Anda di halaman 1dari 19

CONGESTIVE HEART FAILURE

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medika Bedah 3

Dosen Pengampu : Danang Tri Yudono. S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelompok 14

Nama Anggota :

1. Tri Retno Nurasih (200203115)


2. Nico Mudayana (200203121)
3. Ikhsan Saifudin (200203130)

PROGRAM STUDI AJ S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah Keperawatan Medikal Beda ini
kita mampu mempelajari dengan baik serta menyelesaikannya dengan lancar. Sholawat
serta salam kita tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang dengan jasanyalah kita
mampu terbebas dari belenggu jaman kejahiliyahan menuju jaman yang terang
benderang.
            Makalah ini disusun untuk pembaca memperluas pengetahuan mengenai teori
Chf (Congestive Heart Failure). Walaupun makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca dalam
penyusunan makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.

Purwokerto, 1 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
A. Pengertian Gagal Jantung CHF....................................................................... 3
B. Etiologi dri Gagal Jantung CHF ...................................................................... 3
C. Patofisiologi Gagal Jantung CHF..................................................................... 4
D. Tanda dan gejala Gagal Jantung CHF.............................................................. 7
E. Faktor resiko Gagal Jantung CHF.................................................................... 8
F. Pemeriksaan penunjang Gagal Jantung CHF.................................................. 8
G. Penatalaksanaan Gagal Jantung CHF............................................................... 9
H. Fokus pengkajian Gagal Jantung CHF............................................................. 10
I. Analisa Pico kasus Gagal Jantung CHF........................................................... 13
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung kongestif merupakan keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal
jantung kiri diikuti gagal jantung kanan, terjadi di dada karena peningkatan
kebutuhan oksigen (Mansjoer, 2009).
Menurut Brashers dalam Syandi (2008) masalah kesehatan dengan penyakit
Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi. CHF
merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas yang tinggi. WHO
(2013) melaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Kajian
epidemiologi menunjukkan bahwa ada 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika
Serikat menderita Congestive Heart Failure (CHF) terjadi 700.000 perawatan di
rumah sakit pertahun. Sedangkan di Eropa dan Jepang masing-masing terdapat
sekitar 6 juta dan 2,5 juta kasus dan hampir 1 juta kasus baru didiagnosa tiap
tahunnya di seluruh dunia.
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit jantung yang angka
kejadiannya di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan
Hasil Riskesdas Kemenkes RI (2013), prevalensi penyakit jantung coroner di
Indonesia mencapai 0,5% dan gagal jantung sebesar 0,13% dari total penduduk
berusia 18 tahun keatas.
Menurut Rosdahl (2015) gagal jantung diderita oleh sekitar 5 juta orang di
Amerika Serikat, dengan 500.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahun. Berlawanan
dengan penurunan kematian akibat penyakit kardiovaskuler lain, insiden gagal
jantung dan kematian terkait dengan gagal jantung telah meningkat dengan stabil
sejak 1975. Sekitar 300.000 pasien meninggal karena konsekuensi langsung atau
tidak langsung dari gagal jantung setiap tahun dan jumlah kematian karena gagal
jantung terus meningkat 6 kali lipat setelah 40 tahun. Gagal jantung merupakan
penyakit primer pada orang berusia lanjut, mengenai 6% sampai 10% orang berusia
lebih dari 65 tahun. Penyakit ini juga merupakan kasus terbanyak yang
menyebabkan orang berusia lanjut dirawat di rumah sakit

1
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep penyakit dan cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF)?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pengertian dan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien Congestive Heart Failure (CHF).
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran pengertian CHF.
b. Memberikan gambaran etiologi dri CHF.
c. Memberikan gambaran patofisiologi CHF.
d. Memberikan gambaran tanda dan gejala CHF.
e. Memberikan gambaran faktor rsiko CHF.
f. Memberikan gambaran pemeriksaan penunjang CHF.
g. Memberikan gambaran penatalaksanaan CHF.
h. Memberikan gambaran fokus pengkajian CHF.
i. Analisa Pico khasus CHF.
D. Manfaat Penulisan
1. Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit CHF
2. Perawat
Menambah keluasan ilmu keperawatan untuk menerapkan pada asuhan
keperawatan pasien CHF
3. Rumah sakit
Memperoleh ilmu mengenai penatalaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan CHF sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan Rumah
Sakit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Gagal jantung merupakan suatu kondisi ketika jantung tidak dapat memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh yang ditentukan
sebagai konsumsi oksigen. Gagal jantung terjadi karena perubahan fungsi sistolik
dan diastolik ventrikel kiri. Jantung mengalami kegagalan sehingga tidak dapat
menangani jumlah darah yang normal atau pada kondisi tidak ada penyakit, tidak
dapat melakukan toleransi peningkatan volume darah mendadak (misalnya selama
latihan fisik). Kegagalan pompa menyebabkan hipoperfusi jaringan diikuti kongesti
pulmonal dan vena sistemik. Gagal jantung menyebabkan kongesti vaskular
sehingga disebut juga sebagai gagal jantung kongestif (Black dan Hawks, 2014).
Congestive Heart Failure/gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung
untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan
metabolic dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena adekuat
(AHA, 2014).
B. ETIOLOGI
Beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung kongestif Menurut (Agustina,
Alfiyanti, & Ilmi, 2017) sebagai berikut:

a. Penyakit jantung koroner


Lebih dari 36% pasien dengan penyakit jantung koroner selama 7-8 tahun akan
menderita penyakit gagal jantung kongestif.

b. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan komplikasi
terjadinya gagal jantung. Hipertrofi ventrikel kiri menjadi predisposisi terjadinya
infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel yang nantinya akan berujung pada
gagal jantung kongestif.
c. Cardiomiopathy
Cardiomiopathy merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak disebabkan
oleh penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan kongenital.

3
Cardiomiopathy terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya ialah dilated
cardiomiopathy yang merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya gagal
jantung kongestif. Dilated Cardiomiopathy berupa dilatasi dari ventrikel kiri
dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan.
d. Kelainan katup jantung
Dari beberapa kelainan katup jantung, yang paling sering menyebabkan gagal
jantung kongestif ialah regurgitasi mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan
preload sehingga terjadi peningkatan volume di jantung. Peningkatan volume
jantung memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut
dapat di distribusi ke seluruh tubuh.
e. Aritmia
Atrial fibrasi secara independen menjadi pencetus gagal jantung tanpa perlu
adanya faktor concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi. 31% dari pasien
gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilasi dan ditemukan 50%
pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilasi setelah dilakukan
pemeriksaan echocardiografi.
f. Alkohol dan obat-obatan
Konsumsi alkohol dalam jangka panjang menyebabkan dilated cardiomiopathy.
Didapatkan 2-3% kasus gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh konsumsi
alkohol jangka panjang. Sementara itu beberapa obat memiliki efek toksik
terhadap miokardium.
g. Lain-lain
Merokok merupakan faktor resiko yang kuat dan independen untuk
menyebabkan penyakit gagal jantung kongestif pada laki-laki sedangkan pada
wanita belum ada fakta yang konsisten. Selain itu, obesitas menyebabkan
peningkatan kolesterol yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner yang
merupakan penyebab utama dari gagal jantung kongestif.

C. PATOFISIOLOGI

Menurut muttaqin (2012) di jelaskan bahwa mudah lelah dapat terjadi akibat
curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen
serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat

4
meningkatkan energi yang digunakan untuk bernafas dan terjadi insomnia akibat
distress pernafasan dan batuk. Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah
kongesti viscera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual
dan nokturia.

5
PATHWAY

Difsungsi Miokard (AMI) Beban Systole Beban Tekanan Berlebihan

Hambatan pengosongan Ventrikel


Kontraktilitas

Beban Jangntung
COP
Gagal jantung

Gagal Pompa Ventrikel Kiri Gagal pompa ventrikel kanan

Forward failure Back Failure


(Hambatan pengaliran) Tekanan Diastole naik

LVED naik

Suplai darah ke jaringanSuplai ke oksigen ke otak Bendungan vena sistemik


Tekanan vena pulmonaris

Sinkop Hepar
Metabolisme anaerob
Edema paru

Hepatomegali
Penurunan Curah jantung
Asidosis metabolik Ronki basah
Nyeri

Gangguan Perfusi jaringan


Penumpukan sekret
Kelelahan

Intoleransi Aktivitas
Bersihan Jalan Napas Tidak efektif

6
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan.
Gejala:
1) Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas.
2) Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring,
tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau
duduk di kursi, bahkan saat tidur.
3) Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.
4) Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa
hasil katabolisme.
5) Ronkhi
6) Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
b. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala :
1) Oedem perifer
2) Peningkatan BB
3) Distensi vena jugularis

7
4) Hepatomegali
5) Asites
6) Pitting edema
7) Anoreksia
8) Mual
c. Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
1) Pusing
2) Kelelahan
3) Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
4) Ekstrimitas dingin
E. FAKTOR RESIKO
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
infark miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik,
albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin,
siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase
inhibitor), NSAID, kokain, alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga.
(Ford et al., 2015)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
Elektrocardiography mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung
dan iskemi, jika meliputi: elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air,
K, Na, CI, Ureum, Gula darah (Wijaya & Putri, 2013).
b. Echocardiografi

8
Menurut National Clinical Guideline Cetre (2010), Pemeriksaan ini
direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung. Tes ini membantu
menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan fungsi. Kelemahan
echocardiogragi adalah relative mahal, hanya ada di rumah sakit dan tidak
tersedia untuk pemeriksaan skrining yang rutin untuk hipertensi pada praktek
umum.
c. Radiologi
Menurut National Clinical Guideline Centre (2010) Foto thorax dapat membantu
dalam mendiagnosis gagal jantung. Kardiomegali biasanya ditunjukkan dengan
adanya peningkatan cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar dari 0,5) pada
tampilan postanterior. Pada pemeriksaan ini tidak dapat menentukan gagal
jantung pada disfungsi sistolik karena ukuran biasa terlihat normal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Kasron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1. Terapi non farmakologi
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Oksigenasi
c. Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penuruna
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan
mengurangi oedema.
b. Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalenia.
c. Terapi vasodilator : Obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan

9
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri
dapat diturunkan.
H. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Muttaqin (2009) pengkajian pada pasien dengan gagal jantung atau
congestive heart failure (CHF), perawat mengumpulkan data dasar mengenai
informasi status terkini pasien tentang pengkajian sistem kardiovaskular sebagai
prioritas pengkajian.
a. Anamnesis
Keluhan utama yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta
pertolongan kesehatan, meliputi: dyspnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik,
adanya gejala-gejala kongesti vaskular pulmonal adalah dyspnea, ortopnea,
dyspnea nocturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut. Beberapa
pasien memiliki riwayat penyekit infark miokardium, hipertensi, DM dan
hiperlipiemia.
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stress akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat isertai insomnia
atau kebingungan.
Riwayat keperawatan terhadap fungsi respirasi meliputi adanya batuk,
napas yang pendek, wheezing, rasa nyeri, paparan lingkungan, frekuensi terkena
infeksi saluran napas, factor risiko pulmonal, masalah respirasi terdahulu,
penggunaan obat-obatan saat ini, serta riwayat merokok atau paparan perokok
pasif. Tanyakan pertanyaan spesifik yang terkait dengan penyakit
kardiopulmonal.
Kelelahan, kelelahan merupakan sensasi subjektif yang dilaporkan pasien
sebagai rasa kehilangan daya tahan. Kelelahan pada pasien dengan gangguan
kardiopulmonal sering merupakan tanda perburukan dari proses penyakit kronis
yang mendasarinya.
b. Pemeriksaan Fisik
Menurut Doenges (2012) dasar data pengkajian pasien gagal jantung kongestif
yaitu keadaan umum pasien gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang

10
baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi. Pasien gagal jantung biasanya keletihan/kelelahan terus
menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dyspnea pada
istirahat atau pada pengerahan tenaga, gelisah, perubahan status mental seperti
letargi, dan tanda vital berubah pada waktu aktivitas. Pasien juga didapati
bengkak pada kaki, abdomen, takikardi, disritmia, kulit pucat, punggung kuku
sianotik, bunyi napas krekels, ronkhi.

Penurunan berkemih, urin berwarna gelap, berkemih pada malam hari


(nokturia), diare atau konstipasi. Pasien juga kehilangan napsu makan,
mual/muntah, penambahan berat badan, asites, nyeri dada, angina akut dan
kronis, nyeri abdomen kanan atas, gelisah, perilaku melindungi diri.
Kondisi pernapasan pada pasien CHF yaitu dispnea, tidur sambil duduk,
batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis,
penggunaan bantuan pernapasan seperti oksigen atau medikasi, takipnea, napas
dangkal, pernapasan labored, penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal faring,
batuk kering/ nyaring/ nonproduktif terus menerus, sputum mungkin bersemu
darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal), bunyi napas mungkin tidak
terdengar, ada krakels basilar, mengi, sianosis.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien CHF yaitu dengan dilakukan EKG,
Skan jantung, kateterisasi jantung, rontgen dada, enzim hepar, elektrolit,
oksimetri nadi, AGD, BUN dan albumin (Doenges, 2012).
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan dari pengkajian, dapat disimpulkan bahwa
diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien gagal jantung diantaranya
sebagai berikut : (1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal,
(2) Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke miokardium,
perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat (3) Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder,
perubahan membrane kapiler alveoli, dan retensi cairan interstitial (4) Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal,

11
kelebihan cairan di paru (5) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan
sekunder penurunan curah jantung.

3. Intrvensi/Perencanaan Keperawatan
Pada studi kasus ini diambil satu diagnosis keperawatan yang
berhubungan dengan gangguan kebutuhan oksigenasi, yaitu pola napas tidak
efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal dan kelebihan
cairan paru. Tujuan dari perencanaan keperawatannya adalah pola napas efektif,
ditandai dengan tidak sesak nafas, respiration rate dalam batas normal (16-20
kali per menit), respon batuk berkurang, irama napas teratur, tidak terdapat
penggunaat tambahan otot bantu pernapasan, tidak terdapat suara napas
tambahan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Perencanaan keperawatan untuk mengatasi pola napas tidak efektif
terdiri dari auskultasi bunyi napas (crackles) sebagai indikasi edema paru
sekunder akibat dekompensasi jantung, atur posisi pasien semi fowler untuk
meningkatkan pengembangan paru, kaji adanya edema untuk mengetahui
adanya kelebihan volume cairan, ukur intake dan output, ukur intake dan output
karena penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
natrium/urin, dan penurunan jumlah keluaran urin.
Atur posisi tirah baring yang ideal, kepala tempat tidur harus dinaikkan
20 sampai 30 cm atau pasien didudukkan di kursi karena pasien dengan gagal
jantung dapat berbaring dengan posisi kepala yang lebih tinggi untuk
mengurangi kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke
jantung sehingga dapat mengurangi kongesti paru, dan berikan oksigen
tambahan dengan nasal kanul sesuai indikasi untuk meningkatkan sediaan
oksigen untuk kebutuhan miokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia.
Kolaborasikan pemberian diuretic seperti furosemide, sprinolakton dan
hidronolakton untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan
di jaringan, sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru. Pantau data
laboratorium elektrolit kalium karena hypokalemia dapat membatasi keefektifan
terapi.

12
I. ANALISIS JURNAL DENGAN PICO
Judul Penelitian: Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kongestif Berdasarkan
Karakteristik Demografi.
a. Problem
Desain penelitian adalah deskriptif korelasi secara cross sectional dengan jumlah
sampel sebanyak 62 responden yang diperoleh dengan cara purposive
sampling.Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner data demografi dan SF-
36 versi bahasa Indonesia. Data dianalisis dengan uji Spearman.
b. Intervention
Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner data
demografi, dan kuisioner kualitas hidup (SF-36) versi indonesia yang
diterjemahkan oleh Saryono (2010). Statistik yang digunakan meliputi distribusi
frekuensi untuk analisis data demografi dan uji Spearman, uji ini digunakan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dandependen. Tehnik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 62 responden dengan kriteria
umur ≥ 35 tahun, dan terdiagnosis GJK berdasarkan catatan medis
pasien.Sebelum dilakukan penelitian, peneliti sudah melakukan ethical clearence
di fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta sehingga penelitian
ini bisa dilaksanakan.
c. Comparation
Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung Kongestif (Gjk) Berdasarkan Karakteristik
Demografi
Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan responden rata-rata berusia 51,14 tahun (SD=
12,40). Sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki (71%), memiliki
pekerjaan (69%). dan berpendidikan rendah (53%). Kualitas hidup memiliki
hubungan dengan pendidikan (p = 0,001), umur (p = 0,014), sedangkan kualitas
hidup memiliki perbedaan dengan derajat menurut NYHA (p = 0,001). Tidak
ditemukan hubungan antara kualitas hidup dengan jenis kelamin, dan pekerjaan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa derajat menurut NYHA, pendidikan, dan
umur merupakan faktor independen yang berkaitan dengan kualitas hidup.

13
d. Outcome
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan kualitas hidup adalah umur, pendidikan dan derajat GJK.
Umur memiliki hubungan negatif terhadap kualitas hidup yang menyatakan
bahwa semakin bertambahnya umur seseorang maka kualitas hidupnya akan
menurun. Pendidikan memiliki hubungan positif terhadap kualitas hidup yang
menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan pasien maka semakin baik
kualitas hidup pasien. Derajat menurut NYHA memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung kongestif (GJK). Faktor
yang tidak berhubungan dengan kualitas hidup adalah jenis kelamin, dan
pekerjaan.

14
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gagal jantung merupakan suatu kondisi ketika jantung tidak dapat memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh yang ditentukan sebagai
konsumsi oksigen. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. Jadi, gagal jantung kongestif (CHF) adalah
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan. Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban
kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal,
kontraktilitas dan beban akhir. Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan
tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung.

B. Saran

Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep (asuhan keperawatan) ini
belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap
bagi kawan-kawan semua bias memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan
membangun sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat. Dan apabila ada
kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah memiliki ilmu dan
kemampuan yang terbatas. Semoga askep ini dapat pula menambah wawasan bagi
mahasiswa lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A., Afiyanti, Y., & Ilmi, B. (2017). Pengalaman Pasien Gagal Jantung
Kongestif Dalam Melaksanakan Perawatan Mandiri. Healthy-Mu Journal, 1((1).
Black, J M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Elsevier
Doenges, M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Kasron. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya. yogyakarta:
Nuha Medika; 2012.
Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FK UI press
Muttaqin, A (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Laporan Kementerian Kesehatan Republik
Indinesia diunduh dariwww.depkes.go.id pada 1 Juni 2021
Rosdahl, C B dan Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta:
EGC
Wijaya & Putri .2013.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Nuha Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai