S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE) DI
RUANG IGD RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun oleh:
Rahayu Purwanti 220300906
Disusun oleh :
Rahayu Puranti 220300906
dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun
relatif lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis
yang lebih berat (PERKI, 2020). Berdasarkan data dari World Health
Organisation (WHO) pada tahun 2019, menyebutkan bahwa 17,9 juta orang
dunia. Salah satunya adalah penyakit kardiovaskular yaitu gagal jantung kongestif
(WHO, 2021).
29.550 orang. Paling banyak terdapat di provinsi Kalimantan Utara yaitu 29.340
orang atau sekitar 2,2% sedangkan yang paling sedikit penderitanya adalah pada
provinsi Maluku Utara yaitu sebanyak 144 orang atau sekitar 0,3%. Estimasi
terbanyak terdapat di provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang atau sekitar
(0,3%) sedangkan yang paling sedikit adalah 945 orang atau (0,15) yaitu di
jumlah penderita gagal jantung 0,4% atau sekitar 29.880 orang (RISKESDAS,
2018).
oksigenasi sehingga mereka cenderung sesak nafas. Seperti yang kita ketahui
bahwa jantung dan paru-paru merupakan organ tubuh penting manusia yang
sehingga apabila paru-paru dan jantung tersebut mengalami gangguan maka hal
satunya dalam hal pemenuhan oksigen. Peran perawat dilakukan melalui asuhan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
keperawatan dalam mengelola kasus CHF (Congestive Hearth Failure juga
diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan yang lain dalam
mengelola kasus yang bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi institusi kesehatan
Hasil penulisan ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam
upaya peningkatan mutu pealayanan keperawatan khususnya pada
pengelolaan klien dengan CHF (Congestive Hearth Failure).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi
sistemik yang disebabkan karena jantung tidak mampu memompa darah yang
beristirahat.
dengan hipertrofi ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit
jantung koroner selama 7-8 tahun akan menderita penyakit gagal jantung
kongestif.
b. Hipertensi
c. Cardiomiopathy
berupa dilatasi dari ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel
kongestif.
e. Aritmia
hipertensi. 31% dari pasien gagal jantung ditemukan gejala awal berupa
atrial fibrilasi dan ditemukan 50% pasien gagal jantung memiliki gejala
jangka panjang.
g. Lain-lain
1) Dispnea
2) Mudah lelah
3) Sianosis
dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini
bronki.
3) Anoreksia dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan status
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi renal.
b. Kontraktilitas
serabut jantung.
darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri. Pada keadaan
akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu
aliran darah dari ekstremitas aliran balik vena kejantung dan paru-paru
(Kasron, 2016).
6. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
sebelummnya.
c. Ekokardiografi
bersama EKG)
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi
(akhir)
merupakan indikasi
7. Penatalaksanaan
konstipasi.
b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah
(PPNI,2017)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pengkajian Primer
1) Pengkajian Airway
yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka.
pasien CHF yaitu : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
(a) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Terdapat suara napas tambahan
movements.
(5) Sianosis.
(b) Look dan listen pada pasien CHF merupakan bukti adanya masalah
(1) Muntahan.
(2) Perdarahan.
(6) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas
pasien terbuka.
(7) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cidera tulang belakang.
- Lakukan suction.
- Lakukan intubasi.
2) Pengkajian Breathing
umunya terdengar pada posterior paru. Hal ini di kenali sebagai bukti
(a) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
NRM.
pernafasan.
(d) Auskultasi untuk adanya: suara abnormal pada dada, suara nafas
ronchi.
hipotensi.
3) Pengkajian Circulation
mungkin muncul yaitu anemia, syok septik, bengkak pada kaki, asites.
Ditandai dengan:
lambat.
ekstremitas.
skala AVPU:
(c) P - response to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
merespon).
pasien. Jika pasien diduga memiliki cidera leher atau tulang belakang,
6) Pengkajian Nyeri
(a) Provokatif/Paliatif
(b) Kualitas/Kuantitas
(c) Regional
(d) Skala
(e) Timing
(hilang timbul).
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri
bernafas.
nafas yang berat dan batuk yang biasanya terjadi pada malam
hari.
(4) Letargi dan kelelahan: Terjadi karena curah jantung yang kurang
pernafasan.
berbaring
8) Pengkajian Sekunder
(a) Anamnesis
langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia, dan
anggota keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat
dan keluarga:
(1) S (Symptomp): Gejala yang timbul, seperti yang sudah di
jelaskan pada tanda dan gejala yang timbul di atas yaitu dispnea,
hipertensi.
hipertensi.
(5) L (Last meal): Obat yang baru saja di konsumsi seperti obat anti
natrium berlebih.
(e) Akral dingin: Kulit yang pucat dan dingin di akibatkan oleh
perut.
mengiekspirasi
(b) Ketiga dan suara jantung keempat: sering ada tapi tidak
spesifik.
(c) Murmur regurgitasi mitral dan trikuspid yang sering hadir
jantung.
pada pasien CHF dalam masalah oksigenasi menurut Tim Pokja SDKI DPP
3. Intervensi Keperawatan
maupun melibatkan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah
adalah:
curah jantung.
indikasi.
energi/kelelahan.
4. Implementasi Keperawatan
lainnya.
sebagai berikut :
setelah validasi.
2) Dokumentasi implementasi dan respon pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status pasien
kesehatan pasien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan
B. Breathing :
Pernafasan 24 x/menit, terdapat suara tambahan rales, SPO2 92% .
C. Circulation :
Akral teraba hangat, CRT kembali < 2 detik, tidak ada
pembengkakan pada ekstermitas, TD : 135/94 mmHg, N : 150
x/menit, S : 37.7 ⸰C
D. Disability :
Kesadaran composmentis, pasien dapat merespon suara, GCS: E4
M6 E5
E. Exsposure :
Terpasang nasal kanul 3 lpm, terpasang kateter, terpasang infus,
terpasang infus NaCl
3. Riwayat keluarga
Keterangan:
: Laki-laki : Garis menikah
: Garis Keturunan
: Perempuan : Garis tinggal serumah
: Pasien : Meninggal
b. Cairan
Sebelum Masuk Rumah Sakit:
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum √
BAK/BAB √
Mandi √
Ambulasi √
Berubah posisi √
Keterangan :
0: mandiri,
1: Alat bantu,
2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat
Setelah Masuk Rumah Sakit
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum √
BAK/BAB √
Mandi √
Ambulasi √
Berubah posisi √
Keterangan :
0: mandiri,
1: Alat bantu,
2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat
8. Oksigenasi
Pasien tampak sesak nafas dengan frekuensi pernafasan 24 x/menit,
pasien terpasangterapi O2 Nasal kanul 3 lpm.
Bowel
Sebelum Masuk Rumah Sakit:
BAB lancar, frekuensi 1 kali dan pasien masih mampu
melakukan secara mandiri
Setelah Masuk Rumah Sakit:
Pasien mengatakan belum BAB
5 5
5 5
j. Genitalia :
Bersih, persebaran rambut kemaluan merata, tidak ada kelainan
Bersih, tidak ada kelainan , tidak ada luka, tidak ada lesi
V. Data Laboraturium
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Januari 2023
DO:
Wajah tampak meringis menahan nyeri
Pasien tampak gelisah
2 21 Januari DS : Gagal jantung kongestif Penurunan curah
2023 jantung
Pasien mengatakan sesak nafas
Pasien mengatakan sesak nafas
semakin bertambah jika berbaring
DO:
Pasien tampak sesak na fas
Hasil rongten thorax didapatkan
odema paru
Tanda-tanda vital :
TD : 135/94 mmHg
N : 150 x/menit
RR : 24 x/menit
S :37,7⸰C
SPO2 : 92 %
IX. Prioritas Masalah
Agustina, A., Alfiyanti, Y., & Ilmi, B. (2017). Pengalaman Pasien Gagal Jantung
Kongestif Dalam Melaksanakan Perawatan Mandiri. Healthy-Mu Journal,
1(1), 6–14. https://doi.org/https://doi.org/10.35747/hmj.v1i1.63