Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
kardiovaskuler

Pada pasien Gagal Jantung kongestif

Dosen pengampu : Yuyun solihatin M.Kep

Disusun Oleh :
Risyaf Mukti Juansyah (C2114201020)
Nurbani Sya’adah (C2114201019)
Rhendy Editiya (C2114201017)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tasikmalaya, 7 Oktober 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk didalammya
Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data
WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta
pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan usia dan mengenai pasien dengan usia
lebih dari 65 tahun, dan sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita.
Pada tahun 2030 WHO memprediksi peningkatan penderita gagal jantung mencapai 23
juta jiwa di dunia. Gagal jantung juga menjadi masalah khas utama pada beberapa negara
industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia.

Menurut Kompas (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami gagal
jantung, dan 500.000 kasus baru gagal jantung telah di diagnosis tiap tahunnya. Harapan
hidup penderita gagal jantung lebih buruk dibandingkan dengan kanker apapun kecuali
kanker paru-paru dan kanker ovarium karena sampai 75% penderita gagal jantung
meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Sedangkan menurut profil
kesehatan Indonesia pada tahun 2005 gagal jantung merupakan urutan ke 5 penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar
kolesterol yang tinggi, perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor
pemicu munculnya penyakit gagal jantung.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk membuat makalah mengenai
asuhan keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal
jantung untuk menggali lebih dalam terkait dengan penyakitnya ataupun asuhan
keperawatannya.
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Gagal Jantung Kongestif

2) Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Penyakit Gagal Jantung Kongestif
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Penyakit Gagal Jantung Kongestif
c. Menyusun rencana keperawatan atau intervensi pada pasien dengan
diagnosa medis Penyakit Gagal Jantung Kongestif
d. Melaksanakan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien
dengan diagnosa medis Penyakit Gagal Jantung Kongestif
e. Mendeskripsikan evalauasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Penyakit Gagal Jantung Kongestif
C. Metode Penelitian

Deskriptif

Makalah ini penulis susun dengan metode deskriptif yaitu denan menggambarkan suatu
proses keperawatan pada klien Gagal Jantung Kongestif.

D. Manfaat Penulisan

Untuk mengetahui dan mampu menerapkan keperawatan pada klien dengan Gagal Jantung
Kongestif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Congestive heart failure

Sumber https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Ftrenggalekpedia.pikiran-
rakyat.com

A. Definisi
Menurut Taqiyyah Bararah, dkk (2013:75) gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
Menurut Sudoyo Aru, dkk (2009) gagal jantung adalah sindrome klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau
saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi
sistolik).
Menurut Susan C. Semeltzer, (2016:286) gagal jantung merupakan sindrom
klinis yang ditandai dengan kelebihan beban (overload) cairan dan perfusi jaringan
yang buruk. Mekanisme terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan
kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastol) sehingga
curah jantung lebih rendah dari nilai normal.
Menurut Daulat Manurung (2014:1136) heart failure (HF) atau gagal jantung
adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah keselruh jaringan tubuh secara adekuat, akibat adanya
gangguan struktural dan fungsional dari jantung.
Menurut Ali Ghanie (2014:1148) gagal jantung suatu kondisi patofisiologi,
dimana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan
jaringan.

B. Etiologi
Menurut Bararah, dkk. (2013) penyebab gagal jantung kongestif dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Intrinsik:
1) Kardiomiopati.
2) Infark miokard.
3) Miokarditis.
4) Penyakit jantung iskemik.
5) Defek jantung bawaan.
6) Perikarditis/temponade jantung.
b. Sekunder:
1) Emboli paru.
2) Anemia.
3) Tirotoksikosis.
4) Hipertensi sistemik.
5) Kelebihan volume darah.
6) Asidosis metabolik.
7) Keracunan obat.
8) Aritmia jantung

C. Klasifikasi
Menurut Bararah, dkk. (2013) berdasarkan bagian jantung yang mengalami
kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung
kanan, dan gagal jantung kongestif. Klasifikasi fungsional jantung ada 4 kelas, yaiu:
a. Kelas 1 : penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas
sehari-hari tidak menyebabkan keluhan.
b. Kelas 2 : penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai aktivitas fisik
terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi aktivitas sehari-hari akan
menyebabkan capek, berdebar, sesak napas.
c. Kelas 3 : penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas. Pada keadaan
istirahat tidak terdapat keluhan, tetapi aktivitas fisik ringan saja akan
menyebabkan capek, berdebar, sesak napas.
d. Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas fisik tanpa rasa
terganggu. Tanda-tanda dekompensasi atau angina malah muncul pada kondisi
istirahat.

Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala (Morton, 2012):


a. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau beberapa
jam

b. Gagal jantung kronik


Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya :


a. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi
disfungsi sistolik dan diastolik.
b. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa
secara adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah
gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya
ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. GJ
kann dapat juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary
primer.

D. Pencegahan primer skunder dan tersier


a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ditujukan pada masyarakat yang sudah menunjukkan adanya


faktor risiko gagal jantung. Upaya ini dapat dilakukan dengan membatasi komsumsi
makanan yang mengandung kadar garam tinggi, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi, mengontrol berat badan dengan membatasi kalori
dalam makanan sehari-hari serta menghindari rokok dan alkohol.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena gagal jantung
bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke stadium yang lebih berat. Pada
tahap ini dapat dilakukan dengan diagnosa gagal jantung,tindakan pengobatan
denagn tetap mempertahankan gaya hidup dan mengindari faktor resiko gagal
jantung.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau
kematian akibat gagal jantung. Upaya yang dilakukan dapat berupa latihan fisik
yang teratur untuk memperbaiki fungsional pasien gagal jantung.

E. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie Mariza Putri (2014:162) pengkajian
pada pasien CHF antara lain sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
a) Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari.
b) Insomnia
c) Nyeri dada dengan aktivitas
d) Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental: letargi, TTV berubah pada saat
aktivitas.

b. Sirkulasi
Gejala :
a) Riwayat hipertensi, MCI, episode gagal jantung kanan sebelumnya
b) Penyakit katub jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok
septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat
(pada gagal jantung kanan).
Tanda :
a) TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK ringan/kronis
atau tinggi (kelebihan volume cairan/peningkatan TD)
b) Tekanan nadi menunjukkan peningkatan volume sekuncup
c) Frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri)
d) Irama jantung: sistemik, misalya; fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardia blok jantung
e) Nadi apikal disritmia, misal: PMI mungkin menyebar dan berubah posisi
secara interior kiri
f) Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin lemah
g) Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau
insufisiensi
h) Nadi : nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat
terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis abdominal
terlihat
i) Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
j) Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
k) Hepar: pembesaran/dapat teraba, reflek hepato jugularis
l) Bunyi napas: krekels, ronchi
m) Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada
ekstremitas
n) DVJ.
c. Integritas ego
Gejala : ansietas, khawatir, takut, stres yang B.D penyakit/finansial
Tanda : berbagai manifestasi prilaku, misal: ansietas, marah, ketakutan.
d. Eliminasi
Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
e. Nutrisi
Gejala :
a) Kehilangan nafsu makan
b) Mual/ muntah
c) Penambahan BB signifikan
d) Pembengkakan pada ekstremitas bawah
e) Pakaian/ sepatu terasa sesak
f) Diet tinggi garam/ makanan yang telah di proses, lemak gula dan kafein
g) Penggunaan diuretik.
Tanda : penambahan BB cepat, distensi abdomen (asites), edema (umum,
dependen atau pitting).
f. Hygiene
Gejala : keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri
Tanda : penampilan menandakan kelalaian perawatan personal

g. Neurosensori
Gejala : kelemahan, peningkatan episode pingsan
Tanda : letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas
Tanda : tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri
i. Pernapasan
Gejala :
a) Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
b) Batuk dengan tanpa sputum
c) Riwayat penyakit paru kronis
d) Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atai medikasi
Tanda :
a) Pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan laboral, penggonaan otot
aksesori
b) Pernapasan nasal faring
c) Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan tanpa sputum
d) Sputum; mungkin bercampur darah, merah muda/ berbuih, edema
pulmonal
e) Bunyi napas; mungkin tidak terdengar dengan krakels banner dan mengi
f) Fungsi mental; mungkin menurun, letargik, kegelisahan, warna kulit
pucat/ sianosis.
j. Pemeriksaan penunjang
a) Radiogram dada; kongesti vena paru, redistribusi vaskular pada lobus-
lobus atas paru, kardiomegali
b) Kimia darah; hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal
jantung, BUN dan kreatinin meningkat
c) Urine; lebih pekat, BJ meningkat, Na meningkat
d) Fungsi hati; pemanjangan masa protombin, peningkatan bilirubin dan
enzime hati (SGOT dan SPGT meningkat).
Menurut Taqiyyah Bararah (2013:84) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu:
a) Elektro kardiogram (EKG): hipertropi atrial atau ventrikuler,
penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.
Hipertropi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya: takikardi, fibrilasi
atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark
miokard menunjukkan adanya aneurime ventrikular.
b) Scan jantung: tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
dinding.
c) Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple): dapat menunjukkan
dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau
area penurunan kontraktili tas ventrikular.
d) Kateterisasi jantung: tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi.
e) Rongent dada: dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
f) Enzim hepar: meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
g) Elektrolit: mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
h) Oksimetri nadi: saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
i) Analisa gas darah (AGD): gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis
respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).

j) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin: peningkatan BUN


menunjukanpenurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kretinin
merupakan indikasi gagal ginjal.
k) Pemeriksaan tiroid: peningkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas
tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung.

F. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

G. Masalah keperawatan, hasil yang dicapai, intervensi keperawatan, rasional


Ex tabel :
Masalah keperawatan : ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan
menunjukkan:
a) RR dalam batas normal (18-20 x/menit)
b) Saturasi oksigen baik
c) Melaporkan sesak nafas berkurang

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum
klien

Pantau tingkat, irama, suara serta pola Mengetahui apakah ada masalah
pernapasan pada pernapasan klien

Posisikan klien dengan posisi Memaksimalkan ventilasi klien


semifowler
Meningkatkan ekspansi paru klien
Ajarkan klien teknik nafas dalam
Memaksimalkan pernafasan klien
Kolaborasi dalam pemberian terapi dan menurunkan sesak nafas klien
oksigen pada klien

Ex tabel :
Masalah keperawatan : penurunan curah jantung berhubungan kontraktilitas
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan
menunjukkan:
a. Tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima
b. Melaporkan penurunan episode dispnea, angina,

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum
klien

Pantau seri EKG dan perubahan foto Depresi segmen ST dan datarnya
dada gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen
miokard, meskipun tak ada penyakit
arteri koroner. Foto dada dapat
menunjukan pembesaran jantung
Pertahankan posisi tirah baring pada Dengan tirah baring diharapkan
posisi yang nyaman selama episode ekspansi dada klien lebih maksimal
akut
Meningkatnya stress dapat
Anjurkan untuk menurunkan stress mempengaruhi kerja jantung

Meningkatkn sediaan oksigen untuk


Kolaborasikan pemberian oksigen dan kebutuhan miokard untuk melawan
obat sesuai indikasi (diuretic, efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
vasodilator, antikoagulan) dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas dan
menurunkan kongesti.

Ex tabel :
Masalah keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (00146)
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan
menunjukkan:
a. Nyeri berkurang
b. Klien merasa nyaman
c. Klien mampu melakukan manajemen nyeri non farmakologi

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum
klien

Kaji karakteristik nyeri Mengetahui persepsi nyeri yang


dirasakan klien

Observasi reaksi non verbal dari Reaksi non verbal klien dapat
ketidaknyamanan mengetahui sejauh mana nyeri yang
dirasakan

Beri posisi yang nyaman Posisi yang nyaman dapat membuat


klien rileks

Ajarkan klien teknik relaksasi nafas Relaksasi nafas dalam dapat membuat
dalam klien rileks dan nyeri berkurang

Kolaborasi dalam pemberian Pemberian analgetik dapat


analgetik mengurangi nyeri yang dirasakan
klien

Ex tabel :
Masalah keperawatan : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan
menunjukkan:
1) Menurunnya kelemahan atau kelelahan
2) Klien mampu melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi tubuhnya secara
mandiri

Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda vital Mengetahui keadaan umum klien

Bantu klien untuk mengidentifikasi Mengetahui tingkat aktivitas yang


aktivitas yang mampu dilakukan. mampu dilakukan klien
Bantu untuk mendapatkan alat Alat bantu dapat membantu aktivitas
bantuan aktivitas seperti kursi roda, klien
krek.
Kekurangan aktivitas klien dapat
Bantu pasien dan keluarga untuk menjadi data untuk menentukan
mengidentivikasi kekurangan dalam intervensi yang tepat
beraktivitas
Terapi yang tepat dapat meningkatkan
Kolaborasikan dengan tenaga medik kondisi klien
dalam merencanakan program terapi
yang tepat.
BAB III

Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongestif


LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 30 April 2019
Jam Masuk : 21.08 WIB
Tanggal Pengkajian : 30 April 2019
Jam Pengkajian : 21.10 WIB
No. RM : 28691
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)

1. Identitas Klien
a. Inisial Klien : Tn.A
b. Usia : 60 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Pedagang
f. Pendidikan : SMP
g. Status Perkawinan: Kawin
h. Alamat : Weleri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Sesak Nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Seorang laki – laki usia 60 tahun dirawat di
Ruang perawatan Cardio dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian diperoleh
data Pasien merasa lemas, cepat lelah setelah aktifitas ringan seperti ke kamar
mandi, batuk (+), mual, edema pada tungkai, kaki terasa kebas, Pengisian kapiler
(CRT) lebih dari 3 detik, akral dingin,kulit pucat, nadi teraba lemah, TD sebelum
ke kamar mandi 140/90 mmHg, TD setelah dari kamar mandi 160/100 mmHg,
frekwensi nadi 104 x/ menit, frekwensi napas 24 x/ menit, suhu 35,8 C. Hasil Ro
Thoraks : Terdapat cardiomegali.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus, Klien juga
tidak memiliki riwayat alergi makanan, atau hal-hal tertentu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti klien.
Keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular ataupun
keturunan.
3. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap
b. Pemeriksaan elektrokardiogram: tampak RBBB (Right Bundle Branch Block)
c. Pemeriksaan radiologi: thoraks, tampak kardiomegali

1. Terapi
a. Infus Ringer Laktat (RL) 500ml dengan 20 tetes per menit
b. Nasal kanul O2 3 liter per menit
c. Injeksi Ketorolac IV 30mg

B. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. S
No. CM : 286917
Usia : 42 tahun
Diagnosa Medik : CHF

Data Fokus Etiologi Problem


Data Subjektif: Keletihan otot-otot Ketidakefektifan
Klien mengatakan Batuk, pernapasan pola nafas (00032)
merasa lemas dan mudah
kelelahan saat berjalan
sedikit jauh atau beraktivitas
ringan seperti kekamar mandi

Data Objektif:
1. Klien tampak sesak nafas,
pernapasannya dangkal
dan cepat
2. Tanda-tanda vital:
TD: 160/100 mmHg
Nadi: 104x/menit
RR: 24x/menit
Suhu: 35,5 ºC

Data Subjektif: Perubahan Penurunan curah


1. Klien mengatakan batuk, kontraktilitas jantung (00029)
merasa sesak dan mudah
kelelahan saat berjalan
sedikit jauh atau
beraktivitas sedikit berat
2. Klien mengatakan klien
pernah rawat jalan
dengan diagnosa
pembengkakan pada
jantung dan memiliki
riwayat hipertensi

Data Objektif:
1. Klien tampak lemas dan
pucat
2. Tampak edema pada
tungkai atas klien
dengan derajat +1
3. Pengisian kapiler klien 3
detik dan ekstremitas
klien dingin

C. PRIORITAS MASALAH

Nama Klien : Tn. A


No. CM : 286917
Usia : 60 tahun
Diagnosa Medik : CHF

Diagnosa Keperawatan Prioritas Rasional


Berdasarkan prinsip
kegawatdaruratan,
Ketidakefektifan pola
pernapasan merupakan hal
nafas berhubungan
I paling prioritas dan paling
dengan keletihan otot-otot
mengancam jiwa klien jika
pernapasan (00032)
terlambat ditangani.

Masalah penurunan curah


jantung juga termasuk
masalah yang vital dan
prioritas dalam hal
Penurunan curah jantung
kegawatdaruratan, karena
berhubungan dengan
II berhubnngan dengan
perubahan kontraktilitas
system sirkulasi tubuh
(00029)
manusia yang vital dan
akan fatal jika tidak
ditangani segera.

Nyeri akut berhubungan III Nyeri akut pada klien juga


dengan agens cedera tidak kalah penting dari
kedua masalah diatas.
Namun nyeri klien akan
teratasi apabila masalah
biologis (00146)
pada jantung klien
ditangani terlebih dahulu.

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. A
No. CM : 286917
Usia : 60 tahun
Diagnosa Medik : CHF

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot-otot pernapasan


(00032)
NOC: Pola nafas kembali efektif

Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan menunjukkan:
a. RR dalam batas normal (18-20 x/menit)
b. Saturasi oksigen baik
c. Melaporkan sesak nafas berkurang

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum klien

Pantau tingkat, irama, suara serta pola Mengetahui apakah ada masalah pada
pernapasan pernapasan klien

Posisikan klien dengan posisi Memaksimalkan ventilasi klien


semifowler
Meningkatkan ekspansi paru klien
Ajarkan klien teknik nafas dalam
Memaksimalkan pernafasan klien dan
Kolaborasi dalam pemberian terapi menurunkan sesak nafas klien
oksigen pada klien

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas (00029)

NOC: Curah jantung meningkat

Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan menunjukkan:
a. Tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima
b. Melaporkan penurunan episode dispnea, angina,

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum klien

Pantau seri EKG dan perubahan foto Depresi segmen ST dan datarnya
dada gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen
miokard, meskipun tak ada penyakit
arteri koroner. Foto dada dapat
menunjukan pembesaran jantung

Pertahankan posisi tirah baring pada Dengan tirah baring diharapkan


posisi yang nyaman selama episode akut ekspansi dada klien lebih maksimal

Anjurkan untuk menurunkan stress Meningkatnya stress dapat


mempengaruhi kerja jantung

Kolaborasikan pemberian oksigen dan Meningkatkn sediaan oksigen untuk


obat sesuai indikasi (diuretic, kebutuhan miokard untuk melawan
vasodilator, antikoagulan) efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (00146)

NOC: Nyeri akut terkontrol

Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam, klien akan menunjukkan:
a. Nyeri berkurang
b. Klien merasa nyaman
c. Klien mampu melakukan manajemen nyeri non farmakologi

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui keadaan umum
klien
Kaji karakteristik nyeri
Mengetahui persepsi nyeri yang
dirasakan klien
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan Reaksi non verbal klien dapat
mengetahui sejauh mana nyeri yang
dirasakan
Beri posisi yang nyaman
Posisi yang nyaman dapat membuat
klien rileks
Ajarkan klien teknik relaksasi nafas
dalam Relaksasi nafas dalam dapat membuat
klien rileks dan nyeri berkurang
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Pemberian analgetik dapat mengurangi
nyeri yang dirasakan klien

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.A
No. CM : 286917
Usia : 60 tahun
Diagnosa Medik : CHF

Diagnosa
Implementasi Respon
keperawatan

1. Mengukur tanda-tanda S: Klien bersedia untuk


vital diperiksa TTV nya
O:
Dx 1: Pola nafas 2. Memantau tingkat, Hasil pemeriksaan TTV:
tidak efektif irama, suara, serta pola TD: 150/100 mmHg
pernapasan klien Nadi: 105x/menit
RR: 23x/menit
SpO2: 97%
3. Memposisikan klien Suhu: 36 ºC
dengan nyaman (posisi
semifowler) S: Klien mengatakan klien
merasa sesak nafas saat ini, dan
4. Memasang nasal kanul saat berjalan sedikit jauh atau
dan memberikan terapi bernafas sedikit berat
oksigen 3 liter per O: Klien tampak sesak nafas,
menit pernapasannya dangkal dan
cepat
S: Klien mengatakan posisinya
sudah tepat dan klien merasa
5. Mengkaji karakteristik nyaman
nyeri klien serta O: Klien tampak nyaman
mengobservasi reaksi dengan posisi setengah
non verbal dari duduknya
ketidaknyamanan
S: Klien mengatakan sudah
merasakan hembusan angin
6. Mengajarkan teknik dari selang oksigen dan merasa
relaksasi nafas dalam nyaman bernafas
O: Klien tampak lebih stabil
nafasnya dan tampak nyaman.

S: Klien mengatakan nyeri


pada dadanya sebelah kiri yang
menjalar sampai ke bahu, nyeri
Dx2: penurunan 1. Menganjurkan klien hilang-timbul saat klien kaget
curah jantung untuk menurunkan atau kelelahan seperti tertimpa
stress beban berat dengan skala 6
O: Klien tampak meringis dan
2. Melakukan memegangi dada kirinya saat
pemeriksaan EKG pada nyeri muncul
klien
S: Klien mengatakan lebih
3. Memasang infus pada merasa rileks setelah dilakukan
klien dengan relaksasi nafas dalam, klien
memberikan cairan dapat mengatur nafasnya
intravena Ringer Laktat sekaligus mengontrol nyeri
(RL) 500ml dengan 20 dadanya
tetes per menit O: Klien tampak lebih rileks
dan klien mampu
4. Memberikan injeksi mempraktekkan sendiri
ketorolac 30mg melalui relaksasi nafas dalam
IV

5. Mengantar klien untuk S: Klien mengatakan akan


melakukan berusaha untuk lebih rileks dan
pemeriksaan radiologi: santai dalam memikirkan
thoraks sesuatu, demi kesehatan
jantungnya
6. Mentrasnfer klien ke O: Klien kooperatif terhadap
ruang rawat inap apa yang dianjurkan

S: Klien mengatakan klien


bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan
O: Hasil pemeriksaan: RBBB
(Right Bundle Branch Block)

S: Klien mengatakan klien


bersedia dipasang infuse
O: Infus dan cairan intravena
masuk dengan lancar, tidak ada
pembengkakan disekitar area
pemasangan infuse

S: Klien mengatakan klien


bersedia diberi obat
O: Injeksi masuk dengan
lancer, tidak ada reaksi alergi
pada klien

S: Klien mengatakan klien


bersedia untuk dilakukan
rontgen
O: Klien tampak kooperatif,
hasil pemeriksaan: tampak
kardiomegali

S: Klien bersedia untuk diantar


ke rawat inap
O: Klien kooperatif terhadap
proscdur yang diterapkan di
rumah sakit

F. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. A
No. CM : 286917
Usia : 60 tahun
Diagnosa Medik : CHF

Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
Ketidakefektifan S: Klien mengatakan sesak nafasnya sudah
pola nafas berkurang, tidak sesesak saat datang ke
berhubungan IGD, klien mampu melakukan teknik nafas
dengan keletihan dalam dan bisa mengatur napasnya dan
otot-otot klien merasa nyaman dengan posisi
pernapasan setengah duduk.
O: Klien tampak lebih nyaman, nafasnya
tampak lebih stabil dan pernapasannya
sudah lebih nyaman. Klien tidak tampak
terlalu sesak nafas seperti pertama datang
ke IGD.
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 140/90 mmHg
Nadi: 95x/menit
RR: 21x/menit
SpO2: 98%
Suhu: 36,2 ºC
A: Masalah ketidakefektifan pola nafas
teratasi
P: Pertahankan intervensi:
1. Pantau tingkat, irama, suara, serta
pola pernapasan
2. Posisikan klien semifowler
3. Kolaborasi dalam pemberian terapi
oksigen

Diagnosa Evaluasi
keperawatan
Penurunan curah S: Klien mengatakan klien sudah berurang
jantung sesak naas nya< nyeri dada juga sudah
berkurang, tidak terasa sesak dan senyeri
saat datang ke IGD.
O: Klien tampak lebih nyaman, nafasnya
tampaknya tampoak lebih stabil dan tidak
tampak terlalu sesak nafas. Namun masih
terdapat edema, klien masih tampak lemas
dan pengisian kapiler masih 3 detik
A : masalah penurunan curah jantung
belum teratasi
P: lanjutkan intervnsi :
1. Pamtau seri
EKG dan
perubahan foto
dada
2. Pertahankann
posisi semi
fowler
3. Kolaborasi
dalam
pemberian obat
sesuai indikasi
(bioretik,
vasodilator, anti
koagulan )

Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri dadanya sudah


berhubungan berkurang menjadi skala 1, klien sudah
dengan agens bisa melakukan relaksasi nafas dalam dan
/cedera biologis ( sudah bisa mengontrol nyerinya
O: Klien sudah tampak lebih nyaman dan
rileks, ekspresi wajah klien tidak
menunjukkan nyeri, dan klien dapat
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Pertahankan intervensi: Anjurkan untuk
relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada kasus tuan A yang berusia 60 tahun dengan keluhan nyeri dada kiri
menjalar ke lengann kiri, pasien memiliki riwayat diabetes melitusdan hipertensi.
Selain itu pasien mengeluhh sesak nafas, hasil pengkajian juga didapatkan pasien
merasa lemas,cepat lelah setelah aktifitas ringan seperti ke kamar mandi, batuk (+),
mual, edema pada tungkai, kaki terasa kebas. Dengan hasil pemeriksaan pengisian
kapiler (CRT) lebih dari 3 detik, akral dingin, kulit pucat, nadi teraba lemah , TD
sebelum masuk sebelum masuk kamar mandi 140/90 mmHg, TD setelah dari kamar
mandi 160/100 mmHg, frekwensi nadi 104 x/ menit, frewkuensi napas 24x/ menit,
suhu 35,8 C. Hasil ro thoraks : terdapat cardiomegali. Menurut Sudoyo Aru, dkk
(2009) gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan
yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik)
dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).
Berdasarkan teori di atas dan data hasil pengkajian pada kasus tersebut
didapatkan tidak ada kesenjangan. dikarenakan berdasarkan data yang didapat pasien
mengeluh sesak nafas dan lemas yang disebabkan keletihanya otot otot pernapasan .

B. Diagnosa
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan ada tiga diagnosa keperawatan yang
muncul yang dianngkat berdasarkan diagnosa keperawatan NANDA (2018).
yaitu pertama ketidak efektifkan pola nafas Pola nafas tidak efektif adalah
ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. (Santoso,
Budi.2006).
Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana pompa
darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme
tubuh dan nyeri akut Pengalaman sensori danemosional yang tidak
menyenangkanyang muncul akibat kerusakan jaringanyang aktual atau potensial
ataudigambarkan dalam hal kerusakansedemikian rupa (InternationalAssociation
for the study of Pain):awitan yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan
hingga berat denganakhir yang dapat diantisipasi ataudiprediksi dan berlangsung
<6 bulan.

NANDA(2018) menyatakan Diagnosa kepeawatan yang mungkin muncul pada


masalah gagal jantung kongestif
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas, afterload, frekuensi, irama, volume sekuncup jantung.
2. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler/ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan posisi tubuh menghambat
ekspansi paru, hiperventilasi, keletihhan otot pernafasan.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan
cairan/kelebihan asupan natrium.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, tirah baring lama/imobilitas, fisik tidak bugar, gaya
hidup kurang gerak.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens cedera kimiawi,
lembab, tekanan tonjolan tulang, gangguan volume cairan, nutrisi tidak
adekuat.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan makan.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang didapatkan dalam teori congestive heart failure (CHF)
menurut teori untuk diagnosa penurunan curah jantung intervensi yang di berikan
yakni perawatan jantung dan monitoring vital sign, untuk diagnosa insomnia
intervensi keperawatan yang di berikan yakni bantuan perawatan diri.Intervensi
keperawatan yang didapatkan pada kasus dari 3 diagnosa yakni sebagai berikut :
a. Pola nafas tidak efektif intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Auskultasi suara pernafasan abnormal
3) Monitor irama, kedalaman, dan frekuensi pernafasan
4) Moitor adanya sianosis perifer
5) Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi
6) Lakukan fisioterapi dada bila perlu
7) Berikan bronkodilator bila perlu
8) Pertahankan jalan nafas yang paten
9) Kolaborasi pemberian ADH lasix
b. Penurunan curah jantung intervensi
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Palpasi nadi perifer
3) Monitor bunyi jantung
4) Monitor kulit terhadap pucat dan sianosis
5) Catat adanya disaritmia jantung
6) Monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu dan ortopneu
7) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat)
8) Monitor indikasi retensi cairan/kelebihan cairan (cracles,CVP, edema,
distensi vena leher, asites)
9) Monitor berat pasien sebelum dan sesudah dialisis
10) Monitor status nutrisi, berikan cairan
11) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi
12) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
13) Catat secara akurat intake dan output
14) Monitor warna dan jumlah
c. Nyeri akut intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Kaji karakteristik nyeri
3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
4) Beri posisi yang nyaman
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Diagnosa ketidak efekifan pola nafas implementasi :
1. Mengukur tanda-tanda vital
2. Memantau tingkat, irama, suara, serta pola pernapasan klien
3. Memposisikan klien dengan nyaman (posisi semifowler)
4. Memasang nasal kanul dan memberikan terapi oksigen 3 liter per menit

Diagnosa penunurunan curah jantung implementasi:


a. Menganjurkan klien untuk menurunkan stress
b. Melakukan pemeriksaan EKG pada klien
c. Memasang infus pada klien dengan memberikan cairan intravena Ringer
Laktat (RL) 500ml dengan 20 tetes per menit
d. Memberikan injeksi ketorolac 30mg melalui IV
e. Mengantar klien untuk melakukan pemeriksaan radiologi: thoraks
f. Mentrasnfer klien ke ruang rawat inap

Diagnosa nyeri akut implementasi :


1. Melakukan pengkajian nyeri
2. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
3. Mengatur lingkungan yang nyaman
4. Mengajarkan teknik tarik nafas dalam
5. Menganjurkan pasien untuk beristirahat/tidur
6. Melaksanakan pemberian analgesik untuk menurunkan nyeri.

E. Evaluasi
Hasil studi kasus yang dilakukan pada tuan A yaitu diagnosa pola nafas tidak
efektif, pennurunan curah jantung, dan nyeri akut. Alasanya karena tujuan dan
kriteria hasil hampir tercapai. Pasien tampak lebih nyaman pola nafas pun
kembali normal dan mengatakan rasa nyeri nya sudah berkurang akan tetapi
penurunan curah jantung belum teratasi sehingga pasien harus mendaptakan
perawatan lanjuutan.
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Hasil yang diharapkan (Muttaqin, 2009) pada proses perawatan klien
dengan gangguan sistem Kardiovaskular Congestive Heart Failure adalah:
1. Bebas dari nyeri
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Terpenuhinya aktifitas sehari-hari
4. Menunjukan peningkatan curah jantung
5. Membaiknya fungsi pernafasan
6. Mandiri dalam beraktifitas
7. Menunjukan penurunan kecemasan
8. Memahami penyakit dan tujuan keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi. Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Doenges E. Marlynn. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),
Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: MediAction
Publishing
Smeltzer, Suzanne C. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi: 12. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai