Anda di halaman 1dari 31

Visi:

Pada tahun 2028, menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan


keterampilan keperawatan lansia berbasis iptek keperawatan

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan CHF

Program Studi : Program D III Keperawatan


Mata Kuliah : KMB 1
Kelas : 2 Reguler C
Dosen Pengajar : Ni Luh Putu Ekarini, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B.
Nama Anggota Kelompok : Kelompok 3
1. Destia Asri Murwani (P3.73.20.1.19.090)
2. Devita Triutami (P3.73.20.1.19.091)
3. Dita Putri Aulia (P3.73.20.1.19.092)
4. Farah Yandika Sari (P3.73.20.1.19.095)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan karun
iaNya sehingga penyusunan makalah berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan CHF” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
KMB 1. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbin
gan dan petunjuk dari dosen pembimbing, buku referensi, dan teman-tema
n kelompok. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Suratun, SKM, M.Kep sebagai penanggung jawab mata kuliah Promos
i KMB 1;
2. Ni Luh Putu Ekarini, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B. sebagai dosen p
embimbing mata kuliah KMB 1;
3. Anggota kelompok 3 kelas 2C Prodi DIII Keperawatan yang telah me
mbantu dalam penyusuan makalah ini.

Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaik


an makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berma
nfaat.

Jakarta, 24 Agustus 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah ke


sehatan dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus menin
gkat. Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai oleh gejala dan
tanda fisik yang khas akibat kelainan struktural dan fungsional jantung.
Kelainan pada jantung tersebut berujung pada penurunan curah jantung
serta peningkatan tekanan dalam jantung saat posisi istirahat maupun
aktivitas. Patogenesis gagal jantung cukup rumit dan melibatkan respons
neurohormonal serta remodelisasi ventrikel akibat jejas pada jantung dan
di luar jantung. Gagal jantung dapat disebabkan berbagai penyakit dasar
pada jantung maupun di luar jantung. Hipertensi dan penyakit jantung
koroner merupakan penyebab utama gagal jantung, sedangkan obesitas
dan diabetes mellitus juga diketahui meningkatkan risiko kejadian gagal
jantung.
Gagal jantung dapat bermanifestasi sebagai gagal jantung dengan
fraksi ejeksi menurun atau normal. Berbeda dengan gagal jantung dengan
fraksi ejeksi menurun (heart failure with reduced ejection
fraction/HFrEF), gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal (heart failure
with preserved ejection fraction/HFpEF) ditandai oleh kelainan pada fase
relaksasi jantung dan pengisian ventrikel yang juga disertai remodelisasi
ventrikel dan perubahan komplians ventrikel dan pembuluh darah.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi dan insidens ga
gal jantung global mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini di
dukung tak hanya oleh peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah s
akit akibat gagal jantung, tapi juga pertambahan kematian akibat gagal jant
ung serta beban biaya kesehatan yang terkait gagal jantung. Menurut Data
WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh
kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya
disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu 17.7 juta dari
39,5 juta kematian.
Berdasarkan riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit
Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan
peringkat prevalensi tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, DIY
2%, Gorontalo 2%. Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8
provinsi Indonesia lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan prevalensi nasional. Delapan provinsi tersebut
adalah Aceh (1,6%), Sumatera Barat (1,6%), DKI Jakarta (1,9%), Jawa
Barat (1,6%), Jawa Tengah (1,6%), Kalimantan Timur (1,9%), Sulawesi
Utara (1,8%) dan Sulawesi Tengah (1,9%).
Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia lebih dari 50 tahu
n, CHF merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di
rumah sakit ( usia 65 – 75 tahun mencapai persentase sekitar 75 2 % pasie
n yang dirawat dengan CHF ). Resiko kematian yang diakibatkan oleh CH
F adalah sekitar 5-10 % per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan me
ningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, seb
agian besar lansia yang didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup lebih
dari 5 tahun ( Kowalak, 2011 ).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kelompok kami merumuskan


masalah tentang
1. Konsep dasar penyakit system kardiovaskular CHF (Congestive He
art Faillure)
2. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien den
gan gangguan sistem kardiovaskuler CHF (Congestive Heart Faill
ure)

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas tujuan


kelompok kami membuat makalah ini adalah mampu memahami konsep
dasar penyakit system kardiovaskular CHF (Congestive Heart Faillure) da
n mampu memahami dan membuat dokumentasi tentang pemberian asuha
n keperawatan pada pasien dengan CHF.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yan


g adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smle
tzer, 2002). CHF adalah sindroma yang terjadi bila jantung tidakmampu mem
ompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dan oksigenasi
jantung. (Carpenito, 2009)

Gagal jantung merupakan suatu kondisi ketika jantung tidak dapat memom
pa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh yang ditent
ukan sebagai konsumsi oksigen. Gagal jantung terjadi karena perubahan fungs
i sistolik dan diastolik ventrikel kiri. Jantung mengalami kegagalan sehingga ti
dak dapat menangani jumlah darah yang normal atau pada kondisi tidak ada p
enyakit, tidak dapat melakukan toleransi peningkatan volume darah mendadak
(misalnya selama latihan fisik). Kegagalan pompa menyebabkan hipoperfusi j
aringan diikuti kongesti pulmonal dan vena sistemik. Gagal jantung menyebab
kan kongesti vaskular sehingga disebut juga sebagai gagal jantung kongestif
(Black dan Hawks, 2014).

CHF atau Gagal jantung kongestif adalah kondisi saat jantung tidak mamp
u memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jarin
gan terhadap oksigen dan nutrisi.

B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (2000) penyebab kegagalan jantung yaitu:
1. Disritmia, seperti: brakikardi, takikardi dan kontraksi premature yang s
ering dapat menurunkan curah jantung.
2. Malfungsi katub dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kele
bihan beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa rua
ng, seperti stenosis katub aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan k
elebihan beban volume yang menunjukkan peningkatan volume darah
ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas Otot Jantung: Menyebabkan kegagalan ventrikel meliput
i infark miokard, aneurisma ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya
dari aterosklerosis koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endo
kardium, penyakit miokard primer (kardiomiopati), atau hipertrofi luas
karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta atau hipertensi sistemik.
4. Ruptur Miokard: terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membaha
yakan kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini
biasa terjadi selama 8 hari pertama setelah infark.

Menurut Smeltzer (2002) penyebab gagal jantung kongestif yaitu:

1. Kelainan otot jantung


2. Aterosklerosis koroner
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
5. Penyakit jantung lain

C. Manifestasi Klinis CHF

Gambar 1. Anatomi Jantung


Sumber: Fundamental of Anatomy & Physiologi:Martini

Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, berat
nya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, ap
akah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jan
tung. Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :

1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.


2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sa
mpai delirium.

Menurut Hudak dan Gallo (2000), Gejala yang muncul sesuai dengan gejala g
agal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada karena pening
katan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gejala ga
gal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi
mitral.

1. Gagal Jantung Kiri


a. Gelisah dan cemas
b. Kongesti vaskuler pulmonal
c. Edema
d. Penurunan curah jantung
e. Gallop atrial (S3)
f. Gallop ventrikel (S4)
g. Crackles paru
h. Disritmia
i. Bunyi nafas mengi
j. Pulsus alternans
k. Pernafasan cheyne-stokes
l. Bukti-bukti radiologi tentang kongesti pulmonal
2. Gagal Jantung Kanan
a. Peningkatan JVP
b. Edema
c. Curah jantung rendah
d. Disritmia
e. S3 dan S4
f. Hiperresonan pada perkusi
g. Pitting edema 8. Hepatomegali
h. Anoreksia
i. Nokturia
j. Kelemahan

D. Patofisiologi

Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan men
imbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congesti
on). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala
backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi j
antung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk  mempertahankan pe
redaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme
kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah: dilatasi ventrikel, hipertrofi
ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perif
er, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan
peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan b
agian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sir
kulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongest
if (CHF). Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung, sehingga meni
mbulkan manifestasi klinik  dan masalah keperawatan
Gambar 2. Skema terjadinya gagal jantung
Sumber: http://em-apriel.blogspot.com/2011/04/chf-gagal-jantung-kongest
html

E. Klasifikasi CHF
Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
dalam Gray (2002), terbagi dalam 4 kelas yaitu:
1. NYHA I: Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
2. NYHA II: Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
3. NYHA III: Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
4. NYHA IV:Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau istirahat

F. Pemeriksaan Penunjang CHF

Dengan memperhatikan setiap gejala yang muncul dan dari pemeriksaan


fisik yang dilakukan, dokter sudah dapat mencurigai bahwa seseorang
memiliki CHF. Namun, untuk memastikan hal itu, maka diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

1. EKG atau rekam jantung yang dapat mendeteksi kelistrikan jantung,


pembesaran jantung, dan otot-otot jantung.

2. Rontgen dada: dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan dapat


menunjukkan dilatasi/hipertrofi bilik atau perubahan pembuluh darah
mencerminkan peningkatan tekanan pulmonalis.

3. Kateterisasi jantung: digunakan untuk mengukur tekanan di dalam ruang


jantung. Tekanan abnormal merupakan sebuah pertanda dan membantu
membedakan gagal jantung kanan atau kiri, stenosis atau insufisiensi, juga
mengkaji potensi arteri koroner.

4. Pemeriksaan Elektrolit: untuk mendeteksi perubahan elektrolit dalam


tubuh akan terlihat perubahan karena adanya perpindahan
cairan/penurunan fungsi ginjal.

Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk


menegakkan diagnosa CHF yaitu:

1. Elektro kardiogram (EKG) Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanga


n aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial
2. Scan jantung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
3. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler) Dapat menunjukka
n dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau ar
ea penurunan kontraktilitas ventricular.
4. Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katu
b atau insufisiensi.
5. Rongent Dada Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencer
minkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah
abnormal
6. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi g
injal, terapi diuretik
7. Oksimetri Nadi Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantu
ng kongestif akut menjadi kronis.
8. Analisa Gas Darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis r
espiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Pemeriksaan Tiroid Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivit
as tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif

G. Komplikasi CHF
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dala
m atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli siste
mik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian
warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabk
an perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung
(dengan digoxin atau β blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik denga
n dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden c
ardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusita
si, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mem
punyai peranan.

Menurut Smeltzer (2002), komplikasi dari CHF adalah :

1. Edema pulmoner akut


2. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebih.
3. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah ur
emik dan dialisis yang tidak adekuat.
4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-a
ngiotensin-aldosteron.
5. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah m
erah.

H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan CHF adalah:
1. Tirah baring Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan m
engurangi edema.
3. Oksigen Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan mem
bantu memenuhi oksigen tubuh
4. Terapi Diuretik Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatka
n pelepasan air dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volu
me cairan dan merendahkan tekanan darah.
5. Digitalis Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan ke
kuatan kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung mening
kat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan v
olume intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (ef
ek inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik p
ositif)
7. Sedatif Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relak
sasi pada klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat Pembatasan aktivitas fisik dan isti
rahat yang ketat merupakan tindakan penanganan gagal jantung.
I. Terapi CHF
Terapi untuk pasien dengan CHF ada dengan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Terapi Farmakologi
a. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi ge
jala volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural perok
simal, menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preloa
d untuk mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen da
n juga menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
b. Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampa
i berat.
c. Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
d. Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penur
unan volume distribusi.
e. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembul
uh darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan
meningkatkan kapasitas vena.
f. Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi
sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natriu
m dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan
tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung.

2. Terapi Non-Farmakologi
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluh
an seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,
mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur.

J. Asuhan Keperawatan pada Pasien CHF


1. Pengkajian
Menurut Doenges (2010), asuhan keperawatan yang penting dilakukan
pada klien CHF meliputi :
a.) Pengkajian primer
1.) Airway: penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemerik
saan mengenai adanya obstruksi jalan nafas, dan adanya benda
asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan nap
as bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas tamba
han seperti snoring.
2.) Breathing: frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu p
ernafasan, retraksi dinding dada, dan adanya sesak nafas. Palpa
si pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trau
ma pada dada.
3.) Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan ca
rdiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi
status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4.) Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

b.) Fokus Pengkajian: Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jant
ung. Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan s
istematik dan pulmonal.
1.) Pernafasan : Auskultasi pada interval yang sering untuk menent
ukan ada atau tidaknya krakles dan mengi, catat frekuensi dan k
edalaman bernafas.
2.) Jantung: Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jant
ung S3 dan S4, kemungkinan cara pemompaan sudah mulai gag
al.
3.) Tingkat kesadaran: Kaji tingkat kesadaran, adakah penurunan k
esadaran
4.) Perifer: Kaji adakah sianosis perifer
5.) Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan
hepar untuk mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan distens
i vena jugularis (DVJ).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2009) dan Doengus (2010), diagnosa yang muncul pa
da klien CHF adalah :
1) Penurunan cardiac output b.d perubahan kontraktilitas miokard
2) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O
2
3) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveoli
4) Kelebihan volume cairan b.d pengaturan melemah
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Dx. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan pert Setelah dilakukan as 1. managemen ele 1. Untuk menget
ukaran gas b.d uhan keperawatan ke ktrolit asam dan ahui status ve
perubahan me pada pasien selama basa ntilasi pasien
mbran kapiler- 3x24 jam diharapkan 2. hemodynamic r sehingga dapa
alveoli pertukaran gas adek egulation t diambil tinda
uat dengan kriteria h 3. Auskultasi suara kan dalam me
asil: napas, catat ada menuhi kebut
Menunjukkan hasil n nya krakels dan uhan elektrolit
ilai gas darah arteri mengi. pada klien
(AGD) dan oksimetr 4. Anjurkan pasien 2. untuk menget
i dalam rentang nor untuk batuk efe ahui status res
mal, serta pasien beb ktif dan tarik na pirasi klien
as dari gejala gangg pas dalam. 3. Mengetahui a
uan pernapasan. 5. Pertahankan pos danya kongest
isi semifowler d i paru atau ada
engan kepala te nya penumpu
mpat tidur ditin kkan sekret.
ggikan sebesar 4. Membersihka
20-30o n jalan napas
6. Kolaborasi deng dan memfasili
an tenaga keseh tasi kebutuhan
atan lainnya dal oksigen.
am pemberian: 5. Mengurangi k
- Diuretik, misa onsumsi dan k
lnya furosemide ebutuhan oksi
(lasix). gen, serta men
-Bronkodilator, ingkatkan infll
misalnya amino asi paru maksi
phyline. mal.
6. Diuretik digun
akan untuk m
engurangi kon
gesti alveolar
dan meningka
tkan pertukara
n gas. Bronko
dilator diguna
kan untuk me
ningkatkan pe
ngiriman oksi
gen dengan m
endilatasi jala
n napas kecil
dan mengelua
rkan efek diur
etik ringan unt
uk membantu
dalam mengur
angi kongestri
paru.
2. Penurunan card Setelah dilakukan as 1. Kaji kulit terha 1. Pucat merupa
iac output b.d p uhan keperawatan ke dap pucat dan s kan indikasi
erubahan kontr pada pasien selama ianosis. berkurangnya
aktilitas miocar 3x24 jam diharapkan 2. Pantau asupan perfusi perfif
d curah jantung adeku dan pengeluara er sekunder a
at dengan kriteria ha n urine, catat p kibat dari cur
sil: enurunan, juml ah jantung ya
a. Efektivitas pompa ah warna, dan ng tidak adek
jantung yang ditanda konsentrasi uri uat, vasokons
i dengan: ne. triksi, dan an
-Tanda-tanda vital d 3. Anjurkan pasie emia. Sianosi
alam batas wajar, tid n untuk istirah s dapat terjad
ak ada atau terkontro at dengan posis i pada gagal j
lnya disritmia, tidak i semirekumbe antung refrak
ada gejala gagal jant n di tempat tid tori karena pe
ung, misalnya param ur atau kursi. ningkatan ko
eter hemodinamik da 4. Ciptakan lingk ngesti vena.
lam batas wajar dan ungan yang ten 2. Ginjal meres
pengeluaran urine ad ang, bantu pasi pon penuruna
ekuat. en untuk meng n curah jantu
- Menunjukkan penu hindari situasi ng dengan m
runan episode dispne stres, serta den empertahank
a dan angina. garkan dan mo an air dan nat
b. Manajemen penya tivasi pasien u rium. Pengel
kit jantung secara m ntuk mengeksp uaran urine m
andiri yang ditandai resikan perasaa enurun sepan
dengan: nnya. jang hari kare
-Berpartisipasi dala 5. Posisikan pasie na perpindah
m kegiatan yang me n dengan kaki l an cairan ke
ngurangi beban kerja ebih tinggi dari dalam jaringa
jantung. tubuh, hindari t n, tetapi dapa
ekanan dibawa t meningkat p
h lutut. Motiva ada malam ha
si pasien untuk ri karena cair
latihan ROM. an kembali k
Tingkatkan am e sirkulasi sa
bulasi dan akti at pasien berb
vitas sesuai ke aring.
mampuan klie 3. Istirahat fisik
n. harus diperta
6. Kolaborasi den hankan pada
gan tenaga kes pasien denga
ehatan lainnya n gagal jantu
dalam pemberi ng untuk men
an: ingkatkan efi
-Oksigen tamb siensi kontra
ahan. ksi jantung d
-Loop diuretik, an menurunk
misalnya furos an konsumsi
emid (lasix). oksigen miok
- ACE inhibito ard, serta beb
r, mialnya bena an jantung.
zepril (lotensi 4. Istirahat fisik
n). dan psikologi
- Vasodilator, s membantu
misalnya nitrat untuk mengu
(nitrodur, isord rangi stres ya
il). ng dapat men
yebabkan vas
okonstriksi, p
eningkatan te
kanan darah,
denyut nadi,
dan beban ke
rja jantung.
5. Menurunkan
statis vena da
n insiden tro
mbus, serta p
embentukkan
emboli.
6. Tambahan ok
sigen mening
katkan sediaa
n oksigen unt
uk kebutuhan
miokard, sert
a menghindar
i hipoksia da
n iskemia. Lo
op diuretik u
ntuk menceg
ah reabsorpsi
klorida, sehin
gga mengha
mbat reabsor
psi garam da
n air. ACE in
hibirot untuk
mengontrol g
agal jantung s
ehingga cura
h jantung me
ningkat.
3. Kelebihan volu Setelah dilakukan as 1. managemen ca 1. untuk mempe
me cairan b.d uhan keperawatan ke iran dan monit rtahankan ata
mekanisme pen pada pasien selama oring cairan u mengembal
gaturan melem 3x24 jam diharapkan 2. Pantau pengelu ikan volume
ah dapat mempertahank aran urine, cata cairan ekstra
an keseimbangan cai t jumlah dan w vaskuler yan
ran dalam tubuh den arna, serta wak g bersirkulasi
gan kriteria hasil: tu saat diuresis 2. Pengeluaran
Pasien menunjukkan terjadi. urine menuru
volume cairan yang 3. Kaji adanya di n dan pekat s
stabil dengan asupan stensi pada leh epanjang hari
dan keluaran yang se er dan pembul karena perfus
imbang, bunyi napas uh perifer. Insp i ginjal berku
dan tandatanda vital eksi adanya ed rang, tetapi d
dalam rentang norm ema pitting ede apat meningk
al, berat badan stabi ma umum (ana at pada mala
l, dan tidak ada ede sarka) pada are m hari karena
ma. a tubuh. cairan kemba
4. Auskultasi suar li ke sirkulasi
a napas, catat a saat klien ber
danya perubah baring.
an misalnya kr 3. Retensi caira
akels dan men n yang berleb
gi. Catat adany ihan dapat di
a dispnea, batu manifestasika
k, dan ortopne n sebagai pe
a. mbengkakan
5. Catat peningka vena dan pem
tan letargi, hip bentukkan ed
otensi, dan kra ema.
m otot. 4. Kelebihan vo
6. Kolaborasi den lume cairan
gan tenaga kes menyebabkan
ehatan lainnya kongesti par
dalam pemberi u. Gejala ede
an: ma paru men
- Diuretik, mis unjukkan gag
alnya Furosemi al jantung kir
d (Lasix). i. Pada gagal
- Thiazides de jantung kana
ngan agen anti n gejala pern
kalium, misaln apasan yang
ya spironolacto muncul misal
ne (Aldacton nya dispnea,
e). - Suplemen batuk, dan ort
kalium, misaln opnea
ya K-Dur 5. Tanda dari de
fisit kalium d
an natrium ka
rena perpinda
han cairan da
n terapi diure
tik.
6. Diuretik men
ingkatkan alir
an urin serta
menghambat
reabsorpsi na
trium dan klo
rida pada tub
ulus ginjal. T
hiazides meni
ngkatkan diur
esis tanpa ke
hilangan kali
um yang berl
ebihan. Suple
men kalium
menggantika
n kalium yan
g hilang
4. Intoleransi akti Setelah dilakukan as 1. bedrest total 1. untuk mening
vitas b.d ketida uhan keperawatan ke 2. Monitor tanda- katkan tolera
kseimbangan s pada pasien selama tanda vital seb nsi klien terh
uplai oksigen d 3x24 jam diharapkan elum dan setel adap aktivitas
engan kebutuh dapat menunjukkan t ah aktivitas sel 2. Hipotensi ort
an oleransi terhadap akt ama episode ak ostatik dapat
ivitas dengan kriteria ut atau perburu terjadi saat be
hasil: kan gagal jantu raktivitas aki
a. Berpartisipasi dala ng. Khususnya bat dari obat
m kegiatan yang diin jika pasien me vasodilator d
ginkan sesuai denga nggunakan vas an diuretik, at
n kemampuan, dapat odilator, diuret au pengaruh f
memenuhi perawata ik, atau beta bl ungsi jantun
n diri secara mandir oker. g.
i. 3. Kaji tingkat ke 3. Kelelahan ka
b. Peningkatan toler lelahan, evalua rena gagal ja
ansi aktivitas yang d si penyebab lai ntung kronik
ibuktikan dengan ber n kelelahan mi dapat berhub
kurangnya kelelahan salnya nyeri, p ungan denga
dan kelemahan, serta erawatan gagal n hemodinam
tanda-tanda vital dal jantung, anemi ik, pernapasa
am batas wajar sela a, dan depresi. n, dan kelain
ma kegiatan. 4. Dukung pasien an otot perife
untuk meningk r.
atkan aktivitas/ 4. Memenuhi ke
toleransi peraw butuhan pera
atan diri. watan diri pa
5. Kolaborasi den sien tanpa me
gan tenaga kes mpengaruhi k
ehatan lainnya ebutuhan oks
dalam pemberi igen yang ber
an program reh lebihan.
abilitas jantung 5. Untuk memp
secara bertaha erkuat dan m
p. emperbaiki f
ungsi jantung
yang berada
di bawah teka
nan, jika disf
ungsi jantung
tidak dapat di
perbaiki ke k
ondisi semul
a.
5. Kurang penget Setelah dilakukan a 1. Diskusikan dengan 1. Pengetahuan tent
ahuan tentang suhan keperawatan pasien tentang fun ang proses penya
proses penyakit kepada pasien sela gsi jantung yang n kitnya dan harap
nya b.d kurang ma 3x24 jam dihara ormal, informasi m an pasien dapat
nya pemahama pkan memahami pe engenai hal yang b memfasilitasi par
n terkait fungsi ngetahuan tentang erbeda pada pasien tisipasi klien dala
jantung, dan ga proses penyakitnya dari fungsi normal m pengelolaan ga
gal jantung dengan kriteria hasi nya. gal jantung.
l: a. Mengidentifika 2. Diskusikan pentin 2. Asupan makanan
si hubungan terapi gnya pembatasan n natrium lebih dar
berkelanjutan untuk atrium. Berikan inf i 3 gram/ hari da
pengurangan episo ormasi makanan a pat mengimbangi
de berulang dan pe pa saja yang harus efek diuretik. Su
ncegahan komplika dihindari. mber natrium ya
si. 3. Tinjau obat, tujua ng paling umum
b. Mengetahui tand n, dan efek sampin yaitu garam, dan
a dan gejala yang m g. Berikan instruks makanan asin ter
emerlukan interven i secara lisan dan t masuk sup serta s
si c. Mengidentifik ertulis pada pasien. ayuran dalam ke
asi stres, faktor risi 4. Rekomendasikan u masan kaleng.
ko yang menjadi pe ntuk mengonsumsi 3. Memahami kebut
nyebab, dan teknik obat diuretik di pa uhan terapeutik d
untuk menangani st gi hari. an pentingnya m
res. 5. Diskusikan dengan elaporkan jika ter
d. Melakukan peru pasien mengenai f jadi efek sampin
bahan gaya hidup s aktor risiko, misal g dari obat dapat
esuai kebutuhan. nya: merokok, pen mencegah kompl
yalahgunaan alkoh ikasi akibat reaks
ol, dan faktor pemi i obat.
cu seperti diet ting 4. Memberikan wak
gi garam, tidak akt tu yang cukup ter
if atau kelelahan, d hadap efek obat,
an terpapar suhu e sehingga tidak te
kstrem. rjadi gangguan ti
6. Berikan kesempata dur pada malam
n pada pasien dan hari.
keluarga untuk me 5. Menambah peng
ngajukan pertanya etahuan pasien se
an, mendiskusikan hingga memungk
masalah, dan mem inkan pasien untu
buat perubahan ga k membuat keput
ya hidup yang dipe usan terkait penc
rlukan. egahan kekambu
an. Merokok dap
at menyebabkan
vasokonstriksi, a
supan natrium be
rlebih menyebab
kan retensi air da
n pembentukan e
dema. Keseimba
ngan yang tidak t
epat antara aktivi
tas, istirahat, dan
paparan suhu eks
trem dapat meny
ebabkan kelelaha
n. Meningkatkan
beban kerja miok
ard, meningkatka
n risiko infeksi p
ernapasan. Alkoh
ol dapat menurun
kan kontraktilitas
jantung.
6. Tingkat keparaha
n dan seringnya t
erjadi serangan
menyebabkan ko
ndisi yang terus
menurun pada pa
sien gagal jantun
g yang membuat
kemampuan kopi
ng serta kapasitas
pendukung pasie
n dan keluarga m
enurun sehingga
mengakibatkan d
epresi pada pasie
n gagal jantung.

7. Implementasi dan Evaluasi

Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk m


encapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana interven
si disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tuj
uan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanaka
n untuk memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yan
g telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, p
emulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawa
t terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang palin
g sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam, 2008).

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses ke


perawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana asu
han keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan. Evaluasi keperawatan sebagai se
suatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan
pasien. Dengan mengukur perkembangan pasien dalam mencapai suatu tujuan ma
ka perawat dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan. Meskipun tahap ev
aluasi keperawatan diletakkan pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini mer
upakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa keperawat
an perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi diperluka
n pada tahap rencana asuhan keperawatan untuk menentukan apakah tujuan renca
na asuhan keperawatan tersebut dapat dicapai secara efektif. Tujuan evaluasi adala
h untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakuk
an dengan melihat respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan seh
ingga perawat dapat mengambil keputusan. Tahap evaluasi pada proses keperawat
an meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputus
an dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapai
an tujuan (Nursalam, 2008).

Menurut Smeltzer, (2017). Evaluasi keperawatan pada pasien dengan CHF, yaitu:

a. Menunjukkan peningkatan curah jantung.


b. Menunjukkan perbaikan pertukaran gas.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
d. Menunjukkan toleransi terhadap peningkatan aktivitas.
e. Menunjukkan tidak adanya tanda-tanda integritas kulit.
f. Menunjukkan pemahaman pengetahuan tentang proses penyakit.
Dibawah ini contoh format Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/Ja Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


m Keperawatan Perawat
24 Ags S:
2019/ 08.00 O:
WIB A:
P:

BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Suninta, dr. 2017. Pendahuluan Gagal Jantung. Jakarta. https://www. alom
edika .com/ penyakit/ kardiologi/gagal-jantung. Diakses pada tanggal
21 Agustus 2020.

Kumalasari, EY.2013.Gagal Jantung Kongesif CHF. http://eprints. Undip .


ac.id/ 43854/3/ Etha_Yosy_K_Lap.KTI_Bab2.pdf. Diakses pada
tanggal 21 Agustus 2020.

Austaryani, Nessma Putri. 2012. Asuhan Keperawatan CHF. http://eprints.


ums .ac.id/ 220 66 /19/02._Naskah_Publikasi.pdf. Diakses pada tanggal
21 Agustus 2020.

Vita Sari, Dian Tri. Asuhan Keperawtan CHF. 2018. file:///C:/Users/ Arif/
Downloads/ DIAN% 20 TRI%20VITA%20SARI %20%20(1). pdf.
Diakses pada tanggal 21 Agustus 2020.

Anda mungkin juga menyukai