularisasi koroner : tidak terjadi
penyempitan/sumbatan lagi pada pembuluh darahnya. Pasien berharap dapat
mempertahankan kondisi kesehatan dengan melakukan pengaturan diit
makanan, pengontrolan pengobatan sesuai anjuran, perubahan gaya hidup.
3) Pasien memutuskan untuk menjaga pola makan yang sehat yaitu menghindari
makanan berlemak, mengurangi konsumsi garam.
1) Setiap ada masalah didiskusikan dengan istri dan diputuskan secara bersama.
2) Pasien selalu meminta pendapat dan saran dari tenaga kesehatan terkait
dengan status kesehatannya.
3) Pasien setuju atas pertimbangan medis/ kesehatan terkait dengan kondisinya
untuk dilakukan pengecekan dan operasi.
4) Pasien menerima dan kooperatif setiap tindakan yang diperlakukan
kepadanya.
d. Antisipasi kedepan
Kesadaran compos mentis,Tinggi badan 155 cm, berat badan 50 kg, IMT:24,22
(KgBB/m2).
Status neurologis: kesadaran CMC, orientasi waktu tempat dan orang baik,
pelebaran pupil normal, motorik atas dan bawah baik, kiri dan kanan baik.
c. Faktor perkembangan
E. Faktor-faktor Interpersonal
F. Faktor-faktor ekstrapersonal
a) Semua fasilitas kesehatan tersedia di dekat tempat tinggal pasien.
b) Tersedia fasilitas komunikasi, dan transportasi.
c) Tinggal di kota Mataram
d) Pendapatan jaminan Askes.
G. Pemeriksaan Penunjang:
a. EKG:Sinus Rhytm, HR 117x/mnt, SR. QRS.Rate 108x/mnt, axis LAD, PR int
0,12”, QRS durasi 0.08 ”, ST elevasi III,aVF,infark (-), iskemik (-) hipertropi (+)
(tgl 19 Maret 2018)
b. Gambaran foto rontgen: menunjukkan adanya kardiomegali.
c. Laboratorium tgl 20 Maret 2018
H. Penatalaksanaan Medis
Do:
● Repirasi: 30 x/menit
meskipun terpasang O2
binasal 5 lpm
● TD:149/86 mmHg ,
● Nadi:98 x/menit.
● Pernafasan tampak cepat
dan dangkal
● Terdengar suara nafas
tambahan di ICS 4 dan 5
kiri
● Hasil AGD : pH: 7.34,
pCO2: 45 mmHg
2. Ds: kontraktilitas & Penurunan curah
● Mengeluh nyeri pada pengisian ventrikuler jantung
dada tidak adekuat
● Pasien mengeluh nyeri
dada makin terasa meski
hanya aktivitas ringan
Do:
● pulsasi arteri perifer
teraba cukup kuat+/+,
● ekstremitas hangat, pucat
(-).
● TD:149/86 mmHg ,
● Nadi:98 x/menit.
● Repirasi: 30 x/menit
● EKG: ST, HR 117x/mnt,
Axis (Normal), P wave
(N), PR int 0,16dtk,QRS
durasi 0,08dtk,infark (-),
iskemik (-) hipertropi (+)
● Hasil rontgen :
kardiomegali
2. Ds : Ketidak seimbangan Intoleransi
● Pasien mengatakan badan antara Aktivitas
lemas dan terasa tidak kebutuhan dan suplai
bertenaga oksigen
● Pasien mengatakan badan
terasa lemas meski hanya
beraktivitas ringan saja.
Do :
● Posisi tidur terlentang dan
kepala di tinggikan ± 150
● Pasien tampak pucat
● Hb = 12,7 g/dl
● Makan minum di bantu
● Eliminasi urin dengan
kateter
● Kebutuhan hygene
terpenuhi dengan bantuan
1. Pola Nafas Tidak Efektif Tujuan: untuk mencapai 1. Manajemen Jalan Nafas
b.d ketidakseimbangan keseimbangan ventilasi- 2. Terapi Oksigen
ventilasi-perfusi perfusi Aktivitas
1. Status Pernafasan Pencegahan Primer:
- Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil yang ingin
memaksimalkan ventilasi
dicapai:
- Monitor rata-rata,
- Frekuensi pernafasan
kedalaman, irama dan
- Irama pernafasan
usaha respirasi
- Kedalaman inspirasi
- Monitor status pernafasan
- Saturasi O2
dan oksigenasi tambahan
- Penggunaan otot bantu
- Palpasi kesimetrisan
nafas
ekspanasi paru
- Retraksi dinding dada
- Monitor kelelahan otot-
- Mengantuk
otot diafragma
- Demam
- Auskultasi suara nafas
- Perasaan kurang
- Monitor keluhan sesak
istirahat
nafas pasien
2. Status Pernafasan :
- Monitor aliran oksigen
Ventilasi
- Monitor eefektifitas
Kriteria hasil yang ingin pemberian oksigen
dicapai:
Pencegahan Sekunder
- Tekanan darah normal
- Catat pergerakan dada
- Denyut nadi normal
- Identifikasi pasien
- Asites tidak ada
perlunya pemasangan alat
- Kelelahan
- Peningkatan berat bantu jalan nafas
badan
Pencegahan Tersier
- Wajah pucat
- Monitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas
- Monitor suara nafas
- Monitor peralatan
oksigen untuk
memastikan alat tiadk
memgganggu pasien
bernafas
- Monitor kecemasan
pasien.
2. Daya tahan
Pencegahan Sekunder:
- Bantu Pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Indikator :
- Bantu untuk memilih
- Melakukan aktivitas aktivitas konsisten
rutin yangsesuai dengan
- Aktivitas fisik kemampuan fisik,
- Daya tahan otot psikologi dan social
- Oksigen darah ketika - Bantu untuk
beraktifitas mengidentifikasi dan
- Hematokrit mendapatkan
- Kelelahan sumbersumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
- Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
- Bantu Pasien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
- menumbuhkan motivasi
diri
- Monitor respon fisik,
emosi,
- social dan spiritual
Pencegahan Tersier
- Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
program terapi yang tepat
- Lakukan atau bantu
pasien terkait perawatan
mulut sebelum makan
Pencegahan tersier
- Melakukan kolaborasi dengan petugas
rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
- Membantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
Nyeri Akut Pencegahan Primer S:
- Mengkaji nyeri secara komprehensif - Pasien mengatakan dapat
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, mentoleransi nyeri dengan
frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor intensitas ringan.
pencetus terjadinya nyeri.
O:
- Melakukan observasi tanda-tanda non
- Skala nyeri 5-6 dari 10
verbal ketidaknyamanan.
- TD sistolik 100/60 mmHg,
Pencegahan sekunder HR 84 x/mnt,
- Mengajarkan teknik mengurangi rasa - Irama jantung regular, suhu
nyeri dengan menggunakan teknik non perifer hangat, CRT < 3
farmakologik yaitu dengan teknik detik.
relaksasi. - Pasien mau melakukan
- Memberikan morfin 10 mikro/kgBB/jam teknik relaksasi.
- Mendorong pasien untuk menggunakan
A : Nyeri terkontrol
pengobatan anti nyeri secara adekuat.
P:
Pencegahan tersier - Lanjutkan intervensi, tetap
- Memberikan informasi yang akurat pada monitor perubahan
keluarga untuk meningkatkan hemodinamik
pengetahuan dan respon pengalaman - Pasien diinstruksikan
nyeri. pulang, selanjutnya berobat
- Membantu pasien dan keluarga untuk jalan.
mendapatkan dukungan.
- Menggunakan keluarga dan orang teman
dekat lainnya sebagai sumber support
pasien.
- Melakukan kerja sama dengan keluarga
untuk melaksanakan metode
menurunkan nyeri.
CATATAN PERKEMBANGAN
Pencegahan tersier
- Melakukan kolaborasi dengan petugas
rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
- Membantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
Pencegahan tersier
- Melakukan kolaborasi dengan petugas
rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
- Membantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
Nyeri Akut Pencegahan Primer S:
- Mengkaji nyeri secara komprehensif - Pasien mengatakan dapat
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, mentoleransi nyeri dengan
frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor intensitas ringan.
pencetus terjadinya nyeri.
O:
- Melakukan observasi tanda-tanda non
- Skala nyeri 5-6 dari 10
verbal ketidaknyamanan.
- TD sistolik 100/60 mmHg, HR
Pencegahan sekunder 84 x/mnt,
- Mengajarkan teknik mengurangi rasa - Irama jantung regular, suhu
nyeri dengan menggunakan teknik non perifer hangat, CRT < 3 detik.
farmakologik yaitu dengan teknik - Pasien mau melakukan teknik
relaksasi. relaksasi.
- Memberikan morfin 10 mikro/kgBB/jam
A : Nyeri terkontrol
- Mendorong pasien untuk menggunakan
P:
pengobatan anti nyeri secara adekuat.
- Lanjutkan intervensi, tetap
Pencegahan tersier monitor perubahan hemodinamik
- Memberikan informasi yang akurat pada - Pasien diinstruksikan pulang,
keluarga untuk meningkatkan selanjutnya berobat jalan.
pengetahuan dan respon pengalaman
nyeri.
- Membantu pasien dan keluarga untuk
mendapatkan dukungan.
- Menggunakan keluarga dan orang teman
dekat lainnya sebagai sumber support
pasien.
- Melakukan kerja sama dengan keluarga
untuk melaksanakan metode menurunkan
nyeri.
A. Kesimpulan
Secara garis besar intervensi yang dilakukan pada Pasien dengan CHF adalah
meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat atau pembatasan aktivitas, serta penerapan evidence based nursing
“terapi pijat” untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi kecemasan pasien.
B. Saran
Setelah melakukan studi kasus, kami mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak kami mampu
69
Albert, N. M., Gillinov, A. M., Lytle, B. W., Feng, J., Cwynar, R., & Blackstone, E.
H. (2009). A randomized trial of massage therapy after heart surgery. YMHL,
38(6), 480–490. https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2009.03.001
Hamid, Achir Yani S. Ibrahim, K. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya
Mereka. 8th. Vol. 2. Elsevier : Indonesia
Holland, R., Rechel, B., Stepien, K., Harvey, I. (2010) Patients Self Assessed
Functional Status in Heart Failure by New York Heart Association Class :
A Prognostic Predictor of Hospitalization, Quality of Life and Death.
Journal of Cardiac Failure (16) : 150-156
Liu, G., & Yeh, S. (2013). Effect of Back Massage Intervention on Anxiety ,
Comfort , and Physiologic Responses in Patients with Congestive Heart
Failure, 19(5), 464–470. https://doi.org/10.1089/acm.2011.0873 massage.
(n.d.).
70
71
Neuman, B. (2012). The Neuman system model definition, dalam Betty N. & Jean
F. (Eds), The Neuman system model. Edisi 5 (hlm.322-324). Pearson, NJ:
Prentice-Hall.
Tomey & Alligood. (2017). Nursing Theories and Their Work. 8h Edition. St Louis,
Missouri : Mosby, Inc
Smeltzer & Bare.(2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.EGC:
Jakarta