PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Sebagai wahana pendidikan sebagai proses pembelajaran khususnya bagi
dokter internsip dan sejawat dalam penanganan pasien gagal jantung dengam
komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1. Gagal Jantung
2.1.1. Definisi Gagal Jantung
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium
yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke
seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru- paru,
dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung
kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Gambar 2.1
Gagal jantung adalah kumpulan sindrom klinis yang ditandai dengan
gejala sesak napas (saat istirahat atau aktfitas), edema kaki, kelemahan dan dapat
disertai tanda peningkatan tekanan vena jugularis (JVP), ronki pada paru, efusi
pleura, dan edema perifer. Hal ini disebabkan oleh karena gangguan struktur dan
fungsi dari jantung yang menimbulkan efek penurunan curah jantung (cardiac
output) dan peningkatan tekanan di dalam jantung baik saat istirahat maupun
beraktivitas (ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure, 2016).
a. gejala gagal jantung: sesak nafas saat istirahat atau aktivitas, kelelahan,
dan edema tungkai.
b. tanda khas gagal jantung: takikardia, takipneu, ronki paru, efusi pleura,
peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, dan hepatomegali.
c. bukti obyektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat,
kardiomegali, suara jantung tiga (gallop), murmur jantung, abnormalitas
dalam gambaran elektrokardiografi, kenaikan konsentrasi peptida
natriuretik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah kontraktilitas
miokard, denyut jantung (irama dan kecepatan/ menit) beban awal dan beban
akhir.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam.(B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP). (B)
2.2.8 Komplikasi
DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Di
Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama dari end-stage renal disease
(ESRD), nontraumatic lowering amputation, dan adult blindness (Ndraha, 2014).
Komplikasi- komplikasi tersebut antara lain seperti (Ndraha, 2014) :
a. Kerusakan saraf (Neuropathy)
Neuropathy adalah salah satu komplikasi Diabetes Mellitus. Kerusakan
pada sistem saraf ini lebih mengacu pada saraf sensorik (saraf perasa),
menimbulkan rasa sakit, kesemutan, serta baal (mati rasa) pada kaki dan
tangan.
b. Retinopaty
Retinopathy disebabkan memburuknya kondisi mikro sirkulasi
sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh darah retina. Hal ini bahkan
bisa menjadi salah satu penyebab kebutaan. Retinopathy sebenarnya
merupakan kerusakan yang unik pada diabetes karena selain oleh
gangguan mikrovaskuler, penyakit ini juga disebabkan adanya biokimia
darah sehingga terjadi penumpukan zat-zat tertentu pada jaringan retina.
Katarak dan glaucoma (meningkatnya tekanan pada bola mata) juga
merupakan salah satu dari komplikasi mata pada pasien Diabetes.
c. Gangguan Fungsi Jantung
Gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan aliran darah ke
jantung terhambat atau terjadi ischemia (kekurangan oksigen di otot
jantung), timbul angina pectoralis (sakit di daerah dada, lengan, dan
rahang), bahkan pada akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung.
Terkadang still infarct (infark jantung) muncul tanpa keluhan angina
pectoris.
d. Gangguan Fungsi Pembulu Darah Otak
Pasien sering merasakan berat di belakang kepala, leher, dan pundak,
pusing (vertigo), serta pendengaran dan penglihatan terganggu. Jika hal
ini dibiarkan, gangguan neurologis akan muncul, misalnya dalam
bentuk stroke yang disebabkan oleh penyumbatan atau perdarahan.
e. Gangguan Fungsi Pembuluh Darah Kaki
Berkurangnya sirkulasi darah dan oksigen ke kaki atau betis
menyebabkan rasa sakit di betis muncul sewaktu berjalan kaki. Pasien
harus berhenti atau duduk untuk menghilangkan rasa sakit tersebut.
Selain penyumbatan pembuluh darah besar pada kaki, mikro sirkulasi di
kaki juga mudah terhambat. Hal ini adalah penyebab utama gangren
(pembusukan jaringan) yang sering diderita oleh pasien Diabetes
Mellitus.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 53 tahun
Pekerjaan : Anggota TNI
Alamat : Jl. Kali Butuh no.19
Tanggal MRS : Kamis, 22 September 2022
DPJP : dr. Feranti, SpJP(K) dan dr. Hadiati Setyorini,Sp.PD
No. RM : 068479
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 bulan yang lalu, dan
memberat sejak 1 minggu ini, sesak nafas dirasakan ketika melakukan aktivitas
dan tidak membaik ketika pasien beristirahat. Pasien mengatakan susah tidur
karena sesak ketika berbaring dan sering terbangun malam hari karena sesak nafas
dan biasa tidur dengan 2-3 bantal.
Pasien juga mengeluhkan adanya batuk (+) sejak 2 hari yang lalu, batuk
berdahak. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kedua kaki sejak 3 hari yang
lalu dan semakin membesar. Bengkak awalnya tidak terasa nyeri namun beberapa
hari berikutnya kaki terasa berat dan nyeri terutama saat dibuat berjalan.
Demam (-), BAB dan BAK dalam batas normal. dada berdebar (-), mual
muntah (-), nyeri dada (-), penurunan berat badan (-), batuk darah (-), pingsan (-).
Orang tua pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus dari ibu pasien
Tanda-Tanda Vital
Temperature : 36,6 C
Kepala
Bentuk : bulat
Leher
Thoraks
Cordis
S1/S2 tunggal, reguler, Ekstra sistole (-), Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
P : Sonor +/+
Abdomen
I : Distensi (-)
A : BU (+) normal
P : timpani
P : soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
edema (-)
Hb : 11.6
Leu : 7.34
Plt : 206
GDS : 411
Faal Ginjal (22/9/2022)
BUN/SK: 21.4/1.0
Faal Hepar (22/9/2022)
OT/PT: 21/42
3.3.2. SE (22/9/22)
Na : 138
K : 4.3
Ca : 1.2
Cl : 101
3.3.3. Foto Toraks
Kesimpulan : Kardiomegali
3.3.4. Elektrokardiogram
Kesimpulan:
LV Dilatasi Sedang
Global Hipokinetik
MR trivial
EF Menurun
3.4. Daftar Masalah
● Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 bulan yg lalu memberat
sejak 1 minggu ini, sesak saat beraktivitas dan tidak membaik saat
istirahat. Pasien tidur menggunakan 2-3 bantal dan sering terbangun di
malam hari dan seperti tersedak lalu batuk-batuk. Ada batuk seperti ada
dahak namun tidak bisa keluar. Kedua kaki bengkak sejak 3 hari yg lalu.
● Orang tua pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus dari ibu pasien
● Metformin rutin diminum sejak 2 bulan
● Tekanan Darah : 125/85 mmHg, Nadi: 100 Reguler, Kuat angkat,
Temperature: 36,6 C, Respiratory Rate: 25x/menit,
SpO2: 97%
● GDA 411
● CXR: kardiomegali
3.6. Tatalaksana
inj. furosemide 2 x 10 Mg iv
tab spironolactone 25 mg 1-0-0
Aspilet 1-0-0
Simvastatin 20 mg
Consul Sp.PD
Klinis
Tanda Vital
GDA
3.7. Prognosis
dubia ad bonam
3.8. Monitoring
Tgl S O A P
Laboratorium :
GDP : 267
Laboratorium :
GDP : 236
GD2JPP : 253
Abd: BU(+)normal,
soepel, nyeri tekan (-)
Acc KRS
Eks: AHKM, edema -/-
- Aspilet 1x1
Laboratorium :
- Simvastatin 20mg 0-0-1
GDP : 69 ml/dL
-Bisoprolol 2,5mg 0-0-1
- Codein 3x10 mg
BAB IV
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 3 bulan yang lalu, dan
memberat sejak 1 minggu ini, sesak nafas dirasakan ketika melakukan aktivitas
dan tidak membaik ketika pasien beristirahat. Pasien mengatakan susah tidur
karena sesak ketika berbaring dan sering terbangun malam hari karena sesak nafas
dan biasa tidur dengan 2-3 bantal.Pasien juga mengeluhkan adanya batuk (+)
sejak 2 hari yang lalu, batuk berdahak. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada
kedua kaki sejak 3 hari yang lalu dan semakin membesar. Bengkak awalnya tidak
terasa nyeri namun beberapa hari berikutnya kaki terasa berat dan nyeri terutama
saat dibuat berjalan.Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus sejak 5 taun yang
lalu, ibu pasien juga mempunyai riwayat Diabetes Melitus. Pasien rutin
mengkonsumsi obat metformin sejak 2 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, keadaan
umum sedang. Pada Tanda Vital didapatkan Tekanan Darah: 125/85 mmHg,
Nadi: 100 Reguler Kuat angkat, Temperature: 36,6 C, Respiratory Rate:
25x/menit, SpO2: 97%, Pada pemeriksaan kepala leher dalam batas normal,
pemeriksaan Torax didapatkan dada tampak simetris, tidak ada jejas, sonor pada
kedua lapang paru, dan di dapatkan ronki pada 2/3 bawah lapang paru bilateral,
abdomen dalam batas normal, akral hangat pada keempat ektremitas, dan
ditemukan ada pitting edema pada kedua tungkai bawah.
Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi ati, dan
serum elektrolit tidak ditemuklan kelainan, tetapi pada pemeriksaan gula darah
acak didapatkan peningkatan kadar gula (411 mg/dL) pada Foto toraks
menunjukkan adanya kardiomegali. Elektrokardiografi menunjukkan adanya
irama sinus 85 Bpm. Pada hari kedua MRS di ruangan dilakukan ekokardiografi
dengan hasil LV dilatasi sedang, Global Hipokinetik, EF Menurun. Pada katup
mitral didapatkan trivial MR.
Saat masuk IGD pasien diberi terapi oksigen nasal kanul 4 lpm dan
dipasang infus PZ. Pasien dikonsultasikan ke dr. Feranti, Sp.JP dan diberkan
terapi injeksi Furosemid 2x1 ampul, Tablet Spironolacton 1x25 mg pagi hari,
Aspilet, dan Simvastatin 20 mg, dan konsul ke dokter spesialis penyakit dalam.
Kemudian dikonsulkan ke dr. Hadiati, Sp. PD dengan diagnosa Diabetes Militus
tipe II kemudian diberikan terapi RCI 2x6 Unit insulin dan lantus 20 unit malam
hari, codein 3x10mg. Terapi dilakukan dengan monitoring klinis, Tanda Vital, dan
Gula Darah Puasa.