Anda di halaman 1dari 20

Gagal Jantung

Catatan Kuliah
MEP ISMKI Wilayah 3 2017
&
Himpunan Mahasiswa Kedokteran Umum
Universitas Diponegoro
POKOK BAHASAN : Sistem Kardiovaskular
SUB POKOK BAHASAN : Gagal Jantung

1.1 PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat mengenai Sub Pokok Bahasan
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana
seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung
(nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas
disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau
edema ); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istirahat.

B. Penulis
Nama Lengkap : Muhammad Rully Zen
Organisasi : Himpunan Mahasiswa Kedokteran Umum
Universitas : Diponegoro

C. Kompetensi
Menurut SKDI 2012, Gagal Jantung termasuk dalam Tingkat
Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal,
dan merujuk.
Gagal Jantung Akut termasuk 3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Sedangkan, Gagal Jantung Kronik termasuk 3A. Bukan Gawat
Darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
D. Petunjuk Belajar

Mengetahui anatomi dinding thoraks dan organ organ visceral dalam


thoraks dan fisiologi kardiovaskular,

1.2 ISI
A. Definisi
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana
seorangpasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung
(nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas
disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau
edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan
struktur atau fungsi jantung saat istirahat(Daniel 2010).

B. Epidemiologi
Diperkirakan terdapat 23 juta orang mengidap gagal jantung di
seluruh dunia. Diperkirakan setidaknya ada 550.000 kasus gagal
jantung baru didiagnosis setiap tahunnya. Dari survey registrasi di
rumah sakit didapatkan angka perawatan pasien yang berhubungan
dengan gagal jantung sebesar 4,7% untuk perempuan dan 5,1% untuk
laki-laki. Gagal jantung merupakan suatu sindrom, bukan diagnose
penyakit. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure/ CHF)
juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan
prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur/ age-
dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di
bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75-84 tahun(Siregar
2010).

C. Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif
meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah
kerusakan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah
jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada
tiga faktor: yaitu preload, konteraktilitas, afterload;
 Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya
regangan serabut otot jantung.
 Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium
 Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan
yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini
terganggu, maka curah jantung berkurang.

D. Patomekanisme
Penurunan kontraksi venterikel akan diikuti penurunan curah
jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan
penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang
mekanisme kompensasi neurohurmoral. Vasokonteriksi dan retensi air
untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah, sedangkan
peningkatan preload akan meningkatkan kontraksi jantung melalui
Starling Law. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi, peninggian
afterload, dan hipertensi disertai dilatasi jantung akan lebih
menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak
terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung adalah dengan
vasodilator untuk menurunkan afterload venodilator dan diuretik
untuk menurunkan preload, sedangkan motorik untuk meningkatkan
kontraktilitas miokard.(Siregar 2010).
Terdapat 3 (tiga) kondisi yang mendasari terjadinya gagal
jantung yaitu(Daniel 2010):
1) Gangguan Mekanik
Beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu :
a. Beban tekanan
b. Beban volume
c. Tamponade jantung atau konstriksi perikard dimana jantung
tidak dapat melakukan pengisian
d. Obstruksi pengisian ventrikel
e. Aneurisma ventrikel
f. Disinergi ventrikel
g. Restriksi endokardial atau miokardial
2) Abnormalitas Otot Jantung
a. Primer: kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal
kronik,anemia) toksin atau sitostatika.
b. Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif,
korpulmonal.
3) Gangguan Irama Jantung atau Gangguan Konduksi

E. Symptom and Sign

Tanda dan Gejala Gagal Jantung

Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2008

F. Penegakkan Diagnosis
Uji diagnostik biasanya paling sensitif pada pasien gagal
jantung dengan fraksi ejeksi rendah. Uji diagnostik sering kurang
sensitf pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal.
Ekokardiografi merupakan metode yang paling berguna dalam
melakukan evaluasi disfungsi sistolik dan diastolik.
Algoritma Diagnostik Gagal Jantung.

Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and


treatment of acute and chronic heart failure 2012

Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien
diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal
jantung. Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam
mendiagnosis gagal jantung, jika EKG normal, diagnosis gagal
jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (< 10%).

Foto Toraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung.
Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi
pleura dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang
menyebabkan atau memperberat sesak nafas. Kardiomegali dapat
tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik
Abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada gagal jantung
Abnormalitas fototoraks yang umum ditemukan pada gagal
jantung
G. Diagnosis Banding

Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and


treatment of acute andchronic heart failure 2012

H. Penatalaksanaan

TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
Manajemen Perawatan Mandiri
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam
keberhasilan pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak
bermakna perbaikan gejala gagal jantung kapasitas fungsional,
kualitas hidup,morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan
mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan
untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal
jantung.
Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan
kualitas hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien
yang taat pada terapi farmakologi maupun non-farmakologi
Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika
terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus
menaikan dosis diuretik atas pertimbangan dokter (kelas rekomendasi
I, tingkatan bukti C)
Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama
pada pasiendengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi
cairan rutin pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang
tidak memberikankeuntungan klinis (kelas rekomendasi IIb, tingkatan
bukti C)
Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2)
dengan gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan
gagal jantung,mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup
(kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti C)
Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal
jantung berat. Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan
prediktor penurunan angka kelangsungan hidup.Jika selama 6 bulan
terakhir berat badan > 6 %dari berat badan stabil sebelumnya tanpa
disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia. Status
nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukti C)
Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal
jantung kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang
sama baik dikerjakan dirumah sakit atau di rumah (kelas rekomendasi
I, tingkatan bukti A)
Aktivitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil)
mengurangi tekanan pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada
gagal jantung lanjut dan tidak boleh dikombinasikan dengan preparat
nitrat (kelas rekomendasi III,tingkatan bukti B)
TATA LAKSANA FARMAKOLOGI
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua
pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤
40 %.ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,
dan meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukti A).
ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal,
hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang),
oleh sebab itu ACEI hanya diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal
adekuat dan kadar kalium normal.
Indikasi pemberian ACEI
 Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau tanpa gejala

Kontraindikasi pemberian ACEI


 Riwayat angioedema
 Stenosis renal bilateral
 Kadar kalium serum > 5,0 mmol/L
 Serum kreatinin > 2,5 mg/dL
 Stenosis aorta berat

Cara pemberian ACEI pada gagal jantung


Inisiasi pemberian ACEI
 Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit
 Periksa kembali fungsi ginjal dan serum elektrolit 1 - 2 minggu
setelah terapi ACEI
 Naikan dosis secara titrasi, pertimbangkan menaikan dosis secara
titrasi setelah 2-4 minggu.
 Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau
hiperkalemia. Dosis titrasi dapat dinaikan lebih cepat saat dirawat
di rumah sakit
 Jika tidak ada masalah diatas, dosis dititrasi naik sampai dosis
target atau dosis maksimal yang dapat di toleransi
 Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit 3 dan 6 bulan setelah
mencapai dosis target atau yang dapat ditoleransi dan selanjutnya
tiap 6 bulan sekali

Penyekat β
Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua
pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤
40 %. Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,
dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian penyekat β
 Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
 Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
 ACEI / ARB (dan antagonis aldosteron jika indikasi) sudah
diberikan
 Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis
diuretik,tidak ada kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda
retensicairan berat)

Kontraindikasi pemberian penyekat β


 Asma
 Blok AV (atrioventrikular) derajat 2 dan 3, sindroma sinus
sakit(tanpa pacu jantung permanen), sinus bradikardia (nadi <
50x/menit)

Cara pemberian penyekat β pada gagal jantung


 Inisiasi pemberian penyekat β
 Penyekat β dapat dimulai sebelum pulang dari rumah sakitpada
pasien dekompensasi secara hati-hati.
 Naikan dosis secara titrasi
 Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 – 4minggu.
Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan gagaljantung,
hipotensi simtomatik atau bradikardi (nadi < 50 x/menit)
 Jika tidak ada masalah diatas, gandakan dosis penyekat β
sampaidosis target atau dosis maksimal yang dapat di toleransi
 Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian
penyekat β:
 Hipotensi simtomatik
 Perburukan gagal jantung
 Bradikardia

Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron
dosis kecilharus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi
ejeksi ≤ 35 % dangagal jantung simtomatik berat (kelas fungsional III
- IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal berat.
Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian antagonis aldosteron
 Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
 Gejala sedang sampai berat (kelas fungsional III- IV NYHA)
 Dosis optimal penyekat β dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI
dan ARB)

Kontraindikasi pemberian antagonis aldosteron


 Konsentrasi serum kalium > 5,0 mmol/L
 Serum kreatinin> 2,5 mg/dL
 Bersamaan dengan diuretik hemat kalium atau suplemen kalium
 Kombinasi ACEI dan ARB

Cara pemberian spironolakton (atau eplerenon) pada gagal


jantung
Inisiasi pemberian spironolakton
 Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit.
 Naikan dosis secara titrasi
 Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 4 – 8minggu.
Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau
hiperkalemia.
 Periksa kembali fungsi ginjal dan serum elektrolit 1 dan 4
minggu setelah menaikan dosis
 Jika tidak ada masalah diatas, dosis dititrasi naik sampai
dosistarget atau dosis maksimal yang dapat di toleransi

Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat pemberian


spironolakton:
 Hiperkalemia
 Perburukan fungsi ginjal
 Nyeri dan/atau pembesaran payudara

Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and


treatment of acute and chronic heart failure 2012
Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and
treatment of acute andchronic heart failure 2012

Dosis obat yang umumnya dipakai pada gagal jantung

Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and


treatment of acute and chronic heart failure 2012

1.3. PENUTUP
A. Rangkuman
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung gagal untuk
mengeluarkan isinya dan merupakan kondisi dimana berlakunya
kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Gagal jantung juga
bisa pula terjadi pada jantung dengan fungsi mendekati normal tapi
dalam kondisi permintaan sirkulasi yang tinggi. Mekanisme yang
mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan
kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung
lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih
dapat dipertahankan. Penatalaksanaan bisa secara non farmakologi dan
farmakologi. Penatalaksanaan non farmakologi yaitu dengan cara
manajemen perawatan mandiri seperti ketaatan pasien berobat,
pemantauan berat badan mandiri,asupan cairan,pengurangan berat
badan,kehilangan berat badan tanpa rencana, latihan fisik, aktivitas
seksual. Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi yaitu dengan
cara diberi obat-obatan tertentu seperti obat-obat golongan ACEI,
ARB, Antagonis aldosteron, dan penyekat β.

B. Tes Formatif
1. Tanda dari gejala gagal jantung dibawah ini yang benar,kecuali
a. Sesak nafas
b. Kelelahan
c. Edema tungkai
d. Takikardi
e. Percaya diri
2. Abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada gagal jantung
antara lain
a. Aritmia ventrikel
b. Gelombang S
c. Gelombang P
d. Hipertropi ventrikel kanan
e. Gelombang T
3. Penatalaksanaan tindakan secara farmakologi yaitu dengan cara
diberi obat-obatan seperti
a. Captopril
b. Valsartan
c. Imodium
d. A dan B benar
e. Semua benar
4. Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif
meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang
menyebabkan
a. curah jantung menjadi lebih rendah
b. curah jantung menjadi lebih tinggi
c. curah jantung tidak berubah
d. Volume jantung menjadi lebih rendah
e. Volume jantung menjadi lebih tinggi
5. Volume sekuncup adalah
a. jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi
b. jumlah darah yang dipompa pada setiap relaksasi
c. jumlah darah yang diserap pada setiap konteraksi
d. jumlah darah yang serap pada setiap relaksasi
e. bukan salah satu diatas

C. Kunci Jawaban
1. E 2. A 3. D 4. A 5. A

1.4. DAFTAR PUSTAKA

Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the


diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008. Eur Heart
J 2008;29:2388–442.
McMurray JJ V, Adamopoulos S, Anker SD, et al. ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012: The Task
Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
2012 of the European Society of Cardiology. Developed in collaboration
with the Heart. Eur Heart J [Internet] 2013;32:e1–641 – e61. Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22611136
Rydén L, Grant PJ, Anker SD, et al. ESC guidelines on diabetes, prediabetes,
and cardiovascular diseases developed in collaboration with the EASD.
Eur Heart J 2013;34:3035–87.
Piña I. Acute HF: Guidance on Reducing Readmissions [Internet]. 2013 [cited
2015 Feb 21];Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/777325
Himpunan Mahasiswa Kedokteran Umum
Universitas Diponegoro

Nama Pimpinan Organisasi : Robi Kholiq


Nama Pimpinan Bidang/Divisi/Kementrian : Candra Farida
Alamat : Jalan Prof. H. Soedarto, S.H.,
Tembalang, Semarang Kode Pos 50275
Kontak Organisasi
 Email : himaku@fk.undip.ac.id
 Media Sosial : himaku.fk.undip.ac.id (website)
@qzj6135c (line)
@himaku_undip
BIOGRAFI PENULIS

Nama Lengkap : Muhammad Rully Zen


Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang,10 Agustus 1998
Alamat :Jl. Gerungsari Gang 1 No.2 , Bulusan,
Tembalang
Riwayat Pendidikan : Pendidikan Dokter Universitas Diponegoro
RiwayatOrganisasi :Staff Rohis KU, Staff Pendpro HIMA KU
Motto : Selalu berusaha dan berdoa
Kontak :
 Email : mrullyzen@gmail.com
 Media Sosial : (line) rullyzen , (ig) rullyzen
 Nomor HP : 081380371332

Anda mungkin juga menyukai