Disusun Oleh :
Pembimbing :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Diagnosis gagal jantung bisa menjadi sulit, terutama pada fase stadium dini.
Walaupun gejala akan membawa pasien untuk mencari pertolongan farmakologi,
banyak dari gejala gagal jantung yang tidak spesifik dan tidak membantu
menyingkirkan dan membedakan antara gagal jantung dan penyakit lainnya.
Simtom/gejala yang spesifik jarang sekali bermanifestasi terutama pada pasien
dengan gejala ringan, oleh karenanya, gejala menjadi kurang sensitif sebagai
landasan uji diagnostik. Uji diagnostic biasanya paling sensitif pada pasien gagal
jantung dengan fraksi ejeksi rendah, sedangkan pada pasien dengan fraksi ejeksi
normal, uji diagnostik menjadi kurang sensitif. Ekokardiografi merupakan metode
yang paling berguna dalam melakukan evaluasi disfungsi sistolik dan diastolik.
2.7.1. Elektrokardiogram (EKG).
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien diduga gagal
jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung (Tabel 3.4). Abnormalitas
EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung. Jika EKG
normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (<10%).
2.7.1. Foto Toraks.
2.7.2. Ekokardiografi.
2.8. Terapi Farmakologi.
2.8. Prognosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto, Barack R, Pratikto RS,Nauli SE, Lubis AC.
2015. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia. Jakarta: PP PERKI.
2. McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD, et al. ESC guidelines for the diagnosis
and treatment of acute and chronic heart failure 2012: the Task Force for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012 of the European
Society of Cardiology. Developed in collaboration with the Heart Failure
Association of the ESC (HFA). Eur J Heart Fail 2012; 14:803 – 869.