BAB 1
PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure atau CHF merupakan salah satu masalah
kesehatan yang angka kejadiannya terus meningkat. WHO melaporkan bahwa ada
sekitar 3000 warga Amerika menderita CHF, juga sebanyak 17,3 juta orang
meninggal akibat penyakit ini setiap tahunnya, mewakili 30% dari semua
kematian global. American Heart Association (AHA) melaporkan bahwa sebanyak
5,7 juta penduduk Amerika Serikat menderita penyakit ini.1
Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa
penyakit pada sistem jantung dan pembuluh darah merupakan masalah penting
kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebut bahwa prevalensi penyakit jantung secara
nasional adalah 7,2%. Penyakit jantung iskemik mempunyai proporsi sebesar
5,1% dari seluruh penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan penyakit jantung
mempunyai angka proporsi 4,6% dari seluruh kematian.2
Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 menurut
data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang menjalani
rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita
CHF dan menjalani rawat inap Selain itu, penyakit yang paling sering
memerlukan perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal jantung ( readmission ),
walaupun pengobatan dengan rawat jalan telah diberikan secara optimal. Sekitar
44 % pasien yang dirawat dengan diagnosis CHF akan dirawat kembali pada 6
bulan kemudian.2
Kasus CHF kebanyakan berada pada usia lebih dari 50 tahun. CHF
merupakan alasan yang paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit.
Sekitar 75 % pasien yang dirawat dengan CHF berusia usia 65 75 tahun. Resiko
kematian yang diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10 % per tahun pada kasus
gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat.
Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang didiagnosis menderita CHF tidak
dapat hidup lebih dari 5 tahun.2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana
seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung (nafas
pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai atau
tidak disertai kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema
pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istirahat.3
2.2. Etiologi
2.2.1.
Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
Hipertensi
Menyebabkan gagal jantung kongestif melalui mekanisme
disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri
menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel
yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif.5
2.2.3.
Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki efek toksik terhadap jantung yang menyebabkan
atrial fibrilasi ataupun gagal jantung akut. Konsumsi alkohol dalam jangka
panjang menyebabkan dilated cardiomiopathy. Didapati 2-3% kasus gagal
jantung kongestif yang disebabkan oleh konsumsi alkohol jangka panjang. 5
2.2.4.
Klasifikasi
berdasarkan
kelainan Kelainan
struktural jantung
Stadium A
Memiliki
risiko
berdasarkan
aktivitas
fisik.
fungsional
jantung,
tidak menimbulkan
kelelahan,
terdapat
keluhan
saat
sehari-hari
menimbulkan
Stadium C
dengan
batasan
aktivitas
Stadium D
bermakna
saat
saat
melakukan
aktivitas.
GEJALA
Tipikal
TANDA
Spesifik
Sesak napas
Peningkatan JVP
Ortopneu
Refluks hepatojugular
Paroxysmal
nocturnal
dyspnea
Toleransi
aktivitas
yang
berkurang
ke lateral
Bising jantung
Cepat lelah
Kurang tipikal
Edema perifer
Mengi
Krepitasi pulmonal
pada perkusi
Takikardia
Nadi ireguler
Napas cepat
begah
Hepatomegali
Asites
Kaheksia
Perasaan
kembung
atau
Depresi
Berdebar
Pingsan
2.5. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani,
elektrokardiografi atau foto toraks, ekokardiografi Doppler, dan kateterisasi.
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung
kongestif.4
Kriteria Mayor
Ronki paru
Kardiomegali
Gallop S3
Refluks hepatojugular
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Dyspnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua
pasien diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal
jantung. Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam
mendiagnosis gagal jantung, jika EKG normal, diagnosis gagal jantung
khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (< 10%).3
Tabel 2.3. Abnormalitas EKG yang umum dijumpai pada gagal jantung
Abnormalitas
Sinus takikardia
Penyebab
Gagal jantung
Implikasi Klinis
Penilaian klinis
dekompensasi, anemia,
Pemeriksaan
Sinus
demam, hipertroidisme
Obat penyekat , anti
laboratorium
Evaluasi terapi obat
bradikardia
aritmia, hipotiroidisme,
Pemeriksaan
Atrial
laboratorium
Perlambat konduksi AV,
takikardia/futer/
gagal jantung
konversi medik,
fibrilasi
dekompensasi, infark
elektroversi, ablasi
Aritmia
miokard
Iskemia, infark,
kateter, antikoagulasi
Pemeriksaan
ventrikel
kardiomiopati,
miokardits, hipokalemia,
beban, pemeriksaan
hipomagnesemia,
perfusi, angiografi
overdosis digitalis
Penyakit jantung koroner
koroner, ICD
Ekokardiografi, troponin,
Iskemia/infark
Angiografiikoroner,
Gelombang Q
Infark, kardiomiopati
revaskularisasi
Ekokardiografi,
hipertrofi, LBBB,
angiografii koroner
Hipertrofi
preeksitasi
Hipertensi, penyakit
Ekokardiografi, doppler
ventrikel kiri
katup aorta,
Blok
kardiomiopati hipertrofi
Infark miokard,
Evaluasi penggunaan
atrioventrikular
Intoksikasi obat,
miokarditis, sarkoidosis,
penyakit sistemik
Mikrovoltase
Penyakit Lyme
Obesitas, emfisema, efusi Ekokardiograf, rontgen
perikard, amiloidosis
Durasi QRS > Disinkroni elektrik dan
toraks
Ekokardiograf, CRT-P,
0,12
CRT-D
detik mekanik
dengan
morfologi LBBB
LBBB = Lef Bundle Branch Block; ICD = Implantable Cardioverter
Defbrillator CRT-P = Cardiac Resynchronizaton TherapyPACEImaker; CRT-D = Cardiac Resynchronizaton TherapyDefbrillator
Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung.
2.5.2.
Foto toraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung.
Abnormalitas
Kardiomegali
Penyebab
Dilatasi ventrikel kiri,
Implikasi Klinis
Ekokardiograf,
doppler
efusi perikard
Hipertrofi
Hipertensi, stenosis
Ekokardiografi,
ventrikel
aorta,
doppler
kardiomiopati
Tampak paru
hipertrofi
Bukan kongesti paru
normal
Kongesti
Mendukung
paru
pengisian
diagnosis
Edema
ventrikel kiri
Peningkatan tekanan
interstitial
pengisian
diagnosis
Efusi pleura
ventrikel kiri
Gagal jantung dengan
peningkatan tekanan
nonkardiak
(jika efusi
bilateral
banyak)
bedah/ keganasan
Peningkatan tekanan
limfatik
paru Emboli paru atau
Area
hiperlusen
Infeksi paru
Infiltrat paru
Mitral stenosis/gagal
jantung kronik
Pemeriksaan CT,
emfisema
Spirometri,
Pneumonia sekunder
ekokardiografi
Tatalaksana kedua
akibat
penyakit:
kongesti paru
Penyakit sistemik
infeksi paru
Pemeriksaan
diagnostik lanjutan
Sumber: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2008
2.5.3.
Ekokardiografi
10
2.
3.
Ekokardiografi transesofagus
Direkomendasikan pada pasien dengan ekokardiografi transtorakal
tidak adekuat (obesitas, pasien dengan ventlator), pasien dengan
kelainan katup, pasien endokardits, penyakit jantung bawaan atau untuk
mengeksklusi trombus di left atrial appendage pada pasien fibrilasi
atrial.3
Ekokardiografi beban
Ekokardiografi beban (dobutamin atau latihan) digunakan untuk
mendeteksi disfungsi ventrikel yang disebabkan oleh iskemia dan
menilai viabilitas miokard pada keadaan hipokinesis atau akinesis
berat.3
11
Tabel 2.5. Abnormalitas ekokardiografik yang sering dijumpai pada gagal jantung
Pengukuran
Fraksi ejeksi
Abnormalitas
Menurun (< 40 %)
Implikasi Klinis
Disfungsi sistolik
ventrikel kiri
Fungsi ventrikel
Akinesis, hipokinesis,
Infark/iskemia
kiri,
diskinesis
miokard,
kardiomiopati,
Diameter akhir
miokardits
Volume berlebih,
diastolik
sangat
(End-diastolik
mungkin gagal
diameter = EDD)
Diameter akhir
jantung
Volume berlebih,
sistolik
sangat
(End-systolic
mungkin disfungsi
diameter = ESD)
Fractonal
sistolik
Disfungsi sistolik
shortening
Ukuran atrium Meningkat (> 40 mm)
Peningkatan tekanan
kiri
pengisian, disfungsi
katup mitral, fibrilasi
Ketebalan
atrial
Hipertensi, stenosis
ventrikel
aorta,
kiri
kardiomiopati
hipertrofi
Struktur dan
Stenosis atau
Mungkin penyebab
fungsi
regurgitasi katup
katup
komplikasi gagal
12
pertimbangkan
operasi
Profil aliran
Abnormalitas pola
Menunjukkan
diastolik
disfungsi
mitral
dan lanjut
diastolik
dan kemungkinan
Kecepatan
mekanismenya
Peningkatan tekanan
puncak
sistolik ventrikel
regurgitasi
kanan,
trikuspid
curiga hipertensi
Profil Perikardium
Efusi, hemoperikardium,
mitral
Penebalan perikardium
pulmonal
Pertimbangkan
tamponade jantung,
uremia, keganasan,
penyakit sistemik,
perikarditis akut atau
kronik,perikarditis
Aortic outlow
velocity time integral
konstriktif
Isi sekuncup rendah
atau berkurang
13
inferior
Peningkatan tekanan
atrium kanan,disfungsi
mitral
2.6. Tatalaksana
2.6.1. Tatalaksana farmakologi
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Tindakan preventif dan pencegahan perburukan
penyakit jantung tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana
penyakit jantung.3
Tabel 2.6. Tujuan pengobatan gagal jantung
1. Prognosis
2. Morbiditas
Menurunkan mortalitas
Meringankan gejala dan tanda
Memperbaiki kualitas hidup
3. Pencegahan
Remodelling miokard
Rawat inap
Sumber: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
14
rumah
sakit
karenaperburukan
gagal
jantung,
dan
Obat
Dosis Inisial
Dosis Pemeliharaan
Benazepril
2,5 mg
5 10 mg
Captopril
6,25 mg
25 50 mg
Enalapril
2,5 mg per hari
10 mg
Lisinopril
2,5 mg per hari
5 20 mg per hari
Quinapril
2,5 5 mg per hari
5 10 mg per hari
Perindopril
2 mg per hari
4 mg per hari
Ramipril
1,25 2,5 mg per hari
2,5 5 mg
Cilazapril
0,5 mg per hari
1 2,5 mg per hari
Fosinopril
10 mg per hari
20 mg per hari
Trandolapril
1 mg per hari
4 mg per hari
*Manufactures or regulatory recommendations
Sumber: Ghanie, A., 2014. Gagal Jantung Kronik.
Penyekat
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan pada semua
pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %.
Penyekat memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,
dan meningkatkan kelangsungan hidup.3
Tabel 2.8. Cara pemakaian penyekat beta
Beta-
blocker
(mg)
(mg.day)
(mg.day)
period
15
Bisoprolol
Metoprolol
1,25
2,5; 3,75; 5;
7,5; 10
10; 15; 30;
suksinat
10
Minggu-
150
Bulan
Minggu-
CR
Carvendilol
Nebivolol
Bulan
12,5/25
200
Minggu-
3,125
200
6,25; 12,5;
50
Bulan
Minggu-
25; 50
Bulan
Antagonis aldosterone
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron
dosis kecil harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi
ejeksi 35 % dan gagal jantung simtomatik berat (kelas fungsional III IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal berat.
Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup.3
16
perawatan
mandiri
mempunyai
peran
dalam
17
Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada
pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan
rutin pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak
memberikan keuntungan klinis.3
Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung
kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik
dikerjakan di rumah sakit atau di rumah.3
2.7. Prognosis
Gagal jantung kongestif umumnya adalah penyakit progresif
dengan periode stabilitas diselingi oleh eksaserbasi klinis episodik. Faktor
yang terlibat dalam menentukan prognosis untuk pasien meliputi sifat dari
penyakit jantung yang mendasarinya, respon terhadap obat, sejauh mana
18
sistem organ lain yang terlibat dan tingkat keparahan kondisi lain yang
menyertainya.5
19
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Nomor RM : 01011788
Tanggal Masuk:
Dokter Ruangan:
17-10-2016
dr. Irfan
Jam: 06.00
Ruang: RA XIV 19
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
: Jerni Sipahutar
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Suku
: Batak
Agama
: Kristen
Alamat
: Rimba Soping
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama
: Sesak Nafas
Telaah
20
: tidak jelas
RPO
: tidak jelas
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Saluran Pernapasan
Sesak Napas
:+
Angina Pektoris
:+
Edema
:+
Palpitasi
:-
Lain-lain
:-
Batuk-batuk
:+
Dahak
:+
21
Pencernaan
Saluran Urogenital
Endokrin
Asma, bronkitis
:-
Lain-lain
:-
Nafsu Makan
: menurun
Keluhan Menelan
:-
Keluhan Perut
:+
Penurunan BB
:+
Keluhan Defekasi
:-
Lain-lain
:-
:-
Mengandung Batu
:-
Haid
:-
:-
Keadaan Urin
:-
Lain-lain
:-
Sakit Pinggang
:-
Keluhan Persendian
:-
Keterbatasan Gerak
:-
Lain-lain
:-
Haus/Polidipsi
:-
Poliuri
:-
Polifagi
:-
Gugup
:-
Perubahan Suara
:-
Lain-lain
:-
22
Saraf Pusat
Sakit Kepala
:-
Hoyong
:-
Lain-lain
:-
Sirkulasi Perifer
:+
Petechiae
:-
Perdarahan
:-
Purpura
:-
Lain-lain
:-
Claudicatio Intermitten
:-
Lain-lain
:-
ANAMNESIS FAMILI : tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Keadaan Penyakit
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70mmHg
Sikap Paksa
:-
Nadi
Refleks Fisiologis
:+
Pernapasan
: 32 x/i
Refleks Patologis
:-
Temperatur
: 37oC
Anemia (+/+), Ikterus (-/-),
Dispnu
(+),
Sianosis
(-),
23
IMT =
45
= 20 (Normoweight)
(1,50)2
TB
: 150 cm
BB
: 45 kg
KEPALA
Mata
Mulut
: Lidah
Gigi geligi
Posisi trakea
Kaku kuduk
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk
: simetris fusiformis
Pergerakan
Nyeri Tekan
: (-)
Iktus
Palpasi
24
Perkusi
Paru
Batas Paru-Hati R/A : relative: ICV IV LMCD/absolut: ICS V LMCD
Peranjakan
: 1 cm
Jantung
Batas Atas Jantung
: ICS II LMCS
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan
Suara Tambahan
Jantung
M1 > M2, P2 > P1,T1 > T2,A2 > A1, desah sistolik (-), tingkat: (-)
Desah diastolic (-), lain-lain: (-)
HR: 92 x/menit, regular, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi
: simetris fusiformis
Palpasi
: SF ka > ki
Perkusi
Auskultasi
25
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk
: simetris membesar
Gerakan Lambung/Usus
: (-)
Vena Kolateral
: (-)
Caput Medusae
: (-)
Palpasi
Dinding Abdomen
HATI
Pembesaran
:-
Permukaan
:-
Pinggir
:-
Nyeri Tekan
:-
LIMFA
Pembesaran
GINJAL
Ballotement
UTERUS/OVARIUM
: (-)
TUMOR
: (-)
26
Perkusi
Pekak Hati
: (-)
Pekak Beralih
: (+)
Auskultasi
Peristaltik Usus : normoperistaltic
Lain-lain
: (-)
PINGGANG
Nyeri Ketuk Sudut Kosto Vertebra (-), Kiri/Kanan
INGUINAL
: (-)
Spincter ani
Lumen
Mukosa
Lokasi
Jari Tabuh
Sianosis
: -
27
Eritema
palmaris
Kiri
Kanan
Edema:
Arteri Femoralis :
Refleks KPR :
Refleks APR :
Refleks Fisiologis :
Refleks Patologis :
Lain-lain :
Kemih
Tinja
Warna: kuning
Warna: cokelat
Protein: -
Konsistensi: padat
Reduksi: -
Eritrosit:
Bilirubin: -
Leukosit:
Ht: 21.0
Urobilinogen: +
Amoeba/Kista:
Eosinofil: 0.35
Sedimen
Telur Cacing
Basofil: 0.02
Eritrosit : 0
Neutrofil: 3.03
Ankylostoma:
Limfosit: 1.72
Epitel
T. Trichiura:
Monosit: 0.83
Silinder : 0 /lpb
Hitung Jenis:
/lpb
: 0 /lpb
Ascaris:
Kremi:
28
RESUME
Keluhan Utama: dyspnea
Telaah
: dialami 2 minggu SMRS. Paroxysmal
ANAMNESIS
STATUS PRESENS
: Normal
paru kiri
Palpasi
: SF ka > ki
29
Abdomen :
Inspeksi
: simetris membesar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi: normoperistaltic
Ekstremitas: edema pretibial (+)
Leukosit = 6.7g/dl (anemia)
LABORATORIUM
RUTIN
1.
2.
DIAGNOSIS BANDING
3.
4.
DIAGNOSIS
SEMENTARA
PENATALAKSANAAN
30
Tindakan suportif:
-
Medikamentosa:
- Inj. Furosemide 20mg/8 jam
- Inj. Spironolakton 1x25mg
- Captopril 2x20mg
- Inj Ranitidine 20mg/12jam
- Balance cairan
31
FOLLOW UP
Tanggal
17/ 10 /
S
- Sesak
O
Sensorium :
2016
nafas (+)
Compos Mentis
HHD dd VHD dd
TD: 110 / 50
CAD dd DCM dd
mmHg
PJA
(H1)
HR : 80x/i
RR : 28x/i
Temp : 37,6oC
A
- CHF fc III-IV ec
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Anemia penyakit
kronis dd Def. Fe
P
- Tirah baring
- Diet jantung III +
rendah garam
- O 2-4 l/i Nasal canul
- Threeway terpasang
- Inj. Furosemide 20
mg / 8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg /
12 jam
- Spironolakton 1x
32
100mg
+)
- Syr.Latulac 3 x C
Rencana :
-dalam batas
- Cek Albumin
normal
Leher :
- Pembesaran KGB
(-)
- Trakea medial
- EKG
- USG Abdomen
Thoraks:
- Lipid profile
-SP :Vesikuler
- USG Doppler
basal (+)
- Menunggu hasil
bacaan foto thorax
Abdomen:
- soepel
- H/L/R ttb
- Peristaltik (+)
- Shifting dullness
(+) minimal
Ekstremitas :
- Sup: dalam batas
normal
17/ 10 /
- Sesak
- CHF fc II-III ec
- Tirah baring
33
2016
nafas
Compos Mentis
HR/HS dd HHD,
(H1)
TD: 110 / 50
PJA
- Kardio
mmHg
HR : 88x/i
RR : 28x/i
Temp : 37,6oC
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Mata anemis (+/
kronis dd Def. Fe
10gtt/i
- Inj. Furosemide 20
mg / 8 jam
- Spironolakton 1x
100mg
- Captopril 3x6,25 ->
jika TDS 100 mmHg
- Terapi lain sesuai TS
+)
- sklera ikterik (-/-)
T/H/M :
Rencana :
-dalam batas
normal
Leher :
- TVJ R-3 cmH2O
Thorax :
Cor :
- SS (+) regular
- Murmur (+) PSM
3/6 apex-axilla
- Gallop (-)
Pulmo :
- SP : vesikuler
-ST : Ronkhi basah
basal (+/+)
34
Abdomen:
- soepel
- BU (+) N
- Asites (+)
Ekstremitas :
- Akral hangat
- Edema (+/+)
18/ 10 /
- Lemas
Sensorium :
2016
(+)
Compos Mentis
HHD dd VHD ed
(H2)
- Oedem
TD: 130 / 60
CAD dd DCM dd
(+)
mmHg
PJA
HR : 92x/i
RR : 24x/i
Temp : 36,1oC
- CHF fc III-IV ec
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Mata anemis (+/
+)
- Struma toksik dd
non toksik
- Tirah baring
- Diet jantung III +
rendah garam
- O 2-4 l/i Nasal canul
- Threeway terpasang
- Captopril 3x6,25mg
- Inj. Furosemide 20
mg / 8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg /
12 jam
- Spironolakton 1x
100mg
Rencana :
T/H/M :
- Cek Albumin
-dalam batas
- Viral Marker
normal
- T, T, TSH
-Anemia profile
Leher :
- Pembesaran KGB
2016)
35
(-)
- USG Abdomen
- Trakea medial
- Lipid profile
- Struma (+)
- D-dimer
- Fibrinogen
Thoraks:
- HST
-SP :Vesikuler
- USG Doppler
basal (+)
Abdomen:
- soepel
- H/L/R ttb
- Peristaltik (+)
- Shifting dullness
(+) minimal
Ekstremitas :
- Sup: dalam batas
normal
19 / 09 /
- Lemas
2016
(+)
Compos Mentis
(H3)
- Oedem
TD: 110 / 60
(+)
mmHg
- CHF fc III-IV ec
HHD dd PJA
- Asites non sirotik
dd sirotik
- Tirah baring
- Diet jantung III +
rendah garam
- O 2-4 l/i via Nasal
HR : 92x/i
- Hipoalbuminemia
RR : 32x/i
- Efusi pleura
- Threeway terpasang
sinistra ec
- Inj. Furosemide 20
Temp : 37,0oC
Hipoalbuminemia
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Mata anemis (+/
- Anemia penyakit
kronis dd Def. Fe
- Struma non toksik
canul
mg / 8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg /
12 jam
- Spironolakton 1x
36
+)
- Hipertiroidisme
- sklera ikterik
(-/-)
100mg
- Syr.Latulac 3 x C
T/H/M :
-dalam batas
Rencana :
normal
Leher :
10/ 2016)
- USG Doppler
- Pembesaran KGB
(dijadwalkan)
(-)
- Konsul PAI
- Trakea medial
- Konsul Endokrin
- Struma (+)
Thoraks:
-SP :Vesikuler
-ST: Ronkhi basah
basal (+)
Abdomen:
- soepel
- H/L/R ttb
- Peristaltik (+)
- Shifting dullness
(+) minimal
Ekstremitas :
- Sup: dalam batas
normal
-Inf : oedem (+/+)
37
19 / 10 /
2016
- Sesak
nafas (+)
- Sensorium :
Compos Mentis
(H3)
TD: 110 / 60
- Kardio
mmHg
HR : 92x/i
RR : 32x/i
Temp : 37,0oC
- CHF fc III ec
HHD dd - PJT
- HR dd HJ
- Asites non sirotik
dd sirotik
- Efusi pleura
- Tirah baring
- O 2-4 l/i Nasal canul
- Inj. Furosemide 20
mg / 8 jam
- Spironolakton
1x100mg
sinistra ec
- Captopril 3x 6,25mg
Hipoalbuminemia
- PTU 3x100mg
Pemeriksaan Fisik:
+ Susp.Liver
- Propanolol 3x 10mg
Kepala :
Congestive
- Syr. Latulac 3 xC
- Anemia penyakit
- KSR 2x600mg
kronis dd Def. Fe
Rencana :
dan UOP
- Cek elektrolit
20/10/2016
Thorax :
Cor :
- SS (+) regular
- Murmur (+) PSM
gr 3/6 apex
- Gallop (-)
Pulmo :
- SP : vesikuler
-ST : Ronkhi basah
basal (+/+)
Abdomen:
38
- soepel
- BU (+)
Ekstremitas :
- Akral hangat
- Edema (+/+)
19/ 10/
- Benjolan
- Sensorium :
- Hipertiroid
- Tirah baring
- PTU 3x100mg
2016
pada
Compos Mentis
(H3)
leher
TD: 110 / 60
dd - PJT
- Jawaban
kanan
mmHg
- HR dd HJ
Konsul
dan kiri
HR : 100x/i
Endokrin
RR : 26x/i
Temp : 37,0oC
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Mata anemis (+/
+)
- sklera ikterik (-/-)
Leher :
- TVJ R-3 cmH2O
- Trakea medial
- Struma membesar
5x5cm, mobile,
nodule (+)
Thorax :
- SP : vesikuler
melemah
- Propanolol 3x 10mg
Rencana :
- USG Tiroid
39
Abdomen:
- Asites (+)
Ekstremitas :
- Akral hangat
- Edema (+/+)
20 / 10 /
- Lemas
Sensorium :
2016
(+)
Compos Mentis
HHD dd VHD ed
(H4)
- Oedem
TD: 100 / 50
CAD dd DCM dd
(+)
mmHg
PJA
HR : 80x/i
RR : 40x/i
Temp : 37,4oC
- CHF fc II-III ec
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Anemia penyakit
kronis dd Def. Fe
Tirah baring
- Diet jantung III +
rendah garam
- O 2-4 l/i Nasal canul
- Threeway terpasang
- Inj. Furosemide 20
mg / 8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg /
12 jam
- PTU 3x10mg
- Struma
+)
ulcer
T/H/M :
- Hipertiroidism
-dalam batas
- Susp. Liver
normal
congestive
- Propanolol 3x 10mg
100mg
- Captopril 3x 6,25mg
Hasil USG Abdomen
- Liver congestive
Leher :
- TVJ R-3 cm H2O
40
- Pembesaran KGB
(-)
- Trakea medial
- Struma (+)
Thoraks:
-SP :Vesikuler
-ST: Ronkhi basah
basal (+)
Abdomen:
- soepel
- H/L/R ttb
- Peristaltik (+)
- Shifting dullness
(+) minimal
Ekstremitas :
- Sup: dalam batas
normal
21 / 10 /
- Lemas
2016
(+)
Compos Mentis
HHD dd VHD ed
(H5)
- Oedem
TD: 100 / 50
CAD dd DCM dd
(+)
mmHg
PJA
HR : 80x/i
RR : 40x/i
Temp : 37,4oC
- CHF fc II-III ec
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
- Anemia penyakit
kronis dd Def. Fe
Tirah baring
- Diet jantung III +
rendah garam
- O 2-4 l/i Nasal canul
- Threeway terpasang
- Inj. Furosemide 20
mg / 8 jam
- Inj Ranitidin 50 mg /
12 jam
- PTU 3x10mg
41
- Struma
+)
- sklera ikterik
(-/-)
T/H/M :
-dalam batas
normal
Leher :
- TVJ R-3 cm H2O
- Pembesaran KGB
(-)
- Trakea medial
- Struma (+)
Thoraks:
-SP :Vesikuler
-ST: Ronkhi basah
basal (+)
Abdomen:
- soepel
- H/L/R ttb
- Peristaltik (+)
- Shifting dullness
(+) minimal
Ekstremitas :
- Sup: dalam batas
normal
-Inf : oedem (+/+)
ulcer
- Propanolol 3x 10mg
100mg
- Hipertiroidism
- Captopril 3x 6,25mg
- Susp. Liver
congestive
42
BAB 4
DISKUSI KASUS
Teori
Pasien
Epidemiologi
Kasus CHF kebanyakan berada pada usia lebih dari 50 Pasien perempuan berusia 50
tahun. Sekitar 75 % pasien yang dirawat dengan CHF tahun datang dengan keluhan
berusia usia 65 75 tahun. Resiko kematian yang sesak nafas.
diakibatkan oleh CHF adalah sekitar 5-10 % per tahun pada
kasus gagal jantung ringan, dan meningkat menjadi 30-40%
pada gagal jantung berat. Menurut penelitian, sebagian besar
lansia yang didiagnosis menderita CHF tidak dapat hidup
lebih dari 5 tahun.2
Manifestasi Klinis
Tipikal
Sesak napas
Pasien mengeluhkan :
Sesak
bertambah
napas
berat
yang
saat
43
Kurang tipikal
Batuk di malam atau dini hari
Mengi
Berat badan bertambah lebih dari 2 kilogram per
Ortopneu
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Toleransi aktivitas yang berkurang
Cepat lelah
Bengkak di pergelangan kaki
minggu
Berat badan turun (gagal jantung stadium lanjut)
Perasaan kembung atau begah
Nafsu makan menurun
Perasaan bingung (terutama pasien usia lanjut)
Depresi
Berdebar
Pingsan
Diagnosis
Kriteria minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dyspnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia (>120 kali per menit)
berkurang
bila
pasien
duduk
atau
diganjal bantal.
Sering
terbangun
saat
Pada
Kriteria Mayor
atau
anamnesis
pasien
didapati:
Dyspnoe
Paroxysmal nocturnal
dyspnea
Orthopnea
Edema pretibial
Peningkatan
tekanan
vena jugularis
SP
vesikuler
melemah di lapangan
44
tengah
paru
kiri,
menghilang
di
pengobatan
kiri
vesikuler
di
ST = ronkhi basah
Abdomen
simetris
membesar,
shifting
dullness (+)
Penatalaksanaan
Medikamentosa
garam
Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI)
- O2 1-2 L via nasal canule
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada
- IVFD NaCl 0.9% 10gtt/i
semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi
mikro
ejeksi ventrikel kiri 40 %.ACEI memperbaiki
- Inj. Furosemide 20mg/8jam
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi
- Inj. Spironolakton 1x25mg
perawatan rumah sakit karenaperburukan gagal
- Captopril 2x20mg
jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan
- Inj. Ranitidine 20 mg/12 jam
hidup.
ACEI
kadang-kadang
menyebabkan
- Balance cairan
perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi
45
perawatan
gagal
rumah
jantung,
sakit
dan
karena
meningkatkan
kelangsungan hidup.
Antagonis aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis
aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan pada
semua pasien dengan fraksi ejeksi 35 % dan gagal
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV
NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi
ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi
perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Non Medikamentosa
gagal
jantung,
hidup,
kapasitas
morbiditas
dan
fungsional,
prognosis.
46
hidup.1
Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai
pada gagal jantung berat. Kaheksia jantung
(cardiac
cachexia)
merupakan
prediktor
cairan,
pasien
didefinisikan
sebagai
dengan hati-hati.1
Latihan fisik
47
48
BAB 5
KESIMPULAN
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitompul, B., and Sugeng, J. I., 2014. Gagal Jantung. In: Rilantono, L. I.,
Baraas, F., Karokaro, S., and Roebiono, P. S., (eds). Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta: Interna Publishing, 115-128
2. Gray. H. H., Dawkins, K. D., Simpson, I. A., and Morgan, J. M., 2014.
Lecture Notes: Kardiologi. 4th ed. Jakarta: Erlangga.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta: PERKI.
4. Dickstein K, Cohen-Solal A, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure,2008.
5. Kulick, D.L.Congestive Heart Failure. Medicine Net Reference 2016.
Available from:
http://www.medicinenet.com/congestive_heart_failure_chf_overview/page
3.htm. (Accessed 13 September 2016).
6. Ghanie, A., 2014. Gagal Jantung Kronik. In: Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo,
A.W., Simadibrata, M., Setyohadi, B., and Syam, A.F. (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, 1148-1153.